Jauh-jauh dari pemuda tampan menyeramkan Uchiha Sasuke adalah urutan pertama dalam daftar yang harus dilakukan Hinata Hyuuga. Namun siapa sangka, semakin gadis itu berusaha menjauh, semakin banyak masalah muncul yang menjeratnya dengan pemuda menyeramkan penuh pesona.

Hyugaa Hinata

Uchiha Sasuke

Rating : T

Genre : Romance & Hurt/comfort

Desclaimer : Masashi Kishimoto

Yours is Mind belong to Ryu Kaiyoo

Warning : AU, OCC, Gaje, Typo (s), Abal and hope you like this.

"Benar ini sekolahnya?"

Seorang pemuda pirang memecah keheningan yang tercipta di antara keempat pemuda yang berdiri di depan gerbang Konoha-gakuen. Pertanyaan si pirang mau tidak mau membuat ketiga temannya mendengus pelan. Sudah jelas-jelas di atas gerbang putih itu terukir ' Konoha High School'.

"Jadi, kita mulai dari mana?" tanya seorang diantara mereka lagi, kali ini laki-laki berambut hitam dikuncir, "Ini akan sangat merepotkan."

"Masing-masing dari kita sudah diberi tugas. Akan ada guru yang datang sebentar lagi dan menunjukkan kelas kita," kata pemuda berambut merah datar.

Benar saja, Seseorang sedang berjalan ke arah mereka dan berhenti tepat di depan mereka.

"Kalian anak asuh Tsunade?" tanya seseorang tersebut, yang ditanya hanya mengangguk memberi respon.

"Baiklah, ayo ikut aku."

-Romeo From The Hell-

Keempat pemuda tersebut berjalan di belakang guru yang memandu mereka. Keempatnya terlihat berjalan santai sambil mendengarkan penjelasan orang yang berjalan di depan mereka.

"Nee sensei.. "

"Anko.. panggil aku Anko-sensei," potong wanita yang berjalan di depan keempat pemuda itu. Namikaze Naruto, pemuda pirang yang bertanya kepada senseinya itu sedikit nyengir sebelum melanjutkan pertanyaannya.

"Nee Anko-sensei, kami akan berada di dalam kelas yang sama kan?"

"Hn. Sesuai perintah dari kepala sekolah, kalian akan di tempatkan di kelas XII 1. Aku tidak mengerti, empat murid baru sekaligus? Sungguh aneh," kata Anko-Sensei.

Langkah Anko berhenti di depan pintu sebuah ruangan. Tanpa mengetuk sebelumnya, wanita itu membuka pintu tersebut asal.

Warga kelas yang sedang belajar tersebut, mau tidak mau mengalihkan perhatiannya ke arah sumber suara. Anko-sensei, dengan kedua tangan dipinggang tersenyum lebar. Sungguh mencerminkan guru yang tidak teladan.

"Ada apa?" tanya seseorang dari dalam kelas dengan cuek, merasa dirinya benar-benar tidak memiliki privasi dalam kelasnya sendiri.

Anko melangkah maju, masih dengan senyumnya, "Nee Kakashi-sensei, kau kedatangan murid baru."

"Mereka sudah tiba?" tanya Kakashi.

"Seperti yang kau lihat," kata Anko singkat sambil melayangkan pandangannya ke pintu, tempat keempat pemuda itu berdiri.

"Hn. Baiklah, aku akan urus mereka. Terima kasih," Kakashi tampaknya benar-benar ingin menyudahi percakapannya dengan sensei wanita nyentrik ini.

"Ya sudah, selamat bersenang-senang Kakashi," kata Anko seraya pergi meninggalkan ruangan kelas, anak-anak yang berada dalam ruangan itu hanya terdiam melihat ketidak-elitan senseinya yang satu itu.

' Bersenang-senang apanya?' batin Kakashi.

"Baiklah anak-anak, kita kedatangan murid baru. Kalian yang diluar silahkan masuk," kata Kakashi.

Keempat pemuda itu masuk dengan santainya. Warga kelas tersebut mulai berbisik-bisik ketika melihat keempat pemuda tampan itu.

"Baiklah, silahkan perkenalkan diri kalian," Kakashi mencoba menenangkan kelas yang mulai berisik.

"Perkenalkan, namaku Namikaze Naruto. Makanan kesukaanku ramen, senang berkenalan dengan kalian," kata pemuda berambut pirang itu dengan bersemangat.

