AyamLvJidat

Naruto Masashi kishimoto

AyamLvJidat Yusha'Daesung AyamLvJidat

Warning :

SasuSaku,NejiTen, NaruHina, SaIno Pairs. AU. OOC. T semi M. Etc.

Enjoy With This One

Sakura menopang dagu, memperhatikan sobat blondienya yang tengah melamun. Gadis itu masih saja mengacuhkannya semenjak lima menit keberadaannya di kelas pagi ini. Mendengus, Ia menjawil dagu Ino dengan wajah jahilnya. Membuat Ino mendelik kaget dengan langsung menegakkan tubuhnya menghadap Sakura yang ikut-ikutan kaget karena respon Ino―yang menurut Sakura―terlalu berlebihan.

Apa mungkin yang ada di pikiran Ino adalah hal yang begitu penting? Sampai-sampai, gadis itu sebegitu kagetnya. Sakura sedikit memiliki keyakinan, jauh dari ini, alasan melamunnya Ino sedari tadi pasti ada kaitannya dengan apa yang di katakan Hinata tadi malam lewat obrolan singkat mereka via ponsel.

Hyuuga itu menceritakan tentang rasa bersalahnya karena memberitahu hal apa yang disukai Ino kepada Sai. Bagi Hinata, Ia merasa tak enak juga sudah membuka sesuatu yang terhitung privasi milik sahabat satu geng'nya itu. Dan jika Ino tahu tentang hal ini, Hinata yakin Ia tak akan luput dari omelan panjang dan berakhir dengan saling diamnya kedua pihak, walau Hinata berulang kali mencoba meminta maaf pada Ino. Kadang, sifat kekanakan Ino masih jauh di atas umurnya yang jauh lebih tua dari Hinata. Mau tak mau, Hinata'lah yang harus mengalah. Dalam hal apapun.

"Apa?" Keduanya berkata dalam kalimat singkat yang sama, masih saling tatap dan juga sama-sama kaget. Sakura memiringkan kepalanya bingung, Ino menatapnya bingung. Jadi siapa yang seharusnya memiliki jatah menayakan kata 'apa' terlebih dahulu. Ino? Atau Sakura yang memang sangat amat bingung?

Sampai akhirnya suara teriakan Tenten yang menyapa keduanya dari arah pintu datang bersama Hyuuga Hinata yang tengah dirangkulnya dengan tangan kanannya, sedang si gadis pemalu itu berjalan di sisi Tenten dengan raut gugup namun penuh senyum. Spontan Ino maupun Sakura menoleh. Hanya Sakura yang menyunggingkan senyum dan balik menyapa Tenten dan juga Hinata sembari mengangkat tangan kanannya singkat. Sedang Ino hanya memandang ketiga temannya seperti orang gagu.

Tenten menaruh tasnya pada mejanya begitu-pun Hinata, setelahnya gadis cempol dua itu menarik bangku di deret sebelah dari Ino, Ia menyeringai dengan lebar sembari menarik ujung baju seragam yang Ino kenakan. Sakura dan Hinata memperhatikan. Gadis Hyuuga itu hanya mengambil posisi berdiri di samping meja Sakura, wajahnya tampak was-was bahkan sekarang Hinata mulai saling remas meremas jemari-jemarinya satu sama lain dalam satu genggaman tangan. Bukan halnya seperti Sakura yang masih setia kebingungan, begitu-pun Ino.

"Ceritakan padaku―" Tenten berucap seru, "―selengkap-lengkapnya." Sambung atau lebih terdengar sebagai tuntutan kepada Ino.

Sakura menengok ke arah Tenten, dari balik pundak Ino yang kini masih diam dengan kedua pasang pipi yang merona hebat.

"Huaaaa! Kau pakai cincin!" Tenten menarik lengan kanan Ino, tepatnya bagian jari manisnya yang tengah di lingkari sebuah cincin perak dengan nama 'Sai'. Wajah gadis itu berbinar bukan main. "Wah, wah~ kalian resmi ya?"

Hal itu tentu saja memancing hampir sebagian penghuni kelas pagi ini, tapi sebagai perwakilan, maka Haruno Sakura'lah yang angkat bicara.

"Apanya?" Sakura sekarang ikut beranjak berdiri memperhatikan lengan Ino yang duduk membelakanginya. Gadis itu mengamati benda apa itu dari balik punggung Ino. Matanya membulat saat menangkap ukiran nama 'Sai' pada cincin yang ada di jari manis sobatnya itu. Tanpa sadar, mulutnya merenggang.

Tenten mengangguk, menatap Hinata dan juga Sakura bergantian. "aha, tepat sekali. Sai, dia melamar sobat kita ini." Gadis dengan cempol itu kembali mengamati Ino, cengirannya melebar, Ia menarik gemas sepasang pipi Ino. "Selamat ya Ino!" Padahal, Sakura belum menanyakan hal apapun pada Tenten ataupun Ino, maupun Hinata yang sekarang ikut tersenyum lega. Gadis itu menatap tiga sahabatnya dengan lembut.

