Title : Test for Kira

Disclaimer : punya siapa aja bolee *dihajar Sunrise

Genre : Romance/Humor—tapi ga tau deh humornya kerasa pa maksa. Kalo maksa gomenne...

Pairing : KiraXLacus atau KiraX...

Warning : AU, OOC, Abal, norak, gaje, jayus, alur kenceng (emang angin?), gak nyambung. Gitu deh.

A/N: Paragraf pertama cerita ni d buat waktu mid lhoo~ hahaha (bangga gitu?) Sungguh author ni murid yang durhaka. Bukannya belajar. Padahal besok ny biologi. Sungguh nista. Yah, emang dasar ny gak ngerti apa-apa jadi pasrah aja deh T_T

ah, dan cerita ini sepenuhnya berasal dari otak dan imajinasi saya. jadi semisal-misalnya ada cerita yang mirip-mirip atau sama, saya 100% tidak tahu menahu.

Just Enjoy dah pokoknya! (^n^)/

.


Test for Kira

Awal September. Kehidupan di sekolah sudah dimulai lagi setelah libur sangaat panjang untuk ukuran orang Indonesia, yap, Liburan Musim Panas. Ini adalah hari pertama masuk sekolah, jadi rasa malas masih terasa dimana-mana. Guru malas, murid malas, penjaga sekolah malas, satpam malas, kepala sekolah malas, author malas (?). Tapi tentu ada orang-orang yang tidak malas dan serius menuntut ilmu di Orb High School ini.

Yap, ada seorang murid laki-laki yang masih hijau sedang terburu-buru membawa sebuah kardus besar berisi berbagai macam peralatan praktik biologi. Seperti kerangka yang sudah dipisah-pisah dan organ tubuh manusia yang juga sudah dipisah-pisah. Ia baru saja diminta oleh Mrs. Ramius untuk membawa kerangka-kerangka itu ke laboratorium dan membersihkannya. Sungguh malang bukan? Seharusnya itu bukan pekerjaan 'seorang' murid melainkan 'banyak' murid. Tapi berhubung tadi sudah disebutkan kalau guru juga sedang malas untuk ngapa-ngapain apalagi memanggil banyak murid, jadilah guru biologi itu meminta murid 'kesayangannya' yang masih sangat lugu saat sedang lewat di depannya.

"Kira!" panggil seseorang dari arah belakang lelaki berambut coklat itu.

Orang yang dipanggil segera berbalik dan tiba-tiba terjatuh karena seseorang baru saja menabraknya. Bukan, bukan oleh orang yang memanggilnya melainkan siswa lain yang sedang berlari di sepanjang koridor. Otomatis segala kerangka dan organ itu bergelimpangan dimana-mana.

"Maaf! Aku sedang terburu-buru!" sahut orang itu cepat dan langsung berbelok di ujung koridor bertuliskan 'toire'. Hoo. Rupanya ada panggilan alam.

Kira—si korban—hanya terduduk sambil garuk-garuk kepala. "Padahal aku belum sempat minta maaf," pikirnya. Ia pun mulai merangkak dan memunguti kerangka-kerangka itu.

Saat ia sedang ingin mengambil sebuah kerangka tangan, tangan seorang manusia asli tiba-tiba mendarat di atas punggung tangan miliknya. Tangan itu adalah tangan yang halus dan hangat. Dan ia terkejut karenanya. Kira segera mengangkat kepalanya dan mendapati sesosok gadis berambut merah muda sedang ikut berlutut di depannya.

"Tadi aku memanggilmu, lho," ujarnya dengan wajah cemberut.

"Eh? Jadi benar tadi itu suaramu, ya? Maaf. Karena tabrakan tadi aku jadi lupa," balas Kira merasa bersalah.

Kali ini gadis yang bernama Lacus itu hanya memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Apa kau terluka?"

Kira balas tersenyum dan menggeleng pelan. Ia menarik tangannya beserta kerangka tangan itu dan memasukkannya kembali ke kardus. Ia kembali memungut kerangka-kerangka yang lain dengan cepat.

"Anu, Kira. Setelah ini apa kau bisa menemaniku?" tanya Lacus agak ragu sambil menyerahkan sebuah kepala manusia pada Kira begitu mereka selesai memungut.

Kira hanya menyodorkan kardus itu dan Lacus meletakkannya di dalam. Ia tahu kemana dan untuk apa Lacus ingin ia menemaninya. Lacus memang sering meminta Kira pergi ke atap sekolah dan mendengarkannya bernyanyi. Kedua orang ini termasuk pasangan paling serasi di sekolah. Selalu adem ayem saja. Tertawa bersama, cekikikan berdua, senyum-senyum karena hal gak jelas. Yah, indahnya pasangan mudalah.

