Buat para readers semoga chapter kali ini tidak terlalu mengecewakan kalian,
karena waktu buatnya mood-ku hanya ada setengah,
dan bingung mau diapakan lagi supaya agak panjang...
Sebelumnya Gomen kalau benar-benar mengecewakan,,,
Dan semoga paling tidak mengobati rasa penasaran kalian...
Chapter lalu :
"Lalu, apa maumu?" tanya Tsunade mengalihkan pembicaraan yang tidak penting itu.
"Mau ku?" tanya balik Madara, namun kali ini dengan nada serius.
"Ya, maumu." sahut Tsunade kesal.
"Aku ingin menawarkan sebuah kerja sama." terang Madara.
"Kerja sama tentang apa, hah?" tanya Tsunade penasaran.
"Sebuah kerja sama yang akan menguntungkan kita berdua."
"Maksudmu?"
8th Chapter
"Kau tahu kan tentang pembunuhan Danzo yang ada di koran pagi ini." kata-kata Madara kembali membuat ingatan Tsunade tertuju pada foto mayat Danzo yang diekspos Konoha Post.
"Hn, lalu?" tanya Tsunade penasaran.
"Aku tahu siapa yang melakukan semua itu." Madara tersenyum kecil pada Tsunade yang menunjukkan raut muka sedikit pucat.
"Maksudmu?"
"Aku tahu siapa yang membunuh Shimura Danzo." kata Madara enteng.
"Siapa?" tak hanya Tsunade yang penasaran menunggu jawaban dari Uchiha Madara.
"Akatsuki!" jawab Madara mantap.
"Bagaimana kau bisa tahu. Padahal ini adalah kasus pertama mereka." jawaban Madara semakin membuat wanita itu penasaran.
"Asal kau tahu saja. Mereka itu sudah terkenal di luar Konoha." ledek pria berambut raven panjang itu.
Melihat reaksi Tsunade yang masih belum percaya dengan kata-katanya barusan, Madara melanjutkan penjelasannya. "Mereka sudah melakukan banyak sekali pembunuhan, terutama di Ame."
"Ame?" tanya Tsunade, kini kembali dengan nada standar.
"Ya, Ame. Aku yakin kau pasti tahu tentang pembunuhan-pembunuhan yang terjadi 3 tahun terakhir ini di Ame."
"Pembunuhan pejabat-pejabat pemerintahan Ame itu kan." potong Sakura.
"Benar, anak manis." sahut Madara memberi Sakura seringai.
"Kasus yang paling terkenal adalah terbunuhnya Hanzo, si pemimpin Ame kala itu." lanjut sakura.
"Hn," balas Madara dengan tersenyum. "Tidak ku sangka, putrimu ini ternyata lebih pintar daripada dirimu Tsunade."
"Apa kau bilang, Tua bangka?" potong Tsunade sambil menggebrak meja restoran di depannya.
"Hn, Tua bangka?" kata Madara polos membalas perkataan Tsunade. "Berarti kau juga tua bangka sepertiku, haha." tawa pria Uchiha itu tanpa mempedulikan wanita pirang di depannya yang emosinya semakin memuncak.
"Ehm, Ojii-sama. Kurasa leluconmu sudah tidak lucu lagi." kata Sasuke yang sedikit takut melihat wajah garang Tsunade.
"Baiklah, baiklah. Kalau begitu aku minta maaf ya, Tsunade. Hehe," pria itu pun menghentikan tawanya.
Tsunade pun akhirnya kembali duduk di kursinya, setelah Sakura berusaha membujuk ibunya yang keras kepala itu.
"Ehem, baiklah. Lalu kerja sama apa yang ingin kau tawarkan padaku?" tanya Tsunade setelah menenangkan diri.
"Aku ingin kita saling bekerja sama, kali ini saja, untuk membongkar rahasia organisasi Akatsuki." jawab Madara memandang serius wanita yang tengah berpikir di depannya.
"Membongkar rahasia Akatsuki?"
"Ya. Dan tidak hanya itu saja, aku ingin menghancurkan Akatsuki." tambah Madara, membuat alis Tsunade bertaut.
"Menghancurkan, ya." wanita itu sedikit memikirkan apa yang baru saja di tawarkan oleh rival bebuyutannya itu.
"Bagaimana, Tsunade? Apa kau menerimanya?" tanya Madara berikutnya.
"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang, Madara." terang Tsunade.
"Aku tidak memaksamu untuk memberikan jawaban sekarang. Kau akan kuberi waktu untuk memikirkannya, Tsunade." balas Madara singkat. "Jadi, sekarang saatnya kita bersenang-senang." ucapnya riang.
'Apa orang ini benar-benar pemimpin Klan Uchiha yang sebenarnya?' batin Sakura, setelah melihat kelakuan Madara yang seperti anak kecil saat diberi mainan kegemarannya.
"Ada apa, Sakura?" tanya Tsunade yang melihat putrinya tengah melamun.
"Em, tidak ap-apa-apa kok Kaa-san." jawab sakura kaget.
"Oya, Sakura-chan. Kudengar kau satu kelas dengan Sasuke-chan ya?" tanya Madara mengalihkan pandangan pada Sakura.
"Jii-sama, jangan memanggilku Sasuke-chan." potong Sasuke.
"Hn,"
"I-iya, Madara-sama." jawab sakura gugup.
"Kau memang gadis yang manis. Aku jadi semakin ingin menjadikanmu bagian dari keluargaku. Haha," kata-kata Madara membuat pipi Sakura memerah, karna malu.
"Apa makdusmu, Jii-sama?" potong Sasuke cepat.
