disclaimer : om Masashi Kishimoto *plak* *ngaku ngaku*

Taylor Swift's song : teardrops on my guitar (ada lirik sedikiiit yg diganti)

warning : OOC, Typo, dan kawan"nya

rate : T

created by vida jerry jonas

ini fic pertamaku dan aku coba bikin songfic, abis lagi suka aja gitu *curcol* maaf kalo masih jelek banget, soalnya masih baru belajar disini. jadi aku minta di review yaa dari semuanyaa pleaseeee *puppy eyes* trus kalo flame? err boleh ga ya? boleh deh tapi jgn yang kejam ya, yang membangun aja (?) oke saya gak mau banyak bacot, sekali lagi Don't Like Don't Read yaa

happy reading ^o^

nb : tulisan yang dimiringin itu lirik lagunya :)

Teardrops On My Guitar

He looks at me i fake a smile so he won't see

what i want and i need and everything that we should be

seorang gadis berambut soft pink sepunggung terlihat berjalan menyusuri sepanjang koridor dengan memeluk beberapa tumpuk buku, tepatnya buku musiknya. Saat melewati lapangan basket sekolahnya, langkahnya sempat terhenti karena menatap seorang pemuda dari kejauhan. Pemuda dengan rambut raven khasnya dan mata onyx tajamnya yang meskipun dari jauh masih tetap terlihat membingkai wajahnya yang sempurna. Kulit pemuda itu yang putih, kontras dengan kaos hitam yang dipakainya saat itu. Sang pemuda tentu tak menyadari ada sepasang mata emerald indah yang tengah menatapnya dari kejauhan, sampai akhirnya dia menoleh ke arah sang gadis.

"Sakura?" katanya dengan nada heran, karena kaget melihat gadis yang bernama Sakura itu hanya berdiri saja dan tidak mendatanginya.

Sakura yang tertangkap basah oleh pemuda itu Cuma bisa nyengir dan melambaikan tangannya. Lalu si pemuda itu menggerakan tangannya memberi isyarat agar Sakura datang menghampirinya.

"kau sudah selesai latihannya Sasuke? Kenapa malah menyuruhku kesini?" kata Sakura sambil duduk di kursi yang ada di pinggir lapangan, tepatnya di samping pemuda yang bernama Sasuke itu.

"sudah, pas banget waktu aku lihat kau berdiri disana, latihannya sudah selesai. Memangnya kau mau kemana?" tanya Sasuke sambil meneguk habis sebotol air yang ada ditangannya.

"biasa laah, ke ruang musik," jawab Sakura sambil tersenyum.

"lho guru Kurenai menunggumu disana? Kenapa kau malah nurut untuk dateng kesini?" Sasuke menatap Sakura keheranan.

"ahaha engga kok, aku memang lagi suntuk aja, jadi tadinya aku mau kesana. Tapi liat kamu lagi latihan tadi, malah bikin lupa pengen kesana," Sakura menjawab sambil tertawa.

"ooh begitu.." Sasuke menyandarkan tubuhnya di kursi itu dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa capek setelah latihan basket selama kurang lebih 2 jam. Kemudian Sasuke memejamkan matanya sejenak.

"aku istirahat sebentar ya, Sakura," katanya.

"hmm," Sakura mengangguk dan ikut bersandar disana.

Tak ada lagi percakapan setelahnya, dua orang itu terhanyut dengan semilir angin yang berhembus pelan. Pelan namun sangat menenangkan. Tanpa Sasuke tau, Sakura sejak tadi tetap menatapnya tanpa berpaling. Persahabatannya dengan Sasuke membuatnya selalu bersyukur pada Tuhan. Kalau bukan karena mereka teman sejak kecil, Sakura yakin dia tak akan sedekat ini dengan Sasuke. Sejak sekolah dasar bahkan taman kanak-kanak, sahabatnya itu selalu jadi idola diantara para wanita. Tidak ada yang tidak terpesona saat memandang wajah tampan Sasuke, tak terkecuali Sakura. Namun dia hanya bisa menyimpan perasaannya itu sendiri, tanpa berniat sekalipun menyatakannya. Sakura enggan merusak persahabatannya dengan Sasuke selama bertahun-tahun itu. Oleh karena itu, dia menyimpan perasaannya itu seorang diri saja.

