FIRST AND LAST
Pandora Hearts © Jun Mochizuki-sensei
Rated: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Warning(s): OOC, OOT, Abal, Gaje, Lebay, Garing, Typos, dll.
Summary: Alice selalu menjadi yang pertama dalam setiap hal. Tapi kali ini dia ingin menjadi yang terakhir. What happen? Check it out!
A/N: Pairing OzXAlice pertama saya! ^^
Special fict for Bloodstained Kagamine Len (dulu Bloodstained B-Rabbit bukan?). Semoga fict ini cukup memuaskan Anda, ya… =D
Maaf update-nya lama, nih. =="
Ceritanya two shoot, ya... :D
Enjoy! ^^
.
Chapter 1: First Meet
Alice. Siapa yang tidak mengenal Alice? Putri pertama dalam keluarga Baskerville ini pasti banyak dikenal orang. Seorang gadis pemberani dan selalu menjadi yang pertama dalam segala hal. Tidak ada yang tidak mengenal Alice, salah seorang siswi jenius di Latowidge Gakuen.
Alice selalu menjadi juara pertama setiap ujian diadakan. Alice selalu menjadi yang pertama dalam memberikan bantuan. Alice selalu menjadi yang pertama dalam mengetahui sebuah rahasia. Alice selalu menjadi yang pertama dalam menemukan apapun, terlebih daging.
Gadis cantik yang selalu mendapatkan keberuntungan tersebut pernah merasakan sakit hati karena seorang cowok. Siapa sangka? Hei, Alice itu juga manusia. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Siapa sih, cowok yang membuat sakit hati Alice sekaligus cinta pertamanya itu? Dia adalah seorang Gilbert Nightray, mantan siswa di Latowidge Gakuen. Gilbert kini tidak bersekolah lagi di London –tempat Latowidge berada- tetapi di Oxford karena ayahnya ditugaskan di sana.
Sakit hati yang dialami gadis berambut brunette itu membuat Sang Gadis tidak ingin lagi merasakan cinta.
"Alice Baskerville? Bisa kita bicara sebentar?" panggil Liam-sensei.
"Ya. Ada apa Pak Guru?" tanya Alice.
"Apakah kau mau mengikuti kompetisi ini?" tanya Liam-sensei sambil menunjukkan suatu dokumen.
"Eh? Kompetisi matematika?"
"Yap. Benar Sekali."
"Apakah Pak Guru sudah bertanya pada murid lainnya?"
"Untuk saat ini kau yang pertama kali Bapak tanyakan."
Yaah, seperti biasa. Bisa Anda saksikan semuanya, Alice selalu menjadi yang pertama dalam segala hal!
"Hmm… Baiklah. Aku akan mengikuti kompetisi ini."
"Bagus, Alice. Kompetisi ini akan berlangsung 2 minggu lagi di Gedung XXYY."
"Yes, Sir."
Alice memang anak yang sangat cerdas, bahkan bisa dibilang jenius. Ia tidak pernah melewatkan suatu kompetisi/olimpiade yang datang kepadanya. Ia menganggap itu adalah suatu berkat. Sebenarnya sudah cukup banyak piala dan medali yang telah ia beri pada sekolah. Tapi Alice tetap saja merasa belum puas.
..*..
Dua minggu pun berlalu. Saatnya kompetisi diadakan pun tiba.
"Liam-sensei di mana, ya? Masa' aku sendirian sih?" omel Alice sendiri. Ia sedang mencari-cari guru pembimbing yang super penyabar itu.
BUGH!
"Ah, maaf!" Tanpa sengaja Alice menubruk orang di sampingnya sehingga mereka berdua pun terjatuh.
"Tidak apa-apa, Nona," balas orang itu, lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Alice yang masih terduduk.
Alice mengangkat kepalanya agar bisa memandangi wajah orang itu. Tertangkap oleh iris violet-nya sosok lelaki berambut pirang dan bermata emerald. Dia sedang menyunggingkan senyumnya kepada Alice. Dia tampak rupawan di mata Alice apalagi sosoknya yang membelakangi cahaya mentari membuat Alice merasa gugup.
Ha? Gugup? Ada apa?
"Terima kasih," kata Alice sambil menyambut uluran tangannya.
"Siapa namamu, Nona?" tanya orang itu.
"Alice Baskerville."
"Oh, kau gadis yang selalu menjadi yang pertama dalam setiap hal, 'kan? Dirimu juga terkenal di sekolahku."
"Saya tidak tahu Anda bersekolah di mana, Tuan," balas Alice.
