FIRST KISS DISASTER

Rate: buat jaga-jaga, ini ratenya T+/M-

Desclaimer: The story of Harry Potter, and based character is belong to J.K Rowling

Happy reading…^^


-Chapter 1-

Suatu hari di akhir bulan November yang dingin, Harry tengah berjalan kesal menuju kantornya di markas besar Auror di tingkat dua kementrian sihir. Bagaimana tidak? Harian Daily Prophet hari ini masih saja memberitakan hal yang tidak-tidak tentang dirinya? Padahal Rita Skeeter sekarang masih mendekam di Askaban dengan pengawalan ketat? Sulit dipercaya.

Dan suasana hati Harry semakin buruk saat tiba di markas besar didapatinya ruangan hanya berisi Draco Malfoy, sang pangeran Slytherin, sekaligus musuh besarnya, sedang menyeringai sambil melipat Daily Prophet ditangannya. Perasaan Harry mulai tidak enak, dan benar saja…

"Wah.. wah.. ini dia selebriti kita hari ini… Cinta Segitiga Tiga Pahlawan: Poor Harry Potter?" Kata Malfoy mengutip head line berita utama Daily Prophet pagi itu, yang heboh pada berita rencana pernikahan Ron-Hermione dan disangkutkan kisah cinta Harry-Hermione karya Rita Skeeter di tahun ke4 mereka.

"Shut up Malfoy! Kalau kau sekali lagi mengungkit berita busuk itu, aku tak segan-segan membuatmu menjadi musang berambut pirang dan menjadikannya gantungan kunci." Kata harry terbakar emosi.

Harry tak pernah habis pikir, bagaimana bisa seorang Draco Malfoy bisa di terima menjadi Auror bersama dirinya dan Ron. Ah, memang sih, kemampuan blondy Slytherin itu boleh juga, tapi sikapnya buruk sekali. Memang, dirinya telah gencatan senjata dengan penghuni slytherin di tahun terakhir mereka yang diulang setelah perang besar. Malah dirinya memberi kesaksian pada Wizegamot sehingga keluarga Malfoy terbebas dari dakwaan, tapi entah mengapa, sikap menyebalkan Draco Malfoy masih terus mendarah daging. Terutama dengan dirinya.

"Ckckck.. meledak-ledak seperti biasa ? padahal, aku kan cuma membacakan Head line koran hari ini Potter, sikapmu benar-benar mencurigakan. Dari yang tak berpikir macam-macam, kan aku jadi kepikiran, Potter…" Kata Malfoy sambil geleng-geleng dan nyengir kurang ajar.

Mata Harry berkilat berbahaya. Tampaknya, Slytherin satu ini memang pantas diberi pelajaran. Perlahan, Harry menarik tongkat Holy-nya, namun Malfoy yang menyadari kilat berbahaya dari mata hijau Harry, juga ikut menarik tongkat sihirnya, tapi malang, draco kalah cepat!

"Expelliarmus!" Dan tongkat hawn thorn Draco melayang dari pemiliknya dan mendarat di tangan Harry. Masih mengacungkan tongkatnya, Harry perlahan mendekati Draco yang perlahan mundur dari jangkauan tongkat Harry.

"Sudah ku peringatkan Malfoy, sekali lagi kau menyinggung tentang berita di koran itu, tamatlah riwayat mu! Aku sedang sangat kesal, sehingga tak mudah untuk memaafkan, apalagi untuk musang yang sangat cerewet dan menyebalkan sepertimu Malfoy!" Kata Harry makin mendekat.

"Wow.. wow… wow.. sabar Potter… bila kau melakukan itu, para penggemar beratmu akan kecewa… karena pahlawannya melakukan hal yang keji pada… er… rekan kerjanya?" Mulut manis Draco kini dalam keadaan aktif.

"Hem, rekan kerja katamu? Tak ada Malfoy, itu cuma sekedar formalitas. Dan coba kulihat? Penggermar berat? Sepertinya aku malah akan menikmatinya." Harry menyeringai. Tongkatnya sekarang tepat di dada Draco. Mata si pirang jadi juling karena bergantian melihat kearah Harry dan tongkat yang telah mengarah ke dadanya.