Dengan gerakan cepat, Sakura menarik pundak Ino agar menghadapnya. Gadis berambut gulali kapas merah muda itu berkacak pinggang saat Ino menatap leadernya itu takut-takut. "Kau punya cerita? Yamanaka?" Sebenarnya Ino mau saja bercerita. Ragu, Ia mengangguk. Mau tak mau. Ino yakin, kali ini akan ada banyak hal yang dilakukan Sakura padanya. Mending jika hanya sekedar bertanya, biasanya leader mereka itu pasti menyelinginya dengan kalimat-kalimat penggoda serta usil andalannya. Dan Ino mulai menghela nafas sebelum memulai cerita pelamarannya oleh Sai Nakamura. Tadi malam. Terserah jika Sakura akan menggodanya dengan kalimat penggoda apapun. Ino pasrah.

"Dia melamarku, tadi malam." Ketiga temannya mendengarkan. "Aku juga tak menyangka dia―Sai―itu akan seserius itu padaku. Kau tahulah―" diselipkannya anak rambut pirang depannya yang menjuntai ke belakang cuping telinga. "―Sai bukan tipe serius seperti yang aku bayangkan, jauh sebelum ini."

Tenten mengangguk, "tapi pemikiranmu tampak dipatahkannya kan?" sela si gadis, Ia bersidekap, sembari menaikkan sebelah kakinya pada kaki kirinya.

Hinata dan Sakura mengangguk.

"Dia melamarmu, malah?" Kali ini Sakura menimpali. Ia duduk di atas meja. Sedang Hinata beringsut duduk di bangku di mana Sakura tadinya duduk. Jadi sekarang, Hinata duduk tepat di depan Sakura yang tengah duduk di meja dengan posisi kaki menjuntai ke bawah. Si gadis merah jambu itu mulai berkipas dengan buku tulis Ino yang bergambar kartun. "Itu sangat manis kurasa." Sambungnya asal, mengangkat kedua bahunya, sembari menghandik pada Hinata yang cepat-cepat mengangguk setuju.

"Hu'um!"

Ino hanya merunduk, Ia menggeleng pelan. "Aku bingung―" terdengar helaan nafas dari Ino, matanya mengarah tepat pada Sakura yang juga tengah menatapnya dengan intens. "―tentang perasaanku pada pemuda songong anggota Hell Four itu, leader."

Hening.

Dengan seulas senyum, Hinata mulai masuk dengan asumsinya. "Ka-kau menyukainya juga I-Ino." Sahutnya, dengan pandangan lembut. Lengannya mengambil lengan Ino. Menggenggamnya lembut, Ino memperhatikan. "Aku me-melihat itu, sa-saat kita di kantin beberapa hari yang lalu." Tuturnya, tanpa menanggalkan senyum.

"Jalani saja dulu, kalau merasa tak cocok. Bubarkan saja," Tenten menyambung, membuat mata Sakura spontan mendelik tajam menatap Tenten. Dasar peruntuh keyakinan orang! Batinnya. Tenten hanya terkekeh takut, menepuk paha Sakura main-main. Sembari bergumam 'bercanda' berkali-kali.

Ino menghela nafas, Ia tersenyum. Menaruh, lengan Hinata kepangkuan gadis itu. Memandang sobatnya dengan senyuman penuh arti. Kemudian Ia berpaling pada Tenten, "benar juga Ten," dan tampaknya otak Ino sama rusaknya dengan otak Tenten, "aku akan mencoba saranmu." Si gadis itu merekahkan senyumnya, "trims ya, Sob!" dirangkulnya pundak Tenten dengan erat. Sedang Hinata dan Sakura hanya melongo.

Sedang si Tenten sendiri, tertawa bangga. "Hahahaha, yayaya. Kurasa ideku akan membantumu Sobat."

Dasar orang-orang stress!

Apa saran mereka―Sakura dan juga Hinata―jauh kurang lebih buruk dari saran terburuk milik Tenten, huh?

××XX××

Sakura mendengus, menarik lagi rambutnya yang tengah ditarik-tarik kecil oleh Sasuke yang sengaja pindah tempat duduk di belakang Ia dan Ino. Pemuda itu menawarkan ajuran pindah pada Tenten dan juga Hinata. Bukan hanya itu, Sai-pun tak mau kalah, Ia ikut-ikutan pindah di belakang Ino. Tapi pemuda pucat dengan sejuta rayuan gombal itu tidak mengganggu―tunangannya―Ino sama sekali, beda dengan halnya Sasuke yang memang-a-gak ceriwis.

Sai hanya sesekali meniup tengkuk Ino, memanggilnya blondie manis, dan terakhir kali, Ia maju dan mencium belakang kepala Ino. Wangi~

Serangkai kegiatan itu harus berhenti karena tak lama, Ino mengangkat tangan, dan berkata pada Kurenai―guru mata pelajarannya sekarang―bahwa Sai Nakamura sudah sangat mengganggunya. Kau tahu bukan selanjutnya apa, Sai kena tegur. Untungnya tak sampai di keluarkan dari kelas.

Sai sekarang hanya bisa senyum-senyum sembari membayangkan gadis di depannya itu dengan hal yang bukan-bukan. Ckckckckck. Bukan anggota Hell Four namanya jika tak berotak mesum tampaknya.

"Cakuya~" Sasuke melipat tangannya di meja, menaruh dagunya yang lancip itu pada lipatannya, kemudian menjawil tengkuk Sakura yang bebas. Karena gadis itu mengikat ekor kuda rambutnya. Pemuda itu semakin getol menjahili kekasihnya.

