"Mukuro.."

Ya, Kyouya.

"Aku tidak bisa merasakanmu..."

Iya, Kyouya..

.

.

Karena aku hanya ilusi.

.

.


Kimi o Matte iru


Written by hibalicious

Katekyo Hitman Reborn! belongs to Amano Akira-sensei

Beware of OOCness,Shortness(?), Gombalness(?), Shounen-Ai


.

.

.

Hibari Kyouya. Sang Cloud Guardian Vongola itu tengah duduk bersila diatas tatami, dirumahnya yang bertempat tak jauh dari markas Vongola. Jemari tangan kanannya tampak melingkari gelas teh hijau. Pandangan mata tajamnya tampak menerawang jauh ke balik jendela, ke langit malam tanpa bintang disana.

Ia, beberapa bulan yang lalu baru saja kembali dari masa lalu. Setelah dirinya dan Vongola lainnya yang berasal dari sepuluh tahun yang lalu menyelesaikan masalah dengan Millefiore, ia kembali ke masanya, tepat dimana ia berumur dua puluh enam tahun. Lega? Tidak juga. Sebenarnya ada sesuatu yang entah mengapa membuatnya ingin segera kembali ke masa ini. Sesuatu yang ia dapatkan dari memori dirinya sepuluh tahun lalu..

Ialah fakta bahwa Rokudou Mukuro telah bebas. Rokudou Mukuro yang merupakan satu dari penjahat paling berbahaya. Ia yang dipenjara selama sepuluh tahun. Ia yang telah membuat Hibari-

Menunggu.

Walaupun Mukuro selalu bersamanya selama ini. Tapi itu bukanlah Mukuro yang asli. Ia ingin melihat sosoknya yang bukan ilusi dengan kedua matanya. Menyentuh Mukuro yang sebenarnya. Merasakan tangan lembut Mukuro mengelus rambutnya. Memeluknya erat. Tapi kapan?

Ia selalu menunggunya setiap saat. Menunggu waktu dimana ia akan merasakan Mukuro yang sebenarnya. Tapi itu seperti tidak akan pernah terjadi. Ia telah menunggu selama sepuluh tahun, dan ia hanya bertemu dengan sosok ilusinya. Itu bukanlah yang ia inginkan. Ia tidak akan bisa membunuh Mukuro jika hanya ilusinya yang ia temui. Hibari menginginkan Mukuro yang asli, untuk menghajarnya sebagai balasan telah meninggalkannya dan membiarkan ia sendirian.

Dan Hibari mengingat kapan terakhir kali ia bertemu Mukuro-sosok ilusi Mukuro. Beberapa hari sebelum gadis herbivore pengikut Mukuro itu terlihat hampir mati. Ia ingat bagaimana Mukuro yang mendadak muncul di kamarnya dan memeluknya dari belakang. Seperti yang biasa ia lakukan ketika bertemu Hibari. Pelukan dari belakang sudah seperti sapaan baginya.

Memejamkan mata, ia meneguk pelan teh hangat itu. Merasakan pahitnya teh hijau yang ia sukai tersebut. Tapi entah mengapa ini lebih terasa pahit dari biasanya. Membawa gelasnya kembali kebawah, ia mengelap bibirnya yang sedikit basah. Sejenak masih dapat ia rasakan kecupan terakhir Mukuro di bibirnya, dimana itu merupakan yang terakhir kalinya ia melihat Mukuro. Walaupun hanya sosok ilusinya.

"Mukuro.."

Tanpa sadar Hibari menyebut namanya. Ia yang selalu membuat Hibari berpikir tentangnya. Membuat Hibari selalu memeluk bantal berbentuk nanas yang mengingatkan Hibari padanya setiap tidur. Membuat Hibari menggigil kedinginan saat musim dingin tiba karena ia tidak ada disana untuk memeluknya, memberi kehangatan padanya.

Hibari merindukannya.