Sekitar lima menit mereka berdua berada dalam suasana tenang tersebut, sampai terdengar suara jeritan dari arah koridor sekolahnya.

"KYAAAAAA~"

"Sasuke-kun!"

"aaaaa Sasuke-kun habis latihan basket disana! Ayooo kita kesanaaa"

Teriakan-teriakan tersebut yang tepatnya berasal dari cewek-cewek hampir seluruh sekolah itu sukses membuat Sasuke membuka matanya dengan paksa. Sakura hanya menatap Sasuke iba. Dia tau pasti sekarang Sasuke masih lelah setelah latihan tadi, tapi cewek-cewek itu, memangnya mau mengerti?

Sakura sengaja bangkit dari duduknya, sebelum dia akan tersingkir nantinya oleh fans girl sahabatnya itu.

Dia menepuk pundak Sasuke dan berbisik pelan, " aku duluan ya. Kalau bisa, pergilah agar kau bisa istirahat lagi".

Sasuke mendongak menatap Sakura yang sudah bangkit dari duduknya. Mata onyxnya menatap mata emerald bening sahabatnya sejenak dan mengangguk. Lalu Sakura balas tersenyum manis dan beranjak pergi dari sana. Sasuke tau, selalu saja berkali-kali Sakura yang dikorbankan demi memenuhi keinginan egois fans girlnya itu. Seringkali selalu Sakura yang harus pergi saat mereka bersama daripada mengusir cewek-cewek yang ada di sekelilingnya. Bukan dia gak mau mengusir cewek-cewek itu, sering sekali dia meminta mereka untuk pergi, baik secara halus bahkan sampai membentak. Namun cewek-cewek itu lebih banyak dan tentunya sangat keras kepala, yang membuatnya tak mampu melakukan apa-apa lagi selain pasrah.

Sakura sudah pergi menyebrangi lapangan basket dan kembali di koridor. Dia menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah lapangan. Disana Sasuke sudah dikelilingi oleh cewek-cewek itu, ada yang berusaha mengelap keringatnya, menawarkannya minum, memaksanya memakan bekal makanan, bahkan memijat punggung Sasuke!

Sakura tertawa kecil, menyadari betapa terkenalnya sahabatnya itu. Tepat sebelum dia mengalihkan pandangannya dari sana, Sasuke menatapnya dari jauh. Dia tau, tatapan itu sarat permohonan maaf tanpa ucapan karena sudah kesekian kalinya Sakura terusir saat bersamanya. Sakura sangat mengerti dan balas tersenyum tulus, mengangguk dan membalikkan badannya untuk melangkah pergi.

Tanpa Sasuke tau atau bahkan tak akan pernah tau. Senyum Sakura untuknya tadi, hanyalah senyum palsu yang diberikan Sakura. Senyum yang selalu diberikannya untuk Sasuke setiap Sasuke bersama fans girlnya, senyum yang dipaksakannya agar tak membuat sahabatnya khawatir, senyum yang membuatnya dapat menahan perasaan sakitnya setiap melihat Sasuke diantara cewek-cewek itu. Tanpa Sasuke tau pun, Sakura sungguh sangat ingin melakukan hal-hal yang selalu fansnya lakukan untuk Sasuke. Tapi dia tau, hal itu gak akan pernah bisa dia lakukan karena jika Sasuke tau perasaannya, bisa saja Sasuke akan menjauh darinya.

i'll bet she's beautiful that girl he talks about

and she's got everything that i have to live without

Sakura duduk di pojok ruang musik sambil memetik gitarnya perlahan. Sudah dua minggu belakangan ini Sakura jarang ngobrol bahkan bertegur sapa dengan Sasuke. Selain memang mereka sama-sama sibuk, fans girl Sasuke pun semakin menjadi-jadi sehingga kadang membuat Sakura pun kewalahan.

