A/N: asdfghjkl! O_O. *syok tingkat tinggi*

Luna tahu, kalau sebaiknya luna tak menghiraukan ini, tapi karena luna author yang baik…dan ingin sedikit memberi FALSAFAH hidup yang baik… VOILA! LIHATLAH INI, para pembaca:

raju
2011-04-25 . chapter 1

hgdrtsu6fcr5v6idfh... cerita bego, ngga mutu.. minggat aja loe..

dan ini

muzakkar itu sayed
2011-04-25 . chapter 1

enek.. gue baca ni fanfic, mending gue baca junk fic aje daripada ini fic.. ke laut aja loh..

…..

…..

BUH!-BUAHAHAHAHA! XDDDDD *ngakak histeris*

A… akhirnya luna dapat FLAME di fandom One Piece! CIEEEEEEEEEEEEEE! *nari sambil tabur-tabur bunga* Di… akhirnya luna diakui juga sebagai author besar nih… FLAME tersebut adalah bukti NYATA! *ngakak lagi sepenuh hati* (kata temen-temen luna, kalau belum diflame, belum jadi author sejati tuh… XDDD)

Ba-baru pertama… hihihi, baru pertama luna dapat flame super tidak mutu begini *ngakak guling-guling di depan kompi*. Sungguh suatu pengalaman berharga.

Coba perhatikan bahasa dan cara menulis para flamer itu, pembaca… apa yang Anda lihat?

BENAR SEKALI!

Gaya bahasa itu adalah gaya bahasa yang sama! Artinya kedua flamer itu adalah ORANG YANG SAMA! XDDD (Weh, luna tahu lho, situ orang yang sama. Lha wong IP address-nya sama. Iseng-iseng luna tanyain ke temen di kampus Kompi & TI karena penasaran. Dia telusuri IP address-nya dan VOILA: ternyata berasal dari kompi/lappy yang sama persis. Ini benar-benar flame Indo pertama luna sih…, jadi benar-benar penasaran XP).

Flamer-san sampai menulis flame di fic yang sama dalam jarak kurang dari sehari! XD OMG! Luna mendapat PENGGEMAR GELAP! XDDDDD Tidak bakal luna hapus, biar jadi pengingat yang indah! XD

Lagipula… MUNAFIK sekali flamer ini? Masa' kalau tidak suka fic ini, dengan entengnya Anda MEMBACA SAMPAI AKHIR baru memberi flame? Kalau benar-benar tidak suka, tak mungkin Anda repot-repot mereview kan? Apalagi sampai dua kali… duh, Anda pasti CINTA MATI sama fic luna *wakakakaka* Luna TERSANJUNG!

Masih ada lagi, kalau menulis flame seperti ini, sudah dipastikan Anda bakal menjadi bahan tertawaan para author dan pembaca sejagad website FF net Indo! Menulis flame pakai bahasa gaul saja tulisannya salah begitu. Walah… masih berani menabur flame ke author lain? Aduh-aduh… flamer-san ini…, ngaca dong… menulis saja belum bisa benar kok, berani nge-flame. Tidak tahu malu sekali. Sudah begitu pakai anonim name lagi… SUPER PE-NGE-CUT~! *nyanyi* Luna jadi kasihan sama flamer-san. Lulus SD tidak, sih? *geleng-geleng kepala prihatin*

Kalau Flame ini didapat luna 4-5 tahun lalu, luna bakal mutung, ciut dan kabur dari website ini, tapi karena luna sudah dewasa *cie-cieeee!* semangat luna malah makin TERBAKAR untuk berkarya biar para flamer itu TAHU RASA. Jadi untuk memberi pelajaran para flamer TAK BERMUTU itu (bukan hanya Anda, flamer tak bernama), bakalan luna HABISI mereka semua di sini sekalian.

Cari mati saja flamer-san ini. Benar-benar deh… flame seperti inilah yang menghambat perkembangan para author Indo. Padahal kalau para author Indo didukung mengasah kemampuan mereka dalam berkarya di ff net dengan kritik-kritik yang membangun, pasti fic-fic JUNK seperti yang flamer-san katakan tadi bakalan TIDAK JADI JUNK. Lagian, kok bisa-bisanya menghina author yang sudah dengan sepenuh hati menulis fic-fic tersebut dengan mengatainya JUNK sih? Memangnya Anda bisa menulis seperti mereka? Flamer-san sendiri saja belum tentu bisa menulis. Luna tebak kemampuan menulis flamer-san sendiri pasti JAUH LEBIH RENDAH DARI para author fic-fic yang Anda bilang JUNK tadi. Tidak sopan sekali. Orang yang mengatai karya orang lain sampah pastilah harga dirinya lebih rendah dari SAMPAH! Anda hanya bisa membaca fanfic-fanfic seperti itu kalau Anda terus memberi flame seperti ini. Anda MAU membaca fanfic seperti itu terus? Kalau Anda saja tidak mendukung, buat apa mereka menulis untuk kesenangan Anda?

Hah… ini peringatan terakhir untuk Anda, Flamer-san. Kalau Anda masih saja memberi flame kepada author lain dengan cara begini, luna akan laporkan IP address Anda ini pada para pembesar FF Net. Dan luna jamin, IP address Anda akan DI-BLACK-LIST oleh mereka selamanya. Anda tak akan bisa mengakses FF net lagi SEUMUR HIDUP dari komputer Anda. R_A_S_A_K_A_N_!

Waduh, sepertinya luna sudah sedikit berlebihan nih… ohoho. Tapi itu salah mereka sendiri. Untuk kali ini, luna maafkan dengan menjadikan Anda bahan tertawaan seluruh FF net Indonesia. Kali lain… *EVIL SMIRK* Coba saja kalau Anda berani….


Nah, sekian saja pesan dari luna untuk para flamer yang TAK TAHU MALU itu.

Maaf lama menunggu para pembaca setia luna! Sekarang, silakan menikmati bagian akhir dari Sekuel The Meaning of a Family! ^_^ (puas karena sudah bisa menghina dan menghajar para flamer habis-habisan).

Disclaimer: ODACHI adalah ayah One Piece dan karakternya.

Warning: sudah di capter sebelumnya… tapi kali ini YANG SEBENARNYA! Ekstra hati-hati begitu melihat kata LEMON ya…! *kabur*


The First Time Super!—Sekuel The Meaning of a Family (Part 2)


Luffy dibimbing ke sebuah ruangan di bagian dalam rumah bergaya istana China yang menjadi kediaman Keluarga Boa oleh kedua Nona Muda Boa, Sandersonia dan Marigold. Entah kenapa Margaret tidak ikut bersama mereka.

"Pestanya akan diadakan di mana?" tanya Luffy sembari mengikuti dua gadis tersebut menaiki tangga ke lantai dua.

"Pestanya nanti di taman belakang, Luffy-sama, dekat dengan kolam renang," kata Sandersonia sambil tersenyum manis.

"Hm… lantas kenapa aku di bawa ke atas?" tanya Luffy lagi sambil celingukan. Lorong di rumah ini panjang sekali.

"Sambil menunggu persiapan pesta selesai, kakak ingin ngobrol denganmu dulu, Luffy-sama," jawab Marigold sambil tersenyum juga.

"Tidak bicara di bawah saja? Kalian punya kamar tamu, kan?" tanya Luffy lagi dengan heran. Repot juga kalau sampai harus jalan ke atas. Kalau memang nanti mesti turun lagi untuk pesta, kenapa tidak sekalian di bawah saja dari awal?

"Kakak ingin bicara berdua saja dengan Luffy-sama," kata Sandersonia dengan senyum makin manis. "Tidak enak ngobrol kalau hiruk-pikuk persiapan pesta ada di sekeliling kalian, kan?"

"Oh, benar juga," Luffy mengangguk. "Lalu… kakak kalian… Hamrock? Di mana, dia?" tanyanya lagi sambil celingukan tanpa prasangka.

"Er… nama kakak itu Hancock, bukan Hamrock, Luffy-sama," kata Marigold salah tingkah.

"Kak Hancock ada di kamarnya, sedang mempersiapkan dirinya untuk pesta nanti," lanjut Sandersonia dengan sebulir keringat mengalir di pipinya.

"Oh…," Luffy mengangguk ringan, terus mengikuti langkah gadis-gadis tersebut sampai ke ujung lorong lantai dua. Sepasang daun pintu besar berwarna merah darah berdiri menjulang di hadapan Luffy dan kedua Boa bersaudara. "Di sini?" Luffy menoleh ke arah Sandersonia dan Marigold dengan alis terangkat.

"Benar. Tunggu sebentar, akan kupanggil Kak Hancock," kata Sandersonia sambil mengangkat satu tangannya. Ia mengetuk hiasan pintu berbentuk ular yang menempel di tengah-tengah daun pintu tersebut. "Kakak, Luffy-sama sudah datang berkunjung," sapanya dengan wajah senang.

