Warning : gaje, segaje pembuat cerita, typo, AU, adegan kekerasan. dll.

Disclamer : Masashi kishimoto.

Rated : M

Pairing : sasusaku

Gendre : suspene, romance.

Inspired by: Twilight-Sthepenie Meyer. Black Chery-Yuuki D'gray.

Akkay Yuuki- Cake factory.

Moon in the midnight.

Chapter 5

Summary:"Kematian,yang mengisap madu dari desah nafasmu,tak memiliki kuasa terhadap kecantikanmu,"

Romeo & Juliet_William Shakespeare.

.

.

.

Flash-back!

Sambil mendorong troli belanjaannya, Sakura memasukkan beberapa bahan makanan untuk mengolah yakiniku. Malam ini dia memutuskan untuk membantu ibunya membuat masakan special, mengingat suasana hatinya yang sangat senang karena esok adalah hari pertamanya sebagai murid baru di Senior High School di Konoha. Sakura meletakkan barang belanjaannya satu persatu di atas meja kasir, sementara si petugas mulai memasukkan belanjaan Sakura ke dalam kantung.

Bel yang sengaja diletakkan di atas pintu masuk berbunyi sekali, menandakan ada seorang lagi pengunjung yang datang. Saat itulah Sakura melihatnya. Mata mereka saling bersirobok, onyx bertemu emerald. Seorang pemuda tampan dengan gaya rambut raven berwarna biru dongker berjalan masuk ke dalam ruangan. Bau citrus bercampur lilac menyeruak di udara saat pemuda tampan itu melintas melewatinya, membuat Sakura memalingkan wajah menatap penasaran, tubuh pemuda itu tinggi tegap dengan tatapan mata obsidian yang begitu memikat. Untuk pertama kalinya Sakura merasa dirinya begitu mungil kalau dibandingkan dengan tinggi pemuda itu, tinggi tubuhnya bahkan hanya sebatas leher.

Sakura masih bisa mengenali warna biru dongker yang tersamarkan oleh warna hitam pekat rambutnya yang sekarang berubah menjadi semakin gelap karena terkena air hujan, air bahkan masih menetes-netes di rambutnya. Dia terlihat seperti model untuk iklan sebuah produk perawatan rambut.

"Sakura….! Ayo bangun."

.

.

.

Sakura menggeliatkan tubuhnya di atas tempat tidur single yang ditempatinya saat mendengar ibunya berteriak membangunkannya dari lantai satu, lalu kemudian mengerang sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya hingga terjatuh ke lantai marmer yang dingin.

"Iya bu… Sakura sudah bangun."

Matanya otomatis melirik ke-arah jam weaker yang bertengger di samping tempat tidurnya. Mata gadis itu membelalak terbuka saat menyadari.

"Aku akan terlambat…" gadis itu berteriak sambil menyambar handuk dan berlari dengan tergesa-gesa ke-arah kamar mandi.

Terdengar suara gedebuk langkah kaki menuruni tangga dan seonggok kepala yang dipenuhi rambut berwarna pink menyeruak masuk ke dalam dapur. Sakura langsung mencomot sepotong roti isi daging yang dihidangkan di atas meja dan menelannya dalam potongan-potongan besar, lalu kemudian meminum susunya. Nyonya haruno hanya bisa mennggelengkan kepala, melihat tingkah laku putri semata wayangnya itu.

"Sakura berangkat dulu," setelah memberikan kecupan singkat di pipi kedua orang tuanya, Sakura segera memacu langkah kakinya menuju ke sekolah.

Gadis itu berhasil menyelipkan dirinya di antara pintu gerbang, tepat sebelum pintu besi raksasa itu menutup dengan sempurna. Peluh membanjir di seluruh tubuhnya. Lorong-lorong telah sepi dari hiruk-pikuk, yang itu artinya, sekolah dan para telah memulai pelajaran pertama ditahun ajaran baru ini, membuat jantung Sakura berdebar dua kali lebih cepat.

