"Ven..." panggil seseorang.

"Ah.. Vanitas.." jawab Ventus kepada temmannya yang memanggilnya, Vanitas.

"Aku.. aku minta maaf yah, waktu praktek kimia.."

"Nggak apa, aku tau kamu nggak sengaja. Dan aku tau kok siapa yang harusnya meminta maaf sekarang." Kata Ventus sambil tersenyum.

"Kau membencinya?" tanya Vanitas.

" Nggak. Aku nggak membencinya. Aku sudah sahabatan dengannya dari kecil. Aku tak bisa membencinya. Bukankah harusnya kamu yang membencinya?" tanya Ventus.

"Dia, tak perlu di benci..." jawab Vanitas.

"Tapi, kau sudah di maki-maki olehnya. Kamu sudah dituduh... dia sudah keterlaluan, Van.." kata Ventus memotong perkataan Vanitas.

"Aku kan belum selesai ngomong, Ven. Aku bilang, dia tak perlu di benci, karena dia tak pantas untuk di benci. Sangat tak pantas untukku membencinya. Bila aku mai, aku akan balas dendam padanya. Mungkin, aku akan memakai tubuh orang lain untuk membalaskan dendamku... dendamku pada Terra." Kata Vanitas tajam. Sedangkan Ventus hanya tertunduk.


THE OLD CLOCK CHAPTER 10 : GRAVE + Epilog.

Rated: T (bisa juga M loh, karena unsur sadis2-nya walau ga terlalu XD) ahaha~

Disclaimer: Kingdom Harts bukan punyakuuu punyanya Om Tetsu XD Aku Cuma pinjem character-characternyaaa~ XD

A/N: Well, kata-kata Vanitas di chapter ini ku cetak tebal juga yaw.. hehe~
Kay~ Met Bacaa :D


"VA-Vanitas... dia... Wait! Darimana kamu tau dia." Tanya Ventus.

"Aku temannya." Jawab Sora singkat.

"Tapi, dia sudah.. sudah mati." Kata Ventus memelankan suaranya.

"Yea.. sebenarnya..." Kata-kata Sora terhenti.

'Jangan-jangan dia adalah orang yang di pakai Vanitas untuk membalaskan dendamnya..' kata Ventus dalam hati.

"Aku menemukan jam tua di kapel sekolah. Tepatnya di bawah tanah. Saat aku di sana, aku bertemu dengan Vanitas. Sejak saat itu, aku Vanitas memasuki diriku. Dia mendatangi mimpiku-mimpiku, dan melihatkan masa lalunya. Dia ingin balas dendam kepada Terra. Aku tidak membiarkan dia balas dendam karena itu salah. Hari ini, aku datang ke rumah Terra untuk menanyakan, diamana tubuh Vanitas itu. Tapi, tubuh ku diperalat Vanitas. Akhirnya kami pingsan... yeah, kurang lebih begitu..." jelas Sora.

"Oh, lalu lalu kau ingin aku membantuku mencari tubuh vanitas untuk di kuburkan?" tanya Ventus. Sora mengangguk pelan.

Ventus terdiam sejenak...

-Falshback—

"Ventus! Ventus!" teriak seseorang.

"Te-Terra! Apa yang terjadi padamu!" tanya Ventus panik melihat tubuh Terra penuh darah.

"Ven! Tolong, aku pinjam mobilmu untuk membawanya ke suatu tempat." Kata Terra sambil menunjuk gerobak yang ia pakai.

"Tapi, ini sudah malam..."

"Aku tak peduli! Ayo Ven..." kata Terra dan menatap Ventus tajam. Ventus ketakutan melihat Terra, akhirnya ia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil kunci mobilnya. Ventus tinggal sendiri di sini, karena keluarganya di luar kota.

Setelah menaikan Gerobak itu di belakang mobilnya, (A/N: ini mobilnya seperti mobil yang terbuka belakangnya.) Terra dan Ventus menuju suatu tempat. Di jalan Terra tertawa histeris, tertawa yang sangat menakutkan.

"Te-Terra, sebenarnya isi gerobak itu apa?" tanya Ventus takut-takut.

"Vanitas. Aku berhasil membunuhnya hari ini..." kata Terra penuh kemenangan.

Ventus terbelalak tak percaya. Sahabatnya begitu bengis dan jahat. Ventus hanya terdiam dimobil sambil berulang mengucap kata "maaf" kepada Vanitas dalam hati.