"Masuklah, tidak dikunci," kata sesorang dari dalam kamar.

Marigold dan Sandersonia bersamaan membuka pintu dengan mendorongnya dari luar. Luffy yang berada di tengah-tengah kedua gadis itu perlahan-lahan dihadapkan dengan kamar Boa Hancock yang bernuansa sangat… gadis.

Cat tembok… uh… wallpaper di kamar Hancock berwarna pink terang dengan gambar pohon dan bunga kamelia bertaburan. Di dahan-dahan pohon bunga tersebut tersemat gambar ular boa besar yang melilit mereka dengan anggunnya. Di sebeah kiri ada tempat tidur besar, beratap, berbentuk lingkaran, dan berkelambu merah. Lalu di sebelah kanan, merapat ke dinding, terdapat lemari pakaian besar berwarna cokelat kemerahan dengan tiga pintu.

Di tengah-tengah kamar itu ada meja kopi bundar tinggi berwarna merah dengan tiga kursi berwarna serupa di sekelilingnya, dan di dekat ranjang di sisi sebelah dalam, ada meja rias besar di mana seorang gadis dengan regalnya sedang menyisir rambut hitam panjangnya yang sudah sangat lurus, rapi dan terlihat sangat lembut dan indah itu.

Sang gadis lalu meletakkan sisirnya dimeja rias dan perlahan-lahan menoleh ke arah Luffy dan kedua gadis di dekat pintu.

"Sandersonia, Marigold, terima kasih sudah mengantar tamuku kemari," kata gadis bermata hitam lentik yang terlihat paling dewasa di antara mereka berempat.

Sandersonia dan Marigold sedikit memerah melihat karisma kakak mereka yang teramat cantik tersebut. "Dengan senang hati, Kakak…!" kata mereka bersamaan, sangat terpesona.

Luffy hanya menatap gadis berpakaian serba merah dengan belahan yang sangat terbuka di bagian dada dan kaki sebelah kiri itu sambil mengerjap-kerjapkan mata dengan polosnya. Lalu begitu Hancock bertemu pandang dengan mata hitam Luffy, wajah Hacock langsung sedikit memerah.

"Lu… Luffy…," panggil Hancock pelan dengan senyum bahagia dan ekspresi malu-malu.

"Yo," Luffy mengangkat satu tangannya sambil menyapa, "Hamlock," balik dengan senyum ceria tersungging di bibirnya.

"Luffy-sama!" Sandersonia dan Marigold berseru ke arahnya dengan salah tingkah lagi karena lagi-lagi Luffy keliru memanggil namanya, sedangkan Hancock sendiri…

"Aah, Luffy tersenyum ke arahku…!" Sepertinya gadis itu tidak terlalu peduli dengan kesalahan Luffy dalam memanggil namanya karena terlalu sibuk memegang kedua pipinya sambil berangan-angan akibat melihat senyum cerah Luffy yang menyilaukan barusan.

Kakak …—Marigold dan Sandersonia terlihat makin salah tingkah melihat kakaknya yang biasanya bukan main tinggi hati itu jadi seperti gadis perawan yang kasmaran begitu di hadapan Luffy. Bulir-bulir keringat sampai berjatuhan dari belakang kepala keduanya.

"Terima kasih sudah mengundangku ke pestamu, Hampock. Kita akan makan bersama nanti, ya!" Luffy melebarkan senyum sejuta dolarnya yang membuat wajah Hancock makin memerah.

Di… dia ini… Jangan-jangan dia sengaja salah memanggil nama Kakak, ya?—pikir Sandersonia dan Marigold lagi dengan wajah syok karena Luffy tak benar-benar juga memanggil nama kakak mereka.

"A-ah…, a-aku ju-juga senang karena Luffy mau datang…," Hancock perlahan berdiri sambil menatap Luffy dengan lirikan gugup yang malu-malu dan terlihat super manis di mata orang biasa itu. Sayangnya, Luffy itu bukan orang biasa, jadi dia sama sekali tidak terpengaruh oleh kecantikan dan keimutan Hancock yang luar biasa itu.

"Begitu… kudengar ada yang ingin kau bicarakan dulu denganku sebelum pesta," Luffy masuk ke dalam kamar tanpa malu-malu, mendekati Hancock yang tiba-tiba terlihat sedikit panik.

"Eh, um…, i-iya. A… ada yang ingin kutanyakan padamu, Luffy…. Um, bagaimana kalau kau duduk dulu?" kata Hancock terbata-bata, wajahnya masih merah padam. "Sandersonia, Marigold, tolong bilang pada pelayan untuk membuatkan minuman ya," pinta Hancock dengan suara dan nada memerintah yang penuh karisma lagi begitu berhadapan dengan orang selain Luffy.

"Ah, iya, Kakak," kata Sandersonia sigap.

"Kami permisi dulu," lanjut Marigold sambil keduanya keluar dan menutup kembali pintu kamar tersebut.

"Duduk di sini?" Luffy mendekati meja kopi dan menarik kursinya.

"I-iya," Hancock juga berjalan mendekati meja, tetapi sepertinya kakinya tersangkut jubah merah tipisnya yang terlalu panjang hingga ia tersandung. "Kyaah!" dan dengan cerobohnya dia hampir terjatuh, untung saja Luffy dengan sigap berdiri dan menangkap tubuhnya sebelum ia benar-benar terjerembab.

"Whoa, hati-hati," kata Luffy yang telah melingkarkan jemarinya di pergelangan tangan mungil Hancock dan pinggang rampingnya, sedang kepala Hancock tiba-tiba sudah bersandar di dada Luffy.

KYAAAAAAAAAAA! Ta-ta-ta… Tangan Luffy memegang tanganku dan pinggangku! D-dadanya...!—batin Hancock pun menjerit histeris karena syok begitu bersentuhan langsung dengan Luffy. Jantungnya berdegup secara aritmik begitu kencang dan asap sudah bermunculan dari kepalanya. Wajahnya sampai semerah tomat saking malu dan bahagianya.

"Hannock?" tanya Luffy heran karena aura panas langsung beradiasi dari tubuh gadis itu, dan sepertinya kakak kelasnya itu jadi lemas dan bersandar penuh ke tubuh Luffy.

"Ma-ma… maaf, Luffy…. Ka… lutut kakiku lemas…," bisik Hancock dengan suara gemetaran.

Luffy yang mendengarnya hanya mendengus dan tertawa ringan. "Kau aneh," katanya sembari membimbing sang gadis yang sedikit lebih tinggi darinya itu ke kursi. "Yep, sudah duduk sekarang," kata Luffy dengan senyum manisnya, wajahnya dekat dengan Hancock sampai-sampai gadis itu makin tersipu.

"Lu… Luffy…!" Hancock yang terbuai dengan kebaikan dan kepolosan Luffy itu hampir saja memeluk lehernya saat Luffy sudah berdiri menjauh lagi dan tangan Hancockpun hanya meraih udara kosong. "Eh…?"

Tiba-tiba saja Luffy sudah duduk di kursinya. "Jadi… apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya pemudan itu kemudian.

"Ah… um… se-sebenarnya ada yang ingin kupastikan… Luffy," kata Hancock sambil sesekali melirik Luffy dengan wajah masih tersipu-sipu. "Ka-… karena aku sudah hampir lulus… ka-kalau kau tak keberatan… aku ingin… kau dan aku…," Hancok membisikkan kata terakhirnya dengan wajah sangat malu.

Luffy mengerjap-kerjapkan matanya dengan wajah bingung. "Huh?"


All The Way—Ace x Luffy—All The Way


Ace menatap istana di hadapannya dengan wajah aneh, tak percaya. "Ini pasti bercanda…. Dengan wajah dan tubuh begitu… kepopuleran bagai ratu sejagad ditambah kekayaan yang abnormal begini?" gumamnya pelan, sedikit memucat.

Luffy memang luar biasa sampai bisa menarik perhatian orang sehebat ini. Adiknya itu benar-benar… keajaiban dunia kedelapan.

Yah… tapi dengan keimutan dan sifat yang teramat lucu itu, kurasa adalah sesuatu yang wajar kalau Luffy sangat populer juga… tapi bukan berarti aku harus senang dengan itu!—tiba-tiba Ace merasa kesal lagi. Yang boleh menikmati kedekatan Luffy yang tak kenal ruang pribadi orang lain itu hanya Ace dan Ace saja!

Dengan penuh determinasi, Ace memasuki wilayah Kediaman Boa. Di pintu depan, ia langsung dicegat para sekuriti yang entah kenapa adalah perempuan semua.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya para wanita berjas hitam dengan kaca mata hitam itu dengan wajah dingin.