"Namaku Nara Shikamaru. Aku tidak suka hal-hal yang merepotkan," Pemuda berambut hitam di kuncir kelihatan tidak berminat sama sekali.

"Namaku Sobaku no Garaa. Aku benci orang yang berisik," Pemuda berambut merah itu terlihat datar.

"Uchiha Sasuke," Untuk pertama kalinya pemuda raven itu bersuara, singkat, padat dan dingin.

Mata para kaum hawa terlihat berbinar-binar melihat keempat sosok yang begitu mempesona itu. Pandangan mata mereka tak lepas sekan-akan ingin menelajangi keempat pemuda itu.

"Nah, silahkan pilih kursi masing-masing yang sudah disediakan," kata Kakashi membuyarkan lamunan-lamunan aneh yang mulai terlintas dipikiran siswi-siswi remaja dalam kelas itu.

Saat akan menuju ke kursi paling belakang, keempat mata pemuda itu mengarah pada sesosok gadis berambut permen karet.

' Target ditemukan'

-Romeo From The Hell-

Jam makan istirahat dihabiskan keempat pemuda penghuni baru Konoha-gakuen itu di atap sekolah. Kedatangan mereka benar-benar menggemparkan seisi sekolah, terutama bagi kaum hawa yang segera membuka fans club untuk mereka berempat. Sungguh merepotkan.

"Jadi, dia yang menjadi target kita?" keheneningan dipecahkan suara malas milik Shikamaru.

"Haruno Sakura, putri tunggal dari klient. Tidak mengherankan banyak yang mengincar nyawanya," sambung Naruto.

"Tugas kita adalah melindunginya. Diperkirakan kelompok Ex akan mengincarnya," suara datar itu berasal dari Sobaku junior.

"Kali ini Ex tidak akan lolos," Uchiha Sasuke berdiri, dan berjalan menuju pintu diikuti ketiga temannya.

Sementara itu,

"Hina-chan, ayolah sekali ini saja boleh ya.. " pinta pemuda itu memelas. Hinata yang memang paling tidak bisa mengacuhkan teman, berusaha tidak melihat pandangan pemuda yang begitu mematikan itu.

"Ma.. maaf Kiba-kun, tapi-"

"Sekali ini saja Hinata, setelah ini aku tidak akan meminta yang macam-macam."

Duh.. bantu gak ya..

Kalau Hinata membantu Kiba-kun, maka Neji akan murka. Tapi kalau Kiba-kun tidak dibantu, aduh, tatapannya itu loh.

"Sekali ini saja," kata Hinata akhirnya, orang yang sejak pagi tadi mengekor pada gadis itu kini tersenyum lebar.

" Yes! Kau akan kujemput jam tujuh malam," kiba nyengir.

"Ja...jangan, kita ketemu di perempatan jalan yang biasa saja," Hinata menyela, akhirnya Kiba setuju. Hinata mau jadi pacarnya saja, pemuda itu sudah sangat bersyukur.

Pacar?

Tentu saja, seminggu yang lalu Kiba diejek habis-habisan oleh teman-temannya. Mengatai dia seorang yang tidak laku benar-benar membuat harga diri Kiba terluka. Akhirnya di depan orang banyak, termasuk semua teman-temannya, dia mengikrarkan bahwa seminggu lagi dia akan menggandeng seorang gadis yang akan berstatus menjadi pacarnya.

Setelah kejadian itu, Kiba benar-benar frustasi. Dia tidak mengerti mengapa dia mengucapkan janji konyol tersebut, jangankan pacar, mendapatkan kenalan dalam waktu seminggu saja belum tentu dia mampu. Akhirnya merasa tidak ada jalan keluar, Kiba yang notabene sahabat Hinata, meminta gadis itu sebagai pacar gadungan Kiba selama satu malam, hanya ingin menunjukkan pada teman-temannya.

Pemanfaatan? Tentu saja Kiba tidak akan menyebutnya sebagai pemanfaatan. Kiba lebih suka menyebut ini sebagai misi yang briliant.

-Romeo From The Hell-

Dan di sinilah mereka, beralasan 'tugas kelompok di rumah Shion-chan', akhirnya Hinata diperbolehkan keluar dari kediaman Hyugaa dengan pandangan penuh kecurigaan dari sepupunya, Neji. Sesuatu hal yang wajar mengingat Neji adalah pelindung Hinata, adik sepupu imut yang paling di sayanginya.

