Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Jasmine Alland
Genre : Romance
Rating : T
Pairing : SasuSaku
Amnesia
(Sasuke-Sakura Love Story)
Chapter 1 of 4
Musim panas di kota Konoha.
Angin kering bertiup lirih.
Menerpa tanah dan menerbangkan debu kotor.
Terlihat lima anak kecil yang terbagi menjadi dua kubu.
Tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan.
Kedua kubu itu saling berhadapan.
Kubu perempuan mengangkat dagu angkuh.
Sedangkan kubu laki-laki melipat kedua tangan didada.
"Aku, Sakura, menantang kau (Sasuke) bertanding," kata Sakura angkuh.
Seketika kubu laki-laki tertawa terbahak-bahak.
"Bertanding?" ulang Sasuke.
"Sudah dipastikan siapa pemenangnya," kata Sikamaru senang.
"Bagaimana kita tahu kalau kita tak bertanding?" sahut Sakura gemas.
Ia sudah sering diremehkan oleh kubu Sasuke.
Sekarang saatnya Sakura untuk unjuk gigi.
"Bertanding apa?" ujar Naruto.
Seketika Sakura menyunggingkan senyum tipis.
"Karate,"
Dan untuk yang kedua kalinya, tawa kubu Sasuke pecah.
"Kau tahu siapa lawanmu ini?" tanya Sikamaru disela-sela tawanya.
Ino yang sedari tadi diam ikut bicara.
Sudah cukup ia mendengar sahabatnya dihina.
"Kalau kau takut berarti kalian pengecut, pecundang,"
Seketika tawa diwajah Sasuke sirna.
Ia marah dibilang pengecut apalagi pecundang.
"Baik, aku terima tantanganmu," kata Sasuke geram.
"Besok sore kutunggu dijembatan, jangan lupa!" salak Sakura.
Kemudian kubu Sakura pergi meninggalkan kubu Sasuke.
"Gila tuh anak," kata Naruto masih menahan tawanya.
"Kita lihat yakin aku akan menang," gumam Sasuke.
Keesokan harinya…
"Kau benar-benar mau bertanding?" tanya Naruto heran.
Sasuke mengangguk penuh percaya diri.
"Aku akan kalahkan si Sakura yang angkuh itu,"
"Aku harap kau tidak itu perempuan," sahut Sikamaru.
Sasuke diam sejenak, mencerna kalimat Sikamaru.
"Kau suka sama Sakura'kan?" tanya Naruto.
Sasuke melirik kearah Naruto.
Sasuke diam tak menjawab pertanyaan Naruto.
Namun Naruto tahu apa jawabannya.
Karena sahabatnya ini memiliki perbedaan karakter jiwa.
Yaitu wajah dan hati.
Walaupun ia terlihat membenci Sakura, namun hatinya berkata sebaliknya.
Dilain pihak…
Ino menatap Sakura dengan hati berdebar.
Ia tahu sahabatnya ini ikut dalam klub karate disekolahnya.
Namun ia tak menyangka akhirnya harus begini.
Sahabatnya ini akan bertanding dengan seniornya sendiri.
Dan Ino tahu apa yang akan terjadi kemudian.
Dari segi fisik mungkin Sakura ada jauh dibawah Sasuke.
Ia takut nantinya Sakura akan terluka dalam pertandingan 'berbahaya' ini.
Mereka berdua bertetangga dekat.
Bahkan mungkin sangat dekat.
Kedua orang tua Sakura dan Sasuke juga akrab.
Tapi sayang sekali kalau kedua anak mereka harus berselisih seperti ini.
Jam tangan Ino sudah menunjukkan pukul tiga.
Saatnya Ino dan Sakura pergi ke'arena perang'.
Beberapa menit kemudian…
Ino dan Sakura tiba lebih dulu dari pada kubu Sasuke.
Sore itu jembatan lengang.
Tak ada pejalan kaki yang lewat.
Tak lama kemudian kubu Sasuke datang.
Dengan langkah santai dan penuh percaya diri.
"Ternyata kau kau bukan pengecut," ujar Sakura sinis.
"Aku memang bukan pengecut," Sasuke geram.