"Ah… hai, aku Por… um, Monkey D. Ace. Kudengar adikku, Luffy, ada di rumah ini. Aku ingin menjemputnya," kata Ace sambil tersenyum ramah dan sopan. Sekesal apapun Ace saat ini, bukan berarti ia akan lupa tata krama dan sopan santun yang sudah diajarkan kakek dan Papi-nya, kan?

"Luffy-sama punya kakak laki-laki?" tanya salah satu sekuriti dengan ekpresi skeptis.

"Yah… umur kami memang terpaut agak jauh, dan sudah tidak tinggal serumah, tapi aku benar-benar kakak Luffy," kata Ace dengan senyum percaya diri yang meyakinkan. Ditambah parasnya yang menawan dan tubuh yang seksi bagai Dewa itu, beberapa sekuriti terlihat sedikit terpesona dan langsung percaya.

"Akan kuhubungi para Nona terlebih dahulu," kata salah seorangnya dengan wajah tetap dingin.

Memang ada beberapa wanita yang sanggup melawan pesona Ace… kalau wanita itu lesbi atau tipe yang suka dengan yang imut-imut. Sangat jarang sih, tapi ada. Seperti kepala sekuriti yang ada di depannya saat ini.

Ia memandang Ace dengan penuh selidik, tetapi Ace masih tersenyum dengan ramah. Beberapa sekuriti mengajaknya berbicara layaknya wanita yang tertarik pada pria biasa dan Ace melayani prcakapan mereka dengan ramah juga.

"Baiklah, Ace-sama. Nona Sandersonia mengizinkan Anda masuk," kata kepala sekuriti tersebut setelah menutup walkie-talkie-nya. "Namun, Luffy sama sedang ada urusan dengan Nona Hancock saat ini, jadi kami harap Anda mau menunggu," lanjutnya sambil membuka jalan bagi Ace untuk masuk ke dalam rumah besar tersebut.

"Saya akan mengantar Anda ke ruang tamu," kata salah seorang sekuriti di sebelahnya sambil tersenyum manis, mencoba menarik perhatian Ace.

Ace tertawa ringan. "Terima kasih," balasnya dengan senyum mempesonanya juga, membuat pipi gadis itu sedikit memerah.

"Ah, aku juga akan mengantar Anda, Ace-sama!"

"Aku juga!"

Kemudian beberapa gadis yang terlanjur terpesona pada Ace pun mengikuti mereka dengan wajah sangat tertarik.

Se-seram, ih…—batin Ace dengan wajah sedikit pucat penuh keringat dingin melihat kilatan-kilatan di mata para gadis sekuriti itu. Tatapan mereka mirip mata kucing yang sedang dalam masa kawin. Diam-diam Ace jadi merasa terancam sendiri. Mana tidak ada laki-laki lain di tempat itu lagi…!

Semoga saja aku tidak dimakan hidup-hidup duluan…!—pikir Ace lagi sambil digelayuti beberapa gadis sekaligus saat ia berjalan ke ruang tamu rumah itu.


All The Way—Ace x Luffy—All The Way


"Kencan?" tanya Luffy sambil memiringkan kepalanya ke samping.

Hancock mengangguk pelan sambil memainkan ujung lengan bajunya yang menutupi sampai pertengahan kedua punggung tangannya. "Se-sehari saja…," kata Hancock sambil menatap Luffy malu-malu lagi.

"Kencan seperti apa yang kau inginkan? Ke taman ria?" tanya Luffy lagi dengan polosnya.

"A-apa itu artinya 'iya'?" tanya Hancock dengan pipi pink dan mata berbinar-binar. Ia menakupkan kedua tangannya di depan dada dan terlihat sangat berharap.

"Kalau cuma main sih… boleh-boleh saja," kata Luffy sambil tersenyum. Lagipula sudah lama dia tidak ke taman ria. Mungkin lebih menyenangkan kalau Luffy pergi dengan Ace, tapi sepertinya Ace bakal sibuk dalam beberapa hari ini, jadi… sudahlah.

"Luffy~!" Mata Hancock jadi berkaca-kaca saking bahagianya.

"Apa aku boleh mengajak kawan-kawanku juga?" tanya Luffy dengan senyum ceria dan bersemangat.

"Eh…?" Sebulir keringat mengalir ke pipi Hancock. "Um… ka-kalau kita akan kencan… bukankah lebih nyaman kalau berdua saja?" tanya Hancock agak salah tingkah.

"Lebih enak kalau ramai, dong. Lebih asyik," kata Luffy sambil meminum teh yang baru saja disediakan oleh pelayan dan kemudian melahap cookies yang dihidangkan bersamanya. "Oh, ini sangat lezat!" pujinya senang.

"Ka-kalau Luffy beranggapan begitu…," Hancock tersenyum melihat ekspresi ceria Luffy itu. "Aku sudah cukup senang kalau bersama denganmu, Luffy…."

"Begitu?" Luffy tak begitu memperhatikannya saat ia menyantap habis cookies di meja. Setelah itu pun perutnya mulai berbunyi, berkoar lapar. "Aah, aku lapar… kapan pestanya dumulai?" tanyanya sambil mengelus perutnya dengan wajah memohon seperti anak kucing.

Hati Hancock langsung terpanah oleh panah cinta Cupid melihat ekspresinya yang sangat lucu itu.

"Aaah, kalau untuk Luffy aku akan berikan makanan sebanyak apapun~!" kata Hancock dengan wajah malu-malu sekaligus bersemu merah.

"Benarkah?" begitu mendengar kata makanan, semuanya langsung jadi tidak penting lagi dan terdengar begitu indah. "Hancock kau orang yang baik!" tambahnya dengan mata berbinar semangat.

"Oh…!" Hancock sedikit syok saat mendengarnya. "Luffy, kau memanggil namaku dengan benar~!" katanya benar-benar antusias dan bahagia.

I… ini pasti cinta!—batin Hancock menjerit lagi dengan begitu histerisnya.

"Apa kita bisa pesta sekarang?" pinta Luffy benar-benar tidak terlalu mempedulikan reaksi wanita di depannya itu.

"A… papaun permintaan Luffy…!" kata Hancock masih sambil berfantasi.

"Hebat! Ayo, kalau begitu!" Luffy segera berdiri dan meraih tangan Hancock sebelum menariknya untuk pergi ke bawah bersamanya.

KYAAAAAAAA! Luffy menggandeng tangankuuuuu!—dan lagi-lagi batin Hancock menjerit bahagia meskipun sebenarnya dia sedang diseret oleh Luffy untuk turun ke bawah.


All The Way—Ace x Luffy—All The Way


"Um…," Ace tersenyum salah tingkah saat para gadis sekuriti yang menemaninya di ruang tamu bercanda ria. "Anu, sampai kapan aku harus menunggu Luffy?" tanyanya pelan. Rasanya dia sudah di tempat itu lebih dari setengah jam, dan Ace mulai tidak sabar.

"Pesta akan segera dimulai," kata salah seorang gadis sekuriti tersebut. "Nona akan segera turun untuk menyambut para tamu yang akan datang nanti," lanjutnya.

"Oh, baik-…"

"DAGIIIING!"

"…lah…," di sela-sela jawabannya, Ace mendegar suara nyaring cempreng adiknya yang tengah berlari melewati lorong di depan ruang tamu tempat ia duduk menunggu. "Huh?" Ace menoleh ke arah pintu penghubung ruang tersebut dengan lorong yang ada di belakangnya. "Barusan… Luffy, kan?"

"Uh… dan Nona Hancock?" sekuriti yang duduk di depan Ace sepertinya melihat Luffy dan Hancock, dan tampak bingung dengan apa yang dia lihat.

Ace berdiri. "Aku rasa aku bisa menjemputnya sekarang," katanya sambil tersenyum lagi sembari berjalan ke arah pintu.

"Ah, Ace-sama, tunggu sebentar…!" semua sekuriti juga berdiri dan mengikuti langkah Ace ke luar ruangan.

Dari suara Luffy tadi, Ace tahu ia berlari ke arah dalam, ke ujung lorong di bagian belakang rumah tersebut. I segera berjalan… yah, mungkin sedikit berlari… baiklah, ia berlari secepat kilat meninggalkan para sekuriti, menuju arah yang sama dengan arah Luffy tadi.

Saat sampai di tempat tujuannya, yaitu di sebuah ruangan terbuka yang cukup besar dan berhadapan langsung dengan taman dan kolam renang yang megah, ia mendapati Luffy tengah melotot mengagumi pudding raksasa yang disusun tinggi di tengah meja saji berbentuk persegi panjang. Di sebelahnya beriri Hancock yang tersipu malu, tapi yang membuat Ace sangat sebal adalah kenyataan kalau Luffy menggandeng tangan wanita itu.

Benar, semuanya… Luffylah yang menggandeng tangan Hancock dan bukan sebaliknya.