Sasuke tahu, Sakura masih ngambek soal kemarin persyaratan mereka yang gagal. Karena Sasuke tampak mengingkari janjinya pada Sakura. Pemuda itu sehabis kejadian manis di gudang, malah dipanggil pulang kakak lelakinya. Katanya ada sesuatu yang terjadi, dan ternyata, Sasuke harus kembali merawat keponakannya yang dianugerahi sepasang pipi tembem itu. Karena, Uchiha Itachi sang kakak, harus menjemput istrnya Hana yang baru saja tiba di bandara sekepulangannya dari Suna.

Jadilah, seharian Sasuke harus menahan rindu pada Sakura. Pemuda itu berulang kali mencium pipi keponakannya demi melampiaskan nafsunya yang tertunda. Ia ingin, mencium Sakura, dekat dengan gadis itu, menjahilinya. Pokoknya, Sasuke sedang kasmaran pada pacar barunya. Tapi apalah daya, tak ada Sakura, keponakan-pun jadi. Kasihan keponakan Sasuke.

Memang dasar, sedari tadi kedua pemuda itu tak hentinya mengamati dua gadisnya yang tampak acuh sama sekali pada mereka. Jika tidak ada guru, bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sini. Seperti pipi yang lebam, atau memerah panas karena tamparan, atau yang paling parah, ujung bibir yang sobek. Ckckckck. Andai, andaikan. Mungkin sekarang Sai dan juga khususnya Uchiha Sasuke akan berpulang nama kemudian.

"Ayolah, Caku~kau jangan marah-marah seperti itu." Sasuke bergumam rendah dengan nada dimanja-manjakan. Sesuai kehendak Sakura yang tertunda kemarin. Tangannya menarik-narik kecil baju seragam bagian pundak milik Sakura. "Aku cayang Cakuya~" manjanya, pemuda itu kembali memilin-milin kecil ujung rambut gadisnya. Parahnya, Sasuke mengatakan hal itu dengan raut wajah yang 'unyu-unyu' spontan saja itu membuat para siswi yang ada dan yang lewat langsung menatap 'lapar' Sasuke. Jika tak ada Kurenai, mungkin para gadis itu akan langsung menerkam Sasuke saat itu juga. Tapi, inilah kenyataannya. Para gadis―yang belum tahu bahwa Sasuke itu adalah kekasih resmi Sakura―itu, hanya menggeram dengan raut gregetan. Bahkan ada yang saling jambak dan cubit.

Oh, ya ampun~

Sedang Sai mendelik, mengernyit jijik memperhatikan leadernya yang tampaknya mulai idiot kerena saking cintanya pada leader Heaven Four itu. Pemuda itu menarik bangkunya agak menjauh dari Sasuke. Pelan, pelan. Agar membuat kelas tak terganggu.

Faktanya!

Jauhi Sasuke yang sedang galau. Jika tidak, terima eneg akibatnya.

Sasuke menoleh, tangannya berhenti memilin ujung rambut Sakura namun tak melepaskannya. "Apa?" Tanyanya ketus pada Sai. Pemuda dengan rambut bokong itu tak merubah posisi awalnya yang setengah berebah di meja dalam posisi duduk.

Pemuda pucat itu menggeleng, tersenyum namun tampak meringis menatap Sasuke.

"Cih!" Dan Sasuke, kembali setia pada rutinitas awalnya.

Dan Sai Ia memilih mengabaikan leadernya yang mulai kehilangan kewarasan itu dengan mulai mencorat-coret gaje belakang buku tulisnya dengan namanya dan nama Ino di sana. Menggambar dua sosok manusia dengan bentuk lidi yang tengah saling bergandeng tangan. Ketahuan, nilai menggambar Sai saat di taman kanak-kanak pasti sangat maju mundur, antara D dan C. Untung saja pemuda tampan kita yang satu ini berhasil lulus ya? Sesuatu.

Pemuda itu tersenyum-senyum sendiri.

Objek yang sedari tadi diganggu Sasuke hanya mendelik, kemudian menepis tangan Sasuke. "Jangan sentuh, bodoh!" Ketusnya, Ia menekankan dengan kata pelan. Di sebelahnya, Ino yang asik mencatat menoleh, memperhatikan Sakura. Gadis itu menyangga dagunya dengan telapak tangannya. Masih menggenggam pulpen bergambar Tedy Bearnya, di tangan kanan.

Sakura sadar diperhatikan, dan dengan santai Ia mengandik ke belakang. Tempat di mana sekarang Sasuke sudah duduk tegap sembari memperhatikan dua bidadari di depannya yang tengah saling mengeluarkan bahasa tubuh. Pemuda itu mengangkat alis kirinya tinggi-tinggi, apa yang mereka katakan sih?

Ino terkekeh, Ia medekat ke arah Sakura lalu berbisik-bisik. Dan dibalas dengan suntrungan kepala Ino oleh Sakura. Gadis dengan marga Yamanaka itu terkekeh pelan, kembali pada posisi awalnya. Sekilas melirik ke belakang, tempat di mana Sai kini tampak seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Sibuk dengan pensil penghapus karet dan juga belakang buku yang seharusnya bukan memiliki fungsi sebagai tempat gambar. Jangan lupa, gambaran anehnya juga. Ino menatap gambaran Sai, lalu mengulum senyum dengan wajah memerah. Gadis itu kembali menulis, setelah berbalik. Ia menggeleng geli saat teringat tulisan di bawah gambaran aneh Sai, 'SaIno Selamanya'. Dan tanpa Ia sadar, perasaannya sebenarnya sudah lebih dari sekedar rasa suka, namun rasa yang lain.

