Rina: Yak ini merupakan cerita pertama dan sekaligus debut saya disini! *plak!*
Rin: Kenapa aku jadi putri seperti itu?
Len: Dan mengapa bagianku lebih sedikit daripada Miku?
Rina: *mikir jawaban* mmmmmm kenapa ya? Tapi mohon bantu Disclaimer plizzzz. Jika mau aku tambahin deh bagian kalian! *memohon*
Len&Rin: baiklah author jelek!
Len&Rin: Rina tak memiliki kami yang hebat maupun cantik ataupun Vocaloid lainnya yang ada disini. semuanya adalah pemilik mereka masing-masing!
Vocaloid lainnya: KENAPA KAMI DIBILANG LAINNYA?
A/N: If any of you want this story to be translated into English, please PM me, and I will gladly do so...
Normal POV
Seorang pelayan dengan rambut berwarna hijau Teal, menyisir rambut berwarna Honey Blond yang panjang milik putri kerajaan yang ada di hadapannya, pelayan itu bernama Miku sedangkan putri itu bernama Rin, Rin Sapphire Kagamine lebih tepatnya.
"Bagaimana menurut anda Rin-sama?" tanya Miku pada Rin yang melihat dirinya sendiri di cermin.
Wajah Rin menjadi cemberut, "Sudah kubilang Miku, berhentilah memanggilku Rin-sama jika kita hanya berdua, panggil aku seperti waktu kita kecil dulu!" omel Rin.
Miku tersenyum sedikit, "Iya, maafkan aku Rin-chan! Omong-omong kau sudah dengar rumor yang beredar?" tanya Miku.
"Rumor?" ulang Rin
Rin's POV
Rumor? Apa rumor soal aku adalah putri yang jelek atau apa? Memang aku sangat jarang keluar di hadapan publik. Mengapa? Jangan tanya aku, tanyakan pada orang tuaku! Merekalah yang melarangku!
"Jangan khawatir Rin-chan! Ini bukan rumor tentangmu, namun ini soal Hero yang mengalahkan raja Iblis dari Selatan!" sanggah Miku, sepertinya dia tahu apa yang aku pikirkan tadi.
"Pahlawan? Maksudmu yang dibayar oleh orang tuaku itu?" tanyaku.
Miku hanya mengangguk kecil, "Mereka bilang, pahlawan itu akan datang nanti dan akan dijadikan menantu sang Raja!" sambung Miku.
Menantu? Menantu orang tuanya? Tunggu sebentar, aku merasa ada yang mengganjal pikiranku. Saat aku mengetahui apa, aku melihat ke arah Miku... ja-jangan-jangan...
"Orang itu akan jadi tunanganku, Miku?" tanyaku.
Miku tersenyum dengan wajah ceria, "Benar sekali Rin-chan!" jawab Miku seakan-akan memberi nilai 100 akan jawabanku tadi.
"Miku... bisa bawa aku ke depan orang tuaku?" pintaku dengan wajah marah. Semua orang yang melihatku pasti tahu jika aku sedang marah besar!
Siapa yang tidak marah? Aku hampir tak pernah keluar di hadapan publik untuk melihat wajah rakyat yang akan aku atur (maaf untuk menyela tapi umur Rin disini sudah 17 tahun) cepat atau lambat, dan sekarang aku akan dijodohkan pada orang yang tak aku ketahui sama sekali? Orang tua macam apa itu?
Aku segera membanting pintu ruang penghadapan bagi siapapun yang ingin menemui raja dan ratu. Aku segera berteriak dengan suara keras dan dengan nada suara protes, "AYAH, IBU? APA MAKSUDNYA INI?"
Langsung saja kedua orang tuaku menoleh ke arahku, ayahku bernama Piko Sapphire Utatane, sedangkan ibuku bernama Lily Sapphire Kagamine. Yang pertama berbicara denganku adalah ayahku, yang paling menyebalkan.
"Ada apa Rin? Ini masih pagi. Dan seorang putri tidak akan membanting pintu ruang kerajaan lalu berteriak dengan sangat keras" ucap ayahku, Piko.
"Aku tidak peduli tentang hal itu! Jelaskan padaku menurut rumor yang bilang aku akan bertunangan dengan Hero asal yang datang ke mari!" balasku.
"Wah, kau sudah dengar ya..." ucap ibuku, Lily. Dia segera memandang Miku yang diam dan mengikutiku ke tempat itu.