Hati Ace serasa terbakar melihatnya. Kenapa mereka pakai gandengan segala?—pikir Ace jengkel dan tak terima.

"Luffy!" dan tanpa pikir panjang, Ace memanggil nama adiknya dengan keras.

Luffy yang mendengar suara bariton merdu yang begitu akrab di telinganya itu lantas menoleh ke arah Ace dan wajahnya yang tadi sudah ceria karena baru akan makan tadi kontan berubah menjadi seratus kali lebih cerah. "ACE!" teriaknya nyaring. Tanpa ragu, Luffy melepas pegangannya dari tangan gadis di sebelahnya dan tak tanggung-tanggung menerjang Ace sambil melempar dirinya ke pelukan kakak dan kekasih tercintanya itu.

"Whoah!" Ace yang tak menyangka akan langsung 'diserang' begitu kontan menangkap tubuh Luffy yang lebih mungil darinya dengan dua tangan juga. Bersiap-siap menerima tubrukannya. Benar saja, keduanya jatuh ke lantai dengan kedua lengan Luffy menjerat leher sang kakak serta kedua kakinya menangkap pinggang Ace.

"Aaaace! Kukira kau akan pulang terlambat! Ternyata malah datang ke sini. Apa Hancock mengundangmu juga?" tanya Luffy antusias dengan senyuman yang sangat gembira.

Ace sangat terkejut dengan reaksi Luffy yang begitu girang bertemu dengannya itu. "Eh… uh… huh?" Dia jadi heran sendiri. Tadi, dia kira Luffy sedang kencan dengan wanita yang sekarang tengah menatap dirinya dan Luffy yang berposisi mencurigakan itu dengan ekspresi horor.

Luffy perlahan mengendurkan pelukannya dan menjauhkan wajahnya sedikit untuk melihat wajah Ace. "Hm? Ada apa, Ace?" tanya Luffy sedikit heran dengan ekspresi Ace yang masih terlihat kaget itu.

"Ah… tidak. Tidak ada apa-apa, Luffy," kata Ace sambil tersenyum lega, mengeratkan pelukannya di pinggang sang adik.

Memang kekhawatiran Ace sedikit berlebihan. Mana mungkin Luffy berkencan dengan orang lain saat dirinya sudah resmi menjadi kekasih Ace? Luffy tidak mungkin bisa selingkuh. Dia terlalu polos untuk hal selicik itu.

Namun, kemudian tanpa disangka-sangka, tiba-tiba saja tubuh Luffy ditarik paksa untuk menjauh dari Ace dengan sangat cepat dan kuat.

"HEI! LAKI-LAKI KURANG AJAR! SIAPA KAU?" jerit Hancock yang ternyata baru saja mengamankan Luffy dari pelukan dan dekapan Ace dengan penuh emosi, wajahnya terlihat sangat murka, matanya melotot tajam ke arah Ace dengan garang karena…

BERANI-BERANINYA PRIA BUSUK INI MEMELUK LUFFY DENGAN POSISI SEPERTI ITU!

"Ah…, hai, aku…," baru saja Ace akan memperkenalkan diri dengan sopan, Hancok memotong kata-katanya dengan kasar.

"KENAPA LELAKI BISA MASUK KE SINI! DARI MANA KAU MASUK! SEKURITIIII!" Teriakan Hancock begitu menggelegar dan melengking sampai-sampai Ace dan Luffy harus menutup telinganya karena suara gadis itu sangat menyakitkan bagi gendang telinga mereka.

Waduh, jeritannya keras sekali!—pikir Ace kaget.

"Oh, Luffy! Kau baik-baik saja?" Hancock langsung menoleh ke arah Luffy dan mengecek bocah lelaki tersayangnya itu dengan wajah cemasnya yang sangat manis.

Sedangkan Luffy sendiri, saat ini sangatlah kebingungan dengan kenyataan bahwa Hancock bisa sukses menarik tubuhnya supaya menjauh dari Ace, padahal seharusnya Luffy jauh lebih kuat dari wanita itu.

"Kau tidak diapa-apakan olehnya, kan? Pria mesum tidak melecehkanmu, kan?" lanjut Hancock sambil memegang sebelah pipi Luffy.

Makin didengar, lanturan gadis bernama Boa Hancock itu makin ngaco' saja. "Hei!" protes Ace tak terima. Masa' dirinya disebut pria mesum yang melecehkan Luffy! Benar-benar tidak sopan!

"DIAM KAU! LELAKI TENGIK! BERANI BENAR KAU MENYENTUH LUFFY!" Hancock kembali berteriak geram sambil memandang rendah Ace yang masih terduduk di lantai itu.

"Ah… Hancock…," Luffy berniat memberi tahu Hancock kalau Ace adalah kakak, sekaligus pacarnya, tetapi Hancock tak menggubris kata-katanya dan memotong lagi.

"Oh… malangnya dirimu, Luffy…," kata gadis berambut hitam panjang itu sambil memeluk leher Luffy dan menempelkan tubuhnya yang seksi itu ke tubuh Luffy dengan erat. "Tak kusangka kau dikuntit oleh pria maniak macam ini. Tenang… mulai sekarang aku akan melindungimu, Luffyku sayang," kata Hancock sambil tersenyum di dekat telinga Luffy.

Ace yang melihat itu kontan menjatuhkan dagunya dengan syok sebelum ia sadar dan segera berdiri. "Hei kau! Wanita bodoh!" bentak Ace keras. "Jauhkan tangan genitmu dari Luffy!"

"Apa katamu! Pria tak tahu malu! Sudah mesum, mulutnya kasar lagi! Berani benar mengatai aku bodoh dan genit! Mau kujadikan santapan Boa peliharaanku, ya!" hardik Hancock balik sambil kembali melotot ke arah Ace dengan galak.

"Persetan dengan itu! Tapi tolong JANGAN SENTUH LUFFYKU!" teriak Ace balik tak kalah keras.

"APAAAA! Be… BERANINYA KAU MENGKLAIM LUFFY!" jerit Hancock makin horor dan marah, dan dia sudah siap main tangan alias cakar (kukunya yang dicat merah itu sepertinya sangat tajam, sih) dengan Ace saat Luffy memegang tangannya lagi.

"Tunggu!" sela Luffy dengan wajah serius.

"Lu—!" Hancock menoleh ke arah Luffy dengan wajah terkejut, tetapi sedetik kemudian ekspresinya berubah menjadi merona dan gugup.

Oh… Lu-Luffy memegang tanganku lagi…!—batinnya bersorak bahagia karena Luffy pasti tak ingin tangan Hancock terluka sia-sia karena menampar pria mesum di depannya itu.

"Luffy…?" Ace melihat Luffy dengan terkejut juga. Wajah Luffy terlihat jauh lebih serius daripada biasanya.

"Hancock… kau orang baik, dan aku senang kau mengundangku untuk makan malam dan kencan ke taman ria," kata Luffy pelan.

APAAAAAAAA! Mereka janji kencan!—teriak batin Ace penuh horor.

"Tapi kalau kau memukul Ace… aku akan marah padamu," kata Luffy tegas.

"Eh?" Hancock terlihat sangat kaget. Begitu juga Ace yang melebarkan matanya mendengar hal itu. "Ke… kenapa! Pria mesum ini ingin macam-macam padamu, Luffy! Kenapa kau akan marah padaku karena melindungimu!" Hancock menuding Ace dengan marah. Ia benar-benar tak terima dan tak percaya dengan semua ini. Kenapa Luffy membela maniak ini!

"Hei! Dari tadi menyebut pria mesum, pria mesum! Enak saja!" bantah Ace dengan wajah sengit.

"DIAM KAU, LELAKI BUSUK!" balas Hancock balik dengan berang.

"KAU ITU YANG KURANG AJAR!" tembak Ace balik.

"Sudah, dong! Dengarkan aku!" teriak Luffy mengimbangi perang mulut Ace dengan Hancock yang tak ada habisnya itu. Keduanya lantas terdiam dan memusatkan perhatian mereka pada Luffy. "Ini hanya salah paham saja. Hancock, lelaki ini bukan pria mesum, tapi kakakku, Portgass D. Ace," kata Luffy memperkenalkan.

Hening.

Keheningan pun terus berlanjut sampai, "EEEEEEEEEEEH!" Hancock menjerit dengan sangat syok. "Ka.. kakak…!" Wajahnya pun menjadi pucat pasi saat melihat wajah marah Ace.

Ga-gawat! Aku tidak tahu Luffy punya kakak laki-laki! Su-sumber informasiku tidak bilang kalau Luffy punya saudara!—jerit batin Hancock panik.

"Ta-… tapi nama keluarganya beda…," kata Hancock terbata-bata.