Namun sebenarnya, ada alasan lain kenapa dia menjaga jarak dari sahabatnya itu. Meskipun semakin banyak fans bahkan sampai bikin Sakura kewalahan, dia bisa saja tetap setia mendampingi Sasuke jika Sasuke memintanya. Namun dia rasa hal itu gak perlu, belakangan ini Sasuke terlihat dekat dengan seorang gadis yang kelasnya bersebelahan dengan mereka. Nama gadis itu Ino. Hal itu yang sebenarnya membuat Sakura enggan atau bahkan segan untuk bersikap seperti dulu lagi dengan Sasuke. Ino adalah gadis yang sempurna, gak sedikit cowok-cowok di sekolah yang mengincar Ino untuk bisa jadi kekasihnya. Selain cantik, dia juga kaya raya. Hal itu yang membuat nyali Sakura ciut seketika jika berhadapan dengan gadis itu, padahal Ino bersikap ramah padanya apalagi setelah tau bahwa Sakura adalah sahabat Sasuke.

Sakura menatap jendela ruang musik, menerawang dan bermain-main kembali dengan pikirannya sendiri. Dia memetik gitarnya dan bersenandung kecil mengikuti melodi yang dia mainkan.

"anata no koto wo omou

" I think of you

sore dake de namida ga

and that alone is enough

ima afuredashite kuru yo

to make the tears stars to flow now

hakanai omoi zutto

I always always wish

donna toki demo negau yo

that these fleeting thoughts

anata ni todoku you ni to..."

would reach you…"

Petikan gitar dan suaranya terhenti saat dia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Sakura, kau masih disini rupanya?" tanya guru Kurenai sambil menghampiri Sakura dan duduk di sampingnya.

"ah guru! aku pikir siapa.. eh iya nih, habis ekskul tadi kan ga ada jam belajar lagi, jadi aku disini saja," jawab Sakura.

"permainan musikmu semakin bagus lho, suaramu juga bagus. Kenapa gak mau ikut tampil di acara ulang tahun sekolah kita?" tanya guru Kurenai heran.

"aaah guru, aku masih harus banyak belajar lagi kok. Aku lebih ingin menontonnya saja, gak mau tampil segala," Sakura berkata dengan halus, menegaskan gurunya itu untuk kesekian kalinya bahwa dia tidak berminat tampil di acara ulang tahun sekolahnya.

"kau sedang ada masalah?" tanya guru Kurenai hati-hati.

Sakura mendongak, lalu menggeleng perlahan.

"kau ga pandai berbohong Sakura," kata guru Kurenai tepat sasaran.

Sakura menatap gurunya sejenak, dan tertegun. Dia menarik napas dalam dan ingatannya kembali ke kejadian seminggu yang lalu.

~flashback~

"Sakura!" terdengar sebuah suara alto memanggilnya cukup keras, membuatnya segera menoleh ke arah sang pemilik suara tersebut.

"ada apa Sasuke?" tanya Sakura sedikit heran melihat Sasuke ada di depan ruang musik tempat langganannya untuk menyendiri.

"hn, gak papa cuma mau ajak kau pulang bersama aja, kita kan udah jarang ngobrol bareng lagi," katanya sambil berjalan menghampiri Sakura ke dalam ruangan.

"ah.. eh.. baiklah. Aku juga udah selesai kok," Sakura sedikit kaget melihat ajakan Sasuke yang mendadak ini.

Sakura membereskan barang-barangnya, memasukkan buku musik ke dalam tasnya dan memasukkan gitarnya ke dalam tempat gitarnya. Sasuke mengambil gitar dari tangan Sakura dan membawanya.

"biar aku aja yang bawa," katanya singkat.

Sakura mengangguk dan segera keluar bersama Sasuke dari ruang musiknya.

"Sakura.." panggil Sasuke.

"ya?" Sakura menoleh ke arah Sasuke dan menatap Sasuke dengan mata emerald indahnya.

"kemaren aku kenal dengan seorang gadis yang kelasnya di sebelah kita. Dia.. gadis yang baik dan menyenangkan, dan pastinya dia ga seperti cewek-cewek yang selalu mengelilingiku setiap saat itu," Sasuke bercerita dengan wajahnya yang tanpa sadar sedikit menyunggingkan senyum kecil.

Sakura tertegun sejenak. Dia tau suatu hari hal ini akan terjadi, tapi gak menyangka hal ini akan terjadi secepat ini.

"oh ya? Siapa namanya?" Sakura bertanya dengan nada antusias.

