Disclaimer : Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Romance, Hurt
Rate : T
Warnings : AU, little bit OOC, typo
Hunting for Love
Nadeshiko Ama
Chapter 1
Suara derap langkah kaki mengema di koridor, tampak bahwa pemiliknya seorang wanita muda berambut coklat tergesa-gesa untuk segera sampai di ruangan yang berada di ujung koridor.
Braak..
"No..na Te..ma..ri.." Dia mencoba memanggil atasannya di sela nafasnya yang masih tersengal-sengal.
"Astaga, Matsuri bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk ruanganku?"
"Ma..maafkan saya, tapi ada berita yang sangat mendesak."
Perhatian Temari kini sepenuhnya beralih ke arah sekretarisnya itu. "Ada apa Matsuri?"
"Kazekage-sama berniat menjodohkan Anda dengan salah satu pria single di perusahaan ini."
"A..apa?" Mata Temari membulat tak percaya.
oOo
Ketukan jarinya pada meja makin lama makin cepat, seolah dengan bertambahnya kecepatan tangan dapat mengenyahkan kegalauan di benaknya. Mata dark green-nya bergerak menyusuri beberapa file di depannya, lama kemudian terdengar helaan nafas berat dari wanita muda berambut pirang itu.
"Jadi ini kemungkinan calon yang akan dijodohkan Tou-san padaku?"
"Iya Nona."
"Namikaze Naruto, Uchiha bersaudara, Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke, Hyuuga Neji, Hatake Kakashi. Dia tidak termasuk ya?"
"Benar, Nona. Saya mendengar 5 nama itu saja yang direkomendasikan Chiyo-sama."
"Apa kau tidak bisa memastikan siapa salah satu dari mereka yang akan dijodohkan denganku?"
Matsuri hanya merespon dengan gelengan lalu menambahkan " Tapi Kazekage-sama belum tentu menyetujui rekomendasi Chiyo-sama atau bahkan beliau sudah mempunyai calon sendiri."
"Jadi ada kemungkinan ada lebih dari 5 calon, tapi tidak mungkin Nara Shikamaru termasuk di dalamnya kan." Temari memandang Matsuri dengan senyum masam, yang bisa ditanggapi dengan senyum gugup dan tatapan prihatin.
Ya bukan rahasia umum bahwa hubungan Sabaku Temari dan Nara Shikamaru ditentang habis-habisan oleh keluarga Sabaku tanpa pernah ada alasan yang jelas diberikan oleh sang ayah. Masih segar dalam ingatan Temari pertengkaran hebat antara dia dengan ayah dan kedua adiknya mengenai hubungannya bersama Shikamaru yang berakhir dengan kambuhnya penyakit jantung ayahnya yang hampir merenggut nyawanya.
~Flashback~
Sore itu seluruh keluarga Sabaku berkumpul di ruang tengah Sabaku Manor, menikmati suasana indah musim gugur, angin menerbangkan daun merah momiji yang berguguran terlihat selaras dengan langit senja, keindahan tersebut dapat dinikmati oleh 4 orang Sabaku dari jendela besar yang membingkai sisi utara ruangan. Kebersamaan seperti ini sangat jarang terlihat di kediaman keluarga Sabaku karena kesibukan masing-masing, sehingga tepat rasanya bagi sang kepala keluarga untuk menanyakan kabar dari ketiga anaknya— Sabaku Temari, Sabaku Kankurou serta Sabaku Gaara— dimulai dari putri sulung.
"Kau masih berhubungan dengan pemuda Nara itu Temari?" tanyanya tanpa basa-basi, yang memang tidak pernah ada di dalam kamus kehidupannya.
"Tousan ini tidak seperti..." belum sempat melanjutkan kalimatnya, ayahnya sudah memotong kalimatnya serta menatapnya dengan tajam
"Jawab saja Temari."
"Maaf Tou-san." Ujarnya sambil menundukkan kepalanya. Ia tahu benar perangai ayahnya, tidak menuruti perintah ayahnya sama dengan membangkang dan itu artinya
Prangg...
Cangkir teh tak berdosa yang sedang dipegang ayahnya menjadi pelampiasan amarahnya dan dia hanya bisa menunduk semakin dalam.
"Sudah berapa kali kubilang putuskan hubunganmu dengan pemuda itu. Apa kau sudah tak menghormatiku lagi Temari."
"Tentu saja tidak Tou-san, aku hanya..."
"Mencintainya. Begitukan Nee-san?" Kankurou memotong ucapanku dengan nada mencemooh.