Ace mendengus mendengar alasan klise itu. "Tidak berarti kami bukan saudara," kata Ace menyeringai kejam, berniat membalas dendam. Ia tahu gadis itu pasti tengah panik karena telah menghina keluarga Luffy, lelaki yang sangat disukainya, karena kebodohannya sendiri. Ha! Rasakan! Panik-paniklah terus sampai pingsan!

"Itu benar, Hancock… Ace adalah kakakku. Kau salah paham tadi," kata Luffy dengan tatapan tak senang dengan anggapan Hancock pada kakak tercintanya.

"Ah… itu…," Hancock jadi terlihat makin pucat.

"Kau berhutang sesuatu padaku, kan, Nona?" Ace ingin lebih memprovokasi dan menggodanya. Seringai di wajah tampannya makin terlihat licik dan sok kuasa, membuat Hancock tersentak dengan wajah merah padam saking murkanya.

Ku—, lelaki kurang ajaaaaar! Beraninya mempermalukan aku seperti ini di depan Luffy! Ka-kalau bukan kakak Luffy, sudah kucincang dan kuumpankan dia pada ularku!—Hancock benar-benar marah dan berang. Namun, ia masih bisa menahan diri sambil memaksakan wajahnya supaya bisa tersenyum pada Ace.

"Ma… maaf ya, sudah salah paham, tadi, ohohoho," kata Hancock dengan tawa anggunnya. Kedua matanya masih berkedut-kedut karena otot wajahnya kaku. Pembuluh darah masih terlihat mencuat dari pelipisnya dan wajahnya juga penuh keringat dingin yang jelas menandakan ia tak rela meminta maaf pada Ace.

Ace merasa kasihan juga melihat usaha mati-matiannya, jadi dia mengalah. "Hn, baguslah kalau kau sudah mengerti," ia mendengus sambil memejamkan mata dengan bangga.

"Nah, karena sudah di sini, Ace ikut pesta saja, ya! Kita makan di sini," kata Luffy sambil tersenyum ceria sekarang.

"Eeh!" Ace dan Hancock protes bersamaan. Ace tak mau lama-lama berada di rumah ini bersama gadis aneh bodoh yang berniat menyerobot Luffy darinya. Hancock juga tak berniat mengundang pria menyebalkan kurang ajar macam Ace ke pestanya.

"Tidak apa-apa, kan, Hancock?" tanya Luffy dengan pandangan memohonnya yang sangat imut dan tak bisa ditolak itu. Pipi Hancock kontan merona lagi, terpesona dengan kelucuan dan keluguan Luffy.

"Ka-… kalau Luffy bersikeras… apapun itu… akan kukabulkan…!" kata Hancock sambil melirik-lirik Luffy dengan malu-malu dan gugup lagi.

Ikh! Menjijikkan!—Ace membuang mukanya dari pemandangan serba pink yang dipancarkan Hancock dengan perasaan muak.

"Ayo, Luffy, kuambilkan makanan untukmu," kata Ace sembari meraih tangan Luffy dan menarik adik manisnya itu ke pelukannya. Didekatkannya wajah Ace yang tersenyum lembut pada Luffy yang tampak merona sekarang dengan kedekatan mereka.

"AAAAAH!" jerit Hancock protes keras melihat kedekatan abnormal kedua lelaki tersebut. "Kakak kok berlaku AMORAL begitu pada adiknyaaa!"

"Lho, belum kuberi tahu ya? Kami bukan saudara kandung," kata Ace sambil meringis menantang.

APUAAAAAAAAAA!—Petir imaginer pun menyambar tubuh Hancock yang kesekian kalinya hari itu mengalami syok parah. Keduanya… bukan saudara kandung… artinya… SI KAKAK MANIAK KURANG AJAR ITU PUNYA KESEMPATAN MENODAI LUFFY!

"Kaaaaau!" Hancock menunjuk Ace sambil merendahkannya lagi dengan sangat marah. "Aku tak akan membiarkanmu melecehkan Luffy!" tantang gadis itu dengan berang.

"Terlambat~," kata Ace sembari mencium pipi Luffy yang cekikikan karena kegelian.

"Ace! Geli!" seru Luffy terlihat sangat menikmatinya.

"GYAAAAAAAAAAAH! KURANG AJAAAAAAAAAAR!" Hancock, dipenuhi rasa cemburu dan angkara murka melihat kedekatan keduanya, hendak meraih Luffy dan merebutnya lagi agar menjauh dari Ace, tetapi dengan cekatannya Ace menghindari serangan Hancock itu.

"Hancock, kalau kau marah begitu, wajahmu jadi jelek, lho," kata Ace mewanti.

GAAAAAAH! MENJENGKELKAAAAAN! Orang ini benar-benar…!—Hancock sampai harus menghentakkan kakinya ke lantai dan masih saja bisa terlihat anggun meskipun dia sangat kesal karena merasa kalah dari pria gahar licik bernama Ace itu.

Ace memejamkan mata dengan senyuman hangat di bibirnya ketika mencium aroma sitrus yang sangat segar di rambut Luffy. Luffy memang pandai memilih. Wanginya sangat enak.

"Mau sampai kapan kau akan memeluk Luffy begitu!" protes Hancock sewot. "Paling tidak biarkan dia makan malam di pesta ini!" lanjutnya dengan sangat galak.

Mendengar kata makan, perut Luffy bernyanyi lagi dengan nyaringnya. "Aah, Hancock benar, Ace… aku lapaaaaar!" rengek Luffy manja, membuat Ace tertawa ringan.

"Aku tahu," kata ace sambil meringis. Ia menyambar semangkuk daging asap dengan kecepatan kilat dan menyediakannya di depan Luffy. "Ini, Yang Mulia," kata Ace dengan senyuman menggoda.

Pipi Luffy bersemu lagi melihat wajah seksi Ace, "Te-terima kasih…," kata Luffy yang dengan kecepatan kilat juga menyapu daging asap di depannya itu sampai mangkuknya berkilau seperti habis dicuci.

"Guuuh! A-aku juga ingin menyuapi Luffyyyy!" gerutu Hancock geram karena tak bisa masuk di antara kedua lelaki yang terlihat sangat mesra itu.

Luffy yang melihat Hancock menggigiti ujung lengan bajunya dengan ekspresi sangat dongkol lantas mendapat ide. Ia perlahan melepaskan diri dari Ace.

"Luffy?" Ace heran kenapa adiknya tiba-tiba berjalan menjauh.

Luffy mengambil sepiring buah-buahan segar yang tampak sangat lezat itu. Air ludah sempat menetes dari ujung bibirnya karena dia sangat ingin memakan buah-buah itu sendiri, tetapi ia menahan diri dan berjalan menuju Hancock. "Ini," kata Luffy sambil menyodorkan piring tersebut ke tangan Hancock. "Kalau kau lapar juga, makan bersama kami saja," lanjut Luffy sambil tersenyum manis.

"Lu—!" Ace kaget melihatnya.

"Lu… Luffyyyyyy!" Hancock menjerit histeris dengan wajah merah padam, terharu dan terpesona karena Luffy memperhatikan dirinya, sambil memeluk leher Luffy dengan sangat antusias dan bahagia, sampai-sampai mengagetkan Luffy. Untung piring yang berisi penuh buah-buahan itu tidak jatuh dari tangan Luffy itu.

"Ugh… se-sesak…!" keluh Luffy merasa tergencet dengan kekuatan pelukan Hancock, wajahnya sampai biru.

"GAAAH! Jangan seenaknya main peluk begitu pada Luffykuuuuu!" teriak Ace protes karena lagi-lagi wanita itu nekat menyentuh Luffy milik Ace, MILIKNYA! Ditambah lagi, sepertinya gadis sialan itu benar-benar tak menggubris Ace yang ada di sana.

"Luffy… oh, Luffy… aku tahu kau juga menyukaiku…! Aku juga sangat menyukaimu, Luffy…!" kata Hancock sambil mendekap erat Luffy yang masih tersengal-sengal karena susah bernafas, sama sekali tak menghiraukan Ace yang mati-matian protes di belakangnya.

"A-akan lebih bagus kalau kau tidak mencekikku…!" kata Luffy dengan susah payah.

"Kyaaa! Ma-maaf, Luffy!" kata Hancock terkejut sembari melepaskan Luffy dengan buru-buru. "A-aku tidak sengaja… ha-habis… aku sangat bahagia karena kau me-memperhatikan aku juga…!" kata Hancok sambil bermain dengan rambut panjangnya.

"Yah… ini kan, pestamu. Tentu kau harus makan di pestamu sendiri, kan?" kata Luffy sambil menggaruk-garuk kepala salah tingkah.

"Ka-kalau bisa kita harus segera meresmikan hubungan kita…," Hancock sama sekali tak menggubris kata-kata Luffy dan makin tenggelam dalam dunia angan-angannya lagi.

"Err… hubungan apa ya?" tanya Luffy heran karena omongan gadis berambut panjang itu tidak nyambung.