Mereka berhenti di last lake. Mereka menurunkan gerobak itu dan masuk ke wilayah Last Lake. Ventus hanya diam menuruti apa yang di suruh Terra. Saat Terra menemukan gubuk tua, langsung di dobraknya dan memasukan gerobaknya ke dalam gubuk itu. Terra melihat sebuah kotak kayu cukup besar, seperti peti. Terra tersenyum bengis dan mengeluarkan tubuh Vanitas dari gerobak.

Ventus tersentak. Tubuh Vanitas yang penuh dengan darah, dan senar-senar piano melilit tubuhnya. Lehernnya seperti mau putus. Kedua tanggannya seperti terkena silet atau seragam Vanitas yang awalnya putih, berwarna gelap. B erwarna gelap karena darah yang mengering. Kaki Vanitas yanng terlihat tercabik-cabik, sehingga kelihatan dagingnya... membuat Ventus ingin muntah. Ventus ingin menangis melihat tubuh Vanitas. Ventus hanya menutup mata sambil menutup mulutnya.

-End Flashback-

"Baiklah... aku akan membantumu. tapi, ceritakan mimpi-mimpi yang Vanitas perlihatkan padamu. Dan aku akan menceritakan semuanya juga. Semua yang ku tau..."

"Oke... tapi, tolong bantu aku ya.." kata Sora.

Sora dan Ventus menceritakan semuanya. Sora menceritakan mimpi-mimpinya, Ventuspun mengerti. Dia sangat mengerti Vanitas. Ventus menceritakan saat-saat Vanitas bersama dengannya, Terra dan Aqua.

Vanitas, saingan terkuat Terra, dalam pelajaran academik, non academik. Mereka sangat seimbang, sehingga banyak yang menyebutnya Reval abadi. Mereka juga menyukai 1 perempuan yang sama. Aqua. Tapi, karena Aqua sangat akrab dengan Aqua sehingga Terra cemburu dan mulai membence Vanitas. Terra menyebarkan gosip buruk tentang Vanitas sehingga Teman-teman menghindarinya, begitu pula Aqua. Lalu, saat Terra menjebak Vanitas di jalan, Terra mendorong Vanitas agar tertabrak. Tetapi, Vanitas menabrak Aqua dan Aqual-ah yang tertabrak dan meninggal. Terra sangat menyesal dan menuduh Vanitas yang mendorong Aqua. Lalu, mencampur cairan kimia Vanitas dan menyikutnya, sehingga cairan itu tumpah ke tangan Ventus. Sampai, Terra membunuh Vanitas dan meninggalkan tubuh Vanitas di gubuk.

Sora yang mendengar cerita itu terdiam sedih. Dia mengerti Vanitas.

"Well Sora. Besok kita bertemu di depan pintu masuk last lake. Aku akan menunjukan di mana gubuk itu." Kata Ventus.

"Oke..." kata Sora dan tersenyum lalu berpamit pulang kepada Ventus dan melambaikan tanggannya. Ventus hanya terdenyum.

"Anak yang baik..." gumam Ventus.

"Kau benar-benar akan membantunya, Ven?" tanya seseorang dari belakangnya.

"Ah! Terra, kau sudah bangun. Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" tanya Ventus khawatir. Terra hanya mengangguk menandakan kalau Terra baik- baik saja.

Ventus mengehela nafas panjang, "Anak itu... dia bagaikan cahaya. Menerangi orang yang dipenuhi oleh kegelapan... menerangi hati Vanitas yang gelap kafrena ingin membalas dendam." Kata Ventus.

"Aku juga beruntung bisa bertemu dengannya. Awalnya aku sudah menduga kalau dia tau sesuatu tentang Vanitas. Aku tadi hanya bersikap tajam hanya untuk memancing Vanitas keluar. Aku sudah bersiap untuk menanggung hukumanku, mempersiapkan Vanitas membunuhku. Tapi, Sora menghentikannya. Mungkin aku harus menyerahkan diri... " kata Terra.

" Terra.."

"Come on, Ven. Jangan pandang aku dengan pandangan kalau aku itu lemah. Ini memang hukumanku. Aku harus menanggungnya." Kata Terra sambil menepuk punggung sobatnya.

"Aku, tenyata aku tidak bisa menolongmu, Terra. Aku sangat bersalah. Maafkan aku Terra..." kata Ventus memunta maaf.

"kau tak perlu meminta maaf padaku. Ven, kalau kau bertemu Vanitas nanti, bilang padanya kalau aku sangat menyesal. Van, aku minta maaf. Aku tau perminta maafanku tak sebanding dengan nyawamu..." katanya sambil meneteskan air matanya.