"hn, Ino.." jawab Sasuke.

"ah! Ino Yamanaka? Gadis cantik yang terkenal itu?" Sakura bertanya gak percaya.

"ah masa? Aku ga terlalu tau gossip di sekolah kita, tapi kau benar, dia Ino Yamanaka".

sakura meneguh ludah, dan menelannya susah payah. Gadis itu Ino, cewek cantik yang banyak di taksir cowok-cowok di sekolah ini. Selain cantik, dia juga putri seorang pengusaha kaya raya yang terkenal di kotanya. Berbanding terbalik dengan dirinya, gadis biasa yang ga terlalu menonjol. Mungkin dia bisa sedikit terkenal karena dia sahabatnya Sasuke, selain itu nothing. Sakura pun hanya tinggal di rumah yang sederhana, bukan kaya raya seperti Ino.

~flashback end~

Sakura menarik napas lagi, kali ini lebih dalam dan menghembuskannya. Guru Kurenai tetap diam menunggu Sakura mengatakan sesuatu.

"aku gak papa guru, gak perlu khawatirkan aku," Sakura tersenyum kepada guru Kurenai. Dan dengan segenap hati berusaha menyembunyikan perasaannya, kembali.

He talks to me i laugh cause it's just so funny

i can't even see anyone when he's with me

Seorang pemuda berjalan sedikit terburu-buru mengejar langkah gadis di depannya. Sampai akhirnya langkahnya berhasil menyusul si gadis.

"Sakuraaa.." Sasuke mengamit lengan Sakura dan membuat langkah Sakura berhenti.

"Aaa.." Sakura menoleh cepat dengan matanya yang membulat kaget.

"aku mencarimu daritadi tau!" Sasuke sukses menghentikan langkah Sakura, menatap mata emerald sahabatnya itu dan menunggu jawaban yang keluar dari mulut Sakura.

"maaf Sasuke.. ya ampun aku gak tau kalau kau mencariku," Sakura membungkuk minta maaf.

"ahaha.. iya gak papa kok. Ke kantin yuk, laper nih," ajak Sasuke sambil menarik Sakura agar mengikuti langkahnya.

"okeeee," Sakura menurut dan tersenyum sendiri, menerima perlakuan manis Sasuke padanya.

Setelah mereka berdua memesan makanan, Sasuke berinisiatif mengajak Sakura duduk di kursi kantin yang paling pojok. Dia benar-benar tidak ingin diganggu oleh fans girlnya saat ini. Mungkin, dia sudah benar-benar lelah…

"kau, kenapa tiba-tiba mencariku?" Sakura bertanya sambil menyesap jus strawberry nya.

"aku laper tadii, tapi ga ada temen ke kantin. Si dobe lagi nyalin pr fisika, jadi dia lebih milih di kelas aja daripada kesini," ucap Sasuke menjelaskan.

Sakura cuma ber-oh ria mendengar jawaban Sasuke.

"Saku, tau gak? masa tadi pas pelajaran si dobe bodoh banget deh," Sasuke bercerita sambil menusuk siomay di piringnya.

"hah? Memang Naruto kenapa?" kata Sakura penasaran.

"waktu tadi pelajaran Ibiki-sensei, dia malah bisa-bisanya tidur! Aku bener-bener ga habis pikir sama si dobe itu," Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah prihatin.

Sakura menatapnya sedikit geli, lalu bertanya lagi," terus, apa Ibiki-sensei akhirnya tau kalau Naruto ketiduran?"

"ya tentu saja dia tau. Bukan hanya dia yang tau, tapi seluruh isi kelas tau kok," jawab Sasuke sambil nyengir.

"eh, kok bisa?" tanya Sakura heran.

"si baka dobe ituu, dia bisa-bisanya ngigo di tengah pelajaran dengan menyebut nama 'Hinata' berkali-kali. Kau tau sendiri kan gimana suaranya yang toa itu, gimana yang lainnya ga denger coba?" Sasuke ga tahan lagi dan ketawa cekikikan.