Miku yang mendengar omelanku hanya membungkuk pada ibuku, sang ratu. "Maafkan kelancangan saya memberitahu Rin-sama tentang hal itu" katanya.
"Tak apa-apa Hatsune, lagipula dia akan tahu cepat atau lambat. Ini bukanlah salahmu" ucap ibuku.
Aku terperangah tidak percaya, "Ja-jadi..." ucapku setengah tidak percaya.
"Itu benar, sekarang kembali ke kamarmu, nanti malam kau akan bertemu dengannya dan besok akan diadakan upacara pertunanganmu dengannya. Untuk sekarang kau harus mengingat nama calon suamimu, Kaito Shion, dan kembali ke kamarmu atau belajar" ucap ayah.
Aku mengepalkan tanganku dan berbalik. Sebelum aku keluar dari ruangan itu, aku berteriak, "AKU BENCI AYAH!" teriakku kemudian membanting pintu. Tentu saja Miku yang sudah hafal gerakanku segera mengikutiku dari belakang.
Miku POV
Aku mengikuti Rin-chan yang segera menuju ke paviliun sebuah taman. Aku tebak, dia akan menangis beberapa menit lagi.
Sesuai tebakanku, Rin-chan segera berlari ke arahku dan memelukku, tentu saja dia sekarang menangis dengan sangat keras dalam pelukanku. Rin-chan menangis sembari mengalirkan semua kata-kata yang ingin dia ucapkan.
"Tenanglah Rin-chan, mungkin saja Hero ini tak sepayah yang kau pikirkan..." hiburku.
"Tapi Miku, aku dipaksa bertunangan. Dan aku paling tak suka akan hal itu, huwaaaa!" tangis Rin-chan.
Sepertinya dia benar-benar marah. Aku sendiri tak heran, selama yang aku ingat, Rin-chan tak pernah bermain namun mengurung diri di perpustakaan kerajaan demi memenuhi keinginan ayahnya, bahkan aku sendiri sudah merasa bahwa sang Raja kali ini sudah kelewatan. Rin-chan cantik, pintar, elegan, dan sangat memikirkan orang-orang disekitarnya. Sosok yang sangat diidamkan oleh semua pemimpin kerajaan masa depan. Aku yakin banyak pangeran kerajaan lain akan tunduk padanya hanya dengan sekali senyuman.
Rin-chan masih menangis dengan sangat keras. Aku harus berusaha menenangkan tangisnya. Tapi, lagu apa yang cocok untuk menenangkannya ya? Karena bingung akan memikirkan lagu yang cocok, aku hanya menggumamkan lagu yang menenangkan, hanya melodi tanpa lirik.
Aku sekarang duduk di bangku yang ada di paviliun itu saat aku menggumamkan lagu itu, Rin-chan sekarang menangis disampingku, meski masih memelukku dengan sangat erat.
Rin POV
Aku segera berjalan menuju ke paviliun di sebuah taman yang sepi, menahan tangisku. Saat aku berbalik, dan melihat Miku masih mengikutiku dengan senyumnya yang menenangkan, aku hanya bisa menangis di pelukannya. Sementara aku mengungkapkan semua kekesalanku pada ayah.
Tak lama kemudian, Miku menggumamkan sebuah lagu, tanpa lirik, hanya melodi. Suara Miku memang sangat indah dan mampu membuat semua orang yang mendengarnya menjadi tenang. Tak lama kemudian tangisku mereda.
"Miku... boleh aku tanya sesuatu?" ucapku yang masih sudah berhenti menangis.
"Ada apa Rin-sama?" goda Miku, terdengar dari suaranya.
"Rin-chan!" tegurku.
"Iya, iya Rin-chan, memang ada apa?" tanggap Miku.
"Aku hanya perlu jatuh cinta pada Hero itu dan segala pedih di hatiku akan hilang bukan?" tanyaku.
Miku sedikit shock namun dia menjawab, "Tentu saja Rin-chan. Hanya jika itu cinta yang asli..." jawab Miku.
"Begitu, ya? Kau terdengar seperti orang yang sudah memiliki orang seperti itu, Miku" ucapku, kepalaku kusandarkan pada bahu Miku yang nyaman.
"Aku memang mempunyai orang seperti itu Rin-chan... Tapi tetap jangan khawatir, cinta itu bisa tumbuh jika diberi waktu" nasehat Miku.