"Nee Kiba-kun, aku harus pulang sebelum jam sepuluh," kata Hinata berusaha mengimbangi suara berisik musik yang dimainkan DJ. Kafe yang menjadi tongkrongan anak muda itu terlihat dipenuhi puluhan anak muda, membuat Hinata merasa sedikit sesak.

"Iya, aku mengerti," kata Kiba tak kalah keras agar sahabat baiknya itu mendengar, kemudian melanjutkan pembicaraan tidak penting dengan teman-temannya. Hinata mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe. Matanya menangkap beberapa sosok yang dikenalnya.

Yamanaka Ino, Haruno Sakura, Karin, Lee, Sai, dan beberapa orang teman sekelasnya. Kelihatannya mereka sedang menikmati alunan musik yang dihasilkan piringan milik DJ.

Di lain pihak,

"Mendokusai, sampai kapan kita berada di sini," Shikamaru terlihat sangat mengantuk. Keempat pemuda itu mengambil tempat di lantai dua kafe, mengamati pergerakan nona Haruno.

" Aku ingin turun ke lantai dansa juga," teriak Naruto, berdiri dari duduknya dan akan segera melangkah namun terhenti mendengar Sasuke berbicara.

" Tetap di tempatmu dan awasi pergerakannya," pemuda Uchiha itu terlihat datar dan pandangan matanya masih tertuju ke lantai satu yang dipenuhi lautan manusia.

"Ayolah teme, ini sangat membosankan," seru Naruto lagi.

"Akan lebih sangat membosankan jika kau berhadapan dengan Tsunade," kata Garaa akhirnya.

" Huh.. "

...

Hinata merasa sesak, dia butuh udara segar. Perlahan tangan mungilnya meletakkan gelas yang berisi orange jus di atas meja kemudian menepuk pundak Kiba.

"Aku keluar sebentar," kata Hinata, Kiba mangangkat kedua alisnya hingga bertautan.

"Aku butuh udara segar," kata Hinata seakan mampu membaca pikiran Kiba.

"Perlu kutemani?"

Hinata menggeleng.

"Oh.. ya, hati-hati," kata Kiba akhirnya.

-Romeo From The Hell-

Hah.. Hinata menghembuskan nafasnya lalu menarik udara ke dalam paru-parunya dalam-dalam. Sungguh gadis itu merindukan udara ini. Matanya terpejam. Kelihatannya hembusan udara lebih terasa jika berdiri di atap seperti ini.

"Bagaimana keadaan di sana?"

Suara itu sukses membuat Hinata menoleh, akan tetapi tak seorang pun berada dalam jangkauan penglihatannya.

"Kelihatannya mereka tidak menyadarinya," kata seorang yang lain lagi, "Kenapa bos langsung turun tangan?"

"Karena aku harus memastikan gadis itu mati di tanganku."

Mendengar pernyataan itu, membuat mata Hinata melebar seketika. Entah kenapa badannya reflek bersembunyi diantara celah dinding yang memisahkan dirinya dengan orang yang berbicara itu. Lavender Hinata dapat melihat wajah kedua orang yang sedang menghadap kearahnya, dan ditangan mereka ada pistol?

Ya Tuhan, ini benar-benar gawat, batin Hinata. Kakinya benar-benar lemas seperti jelly, sungguh tidak dapat digerakkan.

"Kali ini, gadis Haruno itu benar-benar tidak akan lolos."

Pernyataan orang ini sukses membuat jantung Hinata berpacu dengan hebat.

Haruno? Jangan-jangan...

Keringat mengucur deras di pelipis Hinata. Tubuhnya bergetar hebat dan mata lavender itu membelalak.

"Aku heran, dendam apa yang mambuatmu seperti ini Ex?"

Ex? Mata hinata mengarah kearah orang yang dipanggil Ex itu. Levender itu dapat menangkap jelas sosok yang dipanggil Ex itu. Perawakan tenang namun entah kenapa pandangan matanya terasa sangat mematikan.

"Kau akan tahu nanti," kata orang yang bernama Ex itu misterius sebelum keduanya beranjak dari tempat itu. Meninggalkan Hinata dalam keadaan yang jauh dari kata baik. Wajahnya pucat pasi.

...

" Hah.. Ini sangat membosankan," seru Naruto yang tidak dapat menutupi kebosanannya.