Karena tadi start dengan kecepatan penuh, Sakura harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghentikan laju larinya saat melihat seorang pemuda melintas di tengah koridor sekolah. Pemuda itu menoleh ke arahnya sesaat sebelum tubuh Sakura berhasil menghantam tubuh pemuda itu dengan sukses dan membuat keduanya jatuh terjengkang ke lantai yang dingin dan keras dengan posisi Sakura menindih tubuh tegap pemuda itu. Gadis itu refleks mengangkat wajahnya saat merasakan ada benda kenyal yang menempel di bibirnya.

"Maaf! Aku tidak sengaja." ucap Sakura tulus, semburat merah segera menjalari pipinya saat menyadari jarak wajah mereka yang sangat dekat, apalagi mengingat kenyataan bahwa mereka telah berciuman di koridor secara tidak sengaja.

"Hn." dengan sigap pemuda itu kembali membenahi posisinya dan kemudian berlalu begitu saja setelah mengucapkan kata-kata yang membuat kening Sakura berkerut karena bingung.

"Hei,tunggu!" Sakura berlari-lari kecil untuk mensejajari langkah panjang pemuda asing itu.

"Kau anak baru juga?"

"Hn."

"Kau kelas berapa?"

Pemuda itu menghentikan langkahnya hingga membuat Sakura juga menghentikan langkahnya dan berpaling menatap wajah pemuda itu, sementara pemuda menundukan kepalanya hingga tatapan mata mereka sejajar. Menatap intens kedua bola mata emeraldnya.

"Memang apa urusannya denganmu?"

Sakura sama sekali tidak gentar, gadis itu malah memberikan seulas senyuman yang menawan.

"Mungkin saja kita bisa mencarinya bersama. Aku Haruno Sakura dari kelas 1-7, kalau kau?

Pemuda itu mendengus. "Sasuke. Kelas 1-7."

Wajah Sakura langsung cerah saat mendengar penuturan singkat yang sepertinya tidak disertai dengan keikhlasan dari mulut Sasuke. "Wah kebetulan sekali. Berarti kita sekelas. Ayo kita cari sama-sama."

Gadis itu meraih tangannya Sasuke kemudian mengenggamnya dengan erat. Sesuatu berdesir di dada Sasuke saat melirik ke arah jemari mereka yang saling bertaut satu sama lain. Entah kenapa Sasuke tidak berusaha menepis tangan gadis itu, ada suatu perasaan yang tidak dia pahami saat merasakan kehangatan yang menguar dari kulit mereka yang saling menempel, Sasuke membiarkan saja gadis itu menggiringnya sesuka hati.

"Bagaimana ini Sasuke. Kita masuk atau tidak?" Sakura meracau penuh frustasi saat mereka sudah berada di depan kelas yang bertuliskan 1-7 di atas pintu.

Sasuke menghembuskan napas kesal. Pemuda itu membuka pintu dan segera saja semua pasang mata yang ada di dalam ruangan itu menatap ke arah mereka. Wajah para gadis memerah saat menatapi wajah tampan Sasuke. Segera saja mereka saling melepaskan genggaman tangan masing-masing saat menyadari tatapan mata semua orang terarah pada jemari mereka yang saling bertaut.

"Maaf.. kami terlambat." ucap Sasuke.

"Karena ini adalah hari pertama. Maka kalian ku maafkan. Dan kalian boleh duduk ditempat yang tersisa."

"Hai. Kau haruno Sakura 'kan? Aku Shion. Salam kenal ya."Sakura menjabat uluran tangan seorang gadis pirang beriris ungu itu dengan senyuman. Sakura melirik sedikit ke arah Sasuke yang sepertinya sangat risih dengan kehadiran para gadis yang berkerubung di sekitar tempat duduk mereka untuk berkenalan dengan Sakura, bagaimana tidak risih kalau ternyata para gadis itu datang untuk mendekati Sakura karena ada maunya. Mereka melirik genit dan penuh nafsu ke arah Sasuke, membuat pemuda tampan itu bergidik ngeri karenanya. Karena tidak tahan akhirnya pemuda itu memutuskan untuk pergi.

"Bagaimana kau bisa bersama pemuda itu? Kalian punya hubungan khusus ya? Kau beruntung sekali. Oh, demi Kami-Sama…dia luar biasa tampannya." Seorang gadis yang datang bersama gerombolan Shion mengoceh tiada henti dengan pipi yang bersemu merah dan wajah yang berseri-seri, entah karena apa. Gadis itu baru bicara saat Sasuke sudah benar-benar tidak berada dalam jangkauan jarak pandang mereka lagi.