"Ah, tidak pelu formal begitu. Kita kan seumuran. Oh, ya namaku Oz Vessalius. Senang berkenalan denganmu," kata orang itu –atau mulai sekarang kita panggil Oz saja, ya- sambil tersenyum ke arah Alice.
DEG!
"Ya."
Awal pertemuan mereka ini ditandai dengan adanya berjabat tangan diantara mereka.
..*..
Tiga hari pun berlalu. Hasil dari kompetisi itupun keluar.
Juara 1 : Alice Baskerville
Juara 2 : Oz Vessalius
Juara 3 : Doug
Hasil yang tidak aneh. Pantas saja, Alice selalu menjadi yang pertama!
"Selamat ya, Alice.."
"Hehe.. Terima kasih, teman-teman."
"Wah! Wah! Saudara kembarku ini memang hebat!" kata Alyss sembari memeluk Alice.
"Terima kasih, Alyss. Ini juga berkat dukunganmu."
"Oh, ya? Aku jadi malu, deh…" kata Alyss lebay.
"Hei, bagaimana hubunganmu dengan Break?"
"Baik-baik saja, kok Alice. Tenang saja."
"Aku tidak mau kau merasa sakit hati seperti diriku, Alyss."
"Duh… Alice jangan bilang begitu. Siapa sih, yang gak mau dengan Alice? Kau itu tampak lebih sempurna dibandingkan aku."
"Hahaha… Enggak, kok. Aku hanya manusia biasa," balas Alice mantap.
..*..
Hari ini adalah hari pertama bagi Alice untuk les di tempat barunya. Ia keluar dari tempat lesnya yang sebelumnya karena merasa ia tidak mendapatkan pelajaran yang berarti di sana. Jelas saja, Alice kan jenius.
Alice memasuki ruangan tempat ia les tersebut. Iris matanya menangkap sosok yang pernah membuat ia gugup.
Oz Vessalius.
"Hei, kau Alice Baskerville, kan?" Oz yang melihat Alice langsung datang menghampiri dirinya.
"I.. Iya…" kata Alice gelagapan.
DEG!
"Wah, kau benar-benar selalu yang pertama, ya! Dalam kompetisi yang kemarin kau bisa mendapatkan juara pertama," kata Oz memulai pembicaraan.
DEG!
"Ah, kau bersekolah di mana?" tanya Alice tidak nyambung. Ia menyadari bahwa dirinya kini sedang bertingkah laku aneh karena debaran di hatinya.
Debaran?
DEG!
Apakah sakit hati yang dialami Alice dan yang telah ia kubur dalam-dalam itu akan terbuka lagi?
"Aku bersekolah di Pandora Gakuen. Maklum kau tidak tahu sekolahku. Aku tidak terkenal seperti dirimu."
DEG!
"Oh."
DEG!
Bagaimana ini? Debaran jantungnya tidak bisa hilang! Akhirnya Alice mengikuti pelajaran di les itu dengan penuh debaran jantung. Tapi hebatnya ia bisa berkonsentrasi.
..*..
Di dalam kamar…
Pandora Gakuen, ya? Itu kan juga sekolah terbaik di Inggris selain Latowidge Gakuen. Hmm… Echo kan juga bersekolah di sana. Apa aku tanya saja, ya ke Echo tentang Oz? Ia pasti kenal.
Begitulah isi pemikiran Alice yang diam saja selama 2 jam di dalam kamarnya. Akhirnya ia pun mengirim sebuah pesan (SMS) kepada sahabat lamanya, Echo.
Alice Baskerville
Echo, apakah kau mengenal Oz Vessalius?
Echo Doang
Ya. Aku kenal. Ada apa Alice? Kau suka padanya?
DEG!
Alice Baskerville
Kok bisa tahu sih?
Echo Doang
Tentu saja. Di sekolahku banyak sekali cewek yang menyukainya. Dia kan pintar, cakep, dan dia juga ketua Tim Basket sekolah kami.
DEG!
Alice Baskerville
Benarkah? Err… Bisakah kau membantuku untuk membuatku dekat dengannya?
Echo Doang
Wah, maaf sekali Alice. Aku tidak bisa. Aku tidak terlalu akrab dengannya. Aku dengar-dengar sih, dia mau rujukan lagi dengan mantan pacarnya.
DEG! DEG!
Alice Baskerville
Mantan pacar? Siapa?
DEG!
Echo Doang
Oz itu terkenal dengan playboy-nya. Untung saja aku tidak menyukainya. Namanya Sharon Rainsworth. Aku dengar-dengar juga sih, Sharon itu cinta pertamanya.
DEG! DEG! DEG!
Alice Baskerville
Oh, begitu, ya. Terima kasih Echo.
Echo Doang
Sama-sama, Alice.
DEG!