Sakura hanya angkat bahu, heran dengan Ino yang tiba-tiba saja merona hebat. Gadis dengan marga Haruno itu kembali menulis tanpa memperdulikan Ino maupun Sasuke yang kini sedang merobek kertas menjadi potongan-potongan kecil, pemuda itu mengepalnya, lalu melemparnya satu persatu pada Sakura, dengan panggilan-panggilan kecil. Seperti

'Cakuya', 'Caku', 'Cayang', 'Cinta', dan panggilan-panggilan lain yang berawal dengan huruf 'C' semua. Keterlaluan~

Ingatkan Sakura, agar tak melepas headsetnya. Sekalipun saat jam pelajaran berlangsung. Karena faktanya, mempunyai pacar macam Sasuke bisa sangat berisik di saat-saat tertentu seperti ini.

Mati rasakan tubuhmu Sakura, tulikan pendengaranmu! Anggap di belakangmu adalah Shino, teman sekelasmu yang auranya damai dan tenang~

Hah~

××XX××

Beda lagi dengan Tenten, Hinata, Neji, dan Naruto.

NaruHina sedang asik bertukar surat kecil satu sama lain, bagi keduanya kegiatan itu sama saja dengan sedang saling bertukar pesan singkat seperti SMS. Tak banyak yang ditulis di sana, hanya sapaan 'hay', 'sedang apa?', 'mau kantin bersama?' dan kalimat ajakan serta rayuan dari Naruto pada gadisnya. Bocah blonde itu tersenyum dengan manis sekali setiap menerima surat balasan dari Hinata. Begitu pun Hinata, gadis dengan sifat pemalu itu berkali mengulum senyum manisnya yang imut, saat Naruto menyelipkan panggilan sayang di sela-sela kalimat yang ditulisnya tersebut.

Lain NaruHina, lain lagi NejiTen.

Tenten tampak cuek-cuek saja, sama halnya dengan Neji. Keduanya fokus mencatat apa yang tertera di papan tulis saat ini. Sejeret rumus yang entah keduanya mengerti atau tidak maksudnya. Yang penting untuk sekarang ini adalah tancap terus, walau tak mengerti. Yang penting catatan lengkap, dan bisa dijadikan contekan kelak.

Sesekali ada juga sih kontak antar mereka, seperti saat Neji mencolek bahu Tenten, menanyakan apa yang kurang terlihat olehnya. Atau saat Tenten memberitahu Neji bahwa pemuda itu terlalu lama meminjam penghapusnya.

Pacaran bisa dilain waktu. Itu motto NejiTen.

××XX××

Bel istirahat memang hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para murid. Faktor utama bisa disebabkan oleh rasa bosan pada guru atau mata pelajarannya, lapar karena tak sempat sarapan, dan yang paling tenar dikalangan kaum muda adalah, kangen mengapel pacar yang ada di lain kelas, atau pun sekelas.

Gadis berambut merah muda itu hanya diam dalam posisinya yang sekarang, sesekali menengok ke arah papan tulis dan menatap lagi bukunya, jemarinya menulis telaten dengan sebuah pensil. Rambutnya sekarang sudah agak lepek karena keringat yang mengalir pelan melalui tengkuknya. Gadis itu hanya membiarkannya, tampak acuh.

Saat ini, leader tercinta kita ini tengah malas bergaul. Ia memilih untuk melanjutkan mencatat ketimbang makan di Kantin bersama sobat-sobat dan juga kekasihnya Uchiha Sasuke. Awalnya sih, mereka ngotot memaksa Sakura untuk ke Kantin, katanya kurang seru jika tanpa Sakura. Bukan Sakura namanya, jika tak punya alasan yang tepat untuk menolak ajakan itu. Dan dengan senyuman yang dipaksakan, gadis itu menggeleng pelan saat Hinata bertanya, apakah Ia sakit. Sungguh, Ia hanya malas bergaul saat ini. Malas entah karena hal apa.

Apa ada hubungannya dengan Sasuke?

Geraman rendah terlafas, gadis itu menegapkan punggungnya yang sekarang tampaknya mulai pegal karena posisinya yang sama sekali tak berubah semenjak lima menit yang lalu. Dilepasnya pensil metalik itu di atas buku yang sekarang hampir penuh satu halaman oleh catatan rumusnya. Gadis itu merunduk, melonggarkan dasinya. Lalu memijat kecil atas batang hidung bagian atas. Di mana rasa peningnya berasal. Kepalanya agak pusing sekarang.

Pikirannya melayang pada Sasuke―yang baru kemarin resmi menjadi kekasihnya―pemuda itu tampak tak serius padanya. Dan itu membuat Sakura ragu, sebagai seorang gadis. Walaupun sebenarnya Sakura juga tak mau ambil pusing akan hubungannya dengan Sasuke. Tapi, yang tak ingin Ia alami adalah tahap di mana nanti Ia dan Sasuke akan merenggang lalu putus. Kata orang sih itu akan berakibat pada mood dan juga selera makan. Ckckck, bisa-bisa Sakura kurus seputusnya dari Sasuke.