"Baiklah kita mulai saja pertandingannya," kata Sakura.
"Kalian mingir," perintah Sasuke.
Sikamaru, Naruro, dan Ino menyingkir ke tepi jembatan.
Ino menatap gusar.
Pertandingan dimulai.
Sasuke dan Sakura memasang kuda-kuda.
Kuda-kuda yang sama.
Sakura menyerang lebih dulu.
Ia melayangkan tinju pada wajah Sasuke.
Dengan mudah Sasuke menangkis.
Sasuke tersenyum sinis.
"Hanya begini?" ejek Sasuke.
Sakura geram.
Ia mengayunkan kakinya, mengincar kaki Sasuke.
Sasuke dengan cepat menyadarinya.
Ia menghindar dengan cepat.
Pertandingan itu berjalan dengan sengit.
Sakura terus melawan dan Sasuke terus menghindar.
Akhirnya pertandingan terbalik.
Sakura terlihat lelah.
Napasnya tersengal-sengal.
Sasuke tersenyum sinis.
"Apa hanya segini kemampuanmu?" ejek Sasuke.
Sakura tersenyum jengah.
"Itu karena kamu dari tadi hanya menghindar," sahut Sakura.
"Itu tandanya kamu pengecut," lanjut Sakura tajam.
Mendengar itu Sasuke geram.
Dagunya mengeras.
Sasuke melangkah cepat mendekati Sakura.
Dengan cepat Sakura waspada.
Sasuke melayangkan tendangan kearah Sakura.
Sakura mengerjap kaget melihat tendangan cepat Sasuke.
Alhasil tendangan itu telak mengenai pinggangnya.
Sakura terhuyung menabrak pingir jembatan yang terbuat dari kayu.
Tepi kayu itu retak dan tak kuat menahan tubuh Sakura yang limbung.
Akhirnya tepi jembatan itu patah.
Tubuh Sakura jatuh.
"Sakura!" teriak Ino horror.
Sasuke terkejut melihat tubuh Sakura jatuh kebawah bersama patahan kayu.
Sikamaru dan Naruto juga terkejut melihat kejadian yang begitu cepat.
Seketika Sasuke berlari menuju sungai dibawah jembatan.
Sasuke berlari membelah arus sungai yang tenang.
Dari kejauhan Sasuke melihat cairan merah yang terus melebar.
Cairan yang berasal dari tubuh Sakura.
Sasuke mempercepat langkah kakinya.
Ia membeku.
Tubuh Sakura digenangi cairan merah itu.
Mata Sakura terpejam erat.
Sasuke tersadar.
Dengan cepat ia menggendong tubuh Sakura dan membawanya ke tepi sungai.
Sikamaru, Naruto, dan Ino membeku.
"Cepat panggil bantuan," perintah Sasuke.
Sikamaru dan Naruto hanya terbengong-bengong menatap tubuh Sakura.
"Cepat!" bentak Sasuke.
Dengan segera Sikamaru dan Naruto berlari menuju rumah Sakura.
"Sakura.." panggil Ino bergetar.
Sasuke membaringkan tubuh Sakura dipangkuannya.
Ia melihat tangannya penuh dengan darah segar.
Sasuke terkejut melihat leher Sakura.
Dari leher Sakura terus mengalir darah.
Ada luka menganga di leher Sakura.
Sasuke tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Sasuke terus memanggil nama Sakura.
Menggoyangkan tubuh diam itu.
Namun Sakura tak membuka matanya.
Tak lama kemudian bantuan datang.
Orang tua Sakura, orang tua Sasuke serta ambulance.
Mereka terkejut melihat Sakura yang bersimbah darah.
Ayah Sakura lalu menggedong tubuh kecil Sakura dan membawanya ke ambulance.
Kemudian ambulance itu membawa Sakura dan kedua orang tuanya.
Dirumah sakit Konohagakure…
Sudah dua jam Sakura berada dalam penanganan dokter.
Ibu Sakura duduk lemas sambil menangis.
Ia memanggil-manggil nama Sakura.
Ayah Sakura hanya bisa menenangkan istrinya.