"Kalau kita memang saling menyukai… kita bisa bertunangan dulu di pesta ini…," kata Hancock lagi sambil tersipu-sipu memejamkan mata.

"Hah? Bertu—? Kenapa aku jadi harus bertunangan denganmu?" tanya Luffy makin bingung.

"Aah! Aku tidak sabar sampai pertunangan itu resmi jadi pernikahaaan!" dan Hancock pun berteriak histeris dengan fantasi anehnya itu.

"Percuma, Luffy. Gadis bodoh itu tak akan mau mendengar pendapat orang lain selain bayangan gilanya sendiri," kata Ace sambil menghel nafas dengan wajah pasrah.

Luffy menatap Hancock yang kini tengah bergeliat-geliut di dalam fantasinya sendiri itu dengan wajah salah tingkah. "Dia memang aneh," katanya dengan sebulir keringat jatuh dari pipinya.

"Nah, selagi dia sedang sibuk dengan pikiran-pikiran sintingnya, makanlah sebanyak-banyaknya sebelum aku membawamu pulang, Luffy," kata Ace berbisik di dekat telinga Luffy. Nafas hangat Ace yang bersentuhan dengan telinga Luffy membuat pemuda itu sedikit gemetar. Gemetar, tetapi dengan perasaan yang menyenangkan.

"Ah, Ace…," Luffy melirik Ace yang tersenyum padanya dengan tatapan seksi yang terbuka, seperti hendak 'memakan' Luffy. Jantung Luffy jadi berdebar-debar dengan lebih cepat dan kencang, sedikit bergairah melihat tatapan mata Ace yang lain dari biasanya. Tak hanya kasih sayang dan cinta, tetapi juga hasrat dan nafsu terpancar darinya.

Luffy menelan ludah. Baru kali ini dia melihat tatapan Ace yang mencurahkan begitu banyak arti dan minat sekaligus, dan Luffy tak mau kehilangan kesempatan ini kalau memang tatapan Ace itu adalah sebuah 'janji' bahwa dirinyalah yang akan mengajari Luffy untuk menjadi 'dewasa' dan menjadi milik Ace sepenuhnya.

Tanpa membuang waktu, Luffy menyambar sebagian besar hidangan utama pesta dan pencuci mulutnya, lalu tanpa memperhatikan Hancock yang masih berada dalam mimpi dan fantasinya sendiri itu, Luffy menarik tangan Ace dengan semangat, "Ayo pulang… Ace," ajak Luffy dengan wajah memerah.

Ace memeluk Luffy sebelum membimbingnya ke pintu keluar rumah megah yang seperti istana itu dengan satu tangan posesif di pundak pemuda yang lebih muda empat tahun darinya iu. Para sekuriti yang baru tiba tak paham dengan apa yang baru saja terjadi di dalam ruang pesta, tapi yang jelas, mereka tak bisa menghentikan baik Ace maupun Luffy untuk pulang meskipun pesta sebenarnya baru akan dimulai….


All The Way—Ace x Luffy—All The Way


Sesampainya di rumah, Ace menghela nafas lega. "Syukurlah, aku bisa membawamu pulang dengan selamat. Dasar… kukira kau benar-benar diculik tadi," katanya sembari duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya di sandarannya.

Luffy tertawa ringan. "Ace… berlebihan deh. Aku Monkey D. Luffy, lho, bos Geng Topi Jerami yang kuat! Masa' aku membiarkan diriku diculik?" Tawa Luffy pun berlanjut.

"Justru itu. Makanya saat kau tidak di rumah… dan sanji memberi tahu kalau kau pergi dengan seorang gadis… aku jadi berprasangka lebih buruk. Kukira… kau benar-benar pergi kencan dengan wanita itu…." Kata Ace sambil melirik ke arah lain.

"Ace… mana mungkin aku berbuat begitu padamu, kan?" kata Luffy jadi heran kenapa Ace bisa sampai sekhawatir itu. Seharusnya Ace mengenal Luffy lebih dari siapapun, dan mestinya ia tahu Luffy tak bisa melakukan hal sekompleks itu.

"Apa boleh buat, kan? Sisi 'kekasih' dalam diriku memiliki sifat posesif terhadapmu. Luffy, kau sadar kalau dirimu sangat manis dan populer, kan? Banyak sekali pria dan wanita yang menyukaimu. Aku cemburu melihatmu bersama orang lain, tertawa dan bersentuhan dengan orang lain. Aku ingin kau hanya bersikap seperti itu terhadapku…," kata Ace lagi sambil bersemu, ia sampai harus menutup wajahnya yang pasti merona sekarang karena ia bisa merasakan panas darah yang mengalir ke seluruh tubuh dari degupan jantungnya yang sangat keras.

"Ace…," Luffy melebarkan matanya saat mendengar pengakuan Ace itu. Ia lantas tersenyum kecil dengan wajah merona juga. Ia berlutut di depan Ace dan menyentuh tangan Ace yang tidak sedang menutupi wajahnya dan ada di pangkuannya. "Ace… aku mengerti, kok. Saat Ace pergi ke kampus dan bilang akan pulang malam, meskipun aku tahu Ace di sana mengerjakan tugas, terkadang aku khawatir juga apa yang sedang kau lakukan, dengan siapa kau berinteraksi… Aku yang tidak seumuran denganmu ini sedikit cemas, apa bisa aku terus menarik perhatianmu? Ace sangat baik hati, tampan dan menawan, pasti banyak juga yang naksir Ace, makanya… aku menginginkan kepastian… aku… ingin benar-benar menjadi milik Ace dan memiliki Ace," Luffy memandang mata hitam abu-abu Ace dengan wajah sangat yakin, penuh determinasi.

"Aku ingin merasa 'aman' dalam hubungan kita, Ace. Karena itu… jadikan aku milikmu sepenuhnya…," Luffy berbisik lirih, mendekatkan wajahnya pada Ace yang perlahan-lahan melepaskan tangannya dari wajahnya sendiri, dan ia pun menyentuhkan bibirnya ke bibir Ace dengan ciuman yang lembut.

Ace sedikit terkejut dengan tindakan Luffy yang kental dengan inisiatif pribadi itu. Biasanya Ace yang memulainya… tapi sepertinya Marco memang benar. Meskipun Luffy sangat lugu dan polos, dan mungkin belum tahu apa-apa mengenai seks, Luffy tetap seorang remaja yang memiliki insting seorang pria. Insting untuk memilki dan menjadi milik orang yang dikasihinya.

Ace perlahan memejamkan matanya dan membalas ciuman Luffy dengan penuh gairah. Ia meletakkan telapak tangan kirinya yang besar di pipi dan dagu Luffy untuk memperdalam ciuman keduanya. Ia lingkarkan tangan kanannya di pinggang Luffy untuk merapatkan tubuh mereka, sampai tak tersisa jarak sama sekali. Luffy bahkan mempererat pelukannya dengan melingkarkan kedua lengan dan tangannya di leher dan punggung Ace.

"Luffy…, Luffy…," Ace mimbisikkan nama Luffy di sela-sela ciumannya. Kemudian ia meletakkan dahinya di dahi Luffy sambil sedikit terengah.

"Aku ingin… Ace jadi yang pertama bagiku…," desah Luffy lembut sambil menatap mata Ace dalam-dalam.

Ya Tuhan…! Aku benar-benar sudah…!

Mulut Ace terasa kering kerontang medengar pengakuan itu dan melihat wajah Luffy yang sudah siap menawarkan diri seutuhnya untuk Ace, sampai-sampai ia harus menelan ludah, mencoba menghilangkan bongkahan yang menyumbat kerongkongannya.

Oh, betapa Ace mencintai anak ini. Dia tak akan sanggup hidup kalau Luffy tak ada di pelukannya. Luffy sudah seperti udara baginya, sesuatu yang sangat esensial untuk hidup bagi Ace.

"Tempat tidur…," desah Ace balik dengan suara yang berat dan rendah, penuh dengan minat dan gairah. "Aku tak akan membiarkan malam pertama kita berada di sofa yang tidak nyaman… Luffy," lanjut Ace sambil mengecup pojok bibir Luffy.

"Nnn," Luffy mengangguk dengan wajah bersemu merah. Ia memejamkan mata dan mengeratkan pelukannya di tubuh Ace.

Dengan kekuatan yang dipenuhi urgensi dan sentakan adrenalin, Ace mengangkat tubuh Luffy dengan mudahnya, menggendong adiknya itu dan membawanya ke kamar tidur untuk berbagi pengalaman orang dewasa dengannya.


LEMON—Ace x Luffy—LEMON


Ace perlahan-lahan menurunkan Luffy di tempat tidur, tentu saja setelah ia mengunci pintu kamar Luffy. Luffy menatap Ace dengan mata limbung dan Ace tersenyum melihat ekspresi manis adiknya itu. Ia menyibakkan poni rambutnya ke belakang sebelum menyibakkan poni rambut Luffy juga.