"Maksud kalian Sasuke? Ah, bukan…" Gadis itu mengibaskan tangannya dengan logat santai. "Kami baru saja bertemu di koridor sekolah, tadi"

"Benarkah?" gadis itu berteriak histeris lalu menghempaskan dirinya ditempat yang baru saja ditinggalkan oleh pemiliknya.

"Apakah dia sudah memiliki kekasih?"

"Aku tidak tahu. Tapi akan aku tanyakan padanya nanti!"

Kata-kata Sakura sukses membuat seluruh mata yang ada di dalam ruangan kelas itu menoleh kepadanya. Segera saja harapan kalau Sasuke masih sendiri membuat harapan para semua gadis yang telah terjerat pesona pemuda beriris obisidian itu melambung sangat tinggi.

"Sasuke…! Tolong aku…" Sakura berteriak histeris ditengah koridor sekolah yang pernah menjadi saski bisu pertemuan pertama mereka, saat dilihatnya pemuda itu melintas. Gadis pink itu melesat dengan kecepatan penuh dan dalam hitungan detik sudah berada di samping pemuda itu sambil memeluk erat lengan Sasuke yang kekar.

"Ada apa dengan mu?" Sebelah kening Sasuke terangkat heran menyaksikan tingkah laku gadis itu.

Sakura mengatur nafasnya yang masih memburu sebelum membuka mulut untuk bicara. "Aku dikejar oleh mereka. Kau harus menolongku. Mereka jadi gila."

"Mereka?" Sasuke justru malah semakin bingung dengan kata-kata ambigu gadis itu. Mereka? Mereka siapa?

Menjawab pertanyaan yang ada di dalam benak Sasuke, tiba-tiba datang segerombolan gadis yang setengah berlari ke arahnya. Sasuke melirik ke arah Sakura yang semakin erat mencengkram lengannya dan sedikit bergerak untuk menutupi tubuh mungilnya di belakang tubuh tinggi tegap Sasuke.

"Hai…Sasuke-kun!" salah seorang kumpulan gadis itu, menyapa dengan dengan suara yang sengaja dibuat merdu.

"Boleh kami meminjam Sakura –chan sebentar?" Peluh menetes di pelipis Sakura. Sasuke melirik gadis itu yang sekarang tubuhnya menempel dengan tubuh Sasuke melalui ekor matanya.

Sasuke berbalik sambil menyeret Sakura tanpa menghiraukan desahan kecewa para gadis.

"Untung saja aku masih bisa selamat…! Mereka ternyata sangat ganas!" ucap Sakura sambil mengelus dadanya pelan.

Sakura lantas menceritakan semua yang telah terjadi saat dia mulai membicarakan Sasuke, para gadis itu tiba-tiba mulai menjadi brutal. Mereka merong-rong Sakura untuk mendekatkan mereka dengan Sasuke, bahkan sampai ada yang meminta untuk dijodohkan. Semakin lama semakin banyak saja gadis yang memintanya untuk melakukan hal itu hingga akhirnya Sakura kewalahan menghadapi permintaan mereka. Sasuke terkekeh kecil saat mendengar penuturan Sakura.

"Kenapa kau malah mentertawakan aku?" Sakura merengut masam sambil memonyongkan bibirnya.

"Itu kan salahmu sendiri…"Sasuke malah tersenyum mengejek pada gadis itu membuat emosi Sakura semakin meledak.

"Ugghh… kau menyebalkan.."

Sasuke memperhatikan pipi Sakura yang digembungkan dengan semburat merah mewarnainya, membuat Sasuke gemas ingin mengecup dan mencubit pipi tembem itu. Bau tubuh gadis itu masih sama dengan yang terakhir kali dia ingat, bau bunga Sakura yang bercampur dengan bau hujan. Bau yang sangat menggoda, tapi Sasuke sudah merasa lebih dari terkendali untuk tidak menjadikan gadis itu sebagai santapan makan malamnya.

.

.

.

"Sasuke…" tiba-tiba saja gadis itu merangkul lengan Sasuke sambil berjalan menuju ke gerbang sekolah. Pelajaran telah berakhir dan sekarang semua orang sedang bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. "Temani aku ya?"

