Chapter 21: Bandana Boy

Sebentar lagi musim semi berakhir. Tinggal beberapa hari lagi untuk pergantian musim ke musim panas. Jack pun mulai memanen tanamannya untuk terakhir kalinya di musim semi ini. Begitu memasuki musim panas, dia harus mengganti semua tanaman ladangnya. Begitu pula dengan bunga yang ditanamnya dengan Popuri. Mau tidak mau harus merelakannya karena bunga itu akan mati saat pergantian musim.

Mengingat tentang musim panas, itu mengingatkan Jack pada liburan musim panasnya dulu. Di musim itulah dia bertemu dengan teman masa kecilnya. Kenangan yang di saat itu pula menjadi saat terakhir dirinya bisa bertemu kakeknya. Musim panas memang meninggalkan banyak kenangan untuknya.

"Pagi, Kak Jack!" sapaan dari seorang gadis kecil mengagetkan Jack yang sedang memanen hasil kebunnya.

"May?"

"Kak Jack, boleh aku memerah sapinya?" tanya May dengan senyum cerahnya.

Jack malah terbengong karena gadis kecil berpenampilan Indian itu tiba-tiba saja muncul dan ingin memerah sapi. Tak lama kemudian Barley datang menyusul cucunya itu.

"May, jangan mengganggu pekerjaan, Jack," tegur sang kakek seraya mengelus janggutputihnya.

"Tapi, Kek, aku bosan. Semua orang sibuk bekerja. Aku kesepian," lirih May.

Melihat May membuat Jack seperti melihat dirinya saat masih kecil. Dirinya juga sering merasa kesepian karena kedua orangtuanya selalu sibuk bekerja dan dia juga tidak memiliki banyak teman saat itu. Karena kesibukan orangtuanya itu juga yang membuatnya menghabiskan liburan musim panas di tempat mendiang kakeknya dulu. Jadi, dia bisa mengerti perasaan May. Tapi, dirinya sekarang juga tidak bisa menemani gadis itu untuk bermain karena pekerjaannya hari ini begitu banyak.

Jack pun menghampiri mereka, meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai. "Bagaimana kalau kita ke Gereja?" sarannya. Dia cuma teringat pada Carter yang hampir selalu berada di Gereja tanpa memiliki banyak kegiatan. "Biar kuantar ke sana."

"Ide bagus," sahut Barley. "Tapi, maaf jadi merepotkanmu."

"Tidak masalah," ucap Jack. "Ayo, May." Dia mengulurkan tangannya yang segera diraih oleh gadis kecil itu.

-x-x-

Ide Jack untuk membawa May ke Gereja memang sesuai harapan. Carter bersedia menjaga May hingga sore nanti saat pekerjaan Barley di pertenakannya selesai karena dia memang tidak memiliki banyak kegiatan. Ketika itu juga Stu datang dengan wajah murung dan tampak sedang bosan.

"Ada masalah apa, Stu?" tanya Carter dengan nada ramahnya.

"Aku bosan. Semua orang sibuk bekerja. Tidak ada yang punya waktu untuk bermain denganku," jawab Stu.

"Kebetulan sekali. Kau punya masalah yang sama dengan May. Bagaimana kalau kalian berdua main bersama di sini?"

"Kurasa itu lebih baik. Tapi, kita main apa?"

May menghampiri Stu dengan riang. "Kita main rumah-rumahan saja," jawabnya polos.

"Sudah kuduga," desah Stu pasrah.

Jack juga sudah menduga May akan bilang begitu. Dia cuma bisa tersenyum maklum. Kemudian dia memandang Carter. "Dari sini, tolong, ya, Pastur."

"Tentu. Serahkan saja mereka padaku," sahut Carter.

"Kalian berdua jangan nakal, ya," pesan Jack pada May dan Stu.

"Ya, Kak!" sahut kedua anak itu bersamaan. May menyahut dengan semangat, tapi Stu menyahut dengan nada yang sebaliknya karena permainan yang akan dimainkannya nanti bersama May.