Ventus terdiam. Ia tak tau ingin berkata apa untuk meringankan beban sobatnya.

'Vanitas... sangat beruntung, Sora yang menemukannya. Kalau bukan Sora, mungkin saat ini Aku sudah mati dan Vanitas tetap tak bisa beristirahat...' batin Ventus.


Pukul 06.35.

"Iya... tolong yah, Riku..."

"Dasar kau ini. Oke, aku mengerti. Tapi jangan lupa telephone aku kalau kau kesusahan. Jangan memaksakan diri, Sora." Kata Riku dari telephone Sora.

"makasih Riku. Jangan lupa izinkan aku ke bu guru yah..." kata Sora.

"iya. Kamu cerewet banget... ya sudah. Aku mau berangkat. Bye.." kata Riku sambil menutup telephonenya.

"byee~"

"Oke... Izin sudah selesai.." kata Sora pelan.

Sora langsugn masuk ke kamar madi dan mengganti pakaiannya, lalu turun ke bawah, memasukan beberapa snack dan susu kedalam itu, Sora keluar mengambil sepedanya dan berangkat ke last lake. Kira-kira butuh waktu 15 menit kalau menggunakan sepeda, cukup jauh juga sebenarnya.

Saat Sora sampai, ia melihat Ventus sudah menunggunya di sana, Sora mendekatinya dan menaruh sepedanya di dekat mobil Ventus.

"Maaf Ventus... aku telat. Aku harus izin sekolah dan menyiapkan sesuatu..." kata Sora dengan nafas yang tersengal-senggal.

"Tak apa.. kalau begitu, ayo kita masuk..."ajak Ventus.

"Eh, masuk ke.."

"Ke danau kok. Kan tubuh Vanitas ada di gubuk dekat danau itu..." kata Ventus memotong perkataan Soa.

"Ta-tapi.."
"Ahh, kau takut dengan legenda dan gosip miringnya ya... tak apa, aku tau kok tempatnya. Trust me, Sora.. " kata Ventus. Lalu So ra mengangguk dan berjalan mengikuti Ventus.

Di daerah ini benar-benar tertutup kabut. Sora berjalan cepat untuk mengikuti Ventus. Selama perjalanan, mereka membicarakan tentang guru-guru d sekolah dan tertawa bersama. Tak terasa, gubuk itu sudah terlihat.

Gubuk kecil, terbuat dari kayu yang terlihat lapuk dan sudah terbuat bertahun-tahun.

"Ini gubuknya?" tanya Sora.

"Iya, " jawab Ventus.

Sora mendekati pintu gubuk itu, ternyata terkunci.

"Ventus... sepertinya kita perlu mendobrak pintu ini. Pintunya terkunci." Kata Sora.

"Nggak usah. Aku punya kuncinya. Kemarin malam, Terra memberinya kepadaku. Dia bilang, dia ingin m,embantumu, tapi dia tak bisa karena..." Ventus terdiam. Mukanya terlihat sedih membuat Sora terdiam juga. Sora mengambil kunci ini dan membukanya.

Kriiitt!

Suara derit pintu yang membuat telinga dan badan merinding itu terdengar sangat jelas. Kayu-kayu yang jadi lantai juga berderit. Sora dan Ventus melangakah dengan hati-hati katena kayunya sudah terlihat lapuk.

Sora sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya. Gubuk kecil ini, mempunyai 1 meja dan kursi, 1 jendela dari kayu tanpa kaca –kacanya pecah, karena ada bekas pecahan kaca di bawahnya- dan 1 jam tua yang sama persis di kapel. Dia sangat mengingat jam tua itu.

'mengapa ada jam ini di sini?' batin Sora.

Di depan jam itu ada kotak kayu besar. Peti?

"Ya, ini seperti di bawah tanah kapel, kan? Terra membawa jam ini juga karena bekas darah Vanitas juga ada di jam tua itu." Kata Sora.

"Ta-tapi, 1 tahun yang lalu, saat aku menemukan ruang bawah tanah... aku melihat jam tua ini masih berdiri tegak di sana dan berdentang keras." Kata Sora

'Apa waktu itu aku memang mimpi?' tanya Sora dalam hati. Karena, kata Riku Sora pingsan di depan kapel.

"Mungkin itu hanya memory yang ingin diperlihatkan Vanitas..." kata Ventus. Sora hanya mengangguk paham. "bagaimana selanjutnya? Kat tau kan tubuhnya ada di peti itu." Lanjut Ventus.