Dan satu tekanan kuat dari tongkat harry di dada Malfoy, membuat blondy itu melangkah mundur lagi. Tapi naas, kakinya menginjak sesuatu. Sesuatu yang licin, berupa Gillyweed yang tak tau tempat, dan sukses membuat Draco Malfoy yang tidak siap, kehilangan keseimbangan. Berupaya menghindari hal terburuk, Draco berpegangan pada jubah Harry. Namun malang, disertai pekikan kecil dari Draco dan gaya grafitasi yang tak pandang bulu dan status darah, membuat tubuhnya sukses menghantam di lantai, dengan Harry yang terkena imbas ikut terjatuh menindih Draco.

Malang nian nasip Draco, sudah jatuh, masih tertimpa Harry. Mau lebih buruk lagi? Bibir Auror bermata hijau itu kini tengah mendarat di bibir tipis Draco yang sedikit terbuka karena memekik saat jatuh. Yah, mereka kissing!

Harry Potter yang kaget kini tengah terpana dengan apa yang pupil hijaunya tangkap di depannya. Bola mata abu-abu yang bersinar cerah… dan kalau dirinya tak salah, bibirnya merasakan sesuatu yang halus dan lembab dibawahnya. Harry menarik nafas kaget dan menangkupkan bibirnya, namun bersamaan dengan itu, Draco juga berusaha untuk mengatupkan bibirnya, namun hal itu malah membuat kedua bibir saling berpanggut.

Segera saja, Draco mendorong tubuh Harry yang ada diatasnya, dan segera bangkit. Tak lupa dengan adegan mengusap bibirnya jijik dengan sangat Malfoyish. Harry yang terguling kesamping karena dorongan dari Draco masih setengah mengalami trans.

"Apa yang kau lakukan Potter? Kau telah mencuri ciuman pertamaku! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB! KAU HARUS MENIKAHI AKU!" Teriak Draco horror.

Karena teriakan Draco dan statement yang dia ucapkan, Harry menjadi tersadar penuh dari trans yang dia derita dan tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahahahahahahaha… lucu sekali Malfoy… apa yang kau katakan? Ciuman pertama? Hahahahaha… lucu sekali!" Harry bangkit berdiri namun masih melanjutkan tertawanya. "Hahaha… apalagi itu? Menikah? Ingin menikah denganku Malfoy? Hahaha apa kau bermimpi atau karena efek jatuhmu yang mengakibatkan otakmu bergeser Malf-"

PLAK, Draco menampar Harry, sehingga menghentikannya tertawa.

Merasakan tamparan itu Harry ingin marah kepada Draco namun saat itu juga ia tercengang mendapati Draco yang bergetar menahan amarah dengan sorot mata yang ketakutan. Sejenak, bulu kuduk Harry meremang.

"Brengsek kau Potter! Ka-u sung-guh orang y-yang…" Tubuh draco mengejang menahan amarah dan tangis, kata-katanya penuh penekanan. Harry yang melihatnya tak tega, dan ia pun berkata.

"Lalu, apa maksudmu Malfoy? Aku benar-benar tak tahu, ku kira kau hanya main-main.. kalau begitu, jelaskanlah padaku"

Draco berusaha menguasai diri selayaknya keturunan keluarga Malfoy, dan menuruti pertanyaan Harry.

"Aku terikat sumpah tak terlanggar Potter, pada sumpah itu, aku harus menikahi orang yang mengambil ciuman pertamaku. Bila dalam waktu 31 hari aku tak menikah dengan orang itu, aku mati."

Harry tercengang mendengar kabar itu.

"Oh, jangan bercanda Malfoy, itu tidak lucu. Mana ada orang bodoh yang membuat sumpah tak terlanggar seperti itu? Itu hal konyol yang pernah ku deng—" sekali lagi Harry menghentikan bicaranya saat tertatap olehnya wajah Draco yang mengeras.