"Tentu saja aku ingin menjadikannya menantu keluarga Uchiha." balas Madara polos.
"Maaf saja, tapi aku menolak." kata Sasuke.
"Siapa yang bilang aku mau menjodohkanmu dengan Sakura-chan, hah?" sambar Madara, membuat Sasuke malu.
"Lalu, Jii-sama mau menjodohkannya dengan siapa? Apa Shisui?" kata Sasuke mengejek.
"Mana mungkin aku menjodohkan Sakura-chan yang manis ini dengan Shisui yang aneh itu. Bisa-bisa aku mati mendadak," balas Madara tak mau kalah.
"Lalu, siapa? Jangan bilang kalau, ah tidak mungkin." kata Sasuke lagi.
"Tentu saja Itachi-chan yang satu ini." kata Madara sembari menepuk-nepuk bahu Itachi.
Sedangkan Itachi hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun dan juga raut wajahnya tidak berubah sedikit pun. Dia malah dengan santainya menyeruput kopi yang hampir dingin di hadapannya.
Sasuke hanya bisa terdiam dengan wajah pucat mendengar penuturan pamannya itu. Tidak ada dalam pikiranya pernah terlintas pikiran seperti yang baru saja ia dengar dengan telinganya itu sendiri.
'Apa Madara Jii-sama sudah gila?' batin Sasuke tidak percaya.
Acara makan-makan pun kembali dilanjutkan, dengan beberapa selingan dari lelucon yang di lontarkan oleh Madara. Pria itu sungguh pria aneh yang tidak dapat di tebak pemikirannya.
Akhirnya, mereka bereman pun meninggalkan Ichiraku Ramen satu jam kemudian.
"Baiklah, aku tunggu jawabanmu, Tsunade." kata Madara sebelum meninggalkan tempat parkir itu.
Tsunade, Sakura, dan Gaara pun mengikuti jejak Madara meninggalkan tempat itu.
Dalam perjalanan,
"Kaa-san?" tanya Gaara.
"Ya, aku tahu." balas Tsunade sambil menutup kedua matanya.
"Lalu, bagaimana Kaa-san?" kali ini Sakura ikut angkat bicara.
"Entahlah. Akan ku pikirkan di rumah." jawab Tsunade masih memejamkan mata.
"Baiklah, Kaa-san tidur saja. Nanti jika sudah sampai akan ku bangunkan." kata Sakura.
"Hn," jawab Tsunade singkat.
Kediaman Senju,
Kakashi yang tengah menonton televisi, hanya memutar kepalanya sekilas sebagai tanda sambutan untuk kepulangan sang ibunda tercinta.
"Bagaimana rapatnya, Kaa-san?" tanya Kakashi tanpa mengalihkan pandangannya dari berita yang ada di televisi saat ini.
"Melelahkan." jawab Tsunade.
"Aa,"
"Kau tahu kan seperti apa Madara itu. Makin tua dia membuatku semakin jengkel dan marah saja." omel Tsunade yang samasekali tidak di pedulikan oleh Kakashi.
"Ya, ya. Bukannya dia memang seperti itu dari dulu." balas Kakashi ringan, sembari menganti chanel televisi dengan acara komedi. "Lalu, siapa saja yang datang?"
"Orang tua itu membawa serta kedua keponakannya, anak-anak Fugaku."
Perkataan Tsunade sukses membuat Kakashi berpaling dari acara komedi yang baru ia lihat. Pria berambut silver yang menentang gravitasi itu melihat wanita pirang di depannya dengan wajah serius.
"Jadi, Itachi ada disana juga." komentar Kakashi entah pada siapa. "Lalu, apa yang dibicarakan, sampai harus saling bertemu muka?"
"Kau tahu tentang organisasi bernama Akatsuki?" tanya Tsunade tiba-tiba. Hal ini membuat kening Kakashi berkerut, dan matanya sedikit melebar.
"A-Akatsuki?" tanya Kakashi gagap.
"Ya, Akatsuki. Sepertinya kau tahu tentang mereka, Kakashi." kata Tsunade melihat putra sulungnya itu dengan seksama.
"Ya, aku sedikit tahu dan pernah mendengar tentang organisasi itu."
"Lanjutkan." perintah Tsunade, yang kini sudah duduk di depan Kakashi.
"Akatsuki adalah organisasi pembunuh yang akhir-akhir ini sering muncul di koran-koran di luar Konoha. Mereka mulai terkenal saat Hanzo, pemimpin Ame pada saat itu, terbunuh." jelas Kakashi panjang lebar. "Tapi, Kaa-san. Apa hubungannya pembicaraan hari ini dengan Akatsuki?" tanya Kakashi tidak mengerti.
"Madara menawarkan sebuah kerja sama." kata Tsunade enteng.
"Kerja sama?" tanya Kakashi lagi, semakin tidak mengerti alur pembicaraan ini.
"Ya. Sebuah kerja sama untuk menghancurkan organisasi Akatsuki." jawab Tsunade, sembari memijat keningnya pelan.
"Lalu, apa jawaban dari Kaa-san?"
"Aku belum menjawabnya. Dia memberiku waktu untuk memikirkannya." terang Tsunade, membuat Kakashi mengangguk-anggukan kepala.
"Lalu, rencana Kaa-san, apakah akan menerimanya atau menolaknya?" tanya Kakashi penasaran.
"..."
"Kaa-san?"
"..."
Hening sesaat di antara keduanya, hingga Tsunade memutuskan untuk berbicara.
"Hn?" tanya Kakashi.
"Aku akan..." kata-kata Tsunade terpotong.