Ace naik ke tempat tidur perlahan, satu lutut mengikuti yang lain, dan secara insting Luffy membuka kedua kakinya untuk membuat tempat bagi Ace yang memposisikan dirinya di atas tubuh Luffy, mencium bibirnya, menyentuh tubuhnya. Perlahan-lahan, menelusuri tiap centinya dengan sentuhan ringan yang membuat seluruh tubuh Luffy bergetar diiringi dentuman-dentuman detak jantung yang membahana di kedua telinganya.

Satu-per-satu kain yang menutupi tubuh mereka pun dilepaskan, dimulai dari membuka kancing seragam Luffy hingga dada dan perutnya terekspos. Jemari Ace yang menyentuh kulit telanjangnya meninggalkan sensasi geli yang aneh. Tidak seperti rasa geli yang biasanya. Geli yang bukan membuat Luffy ingin tertawa, tetapi membuat ia ingin mengerang.

"Ah… Ace… aku… apa yang harus kulakukan?" tanya Luffy lirih karena tak tahu ia harus berbuat apa. Ia menikmati berciuman dan berpelukan juga bersentuhan dengan Ace, tapi sejujurnya, ia benar-benar tak mengerti apa yang bisa mereka lakukan lebih jauh.

"Ssh… tidak apa-apa, Luffy. Kau tak perlu melakukan apa-apa," bisik Ace perlahan sambil menngigit leher Luffy dengan halus, membuat Luffy tersentak karena tempat yang digigit Ace begitu sensitif. "Santai…, lihat dan rasakanlah… Aku akan membawamu ke surga…," bisik ace dengan suara rendahnya yang sangat seksi itu sebelum menggigit ujung telinga Luffy juga yang membuat Luffy mengerang dang mengeratkan cengkeraman tangannya di kaos Ace.

"Ah… ah, Ace…!" Luffy memejamkan matanya dan beerkonsentrasi dengan apa yang Ace lakukan pada tubuhnya.

Perasaan tak tertahankan muncul dari dalam diri Luffy, membuat seluruh bagian kulit Luffy makin sensitif terhadap sensasi, tiap sentuhan dan kecupan Ace membuatnya makin ganas dan rasa aneh di bagian perut bawahnya itu mulai menggangunya.

"Ace… rasanya ada yang aneh… di-di bawah… di bawah perut… ah!" Luffy berteriak kaget saat Ace menyentuh areanya yang sangat pribadi itu, bahkan Luffy sendiri belum pernah menyentuhnya. Meskipun masih di balik baju, tapi itu sudah cukup membuat hentakan rasa yang tak terbayangkan. Baru pertama kali Luffy merasa seperti itu.

Ace tertawa kecil melihat reaksi Luffy yang benar-benar seperti reaksi perjaka itu. Ia pernah mengalami apa yang dirasakan Luffy saat ini, dulu... waktu Ace masih belum berpengalaman... dan Ace merasa cukup bangga karena bisa membuat Luffy jadi jauh lebih kacau darinya begini. "Itu reaksi yang normal, Luffy," kata Ace masih sambil tersenyum menggodanya.

"Uuh, jangan usil begitu…!" Luffy cemberut, tapi wajahnya malah makin manis kalau seperti itu. Kedua matanya berkaca-kaca, dan wajahnya masih merah padam, terlihat begitu seksi dan menggairahkan. Ace sampai harus berpikir ada kucing tertabrak mobil agar tidak kehilangan kontrol melihat Luffy seperti itu.

"Ma-maaf… habis kau imut sekali, jadi tanpa sadar…," Ace memang ingin sedikit mengganggunya, tapi sepertinya adiknya sudah cukup menderita dengan keadaannya saat ini. Ini yang pertama bagi Luffy. Ace akan membuat memori yang indah bagi adiknya tercinta.

"Nah, sekarang kita lepas semua bajunya, ya," sambil tersenyum, Ace menguliti seragam adiknya itu sampai semuanya jatuh ke lantai.

"Ah… semuanya?" tanya Luffy sedikit ragu. "Ce-celananya juga?"

"Tentu," kata Ace sambil membuka kancing celana Luffy dan lerekannya.

"Ah, tu—! Hyaaah!" Luffy sangat kaget dan malu saat Ace menarik lepas semua celananya, sampai ke celana dalamnya juga. "Ace, kau curang! Masa' hanya aku yang telanjang bulat!" protes Luffy keras sambil menarik-narik kaos Ace sampai melar.

"Wah, iya, saking bernafsunya aku sampai lupa dengan bajuku sendiri," Ace meringis sambil mundur beberapa centi untuk melepas kaosnya dan membuangnya ke lantai juga.

"Ah…," Luffy menelan ludah saat terpesona menyaksikan dada Ace yang bidang dan otot lengan dan perut Ace yang bergelenyar indah bagai air mengalir saat tubuhnya bergerak juga.

Ace tersenyum melihat Luffy dengan vulgarnya menatap aset Ace yang menjanjikan itu. "Kau senang melihatnya?" tanya Ace dengan ekspresi menggoda yang sangat seksi, membuat Luffy merah padam lagi.

"Tu-tubuh Ace… indah…," kata Luffy jujur masih dengan wajah merona. Luffy memeluk lengannya sendiri, tiba-tiba jadi tidak percaya diri dengan proporsi tubuhnya yang masih kurus dan belum terbentuk sempurna itu.

Ace sepertinya tahu kekhawatiran Luffy itu dan tersenyum lembut. "Luffy masih tumbuh, nanti juga ototmu akan terbentuk, kok," kata Ace sambil mendekatkan wajahnya lagi ke wajah Luffy. "Lagipula… aku suka karena kulit Luffy masih sangat halus dan lembut," katanya sambil mencium pundak Luffy sebelum membuka mulutnya dan menghisap kulitnya kuat-kuat, membentuk tanda memar kemerahan di sana.

"Yah…!" mengikuti nalurinya, Luffy pun mencengkeram punggung dan lengan Ace.

Ace memberikan tanda pertamanya di tubuh Luffy, mengklaim anak itu sebagai miliknya.

"Ace… apa yang kau lakukan…?" tanya Luffy sedikit heran karena sensasi gigitan yang menyerangnya begitu panas dan menggairahkan.

"Aku menandai Luffy sebagai milikku," kata Ace sambil meringis.

Luffy cemberut sebelum memutuskan. "Kalau begitu aku juga mau menandai Ace!" katanya tegas sambil menyeruduk Ace dan mengklaim leher Ace dengan tiba-tiba.

"Oh… ow!" Ace tak menyangka kalau Luffy akan dengan gencar menggigit lehernya kuat-kuat. Rasanya kulitnya sampai terkelupas dan berdarah.

"Ah," Luffy merasakan rasa gurih dan aroma besi di mulutnya sebelum kemudian melihat leher Ace yang memang berdarah akibat ia gigit itu dengan wajah bersalah. "Ma… maaf," kata Luffy sambil menjilatnya untuk menunjukan rasa menyesalnya yang telah melukai Ace.

Tanpa diduga, tindakan Luffy itu makin mengompori hasrat Ace yang dari tadi sudah berapi-api. Ace kontan mendorong jatuh tubuh Luffy untuk telentang di tempat tidur, lututnya berada di antara kaki Luffy yang tertekuk ke atas. Ace menahan kedua tangan Luffy di samping kepalanya, dan dirinya, sesaat kehilangan kontrol, mulai mencium bibir adiknya dengan sedikit lebih kasar.

Namun, sepertinya Luffy tidak keberatan dengan keliaran Ace itu. Dengan gairah dan hasrat memuncak yang bercermin pada Ace, ia membalas ciuman dalam tersebut. Lidah bertarung dengan lidah. Luffy tidak dengan mudah memberikan kontrol pada Ace dengan perlawanan pemulanya, sampai akhirnya Ace yang lebih berpengalaman mengalahkannya dengan sukses, menaklukan seluruh diri Luffy.

"Ah… hah… Ace…," Luffy terengah-engah, mencoba bernafas di sela-sela ciuman Ace yang dasyat itu ketika Ace mulai memindahkan kecupan sayangnya itu dari bibir Luffy ke pipinya, ke dagunya, ke lehernya, ke dadanya… sampai akhirnya ia berhenti tepat di atas salah satu pusat sensasi kenikmatan Luffy. Lalu, sambil menyeringai usil, Ace memasukkanya ke dalam mulut, memainkannya.

"Aaah!" Luffy meregangkan tubuhnya dengan kaget merasakan hentakan gejolak dalam darahnya yang bersirkulasi makin cepat, menderu-deru di telinganya. Luffy mencoba mencari kontak dengan tubuh Ace yang sangat hangat itu lebih jauh. Rasanya Luffy akan meledak. "Ace… Ace!"