"Tidak mau.."jawab Sasuke otomatis.

Sakura menggembungkan pipinya. "Kenapa?"

"Aku sama sekali tidak mempunyai alasan untuk menuruti kemauanmu."

"Ayolah… hanya sebentar saja. Kau temani aku jalan-jalan ya? Aku janji aku tidak akan merepotkanmu. Ya…ya?" Sakura memasang wajah puppy eyes andalannya.

Sasuke menatap mata Sakura dalam. "Tidak mau." Sasuke memalingkan wajahnya dan tetap menerusakan langkahnya. Tidak memperdulikan Sakura yang masih bergelayut manja di tubuhnya.

Sakura melipat kedua lengannya di depan dada dan kemudian duduk di lantai dengan wajah kesal. "Kalau kau tidak mau menemaniku….. aku akan tetap duduk di sini."

Sasuke memalingkan wajahnya menatap Sakura yang sekarang duduk bersimpuh di lantai. "Sesukamu-lah. Kau pikir aku perduli." ucap Sasuke datar.

Sasuke meneruskan langkahnya tetapi belum ada berapa lama pemuda itu sudah kembali berada di hadapan Sakura. "Baiklah, kita pergi..tapi kau tidak boleh cerewet. Kau mengerti?"

Senyum Sakura mengembang dengan ceria. Gadis itu mengangguk patuh.

"Kau mau Sasuke…?" Sakura menyorongkan ice-cream strowbery yang dimakannya ke arah Sasuke yang dengan cepat menelengkan kepalanya ke arah lain. Pemuda itu menolak.

"Ya sudah kalau tidak mau."

Gadis itu mengajak Sasuke pergi ke sebuah wahana bermain, bahkan hingga hari menjelang senja, Sakura masih saja tidak mau beranjak dari tempat itu. Membuat Sasuke sangat kewalahan menghadapi bujukan Sakura yang terjadi hampir setiap saat. Gadis itu memaksanya naik kora-kora hingga menyebabkan seorang gadis jatuh pingsan saat melihat wajahnya setelah hidungnya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Sampai segitunya hanya karena melihat Sasuke, pikir Sakura!

Sakura melemparkan ice-cream yang sedari tadi diemutnya ke-bak sampah terdekat saat melihat bagaimana orang-orang berteriak saat menaiki wahana halilintar. "Ayo kita naik itu." Tunjuk Sakura bersemangat.

Sasuke ikut mengarahkan tatapannya pada suatu wahana yang cukup terbilang sanggup membuat sport jantung. "Aku tidak mau. Kalau mau kau saja yang pergi."

Saat turun dari wahana permainan, Sakura memuntahkan semua yang sudah masuk kedalam perutnya hingga benar-benar tidak ada yang tersisa lagi.

Sasuke tidak berkomentar dan hanya membantu meringankan siksaan yang Sakura alami dengan memijat tengkuk gadis itu perlahan sementara muntahan Sakura masih belum berhenti. Sakura menggerutu kesal dalam hati dan kemudian mengelap mulutnya dengan tisu. Tenggorokannya terasa sakit. Dan Sasuke membelikannya obat dan juga sebotol air putih. Sakura sekarang benar-benar merasa sangat sakit dan lemah, belum lagi perutnya semakin sakit saja.

Dalam perjalanan pulang, Sakura teridur saat merasakan hembusan angin yang pelan yang membelai lembut permukaan kulitnya. Sasuke terpaksa menggendong Sakura hingga ke kamarnya dan berakhir dengan mendapatkan ucapan terima kasih disertai dengan senyuman tulus dari kedua orang tua Sakura yang saat itu kebetulan sedang berada di rumah.

.

.

.

Sakura menghentikan langkahnya saat menangkap siluet seorang pemuda berambut perak yang berjalan di depan kelas saat matanya tanpa sengaja melirik gerombolan gadis yang sibuk berceloteh riang sambil menggosip tentu saja. Senyum gadis itu mengembang seketika dan berlari-lari kecil menuju kearah pintu.