Amit amit deh. Bisa dipastikan, mimpi Sakura untuk jadi pramugari akan gagal jika badannya kurus kering seperti batang lidi.

Tapi tunggu, baru jadian kok sudah berharap putus ya?

Sakura menggeleng dan mendegung sisi kepalanya yang sekarang mulai berpikir sempit. Jangan sampai Ia putus dari Sasuke. Jangan sampai.

Bukan karena gadis itu marah Sasuke tak memenuhi janjinya saat itu, bukan. Ia tak ambil pusing akan itu. Yang Ia pikirkan sekarang adalah, pantulan dirinya di mata Uchiha bungsu itu, seperti tak tergambar kalian tahu. Pemuda itu memang selalu menjahilinya, tak ada bedanya seperti sebelum atau sesudah mereka memiliki ikatan.

Sikap pemuda itu memang jahil, Sakura tak heran jika sepanjang pagi ini kekasihnya itu berusaha terus menerus menggodainya dengan berbagai cara. Pemuda itu masih seperti biasa, menebar pesona dengan deretan para gadis yang memujanya. Memasang tampang seksinya, dan menyeringai setiap ada gadis yang meliriknya. Oh Tuhan, tolong Sakura, Ia benar-benar nanar saat menatap kekasihnya yang tadi sebelum ke Kantin sempat merangkul seorang gadis.

Jujur, itu membuatnya sesak sendiri. Dan boleh Sakura tambahkan, ini adalah kali pertama baginya merasakan rasa tak semengenakkan ini.

Apa Sasuke akan mempermainkannya saat ini?

Digelengkannya lagi kepalanya dengan cepat, gadis itu mengepalkan tangan kanannya lalu mengetuknya pada meja, bergumam 'amit-amit' berulang kali dengan nada jijik. Semoga saja tidak, batinnya.

Sampai akhirnya pemuda itu datang, dengan membawa sebuah kantong plastik. Sakura hanya diam memperhatikan.

Kekasihnya itu tampan, sempurna. Sakura kadang miris jika tak ingat Ia juga adalah 'Most Wanted' di sekolahnya ini. Untung Ia menyandang itu, kalau tidak?

Mungkin, levelnya dengan Sasuke akan sangat jauh.

Pemuda itu duduk di bangku yang ada di depan meja Sakura dan juga Ino. Ia menyodorkan kantong plastik itu ke atas meja ke arah Sakura. "Untukmu, Sayang."

Sakura menarik ujung bibirnya sedikit, "trims," jawabnya sembari tersenyum amat samar-samar. Ia menilik dalamnya.

Ada susu kotak, roti, permen lollipop, dan juga sebatang coklat. Banyak sekali? Apa Sasuke mau membuatnya bengkak dengan ini, huh?

Setelah bengkak lalu buang deh.

Sialan!

Lag-lagi Sakura menggeleng. Sakura, Sakura, kenapa tidak ikut grup anak dugem saja?

Sasuke sejenak memperhatikan Sakura dengan raut bingung, ada apa dengan kekasih seharinya itu? Apa ada yang salah pada dandanannya pagi ini? Ah, tapi rasanya semuanya normal-normal saja. Buktinya hari ini masih banyak para siswi yang meneriakinya, dan juga banyak siswa yang mendelik menatap iri padanya. Sasuke kan memang selalu tampan, dan itu seharusnya tidak usah dijadikan sesuatu yang 'wah'lagi, itu sudah biasa baginya.

Walau masih bingung, atas latar belakang dari sikap aneh Sakura yang suka geleng-geleng hari ini, Sasuke memilih tersenyum nakal, mengusap puncak kapala Sakura dengan gemasnya. "Dimakan ya, Saku." Ia sengaja memborong itu semua, karena Ia mau Sakura makan, agar kekasihnya itu tak sakit. Kalau Sakura sakit kan, kemungkinan mereka bertemu jadi semakin sempit. Apalagi Sasuke belum pernah berkunjung ke rumah mertuanya. Maksud hati ingin menjenguk, nanti malah terlihat menggelikan karena menyasar. "Dan coklat itu―" mata onyxnya manatap Sakura yang sekarang ikut menatapnya, "―sebagai permintaan maaf dari ku."

Ternyata, Ayam sialan musuh besarnya ini bisa romantis juga ya? Sakura kira, pemuda macam Sasuke tidak akan meminta maaf, kau tahulah bagaimana sifat-sifat pemuda itu jauh sebelum ini. Gengsi, tetap didahulukan.

Sakura tak menanggapi, Ia mengangguk. Membiarkan lengan Sasuke sekarang mulai mengusap pelan kepalanya.