"Ayo, kita main, Stu~" ajak May dengan semangat sambil menyeret Stu masuk ke dalam Gereja. Yang diseret tetap cuma bisa pasrah saja.

Setelah itu Jack segera pamit karena dia masih punya banyak pekerjaan di kebunnya. Tapi, sebelum itu dia teringat kalau dirinya berencana untuk membeli makanan ikan karena sekarang dia sudah memelihara ikan juga walaupun cuma beberapa ekor di kolam di samping kandang ayam. Karena sudah terlanjur dekat Supermarket, jadi sekalian saja membelinya. Supermarket juga sudah buka.

-x-x-

"Kau sudah memelihara ikan juga rupanya," tegur Karen ketika melihat Jack memesan sejumlah pakan ikan pada ayahnya.

"Ya, kurasa tidak masalah menambah peliharaan lagi. Daripada kolam di rumah tidak terpakai. Lagipula memelihara ikan tidak sulit," ujar Jack sambil membayar di meja kasir.

"Kalau kupikir juga fasilitas di kebunmu memang lengkap untuk bisa merawat beberapa jenis ternak sekaligus. Termasuk ikan," ujar Karen.

"Selain itu," ucap Jack, "kalau mau makan ikan, tinggal ambil dari kolam saja. Tidak perlu repot lagi memancingnya."

Karen terkekeh pelan. Tidak begitu merasa heran untuk yang satu itu. "Dasar..."

Selesai berbelanja, Jack kembali melanjutkan perjalanannya menuju kebunnya. Kali ini dia memilih jalur melewati Inn yang sepertinya dilewati di saat yang salah karena menemukan Ann keluar tiba-tiba dari Inn sambil marah-marah dan membanting pintu.

"Ann?"

"Eh, Jack?" Ann sendiri terkejut melihat Jack yang ternyata berada di depan Inn. Pasti dia sudah melihat gayanya yang marah-marah itu.

"Ada apa?" tanya Jack cukup penasaran. Tidak biasanya Ann marah seperti itu.

"Bu, bukan... apa-apa...," jawab Ann agak tergagap. "Aku cuma agak kesal pada Ayah yang memintaku untuk segera menikah saja. Padahal aku belum siap untuk itu. Selain itu, apa kau bisa membayangkan aku mengenakan gaun pengantin?"

Jack terdiam sejenak, membayangkan seperti apa Ann yang mengenakan gaun pengantin. Sedikit tidak beda jauh dengan saat Ann mengenakan kostum Dewi saat perayaan Goddess Festival sebelumnya. Tapi, kelihatannya tidak ada yang salah dengan penampilannya dengan gaun tersebut.

"Aku bisa membayangkannya. Menurutku kau cocok saja mengenakannya. Malah lebih bagus," jawab Jack dengan polosnya.

Ann tertegun dengan wajah merona karena tak menduga akan mendapat jawaban seperti itu dari Jack.

"O, oh... begitu, ya. Ba, baguslah kalau kau merasa begitu," ucap Ann kembali gagap dengan nada dan wajah yang malah diketuskan. "Sudah dulu. Aku harus kembali bekerja. Dah." Dia pun masuk begitu saja meninggalkan Jack yang terbengong di tempat.

"Aku salah bicara, ya?" gumam Jack bingung karena cara Ann menanggapinya.

-x-x-

Sebuah kapal berlabuh di dermaga Mineral Town saat Zack sedang memeriksa daftar pesanan Supermarket untuk stok musim panas yang tinggal beberapa hari lagi. Juga ada pesanan dari Yodel Ranch dan Poultry Farm untuk kebutuhan ternak mereka. Zack menoleh dan langsung terkejut ketika melihat kapal apa yang berlabuh itu. Dia juga semakin terkejut begitu melihat siapa yang turun dari kapal tersebut.

"Ah, akhirnya sampai juga di Mineral Town," ucap si penumpang kapal yang turun itu. "Lama tidak jumpa, Zack," sapanya pada si pria berotot yang masih tertegun dengan kedatangannya.