Temari menatap tajam adiknya "Jangan memperkeruh keadaan Kankurou!" Ia melirik sekilas ke arah adik bungsunya yang masih memasang tampang stoicnya. Jangan sampai Gaara juga menyerangnya, sekeras kepalanya Temari tidak mungkin menang ia melawan 3 orang Sabaku sekaligus.
"Adikmu benar, Temari. Berhentilah main-main dan mulailah serius dengan hidupmu. Tou-san tidak akan pernah merestui kalian. Carilah pemuda lainnya dan jangan pernah berhubungan dengan keluarga Nara."
"Nee-san hanya terbawa romansa cinta monyet Tou-san."
Cinta monyet yah mungkin bisa dibilang begitu, Shikamaru adalah first crush nya saat masih duduk di bangku high school dan hubungan itu terus berlanjut sampai sekarang meskipun harus kucing-kucingan dengan ayah dan kedua adiknya. Temari mungkin bisa menoleransi perkataan itu jika diucapkan dari orang lain, tetapi bila hal ini keluar dari mulut Kankurou, adiknya, baginya itu adalah penghinaan, seakan-akan ia adalah gadis ingusan yang terpesona pada pangeran tampan berkuda putih seperti dalam dongeng-dongeng yang sering didengarnya sewaktu masih kecil. Dan tidak, entah apa yang merasukinya, ia tidak mau mengalah kali ini dengan adiknya.
"Memangnya kenapa kalau aku mencintainya, Kankurou?" bentaknya pada Kankurou
Dan genderang perang sepertinya sudah ditabuh, dapat ia lihat wajah murka ayahnya serta kekagetan di wajah kedua adiknya.
"TEMARI." Suara ayahnya menggelegar membelah kesunyian Sabaku Manor. Tak ada jalan mundur lagi baginya ia harus terus maju dan menuntaskan segalanya hari ini.
"Kau sadar dengan kata-katamu barusan Nee-san." Kali ini Gaara angkat bicara
"Ya, tentu saja. Kalian tidak salah dengar, aku mencintainya."
"Jadi kau akan terus mempertahankan hubunganmu dengan Nara?" nada geram terdengar dari pertanyaan ayahnya.
"Iya Tou-san. Kami saling mencintai, tidak ada salahnya bukan?"
"Lihat dirimu Temari, kau berani membantah permintaan tou-san mu demi pemuda itu, sebelum bertemu dengannya kau gadis penurut. Tidak! Aku tidak akan pernah menyetujui hubungan kalian. Dan benar kata Kankurou, kau tidak mencintainya. Putuskan hubungan kalian dan mulailah berhubungan dengan pemuda lain. "Wajahnya semakin memerah, kemurkaannya semakin nampak pada putri satu-satunya keluarga Sabaku.
"Aku mencintainya Tou-san." Suaranya mulai bergetar menahan semua beban yang berkumpul di dadanya.
"Kalau bisa sudah kupotong bagian hatiku yang mencintainya, agar aku tidak pernah mengecewakan kalian." Setetes air mata keluar dari mata kanannya, tak pernah ia merasa sefrustasi dan seputus asa seperti ini. "Aku tak peduli jika kalian tidak menyetujuinya, aku akan pergi bersama Shikamaru, pergi ke tempat dimana tak ada yang menentang hubungan kami walau harus ke ujung dunia sekalipun."
"Kau.." kata-kata tou-san tidak pernah diselesaikan karena ia terlihat kesakitan sambil memegang dadanya, wajahnya semakin memucat dan terlihat keringat dingin mengucur dari dahinya.
"Tou-san"
"Nii-san cepat telepon ambulans, jantung Tou-san kambuh lagi."
oOo
Ruang tunggu ICU tak pernah terasa begitu menakutkan seperti ini bagi ketiga Sabaku muda, terlebih bagi Temari, demi Kami-sama ia tak pernah bermaksud untuk mencelakakan tou-sannya. Ia menyayanginya, sungguh ia benar-benar sayang pada tou-sannya, apalagi setelah meninggalnya kaa-san saat melahirkan Gaara, praktis hanya tou-san satu-satunya orang tua yang dimilikinya. Meskipun sering sekali ia memperlakukan ketiga anaknya dengan otoriter, ia selalu berusaha menjadi gadis penurut agar tou-san bangga padanya. Tapi apa yang terjadi sekarang ia mengecewakannya, setetes air mata membasahi pipinya, dengan segara ia menghapusnya agar tak terlihat kedua adiknya.
"Menyesal kau sekarang, Nee-san?" Kankurou menyindirnya "Bukankah sekarang sudah terlambat. Menyesal selalu terjadi di belakang kan?"