"Kau tak marah lagi, kan?" tanyanya lagi, "kemarin itu, aku juga tak tahu kalau kakakku yang idiot itu akan menyuruhku hal yang memalukan." Kalimatnya menggantung, Ia menarik nafas. "Ku harap, kau mengerti Jidat." Sambungnya dengan dibubuhi panggilan 'sayang'

Sakura mengeluarkan minuman susu kotak itu dari dalam plastik, melepas sedotan yang menempel pada badan kotak susu itu sendiri, lalu melepas plastik pembungkus benda panjang itu. Pelan Ia menyucuk lobang di mana seharusnya tempat sedotan itu berada. Di bagian atas kotak susu. Gadis itu menatap Sasuke, "Ayam sialan, aku pasti mengerti'lah. Aku kan perhatian." Seringaianya nampak jelas. Diminumnya pelan susu kotak itu, lalu dengan cepat diteguknya. Dari mana Sasuke tahu jika Ia paling suka susu coklat?

Gadis itu menyodorkan pada Sasuke, "kau mau?" Tawarnya, mengamati Sasuke yang masih mengelus bagian atas kepalanya dengan lembut.

Dan saat ini, Sasuke tahu, Haruno Sakura memang berbeda dari yang lain. Ia tak akan ambil pusing akan suatu hal, tipe tak ambil susah macam Sakura'lah yang Ia suka. Dan satu hal lagi, sekali pun mereka dulunya adalah musuh, sekarang pun mereka tetap musuh. Walau statusnya resmi berpacaran.

"Ini." Sakura menyodorkannya pada bibir Sasuke, mereka saling tatap.

Pemuda itu mengisap pelan sembari terus menatap gadisnya. Dan tak lama―

"UHUKKKK!"

"Hahahahahahaha,"

Uchiha Sasuke tersedak karena Haruno Sakura pacar tersayangnya telah menekan kotak susu itu, membuat susu itu spontan meluber memenuhi ruang mulutnya yang tampaknya tak muat menampungnya.

See? Sakura tetap saja jahil, walau pada kekasihnya sekalipun.

"Sakura~"

"Kyaaaaa!"

Dan pipi Sakura sudah habis ditarik melar oleh Sasuke. Gemeletuk gemas dari gigi Sasuke yang mencondongkan badannya ke arah Sakura terdengar keras, Ia benar-benar gemas dengan gadisnya ini. Hey, dia ini pacarnya, tapi kenapa masih selalu Sasuke yang kena ulah jahil Sakura?

Sialan.

"Lepaskan pipiku bodoh―" desis Sakura dengan nada tak jelas karena posisi pipinya yang tidak wajar. Sasuke menggeleng cepat, Ia menyeringai memajukan wajah sempurna itu ke hadapan Sakura. Beberapa anak yang tadinya ada dalam kelas mulai bergerak pelan keluar dari kelas, takut mendosai mata mereka kala melihat adegan selanjutnya. Selain itu, bisa tak selamat mereka jika Sasuke tahu bahwa mereka tadi kedapatan memperhatikannya dan juga Sakura yang tengah beradegan sengit.

"Sakit Sasuke!" kembali Sakura angkat bicara, tangannya yang tadinya diam, sekarang beralih mulai mencengkram rambut Sasuke yang berbentuk bokong ayam itu dengan gemas. Menariknya dengan menyelipkan jemari-jemarinya di antara helaian raven itu. Secara bahasa wanitanya sih, menjambak.

Jika dilihat dari luar kelas, mereka tampak seperti dua orang yang tengah berciuman panas, dengan Sasuke yang memegang pipi Sakura dan Sakura yang mencengkram raven milik Sasuke. Tapi percayalah, semua tak seindah yang para Savers bayangkan. Semuanya bertolak belakang. Coba saja tilik dari jarak dekat apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau terlalu usil padaku." Dikecupnya sekilas bibir Sakura yang akan membuka lagi. Pemuda itu kembali menyeringai seksi, "aku akan menghukummu dengan yang lebih menyakitkan daripada ini." Sambungnya. Saling tatap menatap.

Sakura sakit di pipi. Sasuke sakit di rambut, tepatnya kepala.

Sasuke melepas cubitannya, melihat sepasang pipi Haruno Sakura yang memerah karena ulahnya. Entah karena faktor utama cubitan atau faktor kedua ciuman. Tangan Sasuke beralih memegang rahang Sakura. Dan perlahan, jarak mereka mulai menipis. Sampai Sakura dapat merasakan hangat nafas Sasuke yang memburu menyapu bagian wajahnya. Jantung gadis itu berdegub kencang seperti ada yang sedang unjuk rasa di dalamnya.

Tepat di depan kelas, para siswa dan anggota Hell dan Heaven memperhatikannya dengan mulut merenggang tak percaya akan adegan selanjutnya yaitu saat―

―Haruno leader Heaven Four itu menjambak ke belakang kepala Sasuke yang mau menciumnya dengan nafsu yang tinggi.

"Kyaaa! Mesum!"

××XX××

"Yang tadi saat di sekolah itu 'waw' loh Saku," Ino mengguncang bahu Sakura dengan seringai dan senyuman mesum yang kelewat lebar. Gadis yang dipanggil Sakura itu terbelalak, Ia menyentak tangan Ino yang mecengkram pundaknya dengan erat.

"Ka-kalian romantis, Sa-Sakura." Tatapan tajam Sakura berputar pada Hinata yang ada di sebelah kanan dari Ino, dan sebelah kiri dari dirinya. Kepala kuning dan juga coklat mengangguk antusias.

