Aoife: Saya kembali! *slapped

Echo: Oh, ternyata si author gila ,lho? *tampang datar*

Aoife: *Pundung di pojokan* hiksu, hiksu, Echo-chan jahat!

Oz: Udah-udah, cepet lanjutin! Inget lho, gaji kita belom dibayar!

Aoife: hiks,hiks, iya! Ini epilog yang Aoife janjikan! Dan seblum para readers mebacanya, Aoife peringatkan kalo epilog ini amat (sangat) ancur!

Alice: Disclaimernya jangan lupa! Author gila ini gak punya Pandora Hearts. Kita semua(kecuali si author) punya Jun Mochizuki-sensei!

Aoife: *masih berlinang air mata* enjoy


My Dreams


Epilogue: 6 Years Later

"Alice! Sarapan sudah siap!" Echo memanggil Alice. Alice yang sedang asyik mendengarkan music di kamarnya segera berlari ke ruang makan.

"Asyik! Daging, ya?"pekik Alice kegirangan. Dia segera duduk di meja makan, berhadapan dengan Echo yang sudah duduk terlebih dahulu. Alice menatap piring sarapannya dan memberengut, "Kok cuma omelette?"

"Daging tidak bagus untuk sarapan, Alice." Kata Echo datar sambil mengaduk teh manisnya. Walaupun sekarang umurnya sudah 22 tahun, Echo masih belum kehilangan kedatarannya.

Alice masih memberengut, tapi dimakannya juga omelette itu. Daripada gak sarapan, mending dimakan aja, kan? Setelah selesai menyantap sarapannya, Alice meminum teh manis yang Echo buat. Alice harus mengakui, sarapan buatan Echo memang paling top!

"Kau ada janji dengan Gil hari ini?" tanya Echo, Alice mengangguk. "Bisa tolong belikan bahan makanan?" pinta Echo. Sebelum Alice sempat menjawab, Echo cepat-cepat menambahkan, "Nanti akan kubuatkan steak buat makan malam!" Alice langsung mengangguk setuju.

Beberapa saat kemudian, Alice sudah berangkat dengan riang gembira. Echo mengantar kepergian Alice sampai ke pintu gerbang. Setelah Alice tidak terlihat, Echo berbalik dan memasuki rumah kecil yang ditempatinya bersama Alice. Rumah itu diberikan oleh Oz dan Gil untuk mereka berdua.

Setelah aksi pembebasan Echo, muncullah masalah lain. Dimana Echo akan tinggal? Tidak mungkin Echo kembali ke mansion Nightray. Kalau Echo tinggal di mansion Vesallius, jelas akan menimbulkan gosip tidak sedap. Akhirnya, diputuskan Echo akan tinggal di rumah kecil yang dibeli keluarga Vesallius beberapa tahun sebelumnya. Sambil menyelam minum air, Alice juga sekalian tinggal di situ.

Echo melangkah menuju ruang kerjanya. Sesampainya di sana, dia kembali melanjutkan mengetik ceritanya yang sempat tertunda. Echo sekarang bekerja sebagai penulis. Royalti dari karya-karyanya lah yang menghidupi dirinya dan Alice.

Sekarang Echo sedang berkutat dengan novel barunya. Deadline-nya hari ini, dan sekarang Echo sedang menyelesaikan ending-nya. Echo mengetik baris-baris terakhir, dan setelah dia puas dengan hasilnya, dia mencetak dan menjilidnya. Kemudian dia menyatukan bagian terakhir novelnya dengan bagian awal yang sudah dia cetak dan jilid terlebih dahulu.

Echo kemudian bersiap-siap untuk pergi ke kantor penerbitnya. Echo mengganti baju rumahnya dengan blus biru muda dan celana jeans hitam. Dia memasukkan script novelnya ke dalam sebuah kantong plastik. Karena kantor penerbitnya cukup dekat, Echo memutuskan untuk berjalan kaki.

Sebelum Echo berangkat, hanphone-nya berbunyi. Echo mengangkatnya dan mengamati layarnya. Nomor Oz tertera di sana. Echo segera menekan tombol answer, "Halo, Oz-sama?"

"Sudah kubilang jangan pake sama, Echo-chan!" terdengar suara Oz dari ujung sana. Intinya, tidak ada satupun diantara mereka berdua yang mau merubah gaya bicara mereka.