Tap

Penerangan yang ada dalam kafe itu mati. Seluruhnya lumpuh total. Sasuke menggeram dan keempat pemuda itu segera bergerak turun.

" Shit!" maki Sasuke, dengan lihai tubuhnya melompati pembatas lantai dua dan terjun bebas ke bawah, diikuti dengan ketiga temannya.

" Kita lengah.. " kata Shikamaru ditengah usahanya menuju tempat Sakura berada tadi.

Garaa dan Naruto segera menyiapkan senjata untuk berjaga-jaga.

" Ex.. " Gumam Garaa.

" Kyaa..."

Terdengar jeritan kuat seorang gadis, membuat keempat pemuda itu siaga dan menuju ke sumber suara. Tiba-tiba lampu hidup kembali, semua penghuni kafe terlihat panik ketika mendengar suara jeritan tersebut. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda dari seseorang yang berteriak tadi.

Kiba yang tersadar bahwa sejak tadi Hinata belum menampakkan batang hidungnya segera beranjak dari tempat itu. Jantungnya berdebar kencang tidak karuan.

' Hinata dimana?'

"Kita keluar," Kata Shikamaru pada ketiga temannya, "Aku yakin dia berencana melakukan eksekusi tidak jauh dari sini." Lanjut Nara jenius itu. Keempat pemuda tersebut bergerak tanpa berpikir panjang lagi.

-Romeo From The Hell-

Mata Sakura membelalak, tubuhnya bergetar hebat dan keringat mengucur deras dari tubuhnya. Ingin rasanya gadis itu berteriak, akan tetapi mulutnya sekarang sedang dibekap seseorang. Satu orang lainnya sedang berdiri di hadapannya, mengenakan topeng hitam serta jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Di tangan kirinya terdapat sebuah senjata yang siap memuntahkan peluru kapan saja.

Atap kafe adalah tepat yang dipilih Ex untuk acara eksekusi targetnya. Angin berhembus membelai rambut pink Haruno yang ketakutan. Matanya kini mengeluarkan air bening yang membasahi pipi serta tangan seseorang yang sedang membekap dan menahan pergerakannya dari belakang.

Ex, pria berjubah itu mengangkat tangan kirinya, manarik pelatuk dan

Buuk..

Sebuah balok kayu melayang di samping pria itu. Niat Hinata yang ingin membuang senapan melalui balok kayu yang dilemparnya meleset ketika Ex memiringkan sedikit tubuhnya. Sungguh pengendalian diri yang baik.

Mata Hinata menatap pria berjubah itu, Ex. Memorinya masih mengingat dengan kental wajah di balik topeng itu.

Braak..

Pintu atap terbuka dengan paksa, menampilkan keempat pemuda yang yang siap siaga dengan senjata di tangan mereka. Ex melangkah mundur, tersenyum aneh di balik topengnya.

"Cukup Rec, kita pergi."

Naruto tampak akan menerjang pria itu kalau saja Shikamaru tidak menahan pergerakannya, "Tahan Naruto, aku merasa ada sesuatu yang aneh," bisiknya. Setelah mengatakan itu, lagi-lagi Ex menghilang dan lolos dengan mudahnya dari keempat pemuda itu. Meninggalkan kondisi ganjil yang hanya Ex yang tahu.

Tubuh Sakura merosot ke lantai, masih bergetar hebat.

"Sakura!" teriakan Naruto berhasil memecah keheningan yang sempat terjadi.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Garaa menghampiri, Sakura hanya menggeleng lemah.

"Kau baik-baik saja?" tanya Naruto, berjongkok dihadapan Sakura. Gadis itu mendongak dan menatap pemuda pirang itu. Sementara Hinata masih terdiam melihat kepergian pria berjubah itu. Ada kilatan aneh yang terpancar dari mata pria itu, dan Hinata tahu itu.

"Ada hubungan apa kau dengan Ex!" tanya pemuda yang berada di belakang Hinata datar dan dingin. Hinata menoleh dan mendapati pemuda stoic berdiri angkuh dihadapannya dengan tatapan yang mengimintidasi.

"Kurasa dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Ex Sasuke," Shikamaru mulai menghampiri kedua orang itu, Hinata Hyuuga, putri sulung keluarga Hyuuga, tidak akan terlibat dalam hal ini," pengetahuan Shikamaru mengenai identitas orang lain patut diacungi jempol. Hinata hanya bengong melihat keempat pemuda sensasional di sekolahnya itu berada di tempat ini.