"Aku akan membawanya ke danau itu. Dia ingin tubuhnya berada di danau itu." Kata Sora. Lalu Sora membuka peti itu. Bau menyengat tercium sangat tajam. Sora dan Ventus menutup hidung mereka.

Sora tersentak, begitu juga Ventus. 5 tahun di bunuh dan di semubunyikan di dalam peti ini, tulang belulangnya tidak bisa menjadi tanah.

Sora begetar takut. Dan jatuh terduduk. Ventus melihat kearah Sora. Dia terlihat aneh, ketakutan dan gemetaran yang hebat.

"Sora, ada apa?" tanya Ventus.

Sora meneteskan air matanya, dia melihat tubuh Vanitas yangmasih penuh luka. Sepertinya, hanya Sora yang bisa melihat tubuh Vanitas yang masih penuh luka. Memorynya tentang tubuh Vanitas yang tersayat sayat dan cekian dengan senar piano masih ada di leher Vanitas dan seluruh tubuhnya. Sora ingin menjerit tetapi ia tidak bisa.

"Ahh.. Van-Vanitas..." kata Sora pelan.

"Sora, itu hanya memorymu. Halusinasi dari Vanitas. Itu dulu. Sadarlah Sora!" kata Ventus sambil mengguncangkan tubuh Sora. Ventus melihat Sora tetap menangis.

Tak lama setelah itu, Sora berhenti menangis.

"Kau sudah sadar Sora?" tanya Ventus masih khawatir. Sora hanya mengangguk. Sora sadar, kalau tadi yang dilihatnya adalah halusinasi Vanitas. Sora memberanikan diri mengambil Vanitas dari peti itu, dan memasukan ke gerobak yang ada di situ. Itu gerobak yang Terra gunakan untuk membawa Vanitas ke gubuk ini.

Mereka berjalan kearah danau. Karena jaraknya tak terlalu jauh, hanya 5 menit mereka sampai.

Hamparan bunga berwarna-warni bersebaran di sekitar danau. Bau harum yang tercium membuat nyaman. Kabut yang menutupi hutan di sekeliling danau tidak menutupi danau ini. Danau ini terlihat sangat indah. Pantulan cahaya matahari masuk dari celah-celah pohon.

Sora membawa gerobak itu menuju danau. Dan melihat ke dasar danau. Dasar danau itu sangat indah, batu-batuan terlihat seperti kristal yang terkena cahaya matahari. Sora tau mengapa Vanitas ingin di ceburkan ke dalam danau itu.

"Sora, kau mau menceburnya sekarang?" tanya Ventus.

"Iya." Kata Sora. 'Vanitas, selamat jalan. Beristirahatlah' batin Sora.

"Vanitas.." panggil Ventus, "... bye Van. Kau adalah sahabatku. Maafkan aku karena tak bisa berbuat apa-apa.." kata Ventus sebelum mereka menceburkan tubuh Vanitas.

Saat mereka menceburkan tubuh Vanitas, dasar danau terlihat tambah berkilau dan sangat jernih. Sora masih meneteskan air matanya. Ia melihat tubuh Vanitas tersenyum kecil saat di ceburkan seraya bilang "terima kasih".

Saat Sora berdiri, entah hnya perasaan Ventus, rambut Sora dan mata Sora terlihat berwarna hitam dan emas.
"Vanitas..."

"Ventus.. makasih kau menemani Sora sampai di sini... kau memang sahabatku." Kata Vanitas.

"sama-sama juga Van. Aku yang tidak bisa menolongmu juga minta maaf ya. Terra jug meminta maaf padamu. Dia sangat menyesal. Mungkin sekarang dia sudah menunggumu di gerbang dunia sana bersama Aqua. Dia sudah..."

"Menyusulku yah... baiklah. Aku pergi dulu ya. Mungkin di kehidupan selajutnya, aku ingin kita bertemu lagi, my Friend." Kata Vanitas sambil menghilang. Tubuh Sora kembali seperti semula.

"Sora, ayo kita pulang..." ajak Ventus.

"Tunggu..." pinta Sora. Sora mengambil beberapa buah tangkai bunga yang menurutnya indah dan menceburkan ke danau itu. Ventus yang tau maksud Sora, juga ikut memetik beberapa tangkai bunga dan menceburkan ke dalam danau.

Lalu mereka pergi dari situ.


Epilog...


-Beberapa bulan kemudian-

Setelah itu, Sora menjalani kehidupan normalnya. Dia merasa lebih bersemangat dan tambah ceria. Saat kelulusan, Sora masuk 10 besar dari sekolahnya. Riku dan Kairi juga masuk 10 besar.