Tapi dimana orang itu? Dia yang berjanji akan segera bertemu Hibari jika suatu saat nanti keluar dari tempat yang lebih membosankan daripada neraka itu. Hibari masih dapat mengingat dengan jelas ucapannya beberapa tahun silam. Dimana Hibari masih menjabat sebagai ketua Komite Kedisiplinan Namimori-Chuu.

Saat itu Hibari tengah bersantai di ruang komite seperti biasanya, karena hari ini memang terlampau damai, tidak terlihat murid yang melanggar aturan. Dan yang selalu mengganggu saat santainya tiba. Mukuro. Yang entah bagaimana caranya bisa muncul dari jendela, dan masuk.

"..Mau apa kau?"

Kalau tidak dengan benturan tonfa metalnya, Hibari akan menyapa Mukuro seperti tadi. Yang berarti ia sedang tidak berminat untuk berkelahi. Tawa pelan tampak terdengar dari pemilik rambut biru yang tengah menghampiri Hibari di sofa itu. Duduk disebelahnya, Mukuro langsung mengecup pipi Hibari dengan cepat.

Dan tentu saja, wajah Hibari dengan otomatis mengeluarkan semburat merah tipis yang dapat Mukuro lihat dengan jelas. "Apa-apaan kau!"

Mukuro menyeringai manis. Ia selalu suka ekspresi Hibari yang seperti ini ketika ia beri ciuman dadakan. Sangat manis menurutnya. "Kufufufufu.. Menciummu, apalagi? Atau kau mau.."

Ia menyentuh bibir Hibari dengan jari telunjuknya yang bersarung tangan. "..disini?"

Dapat ia lihat Hibari yang memalingkan wajahnya dengan kikuk. Berusaha menghindarkan kontak mata dengan Mukuro, yang kemudian disambut tawa kecil dari ilusionist itu. "Oya oya.. Kau benar-benar manis, Kyouya.."

Dan Hibari membalasnya dengan pukulan keras tonfa pada perut Mukuro. Terbatuk, pemuda itu mengelus perutnya. "Uhk, Kyouya, kau akan membuat perut Chrome memar nantinya."

"Hn, siapa suruh kau menggunakan tubuhnya?" Hibari mendengus kesal mendengar Mukuro yang membawa gadis herbivore itu dalam pembicaraannya.

"Oya? Bukan salahku tubuh asliku masih ada disana. Kufufu.." ia menyenderkan kepalanya di pundak Hibari, menghela nafas panjang. "Kau tau, mereka menyebut tempat itu neraka. Tapi disana bahkan lebih membosankan daripada neraka itu sendiri."

Hibari bergidik, sebenarnya ia kurang suka jika Mukuro mulai manja seperti ini. Tapi ia akui, ia suka ketika Mukuro bersandar padanya walaupun wajahnya tidak terlihat begitu. "..Hn. Cepatlah keluar." ujarnya dengan suara pelan hampir berbisik.

"Tentu saja, Kyouya. Dan aku akan langsung menemuimu ketika keluar dari sana.."

"..Ho?"

"Iya, janji. Kufufufu.." dan Mukuro menegakkan badannya, dari gerak geriknya terlihat ia akan segera pergi. "Oya, sepertinya waktuku akan habis.. Sampai nanti, Kyouya."

Setelah mengelus atau tepatnya mengacak-acak rambut hitam Hibari, pemuda itu tampak menghilang dibalik pintu. Meninggalkan Hibari yang masih menatap lurus posisi terakhir Mukuro berada. Sejak itu ia selalu yakin Mukuro akan bebas secepatnya. Tapi hal itu tidak pernah terjadi, sampai ia terbawa ke masa depan, bertukar tempat dengan dirinya yang dewasa dan bertemu Mukuro yang asli.