"Oh, emmm… maafkan aku Malfoy… aku tak bisa… kau tau? Percaya begitu saja semua itu… bisa saja kau hanya menggodaku, seperti… emmm… yang selalu kau lakukan? Eh?" Saat itu, draco menyihir sebuah botol dari udara, kemudian menarik dari kepalanya, benang memori biru yang kemudian masuk ke dalam botol dan menyerahkannya kepada Harry.

"Selama ini, aku benar-benar menjaga jangan sampai ada orang yang kebetulan menciumku, aku bahakan selalu memasang perlindungan ketika terjaga, hingga jangan sampai ada orang yang dengan sengaja mencium bibirku, sampai aku sendiri yang benar-benar melakukannya."

"Sebenarnya tak begitu masalah bila itu wanita. Tapi kenapa kau? Sepertinya umurku memang telah ditentukan. Kau yang membawa nyawaku, Potter" Dan dengan itu, Draco berbalik dan pergi meninggalkan Harry yang masih mematung memegang botol memori dari Draco.

.

.

Secepatnya, Harry menuju pensive terdekat yang ada di kementrian dan segera menuangkan memori Draco. Dia benar-benar terkejut dengan keseriusan sikap yang Malfoy tunjukkan. Dan kalau benar, nyawa Draco Malfoy ada di tangannya.

Segera saja Harry memasuki kenangan Draco.

Saat itu, malam hari di ruang rekreasi Slytherin. Hanya beberapa anak yang ada di sana. Draco, Crabe, Goyle, Pansy, Theo, dan Blaise. Dilihat dari penampilan Draco yang acak-acakan, dan kantung matanya terlihat jelas, ini adalah memori Draco di tahun ke-6, saat Draco tertekan atas tugas dari Voldemort.

"Aku mencintaimu Draco," Pansy mengutarakan cintanya pada pangeran Slytherin itu.

Draco hanya mendengus dan buang muka. "Huh? Seperti aku peduli Pans…"

"Tapi Draco… lalu apa yang telah kita lalui selama ini?" Nada suara Pansy makin meninggi.

"Tak ada kita selama ini Pans, kalaupun yang kau maksud kita semua, itu hanya sekedar sahabat, kau tahu? Dan ku harap kau menghargai itu Pans." Kata draco sambil lalu.

Saat ini, aura muka pansy sudah memerah saja, menahan amarah yang berkecamuk di dadanya.

"How could you?"

"Sudahlah Pans, aku benar-benar malas melihat perempuan menagis. Aku berteman dengan mu karena ku kira kau tak cengeng seperti kebanyakan wanita,…"

"Tapi aku tetap saja punya hati Draco…! oh baiklah… kalau begitu siapa orang itu Draco?" kali ini nada suara Pansy melunak. Ia tegarkan dirinya. Akan ia korbankan segalanya demi kebahagiaan pangerannya yang sangat ia puja.

Semua mata tertuju pada Draco.

Menyerah atas tuntutan jawaban dari 5 pasang mata di hadapanya, Dracopun menjawab,

"Dia adalah orang yang sangat spesial. Yang untuknya, aku rela mati hanya untuk bebas memandanginya. Walau sekedar memandanginya."

"Apakah dia cinta pertamamu Draco?" Tanya Theo takjub.

"Ya"

"Apakah dia ciuman pertamamu Draco?" Kali ini Blaise

"Kuharap… suatu saat.." Semua orang tercengang mendengar jawaban tak terduga dari Draco.

"K-kau belum pernah ciuman Draco?" Tanya Crabe bego.

"Ada yang salah dengan itu?"

"T-tapi, setelah pesta dansa di tahun ke-4 itu Draco, kau dan Pansy…" Tanya Goyle. Mendadak jadi pintar.

"Aku tak menciumnya, begitu juga dengannya. Kau bisa tanya langsung padanya." Jawab Draco ringan sembari mengangkat dagunya kea rah Pansy yang sekarang tertunduk. Menerawang.