Mereka bercanda tawabersama.

"Semuanya, aku pulang dulu yah..." kata Sora.

"Kau mau kemana Sora? Kok cepat? Kita kan baru selesai makan." Kata Kairi.

"Aku mau ke kuburan temanku dulu." Kata Sora.

"Boleh kami ikut ke kuburannya?" tanya mengangguk setuju.

Mereka menuju Last lake. Sekarang, last lake sudah tak menyeramkan seperti dulu. Kabut yang sangat tebal perlahan menghilang. Banyak anak-anak piknik di Las Lake.

Saat Sora dan kawan-kawan datang di danau, ia melihat Ventus berdiri di pinggir danau.

"Ventus..." panggil Sora.

"Oh, Sora kau sudah lulus ya?" tanya Ventus.

"iya. Riku, Kairi, ini Ventus Clay." Kata Sora memeperkenalkan Ventus.

"Aku Ventus Clay. Panggil Ventus atau Ven saja." Katanya.

Sora melihat, ada papan nama di dekat danau itu.

"Setelah Terra menyerahkan diri, orang tuaku yang menjabat sebagai polsi di daerah ini segera membuatkan papan nama ini. Indah kan?" tanya Ventus.

"Iya, Vanitas pasti senang..." kata Sora pelan.

"Hey Riku, ini makamnya Vanitas.." tanya Kairi pelan kepada Riku.

"Iya, ayo kita berdoa besama."kata Riku.

Terlihat, pelangi muncul dari atas permukaan danau itu.

"indahnya..." gumam Kairi. Daun-daun berterbangan karena tertiup angin. Pelangi itu seperti senyuman yang indah, jika di lihat dari pantulan air danau.

Mereka tau kalau Vanitas berteima kasih kepada mereka.

"Vanitas..." panggil Sora dan Ventus bersama.

"Sora, ayo pulang. Kita harus bersiap-siap untuk SMA kita. Kata Riku. Kairi menggandeng tangan Riku dan Sora.

"Bye Ven..." teriak Sora.

"Bye too, Vanitas.." teriak Sora juga.


Tercatat. Vanitas Reinhard, murid SMP yang menghilang telah di temukan. Vanitas di kubur di Last Lake yang sekarang menjadi tempat rekreasi dan piknik. Orang tua Vanitas, Risa Reinhard dan Ralfad Reindard, mereka di bunuh karena stres. Berdasarkan saksi dan juga tersangka, Terra Radford. Terra meminta untuk dieksekusi mati. Tanggal 29/10/xx20. Kemarin.

Kasus ini masih di tutup.


Omake~

Yeyyy~ selesaaaiiiii
AAAAA! Makasih banyak yang sudah membaca cerita abalku ini
hahahha~ aku seneng banget niihhh~
okoknya makasih banget yang sudah membaca, mereview dan berkunjung ke ceritaku :D
*cipikacipiki*

Terharu, setahun bikin, akhirnya selesai juga pagi ini...

XD

Makasih untuk, teman-temanku di sekolah yang membuatku terinspirasi sama cerita ini, dan guru-guruku tercinta yang menambah inspirasiku

Makasih juga untuk Jejeku (kakak perempuanku) yang biasanya memberi kritikan pedes.. (bukan di review sih) XD
hahah~

Lalu thank for All Review...

Yami No Sora

SoraVanRoxasVen

Kiyuki Tsukiyoshi

Haru-QiRin

Ovi Hanifah

Zer0 Cl0ud

KuroMaki RoXora

Swandie

Athena Julliete

Sunset Memories

VioviChan

CFC

Zalvaren Yuvrelza

vanniechan09

Yaya Hanamaki

Esha Shalvovich

Blod Maniac Sparda

Ventus Hikari

Hanacullen

Rix In

Sky of Emptyness

Well..
para pereview... ku cinta kalian semua #dor
kritikan dan saran dan pujian –dizg- kalian semua sangat membantuku dan membuatku bersemangat :D
hahaha~

Ya, sekian dulu... mungkin masih ada yang salah ketik, atau apapun..
maafkan daku

Njaa~ sampai jumpa di ceritaku selanjut nyaa..

Kunyatakan, "The Old Clock" complete *dugdugdug* hahaha~ -plaked-


Cerita ini hanya fiksi. Nama dan tokoh, ataupun tempat hanya hayalan author saja. Kalau ada yang sama, itu hanya kebetulan :D


By. Nophie Phie Chan