"Hentikan Nii-san."
Air mata Temari semakin membanjiri pipinya, ia segera mengalihkan pandangannya ke pintu ruang ICU yang sedari tadi belum terbuka. Ia takut sekali 'Kami-sama aku mohon selamatkan tou-san'
Pintu ICU terbuka, seorang dokter berkacamata keluar menemui kami
"Tuan Sabaku masih dalam keadaan kritis, kami akan terus memantau keadaannya. Kalian berdoa saja."
"Apa kami bisa menemuinya dok?"
"Jangan hari ini, mungkin besok baru bisa."
"Terima kasih dokter."
oOo
Kakinya melangkah perlahan memasuki ruangan putih, hidungnya mengernyit karena kuatnya bau antiseptik yang menguar di dalam ruangan tersebut. Matanya tak lepas dari sesosok tubuh yang tergolek lemah dengan segala peralatan medis menancap di tubuhnya. Hanya suara mesin yang berdetak teratur menandakan masih adanya kehidupan yang menopang tou-sannya. Sungguh bukan ini yang dia inginkan, Temari hanya bisa mencengkeram erat baju steril yang harus ia kenakan di ruang ICU, berharap tak ada isak air tangis yang akan mempengaruhi keadaan tou-sannya. Dokter Kabuto mengatakan bahwa kesadaran tou-sannya memang hilang tetapi masih bisa mendengar suara di sekitarnya meski tidak ada respon balik. Disinilah ia mencoba berkomunikasi berharap agar mendapat respon.
"Tou-san ini aku Temari, bagaimana keadaan tou-san?"suaranya semakin mengecil karena tak kuasa menahan emosi, ini semua salahnya, tou-san ada di ruangan ini.
Masih tak ada respon
"Bangunlah tou-san, aku mohon." Tangannya menggenggam tangan tou-san berharap ada tangan besar yang balas menggenggamnya, memberikan kehangatan yang sering ia dapatkan ketika ia masih kecil. Tapi harapannya sia-sia ayahnya masih bergeming dalam tidurnya, seakan menghukum putrinya karena pembangkangan yang dilakukannya.
"Tou-san bangunlah, aku mohon. Bangunlah. Aku.. kami membutuhkanmu."
oOo
Seminggu setelah kunjungannya ke ruang ICU, Kankurou tiba-tiba menelpon mengabarkan bahwa ayahnya sudah sadar. Temari segera bergegas menuju rumah sakit, kegembiraannya menyebabkan ia tidak menyadari bahwa ia belum sempat menukar baju rumahnya, tapi ia pun tidak ambil pusing dengan penampilannya. Ia hanya ingin segera bertemu dengan ayahnya. Sesampainya di rumah sakit Gaara dan Kankurou sudah menunggu di depan pintu ruangan perawatan ayahnya. "Masuklah nee-san, tou-san ingin bertemu denganmu." Ujar Kankurou sambil menepuk pelan lengan Temari, Gaara pun hanya tersenyum tipis saat ia menatapnya. Perlahan ia buka pintu kamar dan mendapati bahwa ayahnya berbaring dengan sandaran kepalanya yang sudah dinaikkan.
"Tou-san."
"Temari, kemarilah." Suaranya masih lemah meski wajahnya tidak sepucat saat di ruang ICU
"Tou-san maafkan aku. Aku tidak bermaksud..."
"Aku tahu. Kau begitu karena cintamu yang begitu besar pada pemuda Nara itu."
"Aku..."
"Apakah kau tidak mencintai tou-sanmu ini, Temari?"
Pertanyaan yang sontak membuat gadis pirang itu terkejut bukan main
"Tentu saja aku mencintai tou-san." Ujarnya di sela tangis seraya memeluk ayahnya
"Lalu kenapa kau tidak menuruti permintaanku?" Temari tidak menjawabnya, hanya tangisnya yang semakin pecah di pelukan ayahnya.
oOo
Temari duduk sendirian di ayunan yang terletak di taman belakang Sabaku Manor, memandang langit sore, angin senja membelai lembut wajahnya. Ia bergitu terlena dengan ketenangan yang didapatnya, tanpa ia sadari ada langkah kaki mendekat.
"Nee-san."
Ia mendongakkan kepalanya dan menemukan adiknya sedang berdiri di sampingnya.
"Gaara? Ada apa?" ia tersenyum tipis saat menemukan adik bungsunya itu dan segera melanjutkan kegiatannya memandang langit sore sambil mengayunkan ayunan yang ia duduki.
"Kau tidak apa-apa?" ia bertanya sambil duduk di sebelah Temari.