"Mau ku cium Drakie?" Kini giliran Blaise yang asal. Blaise langsung saja mendapat lirikan tajam dari Pansy, dan 3 benjol besar di kepalanya. Satu dari Crabe, satu dari Draco, dan satu lagi, yang paling besar, doorprize dari kekasihnya, Theo.

"Dasar mesum!" Seru mereka serempak.

"Kalau begitu Draco, apakah kau tak keberatan untuk melakukan sumpah tak terlanggar untuk membuktikan kau mau menerima resiko cintamu? Bila kau croboh, kau tak akan bersamanya, atau kau akan mati." Tantang Blaise dendam karena Draco menolak tawaran ciumannya dan malah dihadiahi 3 benjol di kepala.

Pansy memekik, ngeri. "Apa kau gila? Hentikan itu! Draco jangan dengarkan dia!"

"Oke, siapa takut? Aku tak kan lengah!" Jawab Draco santai.

Dan jari bertaut, tongkat bersilang, mantra mengikat sumpah, dan sumpah tak terlanggar itu di laksanakan. Sebagai wujud komitmen Draco untuk menjaga hatinya.

Tubuh Harry serasa ditarik keluar berpusing pada memori itu, Dan Harry pun selesai menyaksikan memori draco dengan wajah horror.

"Malfoy, dia tidak main-main… nyawanya di tanganku… aaaarghhhhhh!" harry menjerit frustasi, hingga Ron yang kebetulan lewat menjadi khawatir dan mendatanginya.

"Mate? kau tak apa-apa? Wajah mu tampak seperti banshee yang matinya tinggal 2hari lagi."

"Mungkin itu akan lebih baik dari pada mengetahui kau divonis mati satu bulan lagi. Setidaknya 2 hari kan cepat."

"Ada apa sih dengan mu? Aneh! Memangnya siapa yang akan mati satu bulan lagi?"

"Ron, bila kau dan Hermione tak ada acara, aku membutuhkan kalian di Grimmauld Place siang ini. Saat ini, aku perlu sedikit brendy untuk mengobati sakit kepalaku."

Tanpa menunggu jawaban Ron, dan raut mukanya yang kebingungan, Harry segera pergi meninggalkan Ron yang masih tercengang atas kelakuan sahabatnya itu.

.

.

Grimmauld Place No 12

Saat yang dijanjikan pun tiba. Harry duduk termangu menunggu kedua sahabatnya datang.

"Harry, apa ada yang salah denganmu? Ron berkata kalu kau sedang terlihat buruk.. dan tampaknya, kau memang sedang sangat buruk.." Tanya Hermione langsung saat keluar dari perapian bersama Ron.

"Mione, Ron… kalian datang… dengar, aku butuh pendapat kalian…"

"Teruskan Harry…" kata Hermione tak sabar.

"Um… Aku secara tidak langsung membawa jiwa seseorang…"

Alis Hermione berkerut tak mengerti, dan Ron terkejut dan berseru,

"Memangnya Horcrux siapa lagi yang menempel di jiwamu Harry? Ini tak bisa didiamkan begitu saja! Kalau sampai ada Kau Tau Siapa baru, bisa kacau!" Ron sudah berdiri dengan gemetar karena kata-katanya sendiri, membuat Hermione sebal akan kehebohan calon suaminya itu.

"Tenanglah Ron… maksudku bukan begitu… Hermione, bantu aku menenangkan calon suami tercintamu ini dan akan ku jelaskan semuanya." Kata Harry kesal

Setelah perang besar, hubungan Harry-Ginny yang tak bersambung lagi. Harry merasa Ginny memang sudah sepantasnya menjadi sesosok adik baginya. Hal itu membuat Harry berani menceritakan kejadian ini kepada kedua sahabatnya. Jadi statusnya yang single happy membuatnya bebas bercerita.

Dan Harry pun menceritakan segala yang terjadi dari awal sampai akhir. Sesekali terdengar pekikan dari Hermione, dan suara orang muntah dari Ron. Wajah melongo dengan mulut terbuka Ron juga turut meramaikan suasana, jadi tak boleh dilupakan.

