Chain of Blood

Chapter 1: Pembunuhan berantai

Disclaimer:Bleach ©Tite Kubo, Cuma pinjem ide doank

Konichiwa, para fanficers yang terhormat! Kenalkan saya IchiRuki DarkTigrex-Slayerz, atau panggil saja DarkTigrex. Ini adalah fanfic saya yang pertama, jadi mohon dimaklumi kalau ceritanya gaje, aneh, penuh khayalan, d.l.l. Tolong juga di review yah?

Warning: Cerita yang sedikit sadis!

XXXXX

Seseorang, tengah bersembunyi dibalik dinding. Pistolnya terselip di pinggangnya, sebilah pisau belati bertengger di tangan kirinya. Dia mengamati seorang pemuda yang masuk ke dalam.

"Fuh, hari ini capek gila~!", desahnya. Dia menyalakan lampu dan melemparkan badannya ke sofanya. Lalu dia menyalakan tv-nya. Dia pun menonton berita olahraga. "Payah, Ronggeng Federer masa kalah sama Rapael Kadal?", cibirnya.

Tiba-tiba, pet! Listrik di apartemennya pun mati. "Aaargh, aku bayar mahal buat apartemen ini, listriknya masih byar-pet aja!". Keigo bangun untuk mencari korek api. Tiba-tiba, duuk, terdengar suara aneh. Dia pun menggigil ketakutan."Siapa itu!", tanyanya gemetar. Bukan jawaban yang dia dapat, malah sebuah besi dingin menempel manis di kepalanya. "Aa..aappaa..ii-"

DOOORR!

Keigo jatuh tewas berlumuran darah. Belum puas, si pembunuh pun menusuk badannya berkali-kali, dan yang terakhir, menancapkan belatinya dalam-dalam di bawah lehernya. Setelah itu, dia pun beranjak pergi…..

XXXXX

Dua hari kemudian, di Departemen Polisi Karakura, seorang inspektur yang baru saja naik pangkat, menghembuskan napas dan meregangkan tubuhnya yang pegal-pegal.

"Waa~h, capeknya! Kalo tau kaya gini, mestinya aku ga jadi inspektur aja!" gerutu Rukia Kuchiki, inspektur yang baru saja dapet promosi 2 minggu yang , penderitaan Rukia belum selesai *Author sadis!*. Hisagi Shuhei, atasannya, memanggilnya, "Hei Kuchiki, kamu dipanggil sama Komisaris!". Rukia yang tadi fresh, kembali tertunduk lesu. Dia pun berjalan ke kantor komisaris sambil mengetuknya.

Terdengar ketukan dari pintu kantor Komisaris Byakuya Kuchiki. Terdengar jawaban dari dalam, "Masuk".

Pintu pun terbuka dan Rukia masuk dengan hati-hati."Anda memanggil saya, Komisaris Kuchiki?"

"Ya" , jawabnya. "Duduklah Rukia. Ada kasus yang harus kamu selidiki.". Lalu dia menaruh beberapa lembar foto dan potongan-potongan kabar dari koran. "Kamu tahu apa yang terjadi, Rukia?"

Rukia mengamati foto-foto itu, "Pembunuhan berantai", desahnya. Kasus ini dikatakan yang paling besar dan paling kejam belakangan ini. Kepolisian pun kewalahan menyelidikinya. Ini akan jadi penyelidikan yang tidak gampang, pikirnya.

"Seperti yang kamu tahu, ini adalah kasus pembunuhan terkejam yang pernah kita tangani. Pelaku menembak kepala korban dan menusuknya dengan pisau berkali-kali", jelas Komisaris Kuchiki. "Korban terakhir adalah Keigo Asano. Dia ditemukan tewas di apartemennya 2 hari yang lalu. Sudah dipastikan pembunuhnya adalah orang yang sama."

Memang pantas disebut kejam, karena korban dibunuh bermandikan darah dan penuh luka tusukan disana-sini. Tapi anehnya, semua korban memiliki luka yang sama, yaitu bekas tusukan yang dalam tepat dibawah leher.

"Sudah ada empat korban yang terbunuh. Kita tak bisa membiarkan ini lebih lama, akan lebih banyak orang yang tak bersalah yang akan terbunuh. Aku mengharapkankanmu, Rukia," ujar Komoisaris Kuchiki dengan tatapan dinginnya yang khas.

"Baik, komisaris," jawabnya singkat

"Rukia…."

"Ya, ada apa komisaris?"

"Jaga dirimu baik-baik"

Rukia pun menjawab sambil tersenyum, "Baik, Nii-sama".

Setelah keluar dari kantor komisaris, Rukia langsung mempersiapkan barang-barang untuk keperluan penyelidikankannya, mengambil pistol kesayangannya, lalu bergegas berlari ke dalam mobilnya. Dia harus menemui seseorang terlebih dahulu sebelum memulai investigasinya.

XXXXX

Rukia mengendarai mobilnya melewati jalan kota Karakura yang padat,menuju suatu sudut di kota. Dia berhenti di depan suatu rumah dengan papan reklame "KANTOR DETEKTIF SWASTA KUROSAKI" terpampang di depannya. Dia melangakah masuk kerumah itu. Keadan di dalamnya seperti kapal yang baru saja dibom. "Dia memang ga pernah berubah," gumamnya. Lalu Rukia memanggil si empunya rumah, "hei, Ichigo, kamu ada di rumah?"

Tidak ada jawaban. "Hei Ichigo, keluar kau, dasar strawberry busuk!"