Sakura tak habis pikir, kejadian yang terjadi tadi di sekolah itu benar-benar membuatnya berdebar kencang dan hampir kehilangan oksigen. Gadis itu tak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya jika dia hanya memilih pasrah pada Sasuke yang termakan nafsu. Bisa habis dia.

Dan parahnya, sahabat-sahabatnya ini malah mendukung tindakan asusila Sasuke padanya. Dengan mengatas namakan romatisme. Cih~ ya ampun, bahkan Sakura bisa saja membuat ketiga sahabatnya ini benjol dalam waktu bersamaan, tapi berhubung Ia tengah dilanda yang namanya 'Dilema' maka Ia memilih menyalak dengan penyangkalan kuat.

"Aku yakin, kalian pasti mendapat keturunan yang banyak." Dan kali ini, sentilan Sakura mendarat pada masing-masing jidat sobat Heavennya. Ia menggeram rendah, dan para anggotanya dengan kekuatan seadanya memilih―

"Kabur!"

"Hoy! Kembali!"

××XX××

Sakura yang tadi siang mendapat pesan singkat dari Sasuke langsung melesat ke taman sore ini. Ia mengenakan sepeda kesayangannya langsung ke sana ketika Sasuke mengancam akan menciumnya lama tanpa nafas. Ckckckck.

"Apa maumu?" pertanyaan telak, Ia menarik lengan sweaternya yang kepanjangan. Sweater tersebut berwarna merah muda lembut, dan pada bagian dalam, Sakura menggunakan sebuah tanktop simple berwarna biru langit. Kaki jenjangnya dibalut dengan celana karet ketat berwarna biru langit juga, tak lupa sebuah sepatu sport untuk gadis berwarna putih gading membungkus kakinya yang mengenakan kaos kaki pendek sebatas mata kaki bergambar panda dengan warna putih sebagai dasarnya. Sedang mahkota merah mudanya, separuh digulung ke atas oleh sebuah ikat rambut karet, berwarna hitam putih. "Kau ini selalu seenaknya saja,"

Matanya mengamati Sasuke yang mendengus, duduk di sebelahnya. Pemuda tampan itu menggunakan kaos berlengan sebatas siku berwarna putih terang dengan gambar skeatboard pada tengahnya, Ia menggunakan celana basket gober sebatas lutut dan juga sepatu sport berwarna senada dengan celana basketnya. Hitam.

"Aduh, Jidat." Ia mengelap keringat di bagian keningnya pada bahu kanan Sakura. Membuat gadis itu mundur dari posisi duduknya dan menatap jijik Sasuke. Mulai deh joroknya~

"Ah! Sudah aneh, jorok pula!"

"Tapi kau mau jadi kekasihku."

Kalah telak. "Ok, baiklah." Ia mengulurkan tangan kanannya, mengelap keringat pada kening serta leher kekasihnya itu. Matanya mengamati tiap lekuk yang disentuhnya. Pelan, pelan. Sakura rela membuat jaket kesayangannya itu berbau keringat khas Sasuke, lagi pula, Sakura paling tak suka berhadapan dengan pemuda jorok yang berkeringat. Sakura tahu Sasuke jorok, tapi ayolah, tidak pakai keringat juga Sakura rasa.

Sasuke, maju perlahan. Menangkap tangan Sakura yang tadinya tengah menghapus jejak keringat dari tubuhnya. Matanya menatap balik mata emerald Sakura yang kaget. Dan tak lama, jarak memperkecil mereka. Sakura entah kenapa memilih pasrah untuk kali ini. Ia memilih menutup mata, merasakan benda lembut dan kenyal itu menyapu permukaan bibirnya. Rasanya seperti ada yang bergejolak di bagian perutnya. Ia merasakan debaran yang tak biasa kali ini.

Lama, akhirnya mereka melepaskan pagutan itu. Setelah saling balas membalas ciuman masing-masing. Dan yang paling parah adalah, masing-masing dari mereka tampaknya tak sadar bahwa sekarang mereka ada di tempat umum. Dan well, tentu saja itu mengundang tatapan dari orang yang ada di taman ini. Entah ada yang lewat dengan langkah terburu-buru ketika menangkap sikon SasuSaku, ada yang berbisik sembari memperhatikan dengan senyuman mesum, ada yang menggerutu 'tak sopan' atau kalimat semacamnya. Dan ada yang iseng-iseng mengambil gambar.

Kali ini mereka saling diam. Sasuke menyeringai membelai pipi Sakura, dan Sakura yang diam menatap Sasuke dengan wajah yang masih memerah. Lama Sakura terhipnotis oleh sepasang onyx itu sampai akhirnya pertanyaan itu kembali berputar di dalam benaknya. Tentang bagaimana perasaan Sasuke padanya, dan juga maksud dari pemuda itu memacarinya.

Sakura menatap Sasuke seintents mungkin. "Ayam, kau tidak sedang mempermainkanku, bukan?" tanyanya ngasal tanpa basa-basi. Sangat Sakura sekali ya?

Sasuke tersentak tangannya berhenti di dagu Sakura, kepala berambut raven itu menggeleng. "Tidak―" Ia menatap Sakura, "―kau tidak percaya padaku karena aku tampan?" Sekarang ujung alis kirinya terangkat, sedang seringainya kini mulai mengembang dan tambah lebar.

Heh~ Sasuke, Sasuke.