"Katakan Hyuuga, apa saja yang kau ketahui," pinta Shikamaru.

Dan semua yang di alami Hinata di ceritakan tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikit pun.

"Kau tahu, kau adalah satu-satunya orang yang mengetahui wajah Ex," Hinata menoleh ke arah Shikamaru, "Mau tidak mau kau harus terlibat dalam masalah ini," lanjut pemuda itu.

"Eh.. ano, aku tidak mau merepotkan. Sebaiknya aku pulang saja. Anggap saja aku tidak pernah terlibat," kata Hinata sambil melangkahkan kakinya.

"Aku tidak menjamin Hyugaa akan bebas dari ancaman setelah ini," Akhirnya Sasuke ikut angkat bicara, "Setelah membatalkan aksi Ex, kau pikir apa yang akan kau dapatkan?" tanya Sasuke dengan nada mengejek.

Ancaman untuk Hyuuga?

Hyugaa berarti 'tou-san Hiashi tercinta, Hanabi dearest imoutou dan lovely Neji-nee.

Hinata menunudukkan kepalanya. Semakin menunduk mengingat dia tidak punya pilihan.

"Kau akan tinggal bersama kami. Sisanya kami yang urus," putus Shikamaru.

"Dan satu lagi, jangan sampai satu orang pun mengetahui tentang hal ini, atau.. "

"Aku mengerti," potong Hinata ketika Sasuke akan melanjutnya perkataannya. Membayangkan orang-orang yang disayangi dalam bahaya saja sudah membuat Hinata tidak tenang setengah mati.

-Romeo From The Hell-

"Hinata apa yang terjadi semalam? Kemana saja kau? Kenapa kau tidak mengangkat teleponku? Aku pergi kerumahmu tapi rumahmu terlihat sepi, kupikir semua penghuninya sudah tidur, aku sangat khawatir!"

Dalam satu tarikan nafas pemuda Inuzuka itu meberondong Hinata dengan pertanyaan-pertanyaan yang segitu banyaknya. Hinata yang sejak tadi diekori oleh temannya itu menghentikan langkah kainya dan berbalik menghadap ke arah sahabatnya yang tengah memasang wajah nelangsa itu.

"Aku baik-baik saja Kiba-kun, buktinya aku dapat bersekolah hari ini. Soal semalam, eto.. " Hinata tampak kebingungan mencari alasan, matanya jelalatan melihat kesana-kemari memandang objek tidak jelas.

"Aku sedikit pusing, jadi pulang duluan. Aku lupa memberi tahumu, saat akan ku telfon, tiba-tiba ponselku mati," Hinata beralasan, memandang Kiba seinnocent mungkin.

"Hah.. ap.. apa? Kau membuatku tidak tidur semalaman Hinata. Kau lihat ini?" tunjuk Kiba ke arah matanya yang dilingkari garis hitam, "Aku sangat mengkhawatirkanmu, dan aku tidak bisa memejamkan mata sama sekali."

Memang benar, mata Kiba mirip seperti mata panda saat ini, membuat Hinata merasa bersalah.

"Gomenne Kiba-kun," Mata Hinata berkaca-kaca, bibirnya bergetar dan badannya membungkuk berkali-kali. Kiba benar-benar tak berkutik dengan jurus memelas sahabatnya yang satu ini.

"Berhenti melakukan itu Hinata. Kau membuatku merasa buruk," kata Kiba, "Lagi pula yang terpenting kau baik-baik saja," lanjutnya lagi.

Padahal Hinata sudah mengatakan dia baik-baik saja semenjak tadi pagi. Dasar pemuda aneh.

...

Konoha-gakuen sudah bubar sekitar setengah jam lalu. Hinata, yang hari ini bertugas mengantar buku-buku Kurenai-sensei harus rela pulang telat. Gadis itu hari ini pulang sendirian mengingat teman 'seperjalanannya' harus memeriksakan anjing putih kesayangannya, pemeriksaan rutin, begitu Kiba menyebutnya.

Tiba-tiba langkah Hinata terhenti, memang seharusnya dia pulang sendiri hari ini, mengingat gadis itu tidak tinggal di Hyugaa mansion lagi. Dengan hanya selembar kertas dari Konoha-gakuen yang isinya mengharuskan Hinata yang notabene salah satu murid berprestasi untuk tinggal di asrama Konoha-gakuen. Alasannya simpel saja, pihak Konoha-gakuen ingin murid-murid berprestasi semakin meningkatkan cara belajar di asrama. Alasan yang membuat Hiashi tidak berpikir dua kali untuk menandatangani surat itu.