Dan kini sosoknya sepuluh tahun kemudian telah kembali ke masanya, tapi ia tidak menemukan Mukuro. Walaupun ia yakin kini lelaki itu berada di negara yang sama atau bahkan ia masih berada di kota ini. Tapi dimana dia? Dia yang berjanji akan segera menemui Hibari ketika sudah keluar dari tempat itu. Hibari telah menunggunya selama sepuluh tahun, dan kini sudah dua bulan berlalu sejak masalah Millefiore selesai dan ia kembali ke masanya.

Kau bilang akan kembali. Mukuro..

Tapi dimana kau?

.

.

Mukuro..

Aku ingin bertemu..denganmu.

.

.

.

"Kau merindukanku, Kyouya?"

Muk-!

Dalam satu kedipan ia merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya yang didekap erat, dilingkari tangan bersarung tangan dari belakang. Ia merasakan berat di punggungnya yang membuat jantungnya berdegup kencang. Harum yang familiar ia rasakan ketika helaian rambut biru tua menyentuh telinganya.

Ia..

"..Aku juga merindukamu. Kufufufu."

.

.

"..Kau pulang.."

"Ya, Kyouya."

.

.

"Kenapa.."

"Kenapa?"

.

.

.

"Kenapa apanya?"

Ia yang selalu Hibari nantikan kembali. Menyapa Hibari dengan pelukan dari belakang seperti yang biasa ia lakukan. Pelukan yang entah mengapa terasa lebih hangat daripada sebelumnya. Hibari memejamkan kedua matanya. Ia tidak tau apakah harus senang ataukah marah pada ia yang telah membuatnya menunggu.

"Kukira kau tidak akan pulang.."

"Tidak."

.

.

"Kau pikir aku akan meninggalkanmu?"

Suara yang selalu ia harapkan untuk ia dengar akhirnya terdengar lagi. Entah mengapa menghangatkan hatinya. Hibari dapat merasakan nafas hangat Mukuro pada lehernya. Dan sedetik kemudian lidahnya yang membasahi bagian antara leher dan pundaknya, membuat Hibari sedikit merinding karenanya.

"Mukuro, tidak sekarang.." desis Hibari ketika Mukuro mulai menurunkan yukata Hibari perlahan, menampilkan pundak putihnya. Tapi sang ilusionis tidak berkata apapun, ia malah meneruskannya, tangannya menelusuri dada bidang Hibari, menyentuh pusatnya, yang kemudian membuat Hibari mengeluarkan suara lemahnya.

"Aku bilang tidak sekarang." ia menarik tangan Mukuro menjauhi tubuhnya.

"Kenapa Kyouya? Sudah bertahun-tahun.. Aku ingin merasakanmu.." Mukuro kembali mengecup leher Hibari, meninggalkan bercak ditempat yang ia cium. Hibari mendorong Mukuro ke belakang, memukul perut lelaki itu dengan sikutnya.

"Kau menemuiku hanya ingin melakukan itu?" ia berkata tanpa membalikkan wajahnya memandang Mukuro. Berdiri dan melangkah menjauhinya.

"B-Bukan, Kyouya! Aku hanya-"

"Jika itu yang kau mau, pergilah dan cari mainan baru!"

Dan kata 'mainan' yang diucapkan Hibari serentak membuat Mukuro melebarkan matanya. Ia bangkit, dan menarik tangan Hibari keras. "Apa maksudmu Kyouya? Kau bukan mainanku!"

"Jangan sentuh." lelaki berambut hitam itu menarik tangannya lepas dari genggaman Mukuro.

Ia benci Mukuro yang seperti ini. Yang hanya menginginkan kepuasan darinya saja. Padahal bertahun-tahun Hibari menunggunya dengan sungguh-sungguh. Tapi inikah yang Mukuro inginkan? Yang Mukuro maksud dengan akan segera menemuinya ketika ia bebas?

"Kyouya kumohon.. Maaf.." ia memeluk Hibari dari belakang, menyandarkan kepalanya pada pundak Hibari.

"Lalu kenapa.."

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kau pulang?"