Sakura yang mendengarnya hampir menyemburkan jus strawberry yang kebetulan baru saja disedotnya lagi. Lalu mereka tertawa bersama sampai beberapa menit mereka sadar bahwa berpuluh-puluh pasang mata di kantin menatap mereka dengan tatapan yang yaa seperti merasa terganggu.

Mereka saling pandang, terdiam beberapa saat lalu bersamaan menunduk dan berucap,"gomeen minnaaaa…"

Sasuke menutup mulutnya dengan tangan kanannya, masih berusaha menahan ketawa. Sakura pun melakukan hal yang sama. Selalu saja seperti ini, saat bersama Sasuke, Sakura seringkali kerap gak sadar jika mereka melakukan hal aneh dan diperhatikan oleh orang sekitarnya. Memang rasanya, saat bersama Sasuke, dunianya hanya ada satu titik, Sakura dan dia.

he says he's so in love he's finally got it right

i wonder if he knows he's all i think about at night

Sakura memainkan kakinya di bangku pinggir lapangan, mengayunkan ke depan dan kebelakang sambil tatapannya tak lepas dari sosok berambut raven di lapangan yang dengan gesit membawa bola basket dan berkali-kali memasukannya ke dalam ring. Kali ini dia berjanji untuk menemani Sasuke latihan sepulang sekolah, dan tentu saja dia dengan senang hati menunggu Sasuke untuk latihan.

"hosh.. hosh.. ah capek yah," Sasuke berjalan ke arah Sakura dengan napasnya yang sedikit tersenggal-senggal.

Dia meraih botol minum yang diberikan Sakura dan menghabiskan isinya sekali teguk.

"yaaah daritadi kan udah satu jam gak berhenti, gimana ga capek," ujar Sakura menanggapi ucapan Sasuke.

"hn," Sasuke menghempaskan tubuhnya di samping Sakura dan mengelap keringatnya dengan handuk yang memang sudah ada di dalam tasnya.

Sejenak mereka berdua terdiam, tak ada yang memulai percakapan. Sampai salah satu dari mereka menangkap sesosok gadis dengan wajah yang tak asing sedang berjalan di koridor sekolah bersama dua orang gadis lainnya. Sang pemilik mata raven itu lekat memandang gadis itu.

"Sakura.." panggilan Sasuke membuat Sakura menoleh dan menyadari bahwa Sasuke sedang mengamati sesuatu. Langsung saja matanya mengikuti arah pandang Sasuke dan menangkap sesosok gadis cantik berambut pirang panjang sedang tertawa lepas di koridor sekolah mereka.

"kenapa?" tanya Sakura, sedikit mengerti apa yang ingin sahabatnya itu katakan.

"rasanya… aku mulai menyukainya.." kalimat itu lirih terdengar, diantara kesunyian yang memang sejak tadi tercipta, namun sang angin pun bahkan tetap tak kan sanggup meredam kalimat yang baru saja terucap tadi. Membuat sang gadis pemilik mata hijau emerald itu sadar, akan segera ada hal yang berubah nantinya antara dirinya dan orang yang duduk disampingnya itu. Sasuke tak kan pernah tau bahwa sepanjang hari, setiap malam bahkan setiap detik Sakura selalu memikirkannya, berharap kata yang baru saja terucap tadi hanya ditujukan untuknya, bukan untuk gadis lain…

he's the reason for the teardrops on my guitar

the only thing that keeps me wishing on a wishing star

he's the song in the car i keep singing don't know why i do

Sakura menatap jendela kamarnya dan beranjak menuju ke arah beranda. Tentunya dia membawa gitar pink kesayangannya kesana. Duduk di kursi dengan model kursi pantai bermotif bunga sakura dengan warna pink lembut, dia menjatuhkan tubuhnya dikursi itu. Menatap bintang di langit malam yang kelam itu, memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Setiap malam selalu rutinitas ini yang dilakukannya, menatap bintang dan berharap dalam hati bahwa suatu saat keajaiban akan datang kepadanya. Bahwa suatu hari Sasuke akan sadar perasaan Sakura dan membalas perasaanya itu. Memohon pada Tuhan, dan berharap sambil menatap bintang, selalu dan tak pernah berhenti memohon.