"Berisik, dasar pendek!", jawab orang yang merasa dipanggil namanya."Ada apa ribut-ribut hah?". Seorang lelaki berambut oranye jabrik ngejreng berpakaian kusut menjawab panggilan Rukia. Mukanya menunjukkan kalau dia habis bangun tidur.

"Hah, keluar juga kau, Ichigo!" jawab Rukia dengan ekspresi menahan marah. Sial, dia ngatain gua pendek! batinnya."Hei, ada kasus yang-"

"Eits, tunggu dulu", potongnya. "Kalau kamu ingin aku menyelidiki kasus, bayar dulu!"

"Eeeh, Ichigo, aku baru gajian 3 minggu lagi! Duit gua tekor tau!" balas Rukia dengan tatapan pingin-duit-gua-aku-mutilasi-kamu.

Ichigo pun tertawa dan menjawabnya, "yah, cuman bercanda kok. Siapa juga yang mau duitmu. Ada kasus apa kali ini?"

"Kasus pembunuhan berantai. Sudah ada empat orang yang terbunuh. Hampir bisa dipastikan kalau pelakunya adalah orang yang sama."

"Hmm, kasus itu ya….", gumam Ichigo.

"Pelaku menembak kepala koraban lalu menusuknya dengan pisau", lanjut Rukia, "Tapi anehnya, Pelaku selalu meninggalkan satu luka yang sama, yaitu tusukan pisau yang dalam di bawah leher". Lalu dia memberikan Ichigo foto-foto korban. Ichigo pun mengamatinya dengan muka serius, seolah-olah ada yang aneh dengan foto itu, atau cuma pura-pura serius.

Rukia yang melihat muka Ichigo yang serius (atau pura-pura serius) itu bertanya, "ada apa Ichigo?"

"Ga apa-apa kok, hanya saja kayaknya ada yang aneh dengan mereka" jawab Ichigo.

"Bicaranya nanti saja! Sekarang kamu ganti baju sana, baka!", teriak Rukia sambil menendang si strawberry oranye ngejreng yang dari tadi bengong mentelengin foto-foto itu." Setelah itu, temui aku di bawah!"

30 menit berlalu, Ichigo keluar dengan T-shirt merah bernomor 15 besar, jas yang tidak dikancing dan jeans hitam belel. Rukia menunggu di luar dengan muka super dongkol."Buset dah! Lu ganti baju aja makan waktu setengah jam!"

"Sori dah, gua nyari baju yang pantes. Yang lain belom dicuci 2 hari!" sahut Ichigo enteng.

"Najis, jorok banget banget lu!. Cepetan, masuk ke mobil gua!"

"Alah, ga usah tereak-tereak gitu kan?"

"MASUK GA LU, STRAWBERRY BUSUK!" Rukia menendang Ichigo masuk ke mobilnya, menutup pintunya, lalu membawa Ferrarinya melesat pergi.

"Aduh, sakit banget lu nendangnya!" dengus Ichigo sambil memegang kepalanya yang barusan ditendang."Jadi, kalian udah dapet perkembangan kasusnya belum?."

"Sejauh ini, ga ada perkembangan berarti." Rukia menghela napasnya dengan berat."Yang kami takutkan kalau pelakunya menyerang secara acak, akan lebih sulit menangkapnya."

"Menyerang secara acak ya…". Bisa jadi begitu. Tapi ada yang aneh dengan luka tusukan di bawah leher para korban itu. Apa mungkin ya?. Ichigo cuma bisa garuk-garuk kepalanya yang emang gatal.*Hii, Ichigo kutuan!*. "Mungkin sih, tapi kita juga selidiki kemungkinan korban berikutnya."

"Kalu begitu, sekarang kita kemana dulu?" tanya Rukia.

"Mungkin kita bisa selidiki TKP korban terakhir dulu."

Tujuan sudah ditentukan. Rukia memacu Ferarri sportnya melewati hutan gedung dan banguana, menuju TKP korban terakhir.

XXXXX

Orihime Inoue sedang memasak apa yang mungkin tidak bisa disebut makanan. "Nah, tumis sarden dalam saus tiram, terus ditambah potongan pisang, bawang bombay, dan cabe keriting!" Bau harum masakannya pasti akan mengantarkan yang menciumnya ke UGD."Wah, rasanya pasti enak!" Tiba-tiba, huajn pun turun dengan derasnya."Loh, kok hujan? Kayaknya tadi siang itu cerah deh!" katanya sambil mennyantap makanan gajenya itu. Hujan deras yang basah itu membawa Orihime ke masa lalunya. Dia melamun terpaku tak menyentuh makananya. "Ulquiorra…" desahnya.

Di luar rumahnya, ternyata ada seseorang yang mengintip dari balik hujan menamati dirinya. Sesosok pemuda berwajah tanpa ekspresi berdiri terpaku di tengah hujan."jadi dia target selanjutnya…." Katanya datar tanpa emosi. Setelah mengamati rumah itu tsetelah beberapa lama, dia pun berjalan menuju gang-gang sempit, bersembunyi di balik bayangan dan hujan.

XXXXX

Walau genrenya crime, belom terasa crimenya ya? Aku janji di chapter 2 dah ada aksinya! Karena ini fanficku yang pertama, jadi maklumilah klo banyak typo, bahasa ga baku, aneh, d.l.l. PLEASE READ 'n REVIEW!*author sembah sujud di kaki para pembaca*Dan tolong berikan kritik yang membangun, dan jangan FLAME aku, karena nanti aku nangis!*mata sudah berkaca-kaca*