"Apa dia sudah gila?" suara Ron memecah keheningan pertama kalinya.

"Ron! Bisa tidak kau berpikir dingin? Harry, sepertinya kau memang harus bertanggung jawab, bagaimanapun juga, nyawanya ada padamu Harry…"

"tapi Mione, kau tau sendiri kalau aku dan Malfoy tak pernah bisa berhenti bertengkar? Dia selalu memuatku sebal Mione, ada-ada saja ulahnya yang membuatku jengkel! Tak pernah sekalipun aku merasa nyaman dibuatny-" Harry tertegun, Draco pernah membuatnya begitu nyaman dan berbeda. Ya, saat Harry tak sengaja menciunmya tadi… lembut bibirnya, aroma tubuhnya… 'aaaarghhh apa yang ku pikirkan! Aku masih normal! Aku tak gila!'pikir Harry.

"Harry, kau kenapa?" Tanya Hermione heran dengan raut wajah Harry.

Harry langsung mengendalikan dirinya.

"Hari ini kau aneh sekali mate…" kata Ron mengompori.

"Aku tak apa, jangan memandangi aku seolah aku pasien St Mungo yang mengidap penyakit Scrofungulus begitu Ron! Aku hanya sedikit Galau saja." Kata Harry kesal.

"Kalau kau tak yakin bisa Menikah dengan Draco Malfoy, kenapa tak kau coba untuk mengenalnya lebih jauh Harry? Setidaknya kau telah berusaha sebelum kau menyianyiakan nyawa seseorang Harry." Kata Hermione bijak.

"Yah, kau benar, tapi aku tak yakin dapat begitu saja menyimpang dalam waktu singkat Mione, 31 hari itu waktu yang sangat singkat di kehidupan Nicolas Flamel!"

"Iya, dia betul mione, lagi pula ku kira Harry straight.. iya kan Harry?" Kata Ron menyemarakkan.

"Tak ada salahnya kan? Kurasa hal itu memang pantas dicoba Harry, everything is possible in the witch world Harry, dan bila kau merasa kekurangan waktu untuk mengenal Draco Malfoy, kenapa tak kau ajak dia tinggal bersamamu Harry? Ku yakin itu akan lebih membantu." Kata Hermione menyemangati dan beranjak dari kursinya, menuju perapian.

"Hermione benar Harry, setidaknya kau tak akan kesepian lagi disini mate, dan aku akan lebih leluasa bermesraan dengan Hermione kalau kau akhirnya dapat pasangan." Ron nyengir lebar dan mengedip jail, yang membuatnya mendapat datu pukulan 'sayang' dari Hermione yang sudah memerah pipinya.

"OI! Apa maksudnya itu! Sebenarnya kau itu memihak siapa sih rambut kebakaran?" sungut Harry setengah jengkel setengah geli.

"Sorry mate, kali ini aku mendukung yang lebih menguntungkan buatku.. hahaha.. OUCH!" Kali ini Ron mendapat kecupan sayang dari sendal kamar Harry.

"Kurasa kau butuh privasi untuk memikirkan ini secara dingin Harry, jadi kami pergi dulu yaa, semoga kau dapat pencerahan Harry, sampai jumpa…"

"The Burrow!"

Dan Hermione beserta Ron pergi dengan jaringan floo meninggalkan Harry yang depresi.

.

.

Paginya, setelah semalaman tak bisa tidur,dan hampir gila dengan saran-saran dari Phineas Nigellus, Harry sudah memutuskan bahwa dia akan menerima usul Hermione. Sekarang waktunya mencari musang berambut pirang itu!

Anehnya, walau datang dari pagi, Harry tak menemukan sosok itu. Berkali kali mata hijaunya menelusuri keberadaanya, tapi tak jua bertemu. Maka dia pun menanyakan keberadaan si pirang Slytherin kepada orang –orang yang ditemuinya. Dan jawaban orang-orang itu membuatnya tercengang.