Malangnya bagi Hiashi karena tidak mengetahui yang sebenarnya menimpa putrinya. Tinggal di asrama dan meningkatkan cara belajar tidak lebih hanya sebuah alibi.

Hinata melangkah ke arah gerbang Konoha-gakuen setelah sebelumnya mengambil tas selempang miliknya. Mata lavendernya dapat melihat mobil ferarri hitam parkir dengan manisnya di depen gerbang putih itu.

"Masuk," kata seseorang pada Hinata ketika gadis itu berdiri tepat di depan pintu mobil itu.

Dengan ragu Hinata membuka pintu dan masuk kedalam mobil. Menggunakan set belt dan mengatur posisi duduk yang nyaman.

"Kau terlambat tujuh menit," mendengar itu, Hinata kini benar-benar kesulitan mendapat posisi yang nyaman dalam mobil mewah itu.

"Gomen.. " lirih Hinata dengan kepala yang menunduk.

-Romeo From The Hell-

"Teme, kau lama sekali!" seru seorang pemuda ketika melihat Sasuke dan Hinata turun dari mobil hitam itu. Sasuke masih menujukkan wajah datarnya ketika turun dari mobil, sementara Hinata berpucat ria, mengingat betapa cepatnya Sasuke mengendarai mobil itu.

' Aku rasa mobil itu hanya ada pedal gasnya saja' batin Hinata.

Mata hinata menangkap pemandangan di depannya. Sebuah rumah victorian kuno. Sungguh antik namun terlihat indah. Kalau dipikir-pikir, rumah ini berbeda sekali dengan mansion Hyugaa yang tradisional, bukan berarti Hinata mencela selera Ayahnya.

"Selamat detang Hinata. Ayo kutunjukkan kamarmu," pemuda berkuncir yang dikenali Hinata bernama Shikamaru menghampirinya dan membantu mengangkat koper besar yang sudah ada sejak tadi pagi dalam mobil Sasuke. "Eh.. ti..tidak perlu Shikamaru-san, biar aku saja yang membawanya," cegah Hinata, akan tetapi Shikamaru menepis tangan Hinata, "Kau akan berterima kasih padaku nanti," kata Shikamaru sembari mengangkat koper milik Hinata. Setelah sampai di ruangannya, Hinata membenarkan perkataan Shikamaru, kamarnya berada di lantai dua dan terletak di ujung lorong. Hinata yakin tidak akan sanggup mengangkat kopernya yang berat sampai ke kamar ini. Setelah Hinata selesai membenahi kamar dan mandi, dia segera turun ke lantai bawah sesuai dengan yang dikatakan Shikamaru sebelum meninggalkannya tadi. Hinata menuruni tangga perlahan, matanya kini dapat menangkap beberapa orang yang sedang berkumpul.

Hinata sedikit ragu untuk bergabung, gadis itu sedikit kesulitan kalau harus beradaptasi dengan orang-orang baru, dasar Hyugaa pemalu. "Hinata, ayo kemari," pinta Shikamaru, Hinata mengangguk dan berjalan ke arah orang-orang itu. Kalau dipikir-pikir, hanya Shikamaru yang mengajaknya berbicara sejak tadi, itupun tidak benar-benar berbicara. Dengan ragu Hinata memposisikan dirinya duduk di samping Shikamaru. Alisnya sedikit berkedut melihat sesosok wanita yang dikenalnya ada di ruangan itu juga, bersama mereka.

"Hinata, Sakura juga akan tinggal di sini, seperti yang kau ketahui, target Ex adalah dia," Shikamaru menoleh ke arah Hinata, "Kau tahu persis karena kau ada pada saat kejadian!" Hinata mengangguk pelan. Jadi Sakura akan tinggal di sini juga, baguslah batinnya, setidaknya di dalam rumah ini tidak hanya dia yang menjadi satu-satunya perempuan. Hinata memberanikan diri mendongak, terlihat Sakura sedang serius berbicara dengan pemuda berambut kuning dan merah. Sedangkan pemuda raven, Sasuke sedang asyik dengan ponselnya.