"Halah!" Bola mata emerald itu berputar bosan. Ia mendengus keras, membuang muka kea rah lain, lebih baik memperhatikan tukang balon daripada memperhatikan Sasuke yang―memang sih Sakura akui―tampan, tengah bernarsis ria dengan seringai menyebalkan itu.

"Kau bunuh aku, kalau sampai aku berani mempermainkanmu." Sambung Sasuke menarik dagu Sakura agar melihat kembali padanya, membuat gadis itu menatapnya dengan tatapan tak terbaca saat mendapati Sasuke kali ini berkata dengan nada tegas dan dingin. Dasar pemuda bermood ganda. "Dan aku akan membunuhmu, jika sampai kau meninggalkanku." Itu seperti tuntutan dari pihak Sasuke pada Sakura.

Gadis Haruno itu sedikit menyunggingkan senyum geli, namun jauh dalam hatinya Ia tak akan mau meragu lagi pada si mesum ini. Setidaknya Sakura akan membunuhnya jika hal itu benar-benar terjadi. Catat itu. "Dasar psikopat." Ejeknya.

"Biar." Dan pemuda itu menarik Sakura pelan ke dalam pelukannya, mengubur wajah gadis itu di dadanya yang bidang.

"Heh Ayam," Sasuke menyahut dengan 'hn' singkat sebagai sahutan, "kau bau sekali sih?"

Dan sepertinya sampai akhirpun dari Sakura maupun Sasuke tak ada yang berniat mengatakan kata-kata romantis, karena lewat dari perselisihan itu mereka dapat menyalurkan rasa kasih sayang mereka masing-masing.

"Makanya aku memelukmu, biar kau ikut bau. Jidat jelek~"

Hell and Heaven The End

××XX××

Nyahahahahahaha, lama tak jumpa ya saudara-saudara-DOR!-

Maaf jikalau ending ama ceritanya bener-bener maksa sikon. Ya, mau bagaimana lagi, Author kehabisan ide, mau beli yang elektrik pada abis, adanya yang gosok. Pan Author nggak jago tuh buat ngegesek-?-ckckckckck-apaan?-

Fanfic ini habis dan Saia masih punya hutang fanfic yang lain lagi, belum lagi yang request. Huah, benar-benar. Ditambah PR sekolah yang tingginya hampir nyamain menara Eiffel-lebe-dan lagi semuanya itu MATEMATIKA, mending kalau jawabannnya singkat nggak pake anak, nah ini. –Author curcol-ABAIKAN-

Ok, bek tu de topik. Kalau ada yang mau minta sequel, entar dulu ya, Author lagi masa-masa kritis boo-emang ada yang minta gitu?-

Ya sudah, mari kita membalas ripiu dari para Readers tercintah~

××XX××

Haza ShiRaifu

Ini updet, makasih udah mampir yaw~ ^^

Chini Van

Maaf ya, soalnya ide abisnya chap delapan. Hehehehe. Makasih loh udah ripiu―ngerangkul―sok akrab―PLAKK

Silent Reader

Makasih―peyuk-peyuk―maaf kalau updetannya malah jauh dari harapan, mana endingnya maksa pula. Tapi makasih udah mampir and ripiu ^^

Uchiharuno phorepherrr

DIKAU MEMBUATKU MALU, kyaaaaa―megangin pipi―merona―Saia paling nggak suka dipuji, malah bikin Saia semakin malas updet jadinya―loh?―demam-demam ngeripiu, ya ampun, daku bener-bener Heart you banget dah Dear. Makasih BUANYAK yah~ oh iya, cepet sembuh ye―telat bego―PLAKK

agnes BigBang

Nes, sabar ya Nes. Fic request'anmu itu udah ada filenya, tapi baru selese separo. Hehehehe. Ntar kalau updet daku kabari deh. Dan well, BIG THX udah nungguin terus, malah ripiu terus ampe tamatnya nih fic―peluk erat-erat―

Ayhank-chan UchihArlinz

Maaf ^^ ide mampet, makanya telat. Tapi ini udah updet, makasih ya ripiunya ^^

Felix Simon just for winter

Hallo juga, salam kenal yah ^^ err-itu nggak ngerti juga, idenya ngalir gitu aja, makanya jadi nggak mikir mau yang mana duluan yang jadian. Khekhekhekhe. Fel, makasih ripiunya ya ^^ dan juga sarannya, hehehehe

Kiriko gad a akun

Kenapa nggak bikin akun aja Sayang, FFN masih nerima manusia karya bakat yang mau ngembangin imajinasinya kok. Cepetan gabung ya ^^

Kamu ngitung ya, tanggalnya. Dua bulan ya? Kayanya lebih deh―innoncent―MAKASIH ya! Kamu udah ripiu, mampir di fic ini. Dan salam kenal ^^

Makasih juga buat : Raquel authoramatir, Kazuki Namikaze, RestuChii SoraYama, 4ntk4-ch4n, Miki Yuiki Vessalius, Akari Nami Amane, Uchiha Reyvhia, Laura Pyordova, Rin 'Yaya-chan' Kagamane, Mizuki Ai-chan, Lactobacilluss, Novia ChanMutz SasuSaku 4ever, Ai Kireina Maharanii. All Silent Readers.

××XX××

Sampai jumpa di fanfic yang lainnya ^^

Ripiu?