"Kimimaro-kun." Sapa Sakura riang dan langsung melompat kedalam pelukan pemuda itu, membuat kimimaro tepekik kaget, tapi kemudian membalas pelukan sakura, tanpa disadari ada sepasang mata onyx yang memperharikan gerak-gerik mereka dengan mata yang dipenuhi rasa sakit dan cemburu.

"Sasuke-kun, terimakasih ya kemaren kau sudah mengantarkanku pulang."

Sasuke memalingkan wajahnya dan menatap sepasang mata emerald Sakura dengan tatapan dingin. "Kau itu dari dulu memang sangat menyebalkan. Jangan menggangguku lagi."

Sakura terdiam mendengar kata-kata Sasuke, dia memang sudah sering diperlakukan dengan kurang baik oleh Sasuke. Tapi tidak pernah sampai seperti itu, Sasuke tidak pernah marah saat Sakura menggangunya maski pun acap kali pemuda itu mengeluh, tapi sepertinya Sasuke sama sekali tidak keberatan saat Sakura merong-rongnya setiap hari dengan berbagai macam gangguan sementara pemuda itu berlalu begitu saja dari hadapannya.

Saat pikiran Sakura tengan sibuk memikirkan semua tingkah lakunya di depan Sasuke hingga membuat pemuda itu sangat marah. Sakura merasakan Sakura jas sekolahnya bergetar. Dia menekan tombol jawab dan meletakannya di telinga dan seketika itu pula hand-phone yang berada di genggaman tangannya terlepas. Air mata meluruh jatuh dari sudut matanya.

.

.

.

Sasuke heran saat mendapati lagi-lagi bangku yang ditempati Sakura kosong, ini sudah yang kesekian kalinya dalam minggu ini. Sakura tidak masuk kelas selama seminggu penuh entah karena alasan apa. Dalam hati pemuda itu bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi kepada gadis itu, apakah dia sudah keterlaluan waktu itu? Tapi tidak mungkin, hanya karena hal sepele seperti itu Sakura sampai tidak masuk sekolah. Akhirnya Sasuke memutuskan untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.

Kimimaro sempat tersentak kaget saat mendapati seorang pemuda berambut raven berdiri di depannya, secara tiba-tiba. Padahal tadi dia sangat yaki bahwa dia hanya sendirian di perpusatakaan ini, sama sekali tidak ada seorang pun.

"Kau teman Sakura?" Kedua alis Kimimaro berkerut saat mendengar pernyataan blak-blakan dari pemuda yang sekarang sedang menatap kedua bola matanya dengan tatapan tidak suka, tatapan pemuda itu persis seperti seorang pria yang tidak suka terhadap teman baik kekasihnya karena cemburu. Kimimaro langsung mengerti dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Dia mengenal pemuda ini, Sasuke uchiha yang selama ini selalu mewarnai perbincangan antara dirinya dan Sakura yang merupakan sahabat sedari kecilnya setiap kali mereka berkirim cerita melalui E-mail atau telepon.

"Ya. Aku temannya. Memangnya ada apa kau mencariku?"

"Aku ingin tau dimana Sakura sekarang?"

Kimimaro menghela nafas panjang. "Kau ingin tau kenapa Sakura tidak masuk sekolah?"

Pemuda berambut putih itu memastikan, Sasuke tidak menjawab.

"Seminggu yang lalu orangtua-nya mengalami kecelakaan. Dan sekarang aku tidak tahu dia ada dimana. Waktu kejadian itu aku datang kerumahnya untuk menjenguknya. Tapi dia tidak mau menemuiku. Dan setelah itu aku dengar Sakura pindah."

Sasuke terdiam saat mencerna baik-baik kata-kata yang meluncur dari bibir pemuda itu.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengannya?"

Kimimaro tersenyum tipis "Kami bersahabat sejak kecil. Dan belakangan ini Sakura sering menceritakan tentang seorang pemuda bernama Uchiha Sasuke padaku. Dia pasti sangat terpukul sekarang. Sakura sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Temukanlah dia. Dia pasti mau mendengarkanmu."

"Terimakasih."

Sasuke menghentikan langkahnya disebuah apartment sederhana dilantai lima sebuah gedung yang cukup sederhana. Dia yakin sekali gadis itu pasti berada di dalam sekarang, meskipun Sasuke tidak mendengar adanya tanda-tanda kehidupan di dalam ruangan, tapi penciuman Sasuke cukup jelas mendeteksi adanya wangi darah manusia yang sudah sangat dikenalnya. Bau yang sanggat familiar dan tentu saja sangat dirindukannya.