"Ternyata begitu, ya.. Dia sudah menyukai gadis yang lain."
Alice menggenggam baju yang dikenakannya.
"Kenapa rasa sakit ini harus ku alami lagi?"
Air mata Alice pun mengalir. Ia kembali mengingat masa-masa ketika ia disakiti oleh Gilbert. Dan sekarang Oz.
"Kenapa? Apa salahku?"
Sesuat hal baru disadari oleh Alice.
"Mengapa aku tidak menjadi yang pertama bagi Oz?"
..*..
"Alice? Kau kenapa? Kau tampak murung hari ini," tanya Alyss khawatir. Saudara kembarnya itu tidak pernah tersenyum sejak pagi. Aneh.
"Alyss, aku sakit hati."
"APA? SIAPA YANG SUDAH BERANI MENYAKITI HATIMU, ALICE? AKAN KU BERI DIA PELAJARAN!" sahut Alyss sambil menunjukkan kepalan tangannya. Sebenarnya Alyss hanya tidak ingin Alice sakit hati lagi, apalagi sejak kejadian waktu itu. Ia mencoba untuk menghibur Alice.
"Tidak perlu, Alyss. Dia tidak salah, kok."
"A…Apa? Dia? Dia siapa?"
"Oz Vessalius?"
"Vessalius?"
"Ya. Aku menyukainya. Tapi dia menyukai mantan pacarnya. Dan sekarang dia sedang rujukan dengan mantan pacarnya itu," jawab Alice dengan wajah murung.
Untuk beberapa detik, Alyss menatap sayu kembarannya itu.
"Alice, aku sangat mengerti bagaimana perasaanmu. Memang hati kita akan sakit, bila kita mengetahui orang yang kita sukai menyukai orang lain. Aku pernah merasakan hal itu saat mengejar Beak. Apakah kau masih ingat saat itu aku pernah curhat denganmu?"
"Ya."
"Alice, dengar. Kau dapat belajar dari pengalamanku. Aku bisa mendapatkan Break sekarang karena aku punya prinsip."
"Prinsip?"
"Ya. Setiap orang bisa berubah, bukan? Mungkin sekarang kau tidak bisa memiliki dia, tapi nanti kau bisa memilikinya. Mungkin sekarang dia tidak menyukaimu, tapi nanti dia bisa menyukaimu. Kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Tapi percayalah, perubahan itu bisa benar-benar terjadi, Alice."
Alice berpikir sejenak. Lalu melihat kea rah Alyss yang tersenyum padanya.
"Kau benar, Alyss. Terima kasih," balas Alice dengan senyuman yang sedikit dipaksakan olehnya.
"Aku mau pergi ke tempat les. Good bye, Alyss," kata Alice sambil mengambil tas les yang tak jauh dari tempatnya duduk dan segera pergi.
"Eh? Bukannya les akan dimulai 2 jam lagi?" kata Alyss bingung. Tapi sayang, Alice sudah pergi duluan.
..*..
"Kok sepi, ya?" gumam Oz.
"Ah! Aku datang 1 jam sebelum les dimulai!" teriak Oz ketika dia melihat arlojinya.
"Bagaimana ini? Ya, sudahlah. Aku belajar saja di kelas."
Oz pun berjalan menuju ruangan tempat dia belajar di les.
"Eh? Alice? Wah, dia ketiduran!"
Oz berjalan mendekati Alice. Sejenak dia memperhatikan wajah Alice yang sedang tertidur.
"Hmm… Dia datang cepat juga. Wajahnya lucu saat sedang tidur. Hihi…"
Tiba-tiba kertas putih yang berada di dekat Alice terbang karena tertiup angin.
"Wah, kertasnya!"
Oz berusaha untuk mendapatkan kertas putih itu.
Setelah dia dapatkan…
"Eh? A…Apa maksudnya?"
Oz terkejut setelah membaca tulisan di kertas itu.
"Oh, Oz. Kau sudah datang?" tanya Alice yang sedang mengucek matanya, ia baru bangun dari tidurnya.
Mata Alice terbelalak ketika dilihatnya kertas putih yang baru dia tulis sedang dibaca oleh Oz.
"Ah! I…Itu…"
"Alice? A…Apa maksudnya?"
Wajah Alice memerah, jantungnya berdetak kencang.
"Bagaimana ini?"
TBC
.
Yeay! Chapter 1 selesai! ^^
Akhirnya setelah sekian lama fict ini nganggur di laptop saya, bisa di-publish juga.
Setiap membuat fict, kenapa ya saya selalu merasa fict saya itu garing banget?
Tapi gak apalah, yang penting usaha. Hehe…
Silahkan kritik dan sarannya, review!