"Ssh…," Ace berbisik lagi dengan suara yang menenangkan. "Rileks, Luffy… kalau kau terlalu tegang, ini akan terasa menyakitkan…," kata Ace sambil mencium perut Luffy yang menegang itu, membuat Luffy mengerang lebih keras.

"Ace…, Ace… tolonglah… sen-…," Luffy memejamkan matanya dengan wajah sangat merah. "Sentuh aku…!" bisiknya dengan ekspresi putus asa.

Jantung Ace serasa akan meledak melihat betapa seksinya Luffy saat ini. Ace benar-benar sudah tidak tahan lagi. "Dengan… senang hati…," katanya sambil menenggelamkan kepalanya di antara kaki Luffy.

"Oh…! Ah! Yah…! ACE!" Jeritan Luffy itupun membawa klimaks pada pusat kenikmatan keduanya ketika benih-benih cinta pun mekar dengan indahnya, berhamburan di antara mereka.


LEMON—Ace x Luffy—LEMON


Ace menatap wajah tidur Luffy yang masih memeluk pinggangnya dengan erat.

Fuh… akhirnya tidak bisa sampai akhir…—pikir Ace dengan sedikit menyesal. Yah… setidaknya aku sudah membuat Luffy orgasme untuk yang pertama kalinya, dan Luffy bahkan tidak perlu menyentuhku untuk membuatku mengikuti langkahnya. Hanya dengan mendengar suara dan melihat wajahnya saja aku sampai meledak begitu… bagaimana kalau nanti benar-benar seks yang sampai selesai? Bisa-bisa aku mati karena serangan jantung….

Sebulir keringat jatuh dari pipi Ace yang salah tingkah.

Yah… tidak perlu buru-buru karena aku akan mengajari Luffy dengan baik… tapi dasarnya Luffy itu natural sih, ya…. Tanpa aku mengatakan apapun, sepertinya dia sudah dengan sukses memainkan fantasiku. Memang benar-benar menakutkan anak ini… sampai bisa membuatku lupa diri begitu.

Ace terkekeh pelan sambil mencium rambut hitam Luffy dengan sayang. Yang penting Ace sudah menandainya dan Luffy telah menjadi miliknya. Hanya masalah waktu saja sampai Ace benar-benar menginvasi Luffy dan bersatu dengannya sepenuhnya.

"Aku mencintaimu… Luffy…," bisik Ace penuh rasa cinta sambil memeluk adiknya dengan posesif. "Kau milikku… dan hanya milikku seorang…."

"Mn… Ace…," Luffy mengigau dan mengeratkan pelukannya di pinggang Ace, seolah-olah menyetujui apa yang Ace bisikkan dalam tidurnya.

Ace tersenyum bahagia melihatnya sebelum menyusul adiknya untuk pergi ke dunia mimpi.


All The Way—Ace x Luffy—All The Way


Keesokan harinya, Sanji menyiapkan nasi merah di menu khusus Baratie.

Ace menatap menu itu dengan alis mata terangkat dan wajah merona, sedangkan Luffy dengan gencarnya memesan seluruh menu khusus di restoran Perancis itu.

"Sanji, kau ini…," Ace menutup wajahnya dengan satu tangan, melirik si koki berambut pirang di sampingnya dengan wajah malu.

"Untuk merayakan kedewasaan Luffy," kata Sanji sambil menahan tawa.

"Belum sampai ke bagian akhir kok," kata Ace sambil mencoba memperbaiki eskpresinya.

"Yah, pelan-pelan saja. Yang penting tahap pertama sudah dilewati," kata Sanji dengan wajah memerah juga sekarang, tanpa sadar membayangkan apa saja yang sudah dilakukan kedua D bersaudara itu.

"Jadi… sudah sampai mana?" tanya Zoro yang duduk di samping Ace itu dengan wajah penuh konspirasi.

"Zoro!" Ace meninju lengan pemuda berambut hijau itu dengan wajah merah padam.

"Hm? Ada apa Ace, Zoro?" tanya Luffy dengan wajah polos.

"De… dengan wajah polos begitu… bagaimana ekspresinya di tempat tid-…!"

"Hei!" Ace menonjok Zoro lagi dengan lebih keras, menunjukkan protesnya. "Yang boleh melihat wajah Luffy saat seperti itu cuma aku saja!" teriaknya galak masih dengan wajah merah, tetapi lebih karena kesal daripada malu.

"Tidak perlu memukulku sekeras itu, kan!" protes Zoro balik dengan wajah salah tingkah.

"Mereka kenapa sih?" tanya Luffy heran.

"Mereka memang bodoh," kata Sanji dengan wajah memerah juga karena malu dengan kelakuan si Marimo dan Ace itu.

"Jadi… apa rencanamu hari ini?" tanya Sanji lagi sambil menghidangkan pesanan ketiga orang di meja itu.

"Ah… Hancock mengajakku main ke taman ria," kata Luffy sambil melahap nasi merah di depannya.

"APA!" teriak Ace syok mendengarnya. "Jadi ajakan kencannya serius, ya!"

"Eeh, cuma main ke taman ria, kok," kata Luffy sambil melahap steak-nya sekarang.

"TIdak boleh!" bantah Ace keras, sangat melarang. "Kau kan tahu kalau wanita itu mengincarmu!"

"Tidak apa-apa, kan? Cuma ke taman ria saja. Lagipula aku boleh bawa teman," kata Luffy lagi sambil meminum jusnya. "Sanji dan Zoro mau pergi juga? Aku akan ajak Usopp dan Kaya juga, lalu Nami dan Vivi. Kalau ramai kan, asyik. Ace juga mau pergi denganku kan? Aku ingin naik bianglala dengan Ace nanti," bujuk Luffy sambil tersenyum manis.

"Ugh…," melihat wajah imut-imutnya dan mendengar bujuk rayu natural dari Luffy itu, Ace tidak bisa apa-apa selain menyetujuinya. "Ya sudahlah… toh, kita pergi bersama-sama," katanya menyerah sambil menghela nafas panjang.

"Waaai, terima kasih, Ace! Aku sangat ingin ke taman ria!" Luffy kontan berteriak girang sambil memeluk Ace dan mencium pipinya dengan sayang, membuat Ace makin merah padam dari ujung kepala hingga ujung kaki memikirkan adegan mesra mereka di depan umum begitu.

"Woah… sekali serang langsung KO," kata Zoro dengan wajah takjub melihat Ace yang kelabakan.

"Luffy memang anak yang ajaib…," Sanji hanya bisa tersenyum setuju dengan wajah salah tingkah.

Baru juga semalam… mana belum sampai akhir… bagaimana kalau nanti sampai selesai?

Kalau itu sih... mungkin hanya bisa dibayangkan saja bagaimana akhirnya…

~The First Time Super! SELESAI~


A/N: Aah… akhirnya Luna tidak sampai hati menulis sampai ke bagian akhirnya…! Ter-ternyata Luna belum berani… *hiks-hiks*. Maaf yang sudah berharap-harap cemas. Tapi luna sudah berusaha keras membuatnya. Setelah dengan banyak edit dan re-edit adegan lemonnya, luna masih menganggap ini terlalu eksplisit, tapi kalau disamarkan lagi, nanti jadi tidak ketahuan mereka sedang apa, mana cocok untuk rating M/NC-17 kan? Hah… luna harap pembaca tidak kecewa. Ini saja luna sudah mati-matian. Luna harus cari tahu bagaimana cara mendeskripsikan apa yang mereka lakukan dengan detil tapi memakai bahasa kiasan yang tidak eksplisit. Jujur saja… itu sangat SUSAH! Yah… karena itulah luna lebih suka menulis dalam bahasa Inggris. Bisa seeksplisit apapun dengan lebih bebas. Tapi luna harap fic ini pun sudah cukup M bagi pembaca Indo.

Oya, maaf sedikit telat negpos fic ini. Luna benar-benar berjuang membuat adegan lemonnya supaya cukup eksplisit untuk rating M tapi tidak sampai membuat orang muak bacanya *malu karena sendirinya agak muak kalau membaca yang terlalu eksplisit*. Saking fokusnya di adegan itu, luna jadi lupa ngecek typo. Maaf kalau agak banyak ya? *sweats* Uh… lalu untuk kritik dan saran membangun yang bisa memberi tips untuk menulis adegan seks yang tidak eksplisit, silakan pencet tombol review dan secara habis-habisan, BANTAI LUNA dengan petunjuk itu agar luna bisa menulis dengan lebih baik, oke?

Nah, luna kira itu saja dulu. Sampai jumpa lagi di sekuel kedua yang bagian ZoSan, ya! XP

With Love,

Lunaryu~~~