"Kau... Kau datang lebih cepat dari biasanya," komentar Zack.

"Perjalanan kali ini lebih cepat. Lagipula tidak masalah kalau aku datang lebih cepat, 'kan? Aku juga ingin menikmati sebentar musim semi di sini."

Si penumpang kapal yang merupakan seorang pemuda berkulit gelap dan mengenakan bandana ungu itu kemudian melangkah melewati Zack. "Aku akan ke penginapan dulu untuk menyimpan barang-barangku."

Mendadak pemuda itu berhenti dan melirik sedikit ke arah Zack yang ada di belakangnya. "Oh, ya. Kudengar kalau pewaris perkebunan di dekat bukit itu sudah datang. Apa itu benar?"

"Ya, namanya Jack. Dia sudah di sini sejak awal musim semi," jawab Zack.

"Oh, Jack, ya... Terima kasih sudah memberitahu," pemuda itu kembali melangkah meninggalkan daerah Pantai Mineral. "Jack... Seperti apa, ya, orangnya?" gumamnya sambil tersenyum tipis.

-x-x-

Ann masih terbayang-bayang perkataan Jack mengenai pendapatnya tentang gaun pengantin. Wajahnya pun jadi kembali merona setiap kali mengingatnya.

"Dasar Jack. Caranya menyampaikannya itu terlalu blak-blakan," dia mendumel sendiri sambil melap meja. Ekspresinya tampak mengeras karena menahan malu. Belum pernah ada yang beranggapan seperti itu padanya. Wajah Ann kemudian perlahan kembali melunak. Biarpun blak-blakan, apa yang dikatakan Jack juga bukanlah hal negatif. Seharusnya itu bagus. Dia pun jadi tersenyum sendiri tanpa menyadari kalau Doug terus memperhatikan tingkah putrinya itu dengan tatapan heran.

"Kau kenapa, Ann?" tanya Claire yang juga menyadari tingkah aneh Ann hari ini. Lebih tepatnya setelah dia marah-marah tadi.

"A, ah! Ti, tidak ada apa-apa, kok," sangkal Ann cepat.

Pintu utama Inn terbuka perlahan seraya dengan masuknya seseorang ke dalam Inn yang langsung menarik perhatian Ann, Claire, dan Doug.

"Selamat dat— Kau?" Ann terkejut saat melihat siapa yang datang. Doug pun tak kalah terkejut juga. Sedangkan Claire menatap bingung karena tidak tahu siapa sebenarnya yang datang itu.

-x-x-

Menjelang sore Jack akhirnya menyelesaikan seluruh pekerjaan di kebunnya. Ternaknya juga sudah dia masukkan ke dalam kandang dengan bantuan Brown untuk sapi dan domba. Anjing kecil itu semakin hari semakin bisa diandalkan dalam menjaga ternak dan kebun. Semua peralatan berkebunnya telah dia simpan pada tempatnya, lalu diganti dengan alat pancingan. Hari ini dia ingin memakan sushi. Jadi, dia perlu ikan laut segar untuk membuatnya. Kalau yang dipelihara di kolamnya itu ikan air tawar. Memang tidak masalah juga membuat sushi dengan ikan air tawar, tapi dia lebih suka membuat sushi dengan ikan laut. Mumpung dekat pantai, dipancing saja ikannya. Lebih terjamin kesegarannya.

Dengan semangat dia melangkah keluar dari area kebunnya, tapi dia mendadak berhenti saat melihat Popuri dan May sedang berbicara dengan seseorang yang belum pernah dilihatnya di Mineral Town tepat di depan Saibara Shop. Seorang pemuda berkulit gelap dan mengenakan bandana ungu. Penampilannya begitu khas seorang yang sering menghabiskan waktu di pantai dan laut. Kedua gadis yang bersamanya itu terlihat sangat senang.

"Kai, lama tidak jumpa," sapa Popuri riang.