"Menurutmu?" ia balik bertanya sambil tersenyum lemah, masih tidak menoleh pada adik bungsunya itu.
"Entahlah kau terlihat berusaha tegar padahal kenyataannya tidak."
"Nee-san? Ceritakan padaku apa yang kau rasakan, kami peduli padamu, sungguh." Gaara mendesak kakaknya ketika dilihatnya tidak ada respon yang ia dapat.
Temari tersenyum getir, peduli katanya, ia sungguh ingin berteriak di depan adiknya, jika kalian peduli padaku tentu tidak akan seperti ini jadinya. Hanya helaan nafas parau yang didengar Gaara, ia menyadari betul bahwa kakaknya tidak sedang baik-baik saja.
"Nee-"
"Dia seperti udara bagiku" jeda diambil Temari sebelum melanjutkan "Rasanya sesak sekali bila ia tidak di sampingku. Aku.. aku seperti tidak bisa bernafas."
Kata-kata Gaara seperti menggantung di udara begitu ia mendengar kalimat kakaknya. Ia segera berlutut di depan nee-sannya dan segera menggenggam tangannya.
"Kumohon kembalikan udaraku." Temari berkata lirih, Gaara melihat kakaknya meneteskan air mata, ia segera memeluk kakaknya yang dibalas dengan isakan tangis yang lebih keras.
Sungguh ia ingin semua ini segera berlalu, akhir-akhir ini tangisan kakaknya lebih banyak jumlahnya dari yang pernah ia tahu. Ini semua gara-gara Nara, kakaknya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, yang tentu saja tidak dapat diterima oleh kekasih kakaknya itu. Semakin lama suara tangis Temari semakin menyayat hati orang yang mendengarnya, tapi tidak ada yang bisa membantunya.
End of Flashback.
oOo
Temari memejamkan matanya, beberapa kali ayahnya menjodohkan dirinya dan entah sudah keberapa kalinya, ia menolak semua niat baik ayahnya itu. Terkadang ia bingung sebenarnya berapa stok calon suami yang dimiliki ayahnya. Dan sekarang ayahnya punya rencana tersendiri untuk menjodohkannya dengan rekan kerjanya di perusahaan tempat ia bekerja sekarang.
"Matsuri, kau yakin mereka semua ini masih single?"
"Tentu Nona. Kenapa Anda bertanya seperti itu?"
"Lihatlah mereka semua, tampan, pintar, kaya, punya kedudukan bagus di perusahaan. Bukankah mereka high quality bachelor, apa tidak ada wanita yang menarik hati mereka? Aku yakin wanita yang ingin menjadi pendampingnya sudah berbaris rapi di pintu rumah mereka. Apa sebenarnya masalah mereka?"
"Bukankah masalah yang sama sedang Anda hadapi sekarang?"
"Maksudmu Matsuri?"
"Anda juga cantik, pintar, kaya serta memiliki kedudukan penting di perusahaan ini. Saya mungkin permasalahannya bukan pada kualitas diri tetapi masih belum menemukan orang yang tepat. Jika tidak mana mungkin Kazekage –sama berkali-kali menjodohkan Anda."
Kata-kata Matsuri tak lagi didengarnya dengan baik, ada kata-kata yang menarik perhatiannya.
'Itu dia masalahnya, menemukan orang yang tepat.'
"Matsuri"
"Iya Nona." Keningnya berkerut memandang wajah atasannya yang mendadak cerah
"Aku tahu caranya"
"Apa?"
"Aku tahu cara menghindari perjodohan ini, jika mereka menemukan orang yang tepat, maka mereka pasti menolak, jadi bukan aku yang harus menolakknya pada tou-san."
"Maksud Anda.."
"Ya, kita akan membantu mereka menemukan orang yang tepat."
"Ma..maksud Anda, kita akan menjodohkan mereka begitu?"
"Ya, dengan diam-diam dan tanpa sepengetahuan mereka tentunya."
To be Continued...
Fiuhh akhirnya selesai juga chapter ini, chapter ini bisa dianggap sebagai prolog yang mendasari Temari yang berubah jadi mak comblang dadakan, jadi flashbacknya lumayan panjang. Ada beberapa pairing yang bakal disatuin Temari untuk menggagalkan rencana perjodohan tou-sannya. Chapter selanjutnya aksi Temari sebagai mak comblang dimulai... pairing berbeda di tiap chapter, pairnya pasti bisa ditebak . Semoga readers masih berkenan menunggu kelanjutan fic ini. Jadi bolehkah saya meminta review dari readers sekalian