"Oh, jadi begitu... kau tahu banyak ya..." ucapku. Mataku sudah mulai terasa berat karena terlalu banyak menangis.
"Terima kasih atas pujiannya, aku yakin suatu saat Rin-chan akan mengerti. Nah, bagaimana kalau sekarang Rin-chan kembali ke kamar dan tidur?" saran Miku.
"Iya, baiklah..." jawabku.
Normal POV
Suara dari deburan ombak terdengar sangat jelas di pantai yang terdapat di timur kota kerajaan itu. Dari arah gerbang, terdengar arak-arakan yang ramai untuk menyambut Hero yang mengalahkan Demon Lord dari Selatan dan juga merupakan tunangan dari Putri Rin, meski mereka tak tahu bagaimana wajah putri kerajaan mereka. Yah, tapi itu katanya...
Ternyata Hero yang datang itu tidak hanya seorang melainkan 2 orang, Kaito Shion dengan Meiko Sakine. Mereka terlihat gugup dengan adanya arak-arakan itu. Kenapa, ya?
Rin POV
"Mereka sudah datang ya?" gumamku yang sekarang sudah berdandan dengan rapi, tentu saja aku dibantu oleh Miku. Teman sekaligus pelayan paling setiaku.
"Aku dengar, tunangan Rin-sama itu sangat tampan dan kuat lho!" ucap Miku. Dia memanggilku dengan sopan, dikarenakan ada pelayan lain di kamarku. Meski aku tak senang, aku harus bertahan dipanggil seperti itu, jika Miku ketahuan memanggilku dengan tidak sopan, dia akan dapat masalah.
"Benarkah?" tanyaku. Maklum yang pernah kulihat hanyalah orang-orang tua yang tidak terlalu memiliki kelebihan dalam hal wajah, meskipun menyebalkan, ayahku merupakan laki-laki paling tampan yang pernah aku temui di kastil ini.
"Kalian semua, bisa biarkan aku sendirian di kamarku?" pintaku. Aku berdiri dan berjalan menuju beranda kamar. Dari beranda itu, tak akan ada yang bisa melihatku. Dan itu menyebalkan untukku.
Setelah semua pelayan pergi, termasuk Miku, aku hanya berdiri dengan perasaan harap-harap cemas. Bagaimana kalau tunangannya itu payah? Bagaimana kalau dia hanya mementingkan dirinya sendiri? Atau orang itu tak cocok dengan dirinya?
Tanpa aku sadari setetes air mata mengalir kembali, namun saat aku akan menyapu air mata itu, ada orang lain yang menyapu air mataku. Aku tersentak dan terjatuh di lantai saat menyadari hal itu.
Didepanku kini berdiri seorang laki-laki, memiliki wajah yang sama persis dengan diriku, kecuali dia adalah laki-laki dan aku perempuan serta rambutnya yang dikuncir kuda kebawah, mungkin panjang rambut kami juga berbeda. Aku hampir kena penyakit jantung saat dia tiba-tiba muncul dihadapanku (dan menyapu air mataku sebagai tambahan).
"Halo, hime-sama! Seorang Hime tidak boleh menangis seperti itu" sapanya.
Hell, meski aku jarang berbicara kasar, ini adalah pertama kalinya aku melihat orang semirip denganku sebelumnya dan suaranya sangat mirip denganku! Apa aku sedang bermimpi? Kalau aku memang bermimpi, seseorang tolong bangunkan aku!
Tapi saat aku mencubit tanganku sendiri aku merasakan sakit, jadi ini bukan mimpi? Oke, pertama aku akui orang yang berdiri didepanku dan sekarang sedang tertawa melihatku yang kebingungan itu sangat tampan. Kedua dia tidak sopan dan lancang memasuki kamarku kamar seorang PUTRI kerajaan pesisir laut yang terkenal seantero dunia.
Rina: Maaf ceritanya Gaje gini...
Len: ...
Rin: Kenapa aku duduk di lantai begitu? dan sejak kapan rambutku jadi panjang?
Len: Dan sejak kapan aku ada disana seperti seorang penguntit?
Rina: Dan aku harap kalian yang membaca memberikan Review!
Rin&Len: *angguk-angguk pake kode* Author Rina... *wajah iblis*
Rina: *Liat gaje kebelakang dan langsung lari terbirit-birit* HELPPPPPPP!