Jack tertegun sejenak mendengar nama yang disebutkan Popuri itu. "Jadi, itu Kai, ya...," gumamnya. Nama Kai memang sudah sangat menempel di kepalanya. Apalagi dengan cara Rick bercerita mengenai pemuda yang katanya cuma datang selama musim panas itu. Tapi, apakah Kai memang seburuk yang diceritakan Rick? Kelihatannya tidak begitu. Apalagi Popuri dan May terlihat begitu akrab berbicara dengannya.

Pemuda bernama Kai itu melihat Jack yang masih terdiam di puncak tangga sambil memperhatikannya. Dia pun permisi pada Popuri dan May untuk menemui Jack. Dengan langkah santai dia menghampiri pemudia petani tersebut.

"Kau yang... bernama Jack. Benar, 'kan?" tanya Kai.

"Ya," jawab Jack pelan.

"Kau sedikit berbeda dari yang kubayangkan, ya," ucap Kai sambil tersenyum yang sejujurnya terlihat seperti merendahkan di mata Jack. Jack pun sempat merasa terganggu dengan caranya berpendapat mengenai dirinya itu. "Aku Kai. Mulai musim panas nanti aku akan membuka pondok di pantai. Datanglah kalau ada waktu."

Setelah itu pemuda bandana itu melangkah pergi begitu saja meninggalkan Jack. Sampai pemuda itu menghilang di tikungan, Jack terus memperhatikannya. Sikapnya memang terkesan angkuh yang wajar membuat Rick begitu membencinya. Ditambah itu membuatnya juga kalah pamor. Tapi, entah kenapa rasanya ada yang mengganjal pada cara Kai bersikap itu. Sikapnya itu rasanya bagaikan... topeng.

-x-x-

"Aku benar-benar tidak menyangka Kai akan datang secepat ini," ucap Ann sambil membereskan piring yang telah dicuci setelah Inn tutup.

"Kai... pemuda yang baru datang itu, ya? Memangnya ada apa dengannya?" tanya Claire yang membantu Ann membereskan dapur.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa, sih... Cuma dia itu punya masalah dengan beberapa penduduk di sini. Terutama dengan Rick. Salah satu alasannya karena adiknya cukup dekat dengannya. Alasan lainnya... mungkin kalah pamor," jelas Ann, meletakkan piring terakhir di rak. "Memang sekilas dia terlihat angkuh dan suka merendahkan, tapi menurutku dia cukup keren. Bagaimana menurutmu, Claire?"

Claire agak ragu menjawabnya. "Karena baru kali ini aku bertemu dengannya, aku tidak bisa berpendapat banyak tentangnya. Tapi..."

"Tapi?" Ann begitu penasaran dengan kelanjutannya.

"Dia itu... seperti orang yang mengenakan topeng."

Welcome to My Fic! \(^O^)/

Dan Kai pun muncul! Ini merupakan saat yang paling kutunggu dalam pembuatan cerita ini. Dan akhirnya memasuki musim baru setelah 3 tahun lebih! Sungguh parah! #nangislebay.

Untuk pemberitahuan, fic ini telah direncanakan dibuat secara terpisah untuk setiap musimnya. Jadi, mulai chap berikutnya akan dilanjutkan ke fic yang baru. Itu supaya bila ada pembaca baru, tidak terkesan ceritanya terlalu panjang untuk dibaca karena saya sendiri kalau mau membaca fic yang belum dibaca dan melihat ternyata chapter-nya sangat banyak, apalagi di atas 25 chap, dan belum ada status complete, jadinya perlu banyak pertimbangan juga untuk mulai membacanya. Walaupun fic ini juga ceritanya memang panjang, sih, karena mengikuti kisah di game-nya. = ='a

Oke! Kita lanjut ke review~

To Bijuu vs jinchuuriki: Yang akan jadi pasangan di festival itu lihat saja nanti, ya~#kumatlagisokmisteriusnya.

To Motoharunana: Oke, sip!#angkatjempol.

Sekian balasannya. Karena mulai chap berikutnya akan dilanjutkan di fic baru, jadi...

Sampai ketemu di bagian Musim Panas!

~Princess Fantasia~