"Ano Shikamaru-san, ke..keluargaku tidak a..akan terlibatkan?" tanyanya dengan gugup, Shikamaru menoleh,"Hyuuga tidak akan terlibat jika kau mengikuti permainan dan aturannya." Hinata mengangguk, entah kenapa saat ini gadis itu rindu dengan lelucon bodoh sahabatnya. Lamunannya buyar ketika mendapati Shikamaru beranjak pergi ketika ponselnya berbunyi, meninggalkan Hinata berdua dengan Sasuke. Sebenarnya tidak berdua, masih ada Sakura, Naruto dan Garaa. Akan tetapi ketiga orang itu sedang asyik berbincang. Hinata menegakkan punggungnya, melirik ke arah Sasuke. Entah kenapa pemuda itu benar-benar menakutkan.

"Apa?" Sasuke bersuara dengan pandangan yang masih terfokus pada layar ponselnya, untuk sejenak Hinata kagum pada kemampuan Sasuke yang dapat mengetahui apa yang dilakukan orang lain tanpa melihatnya. "Ti..tidak," Hinata pucat, menunduk. Sasuke menegakkan punggungnya dan mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedang di genggamnya, "Jangan jadi pengganggu dengan memandangi orang seperti itu," Sasuke meletakkan ponsel hitamnya tak jauh di sampingnya, nada pemuda itu terdengar datar dan dingin, membuat Hinata mempelajari satu hal hari ini, 'jangan pernah memandang Uchiha Sasuke'. Hinata menggerakkan badannya, sedikit menumpukan tangannya di lantai, Hinata bangkit dari posisi berlututnya, "Ano.. Aku permisi dulu." katanya pelan sebelum meninggalkan Sasuke. Masih dengan kepala menunduk Hinata melangkahkan kakinya, pikirannya bertanya-tanya kemana tuan baik hati Shikamaru.

Krek

Tubuh Hinata membeku dan mematung seketika di tempatnya berdiri. Gadis itu sama sekali tidak berani menggerakkan badannya. Pelan-pelan kepalanya menunduk dan menatap horor ke bawah tempat dimana kaki mungilnya memijak sesuatu. Mata lavender gadis itu membulat dan seketika keringat membasahi pelipisnya. Hal terakhir yang ingin dilakukan Hinata di dunia ini adalah melakukan sesuatu yang bersangkutan dengan Uchiha Sasuke, namun sayang seribu sayang, sekarang ponsel hitam yang tadi berada dalam genggaman pemuda itu kini tergeletak di bawah kaki mungil Hinata dengan nyamannya, dalam keadaan retak.

Hinata benar-benar tidak berani melirik Sasuke. Tubuhnya gemetar dan kakinya belum bisa dia gerakkan untuk berpindah dari atas ponsel Sasuke. Sasuke menatap dalam diam ponsel hitam yang kini telah remuk akibat kaki gadis Hyugaa yang menimpanya. Bukan soal harga atau apa, akan tetapi di dalam ponsel itu terdapat beberapa data yang disimpan oleh Sasuke. Ingin rasanya Sasuke melenyapkan gadis pengganggu yang sedang mematung di hadapannya, akan tetapi Sasuke sadar tidak akan ada gunanya melakukan hal-hal yang menguras tenaganya hanya untuk meladeni perempuan ini. Dalam kekalutan pikiran Hinata, tiba-tiba Sasuke telah berdiri di hadapannya, memandangnya tajam dan dingin, "¥ 87500." Hinata memberanikan diri menatap pemuda itu, "Ano... " belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya, Sasuke segera membalikkan badannya, "¥ 87500 adalah harga barang yang baru saja kau hancurkan, segera antarkan ke kamarku," sejenak Sasuke memutus perkataannya, "Atau, sediakan barang yang sama persis," dan dengan itu Sasuke meninggalkan Hinata yang mematung dengan wajah yang memucat. Untuk waktu yang lama Hinata berdiri mematung sampai tuan baik hati, Shikamaru memanggil namanya, "Eh.. Hinata?" Hinata mendongakkan kepalanya dan memandang Shikamaru dan sadar akan apa yang sedang di hadapinya,'aku benar-benar dalam masalah' batin gadis malang itu.