Tak lama kemudian orang tua Sasuke datang.
Sasuke juga ikut serta karena ia terus memohon untuk di ijinkan ikut.
"Bagaimana keadaannya?" tanya ibu Sasuke.
"Belum ada masih didalam," jawab ayah Sakura pelan.
Tubuh Sasuke menegang.
Kegelisahannya berlipat.
Antara gelisah juga menyesal.
Ia terus merutuki dirinya yang bodoh.
"Maafkan aku bibi, semua salahku," kata Sasuke bergetar.
Ayah Sakura tersenyum kecut.
"Ini bukan takdir," jawab ayah Sakura tenang.
Sasuke menangis.
Ia terus teringat kejadian yang terlalu cepat itu.
Tubuh Sakura yang jatuh.
Dan luka dileher Sakura.
Ibu Sasuke berlutut lalu memeluk putranya.
"Sakura akan baik-baik gadis yang kuat,"
Sasuke menyeka air matanya.
Ia mengharapkan perkataan ibunya menjadi kenyataan.
Sakura akan selamat.
Tiba-tiba pintu dibuka.
Keluarlah seorang dokter paruh baya.
Dengan tegang kedua orang tua Sakura mendekat.
"Bagaimana keadaan Sakura, dokter?" tanya ibu Sakura cemas.
"Anda orang tua nona Sakura?" tanya dokter itu sopan.
"Kami kedua orang tuanya," sahut ayah Sakura gelisah.
Dokter itu menghela napas.
"Kami sudah berusaha," kata dokter itu nampak lelah.
Kedua orang tua Sakura seketika pucat.
"Lukanya lebar, nadinya teriris, dan pendarahannya parah," lanjut dokter itu.
Ibu Sakura mendekap mulutnya, menahan tangisnya.
"Apa Sakura…" Ayah Sakura tak mampu mengucapkan kalimat berikutnya.
"Sakura masih dalam keadaan kritis," kata dokter itu menyesal.
Seketika tangis ibu Sakura pecah.
Ayah Sakura menahan tubuh istrinya yang hampir limbung.
Sakura anak semata wayang mereka diambang hidup dan mati.
Sasuke merasa dadanya dipukul dengan palu godam.
Rasa penyesalan seketika menyeruak didadanya.
Sasuke menangis.
Kedua orang tua Sasuke mencoba menenangkan Sasuke.
Kedua orang tua Sakura lalu dipersilahkan masuk ruang gawat darurat.
Mereka berdua sempat terkejut melihat tubuh kecil Sakura.
Tubuh kecil itu diam.
Alat penyambung kehidupannya begitu erat melilitnya.
Ibu Sakura menyentuh tangan Sakura lembut.
"Sakura… Ini mama sayang," ucapnya getir.
Ayah Sakura hanya bisa berdiri disamping istrinya.
Tak lama kemudian, dokter itu kembali.
"Saya ingin bicara dengan anda," kata dokter itu lirih.
Ayah Sakura meninggalkan istrinya yang sedang menatap sedih putrinya.
"Ada apa dokter?" tanya ayah Sakura.
"Sakura bisa tertolong," ucap dokter itu yakin.
"Namun Sakura harus dioperasi diluar negeri," lanjut dokter.
Ayah Sakura merasakan ada harapan yang tersisa.
"Dimana itu dokter? Kalau untuk keselamatan Sakura, saya akan usahakan,"
"Di peralatannya lengkap,"
Ayah Sakura mengangguk yakin.
"Tolong dokter usahakan secepatnya membawa Sakura kesana,"
Dokter itu mengangguk, lalu meninggalkan ayah Sakura.
Ayah Sakura melihat kedua orang tua Sasuke masih ada didepan ruang gawat darurat.
Ayah Sakura tersenyum kecut.
"Bagaimana keadaan Sakura?" tanya ayah Sasuke gelisah.
"Sakura akan baik-baik saja," jawab ayah Sakura pelan.
"Bolehkah aku melihatnya?" tanya Sasuke disela tangisnya.
Ayah Sakura hanya diam.
" ingin melihatnya," pinta Sasuke.
Ayah Sakura mengangguk dan mempersilahkan Sasuke masuk.