Mukuro mengernyitkan alisnya, "Tentu saja karena kau, Kyouya,"

"Karena kau ingin tubuh mainanmu ini?"

Perkataan itu kembali membuat Mukuro melebarkan matanya, alisnya berkerut hampir menyatu. Yang entah kenapa membuatnya sedikit marah. "Bukan Kyouya, bukan itu yang aku inginkan!" tapi Mukuro semakin mempererat pelukannya.

"Lalu kenapa.."

"Karena aku mencintaimu Kyouya, aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin menyentuhmu dengan tubuh asliku-"

"Oh?"

"Ya, Kyouya."

.

.

"Kau pembohong, Mukuro."

.

.

A-

"Apa? Kenapa!"

"Kau bilang kau akan kembali secepatnya..." Hibari melepaskan dirinya, mendorong Mukuro ke belakang dan melangkah menjauhinya. "..tapi kau membuatku menunggu. Brengsek.." ia membalikkan badannya, untuk pertamakalinya memandang lurus mata berbeda warna milik Mukuro.

Mukuro mengerutkan alisnya, tersenyum miris seraya membalas pandangan Hibari. Ia berjalan perlahan mendekati lelaki itu, meraih kepalanya dan memeluknya. Ia dapat merasakan Hibari yang membenamkan wajahnya pada dadanya, menggenggam erat pakaiannya dibelakang.

.

.

.

"Okaeri.. Mukuro.."

Sang ilusionis mengangkat alisnya, kemudian sebuah senyuman tampak di wajahnya, seraya mengelus lembut rambut hitam Hibari.

"Tadaima, Kyouya."

.

.

"Kau tau kenapa aku terlambat menemuimu?" suara lembut Mukuro memecahkan keheningan diantara mereka. Ia masih memeluk erat sang skylark yang tampak menggeleng. Mukuro lalu tersenyum, melepaskan pelukannya dan merogoh saku jaketnya. "..mereka butuh waktu untuk membuat ini."

Dan sebuah kotak hitam dengan pita ungu dan biru tua ia keluarkan dari sakunya. Mukuro menarik perlahan pita yang mengelilingi kotak kecil tersebut, dan membukanya. Dua cincin mas putih dengan beberapa ukiran mengitarinya tampak bersinar dari dalam kotak, membuat Hibari sedikit melebarkan matanya.

Mukuro tersenyum lembut.

"Mi vuoi sposare, Kyouya?"

.

.

.


- - Fin? - -


Kimi o Matte Iru = Waiting for You

Okaeri = Welcome home.

Tadaima = I'm home.

Mi vuoi sposare = Will you marry me? (credit untuk mbah gugel translet)


A/N : E-ENDINGNYA GARING SUMPAH *ngakak jumpalitan*

*matiin capslock*

Ehm, well, hello there milady! 8Db

Akhirnya saya didatengin si ilham gegara ngekomen statnya Kamikaze-Rein di FB dan didukung LuiseMeyrink buat bikin 8D

(Lui : S-SIAPAJUGAYGDUKUNG?) #eh #abaikan

Dan yeeeeees! Hidup 6918~ *joget samba*

Saya seneng akhir2 ini banyak ff 6918 :'D *elap air mata* #lebay

Saya usahain buat nambahin lagi yeey *tebar2 bunga* #apasih

M-Maaf kalo ceritanya pendek, kurang menarik dan datar doang, ditambah ending yang garing yang kayak di fanfic saya yang satu lagi m(_ _)m *gigitin tonfa*

Saya ngerjainnya draftnya di sekolah sih, mendadak ahahaha jadi ngaco gini ahaha *gigitin trident*

J-Jadi, saya ingin tau pendapat milady sekalian yang udah baca fanfic ini dengan.. R-Reviewnya plz? m(_ _)m Silahkan mau protes atau apapun 'w'b

Sankyuu gozaimashitaaa 8DDD

*afk manggil si ilham lagi buat HiMW*