Namun malam ini berbeda, biasanya Sakura hanya akan bersenandung dan menatap bintang sampai dia bosan dan mengantuk, tapi kali ini tak terdengar senandung merdu dari bibir mungilnya, tak terdengar denting melodi gitar yang biasa dipetik olehnya. Yang terdengar justru rintih isak tangis perlahan dari mulut sang gadis, air matanya membasahi pipinya, menetes jatuh tepat diatas gitar kesayangannya..

Sakura memutuskan pergi ke pantai untuk menjernihkan pikirannya sejenak. Perasaannya akhir-akhir ini sedikit kacau sejak kejadian itu. Dia tau bahwa Sasuke dan Ino belum menjadi sepasang kekasih, tapi firasatnya bilang hal itu gak akan lama lagi.

Dia mengendarai mobil sport pinknya dengan kecepatan optimum di jalan raya yang lenggang itu. Kanan kiri jalanan dipenuhi dengan pepohonan menambah kesejukan yang memang sudah ada. Tangan kanannya memencet tombol play yang ada di dashboard mobilnya, memunculkan bunyi alunan lagu yang biasa selalu didengarkan olehnya.

"anata no koto wo omou

" I think of you

sore dake de namida ga

and that alone is enough

ima afuredashite kuru yo

to make the tears stars to flow now

hakanai omoi zutto

I always always wish

donna toki demo negau yo

that these fleeting thoughts

anata ni todoku you ni to..."

would reach you…"

Berkali-kali selalu tetap dia nyanyikan lagu itu meskipun berkali-kali juga butiran bening terjatuh dari mata indah emeraldnya. Dia tak pernah tahu alasan mengapa dia tetap menyukai lagu itu dan selalu menyanyikannya.

Suara merdunya terdengar ikut bersenandung lirih mengikuti melodi lagu favoritnya yang barusan dia nyalakan. Dan kali ini pun begitu, bulir-bulir bening kembali menetes dari kedua bola mata itu, terjatuh perlahan diatas stir mobilnya, dan sampai sekarang pun tetap saja gadis cantik itu tak bisa menemukan alasan, mengapa dia tetap menyanyikan lagu itu, meski hatinya terasa nyeri dan sesak..

He walks by me, can he tell that i can't breathe?

and there he goes, so perfectly the kind of flawless i wish i could be

Sasuke menjajari langkah Sakura, namun tetap saja dia keheranan karena langkah Sakura terlalu cepat dan terburu-buru. Membuatnya gemas dan memutuskan untuk mengamit tangan Sakura dan menggenggamnya.

"tunggu dooong.. kau jalan sendirian atau sama aku sih?" ucap Sasuke protes.

Yang disentuh tangannya refleks menoleh dengan wajah bersemu merah tanpa sempat mengucapkan apapun. Sasuke juga sebenarnya tidak membutuhkan jawaban dari protesnya barusan, dia Cuma ingin Sakura menunggunya dan gak berjalan secepat tadi. Karena setelahnya, bisa dipastikan langkah Sakura memelan dan seirama dengan langkah Sasuke, membuat Sasuke bernapas lega.

Sakura sendiri justru salah tingkah. Gerakan Sasuke yang tiba-tiba meraih tangannya itu membuatnya tidak berkutik sama sekali. Menimbulkan rona merah di wajahnya yang putih, dan membuatnya sempat menahan napas selama beberapa detik sebelum menormalkan dirinya lagi di depan Sasuke.

Kali ini Sasuke minta ditemani untuk pergi ke toko buku karena ada buku yang ingin dibelinya. Sebenarnya dia meminta dobe –Naruto- untuk menemaninya pergi, namun Naruto meminta maaf karena dia harus pergi mengunjungi bibinya yang sakit. Alhasil Sasuke meminta tolong Sakura untuk menemaninya, sekarang.