Sasuke membeku.
Dia hanya diam mematung.
Air mata seketika membanjiri pipinya.
"Maaf," katanya lirih.
Ia melangkah mengikuti ayah Sakura.
Hatinya sakit melihat Sakura terpejam erat.
Perih luar biasa melanda dadanya.
Rasa sakit yang amat sangat menerkam dadanya.
Yang terasa didadanya kini hanya rasa sesak yang menyakitkan.
Keesokan harinya, Sasuke dan kedua orang tuanya meninggalkan rumah sakit.
Walaupun dengan berat hati, akhirnya Sasuke mau menurut diajak pulang.
Semalaman ia tak bisa tidur.
Ia terus dibayangi kejadian mengerikan kemarin.
Sesampainya dirumah, Sasuke langsung masuk kedalam kamarnya.
Ia lelah, tapi tak sanggup tidur.
Rasa sakit didadanya masih ada.
Sasuke membasuh mukanya berkali-kali.
Namun yang dipikirannya hanya wajah Sakura yang terpejam dirumah sakit.
Sasuke membaringkan tubuhnya.
Mencoba mengistirahatkan tubuhnya.
Ia pun tertidur.
Didalam mimpinya, ia melihat Sakura yang tersenyum padanya.
Melambaikan tangannya lalu berlari kearahnya.
Dada sasuke berdebar kencang.
Tiba-tiba Sakura menghentikan larinya.
Senyum diwajahnya lenyap.
Sakura menangis lalu pergi meninggalkan Sasuke.
Seketika Sasuke berlari menyusul Sakura.
Namun usahanya sia-sia.
Sakura lenyap ditelan kejauhan.
Sasuke tersentak bangun.
Napasnya tak beraturan.
Badannya berguncang hebat.
Sasuke berteriak frustasi.
Rasa bersalahnya meluap dari dadanya.
Kedua orang tua Sasuke menyeruak masuk.
Ibu Sasuke seketika memeluk putranya.
Sasuke menangis hebat dipelukan ibunya.
Ayah Sasuke hanya bisa menatap iba.
Diusia 7 tahun, Sasuke harus menanggung ingatan yang menyakitkan.
Yang mungkin tak terhapuskan.
Keesokan harinya…
Kabar keberangkatan Sakura dan kedua orang tuanya ke Amerika begitu mengejutkan.
Terutama bagi Sasuke.
Hari itu, Sasuke, Sikamaru, Naruto, dan Ino akan mengunjungi Sakura.
Namun berita itu begitu mengejutkan.
Sakura dan kedua orang tuanya sudah tak ada dirumah sakit itu.
Sasuke dan teman-temannya mencoba bertanya.
Dan jawaban itu mengejutkan mereka sekali lagi.
Sakura dan kedua orang tuanya sudah meninggalkan daratan Jepang.
Kedua orang tua Sasuke juga terkejut setelah mendengar berita dari putra mereka.
"Kenapa mereka tidak memberitahu kita?" tanya Ino getir.
Belum sempat Ino melihat sahabatnya yang terluka.
Ino kalah cepat dengan detik jam.
"Ini demi kebaikan Sakura," kata Ibu Sasuke.
"Sakura mungkin akan sembuh dan segera kembali," lanjut beliau bijak.
Semua diam.
Merenungi kalimat yang bijak itu.
Sasuke dan teman-temannya berharap kalimat itu terwujud.
Sakura akan sembuh dan kembali.
Sasuke akan menunggu.
Menunggu ketidakpastian.
Dan membawa sakit didadanya ini sendiri.
Padahal ia sudah menyiapkan hadiah ulang tahun.
Hadiah yang akan ia berikan pada Sakura dua minggu lagi.
Serta ia akan mengungkapkan isi hatinya selama ini.
Semua angan indahnya sirna.
Berganti kenangan pahit.
Bersambung…
Thank for reading…
Mohon maaf jika ada kesalahan kata…
Mohon maaf juga jika ada persamaan cerita…
Jangan lupa memberi komentar dan saran ya…
Tunggu kelanjutan kisah Sakura dan Sasuke…