-Romeo From The Hell-

Setelah Hinata berpikir berulang kali hingga mengakibatkan kepalanya panas akhirnya Hinata mengambil keputusan, dan di sinilah dia, berdiri di depan pintu kayu oak coklat dengan tulisan dinding kecil 'Go or Dead'. Hinata menelan ludah berulang kali, mau bagaimana lagi, gadis itu tidak mungkin dapan mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Kiba tidak bisa diharapkan karena mau bayar uang sewa apartemen saja masih mengharapkan dari Hana-nee, kakaknya Kiba. Hiashi? Bahkan Hinata tidak memasukkan nama itu dalam daftar orang yang harus dimintai tolong. Hinata bukan anak durhaka yang mau merepotkan ayahnya, begitulah menurut pemikirannya. Minta tolong Shikamaru rasanya akan membuat Hinata terlihat lebih tidak berguna lagi, lagipula mereka baru saja saling mengenalkan?

Tok tok tok

Dengan ragu-ragu Hinata mengetuk pintu di depannya, lalu mundur dua langkah menunggu sang pemilik kamar membukakan pintu untuknya.

Cklek

Bunyi knop pintu yang diputar membuat jantung Hinata berpacu kencang. Sungguh Hinata ketakutan menghadapi pemuda Uchiha ini. Dari balik pintu terlihat wajah datar Sasuke memandang Hinata tajam, Hinata menelan ludah, "Ano.. U..Uchiha-san, apakah ki..kita bisa bicara?" tanyanya dengan gugup. Belum ada respon dari Sasuke, Hinata kembali melanjutkan, "Ini mengenai ponsel anda."

Sasuke membuka pintu kamarnya lebih lebar, dan dengan isyarat matanya memerintah Hinata untuk masuk ke dalam. Dengan sedikit ragu Hinata bergerak melewati pemuda itu, kemudian disusul oleh Sasuke. Kesan pertama yang didapat Hinata adalah simpel. Kamar Sasuke di dominasi warna putih, barang-barang yang ada di dalamnya juga tidak terlalu banyak, hanya ada tempat tidur, lemari, satu set meja dan kursi yang di atasnya terdapat sebuah laptop dan alat-alat yang tidak diketahui Hinata lalu satu pintu yang gadis itu yakini adalah akses menuju kamar mandi.

"Apa maumu?"

Pertanyaan langsung yang keluar dari mulut Sasuke membuat pandangan gadis itu kembali tertuju padanya. Sasuke kini tengah duduk di tempat tidur dengan kaki menyilang dan tangan yang dia lipat di dada. Hinata yang berdiri di hadapannya membuat Sasuke mendongak untuk menatap langsung ke arah mata gadis itu, menambah kesan angkuh pada diri Sasuke.

"Sa..saya benar-benar minta maaf karena telah merusak ponsel Uchiha-san," Hinata menelan ludahnya paksa, "Akan tetapi, jujur sa..saya tidak dapat menggantinya," Hinata mencoba melihat raut wajah Sasuke dan seketika merutuki dirinya ketika mendapati wajah Sasuke yang semakin menyeramkan. Belum ada respon dari pemuda itu, membuat Hinata kebingungan untuk bersikap, atmosfer menyeramkan dalam kamar itu benr-benar membuat Hinata tidak dapat berpikir jernih.

"Keluar!" suara dingin itu membuat Hinata bergidik ngeri, "A..ano-" Hinata berhenti bersuara ketika mendengar suara pergerakan dari Sasuke, membuat gadis itu mundur satu langkah dan mendongakkan kepalanya.

Geez

Wajah Hinata merona seketika melihat pemandangan yang tersuguh untuknya. Tuan Uchiha kini bertelanjang dada dengan kemeja hitam bereda di tangannya. 'Sejak kapan?' batin Hinata.

Dengan santai pemuda itu melangkah ke arah kamar mandi dan beberapa menit kemudian terdengar guyuran air di dalamnya. Hinata mematung di tempatnya, mukanya masih memerah dan sedikit keringat membasahi pelipisnya.

'Aku harus menjauhinya. Dia benar-benar menyeramkan' batin Hinata dan cepat-cepat beranjak dari tempat itu.

Tbc

1 Yen = Rp 80,00

Hosh, ini fanfic kedua saya. Di tengah-tengah sibuknya memperjuangkan nasib sebagai tunas bangsa, saya malah nyempat-nyempatin ngetik ni fanfic.

Baiklah, kritik dan sarannya diterima, yang membangun loh (apadeh!).

Thanks for reading and review please –puppy eyes-

Peace

Ryu