Sasuke melihatnya. Gadis itu meringkuk di sudut ruangan sambil memeluk kedua lututnya. Tidak ada suara yang keluar dari bibirnya, hanya suara tarikan nafas saja yang mendominasi. Gadis itu mendongakan wajahnya saat menyadari ada seseorang yang sekarang sedang duduk didepannya.

"Bagaimana kau bisa masuk?" Sakura yakin sekali di sudah mengunci semua pintu yang ada dirungan ini. Dia memutuskan untuk pindah ke apartment yang lebih sederhana dan pas untuk kehidupannya yang hanya sendirian setelah kedua orang tuanya meninggal untuk lebih berhemat. Karena percuma saja dia tinggal dirumah itu kalau hanya sendirian, hanya akan membangkitkan kenangan tentang semua yang telah dilaluinya selama seumur hidupnya di tempat itu.

Sasuke tidak menjawab dan hanya menatap kedua bola mata Sakura lekat-lekat. Tidak ada jejak airmata di sana, yang ada hanya wajah murung yang dipenuhi dengan guratan-guratan kesakitan. Kematian memang selalu menjadi momok mengerikan yang tidak akan pernah bisa dihindari oleh manusia.

Sasuke menarik kepala tubuh Sakura mendekat hingga kepala gadis itu jatuh terkulai didadanya yang bidang.

"Menangislah.".

.

.

.

"Maafkan aku Sasuke. Setelah ini aku berjanji aku tidak akan pernah menggangumu lagi."

Sasuke memandang gadis itu sesaat dengan tatapan gamang, sama sekali tidak menyangka bahwa gadis itu akan mengatakan kata-kata yang bahkan dalam khayalannya sekalipun- akan pernah mendengar sakura mengatakannnya.

"Kau itu bicara apa?"

Sakura tidak menjawab dan hanya menatap mata kelam Sasuke dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ternyata sakura benar-benar membuktikan kata-katanya. Sakura menukar tempat duduknya dengan seorang gadis yang dengan sangat suka rela mau bertukar tempat duduk dengan sakura. Gadis itu duduk dibarisan paling depan, benar-benar jauh dari tempat duduk Sasuke yang berada dipojok dekat jendela. Sakura selalu menghindarinya dan menolak untuk menatap mata Sasuke setiap kali mereka bertemu pandang, dan yang paling membuat Sasuke kesal adalah kenyataan kalau gadis itu selalu berusaha tidak berada satu tempat dengan Sasuke, buru-buru pergi begitu melihat Sasuke memasuki ruangan. Hingga akhirnya Sasuke menjadi gerah dan memutuskan untuk menuntaskan masalahnya denga gadis itu.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau menghindariku?" suara Sasuke terdengar sangat gusar.

Mata emerald gadis itu bergerak-gerak gelisah. Dia ingin segera pergi menghilang dari hadapan Sasuke saat itu juga. "Aaa..ku…aku…" Lidahnya terasa sangat kelu.

"Kau harus menjelaskan semuanya padaku Haruno!" bentak Sasuke dipenuhi gelegar kemarahan.

Tanpa diduga, gadis itu malah terisak. "Kenapa kau membentak ku? Bukankah ini yang kau inginkan?" Air mata menganak sungai dipipi gadis itu.

"Karena aku tidak suka kalau kau berada terlalu jauh dariku." Ucapan sasuke mengalir dengan lancar dari mulutnya. Di sudah mengatakan semua yang menjadi beban dipundaknya selama ini.

End of flask-back.

R

E

V

I

E

W

If you mind?

Special thanks:

alice nesie namikaze. shafiracute123 . ayura males login. chibi'aira-chan gag bisa login . Hikari Uchiwa. Skypea-chan .cherry'semerald . sasusaku. Sindi'KucingPink . Chini VANeet gitu. KazukiNamikazeTabitaPinkybunny. Ciel Lawliet. UchihaHimeIsPoetryCelemoet. EunikeYuen. Chiwe-SasuSakuNaru. IchiNamida. Snow. Bintang. Me. KireIcha