Tapi akhir-akhir ini intensitas kebersamaan mereka mulai berkurang karena kesibukan masing-masing. Lacus, sebagai anggota klub paduan suara sangat sibuk untuk persiapan lomba menyanyi yang akan diselenggarakan seminggu lagi. Sedangkan Kira, sibuk untuk persiapan kejuaraan sepak bola antar sekolah yang seminggu lagi juga akan diselenggarakan. Orang-orang sering menyebut Lacus the Angel's Voice dan menyebut Kira The Lost Chicken.

Kenapa yang satu terdengar keren dan yang satu terdengar menyedihkan? Sebenarnya, suara Lacus memang terkenal sangat merdu dan indah. Bisa membuat orang-orang menghentikan aktifitasnya untuk mendengarkannya sejenak. Semua orang mengaguminya.

Berbeda nasib dengan sang kekasih.

Kira sebenarnya 'tidak begitu berbakat' di bidang sepak bola. Ia sering terlihat kagok dan linglung saat di lapangan. Itulah yang menjadi penyebab munculnya julukan 'ayam kesasar' itu. Hei, tapi jangan salah. Tak ada yang bisa mengalahkan semangatnya. Ia selalu berusaha lebih dari yang lain. Selalu berlatih lebih keras dari yang lain. Karena itulah ia masih dipertahankan di klub itu.

Hal ini tentunya menimbulkan banyak gosip saat mereka baru jadian. Kenapa Lacus yang seolah dewi di atas langit bisa bersama penjaga saluran air bawah tanah? Bawah tanah, lho! Ckck. Jangan memandang Kira sebegitu rendah dong.

"Maaf, Lacus! Tapi aku masih harus menaruh ini di laboratorium dan membersihkannya. Sendiri tak apa, ya?" jawab Kira dengan raut menyesal.

Lacus terdiam. "Lagi-lagi tidak bisa bersama," gerutunya dalam hati. Ia menghela nafas dan tersenyum ramah. "Kalau begitu biar kubantu, ya. Aku sedang punya waktu luang," balasnya lagi.

"Eeeeh~ tidak usah. Aku bisa sendiri kok. Lacus-san juga 'kan sebentar lagi lomba. Latihan saja. Kalau menyanyi 'saja' pasti bisa! Ya?"

Lacus yang mendengarnya jawaban itu masih saja tersenyum. Namun kali ini lebih terkesan sedih. "Baiklah kalau Kira maunya begitu. Nah, kalau begitu sampai nanti!" ia melambai pelan di tempat.

"Iya! Maaf, ya! Sampai jumpa, Lacus-san!" dan Kira pun kembali berlari menyusuri koridor meninggalkan Lacus sendiri.

Lacus berhenti melambai dan menurunkan tangannya perlahan. Ia menghela nafas berat dan panjang. "Menyanyi itu tidak semudah itu, tahu," ia mulai berbalik dan berjalan menuju atap sekolah yang sepi. Ia memutar knop pintu dan angin sepoi-sepoi segera menyambutnya. "Dan Kira..."

"...sampai kapan kau mau memanggilku dengan Lacus-san? Kenapa kau tidak memanggilku Lacus saja? Kita sudah lama bersama tapi kau masih tidak menyadarinya juga."

Lacus pun menutup pintu itu dan memandang ke sekitar. Tak ada orang seperti biasa. Hanya dia dan suara angin yang menemaninya. Tempar favoritnya dan Kira. Hanya mereka berdua. Tapi kali ini ia sendiri. Hari ini saja, ia berharap.

Lacus meletakkan telapak tangannya di dada dan mulai mengalunkan kata-kata.

"This pitiful prayer, this tiny smile,
in order to protect them, I'm led towards
the heart that can even shatter sadness,
that heart lies right here..."

.


Yap! Sampai sini dulu ajah! Ada yang tahu lagu di atas lagu apa? Hehehe. Sya kasih tau aja ya.

Itu salah satu terjemahan dari lagu Hitomi no Kotae by Noria. Lebih rinci lagi? Lagu ini dipakai untuk ending song anime 07-ghost. Penasaran? Download aja lagunya ^^

Oh,ya. Walau genre nya romance/humor, mungkin humornya hampir gak ada ya ? T_T

Jujur nyak mak pandai buat humor (saya tidak pintar buat humor)... jadi review, ya kalau ada yang mau di kasih saran maupun kritik... saya tau kesalahan di fic ini masih bejibun..

Terima kasih banyak sudah baca! (_"_) *bow.