"Percy, apa kau melihat Draco Malfoy Hari ini?"

"Oh, tadi aku melihatnya di Atrium sedang membantu Mrs Figg yang kesulitan masuk karena tak memliki tongkat sihir untuk di identifikasi." Kata Percy tak tampak aneh. "Kau kenapa tampak horror begitu Harry?"

"Oh, tak apa Perc… terimakasih infonya…" Kata Harry berlalu, masih tercengang. Dia hampir tak mempercayai pendengarannya. Draco Malfoy membantu squib? Dunia sudah terbalik rupanya.

Berikutnya, saat berjalan menuju Atrium, Harry bertemu dengan Mr Weasley.

"Mr. Weasley, apa anda melihat Draco Malfoy Hari ini?"

"Oh ya nak, anak itu telah menyelamatkan nyawaku. Dia tadi pagi menyelamatkanku dari jeratan kabel telephone yang telah disihir di dalam lift. Sungguh baik ternyata anak itu… sayang dia menolak saat kuajak makan malam." Kata Mr. Weasley merenung.

Harry cengok seketika.

", apakah Ron dan Hermione yang menyuruh anda mengatakan semua ini?" Tanya Harry curiga.

"Oh, tentu saja tidak nak, untuk apa? Kau masih dapat melihat bekas merah jeratan kabel telephone itu dileherku." Kata Mr. Weasley sambil memperlihatkan tanda kemerahan di lehernya.

"Oh, iya, kalau begitu aku akan mencarinya dulu."

"terakhir ku dengar dia mengatakan sesuatu seperti mengambil uang dan air mancur persaudaraan Harry." Teriak Mr. Weasley dari kejauhan.

Saat tiba di Atrium, Harry lebih tercengang lagi melihat Draco yang berdiri diam memandang air mancur persaudaraan dengan air mata yang berlinang diam dipipinya. Dan dengan tubuh yang gemetar, Draco Malfoy menuangkan Knut, Sickle, dan Galleon dalam kantong yang di bawanya kedalam air macur. Tak tersisa. Harry mendatanginya.

"Apa yang kau lakukan Malfoy?" Tanya Harry masih tercengang. Buru-buru Draco mengeringkan pipinya dari air mata yang tadi menetes.

"Itu bukan urusanmu Potter" Kata Draco tenang.

"Yah, ku dengar kau banyak melakukan Hal-hal baik hari ini, itu sama sekali bukan sifatmu Malfoy."

"Tak ada salahnya beramal di akhir hayat Potter, dan kau tak tau apapun tentangku Potter, jadi tak usah sok tau." Kata Draco dingin sambik berbalik badan dan beranjak pergi.

"Kalau begitu, buat aku mengerti tentangmu Malfoy. Aku sedari tadi mencarimu."

Dan Draco pun membeku ditempatnya.

"Apa maumu Potter?" masih dengan nada yang dapat membekukan es krim.

"Aku ingin mengenalmu lebih jauh Malfoy, mungkin dengan itu, aku dapat mengertimu dan menikah denganmu. Maka dari itu, tinggallah denganku di Grimmauld Place 12, Malfoy…" kata Harry berdebar.

"…"

"…"

Hening lama diantara mereka, walau seperti genderang perang di telinga Harry. Dan genderang itu luluh lantak saat Draco Tanpa menjawab, melangkah pergi dan menghilang di perapian terdekat. Membuat Harry terpaku di tempat.

-To Be Continued, maybe..-


A/N:

Hallo, I'm newbie here… please be nice…^^

Jadi juga saya mengacau di fandom ini… ini sebenernya sudah saya buat sejak awal February, dan awalnya cuma mau disimpan rapi, tapi apa daya, ketauan sama Red Ocean… jadi setelah diyakinin, saya publish deh… jadi, kalo ada yang mau nimpuk sandal gara-gara baca fanfic diatas, silahkan timpuk Red Ocean… tapi kalu Review, tetap ke saya yah…^^

Apa fic ini pantas buat dilanjutkan? Review? =D