"Echo-chan, sebelum ke kantor penerbit, mampir dulu ke taman, ya! Kutunggu kau di sana sekarang! Jangan lupa bawa salinan novelmu! Bye!" Oz langsung memutuskan sambungan. Echo mendesah kesal, kadang-kadang Oz suka berbuat seenaknya.

Echo melirik jam di dinding, baru jam 11 siang. Janji bertemu dengan editornya jam 12.30. Masih sbanyak waktu untuk bertemu Oz. Untung Echo selalu mencetak naskah novelnya dua kali, satu untuk diberikan kepada editornya dan satu untuk koleksi pribadi.

Setelah kembali menyiapkan semua keperluannya, Echo segera pergi. Letak taman tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit berjalan kaki.

Oz sudah menunggunya ketika Echo sampai di taman. Dia langsung tersenyum senang ketika melihat Echo. Echo membiarkan bibirnya tersenyum kecil untuk membalas senyuman Oz. Echo hanya tersenyum pada saat-saat tertentu saja. Dan saat ini adalah salah satunya.

Oz sedang duduk di sebuah bangku taman ketika Echo menghampirinya. Oz melambai dan mengisyaratkan agar Echo duduk di sebelahnya. Echo segera duduk di sebelahnya. Dia memberikan salinan novelnya kepada Oz. Oz menerimanya dan langsung men-skip ke bab terakhir. Oz sudah membaca bab-bab sebelumnya.

Keheningan terjadi selama beberapa saat di antara mereka. Suara yang terdengar hanyalah suara halaman-halaman novel yang Oz buka. Ketika mencapai bagian akhir, Oz bersiul kagum.

"Wah, Echo! Tak kusangka Kiela jadinya sama Aiden! Kukira dia bakalan sama Raphael, lho! Nanti ada sekuelnya, gak?" Oz langsung menghujani Echo dengan berbagai macam pertanyaan. Echo menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan sabar.

Setelah selesai menyai Echo seputar nvelnya, wajah Oz kembali serius, "Echo-chan, ada beberapa hal lain yang ingin kubicarakan denganmu!" ucapnya serius. Echo mengangkat sebelah alisnya, bertanya-tanya dalam hati.

Oz tersenyum kecil ketika dia melihat reaksi Echo. Dia merogoh saku celananya, mencari sesuatu. Akhirnya dia mengeluarkan benda yang dia cari, yang dia tutupi dengan jemarinya.

"Echo, mendekatlah!" Echo menuruti permintaan Oz. Dia mendekatkan tubuhnya dengan Oz.

Oz membisikkan sesuatu di telinga Echo. Echo, yang kaget mendengarnya, menjatuhkan salinan novelnya, sementara wajahnya memerah. Oz mengenggam tangan kanan Echo, memberikan benda yang tadi dia pegang kepada Echo. Echo segera merapatkan jari-jarinya dan menutupi benda itu.

Oz kembali membisikkan sesuatu. Akhirnya Echo mengangguk kecil, dia menggumamkan sesuatu, "Ya, Echo mau!" Oz tersenyum senang. Dia merangkul tubuh Echo erat-erat. Perlahan-lahan, Echo juga ikut tersenyum. Bukan senyum malu-malu seperti biasanya, tapi senyum bahagia.

Sementara itu Novel Echo tergeletak di tanah, masih berada di tempat Echo menjatuhkannya. Cover-nya yang masih berwarna putih polos menampakkan judul novel itu dengan jelas.

My Dreams..


The End

Alice, Oz, Gil, Echo: Yes, akhirnya fic ini selesai juga! Kita bebas!

Aoife: Eits, tunggu dulu! Kalian masih akan saya siksa di Pandora Street Child!

Alice, Oz, Gil, Echo: Gak mau! *kabur*

Aoife: Woi, jangan kabur! Ah, udahlah biarin aja.. seperti kata mereka, fic ini akhirnya selesai! Terima kasih kepada para readers yanng telah setia membaca fic ini sampai akhir, baik yang rajin mereview maupun yang hanya menjadi silent reader^^ Sekedar pemberitahuan, oneshoot Aoife yang berjudul Tell Me Your Wish akan dibuat sekuelnya. Tapi nanti, Aoife masih punya banyak utang fic! *pundung* Sekali lagi, merci bagi yang telah setia membaca fic abal Aoife yang satu ini^^ See ya in the next fic!