Jantung Sakura tetap berdegup kencang tak karuan, sangat sulit baginya mengontrol debaran jantung ini yang seenaknya berdegup cepat setiap Sasuke bersikap manis padanya, seperti saat ini. Sakura pun menyadari berpuluh-puluh pasang mata yang menatapnya dari setia penjuru. Tatapan iri, kesal, kagum, bahkan benci terpatri di wajah orang-orang tersebut. Dia tau, pasti saat ini mereka semua iri dan kesal karena berharap bisa ada di posisinya sekarang ini. Namun tatapan kagum dan memuja itu pasti ditujukan untuk sahabatnya ini, Sasuke. Wajahnya yang sempurna selalu sukses membuat banyak wanita menatap kagum bahkan langsung luluh saat menatapnya. Seperti saat ini juga, hal itu tetap berlaku. Menyisakan senyum di wajah Sakura yang memang sebenarnya berharap jauh di lubuk hatinya, dia hanya ingin wajah tampan ini ada untuknya dan bukan untuk siapapun.

she better hold him tight give him all her love

look in those beautiful eyes and know she's lucky 'cause

Pemilik rambut soft pink sepunggung itu terlihat melangkah menuju sebuah café yang terletak di deretan toko-toko sepanjang jalan besar. Sakura memutuskan untuk pergi keluar rumah setelah sebelumnya dia meminta izin pada ibu dan ayahnya akan pulang telat hari ini. Hari ini memang hari libur sekolah, jadi Sakura memutuskan untuk pergi sejak tadi pagi dan belum berencana akan pulang cepat ke rumahnya. Kali ini tujuannya adalah Café Akimichi yang merupakan café langganannya.

Seorang pelayan laki-laki berambut hitam dengan seragam yang sangat pas ditubuhnya membukakan pintu café untuk Sakura. Membuat Sakura tersenyum kepadanya dan membungkuk tanda terima kasih meskipun tanpa ucapan keluar dari bibirnya. Dia memilih untuk duduk di kursi yang ada di pojok café dengan pemandangan jalan raya diluar café. Tempat itu memang yang paling nyaman untuknya merenung.

"permisi nona, mau pesan apa?" pelayan yang tadi membukakan pintu untuk Sakura kini sudah berdiri di samping meja Sakura dan menanyakan pesanannya pada gadis cantik itu.

"oh ya, aku pesan hot cappuccino with vanilla cream satu," Sakura menjawab tanpa melihat buku menu yang tadi diangsurkan oleh sang pelayan.

Pelayan itu mengangguk dan segera pergi meninggalkan Sakura yang kembali menatap jendela besar di sampingnya itu. Alunan music klasik yang terdengar di café itu sedikit menentramkan hatinya, menghanyutkan lagi dirinya ke dalam alam pikirannya yang hanya bisa dia sendiri yang merasakan dan meresapi.

Kling.. kling..

Bunyi lonceng terdengar, menandakan ada tamu yang masuk ke dalam café itu. Namun bunyi itu tidak membuat Sakura menyudahi lamunannya. Dia tetap memandang ke luar jendela masih dengan pikiran-pikiran rumitnya.

"ah maaf pelayan, bisa tolong kesini? Kami ingin memesan".

Suara alto yang terdengar khas dan familiar itu menyentak lamunan Sakura. Dia menggeleng-geleng keras meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang tadi didengarnya itu bukanlah suara pemuda yang sedari tadi dia pikirkan. Namun rasa penasaran membuatnya menoleh ke asal suara tersebut.

Pemandangan selanjutnya membuat mata hijau Sakura terbelalak sempurna, dan membuatnya kaku di tempat. Seorang pemuda yang sangat dia kenal duduk disana, bersama seorang gadis cantik berambut pirang yang terlihat sedang mengamit lengan pemuda itu mesra. Ya, disana Sakura melihat Sasuke dan Ino yang duduk berdampingan, dan dari sorot mata masing-masing dari mereka menyiratkan sesuatu bahwa saat itu mereka sedang bahagia.

he's the reason for the teardrops on my guitar

the only thing that keeps me wishing on a wishing star

he's the song in the car i keep singing don't know why i do

Sakura mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dia membiarkan air matanya lagi-lagi jatuh menyusuri pipinya yang putih bersih. Kali ini, Sasuke lagi-lagi membuatnya menangis. Ya, Sasuke bahkan gak pernah tau kalau Sakura menangis karenanya, tapi alasan setiap kali gadis cantik itu meneteskan air matanya sampai lupa waktu adalah memang Uchiha Sasuke, sahabatnya itu.

Kali ini, seperti biasanya jemari lentiknya memencet tombol play di dashboard mobilnya. Kembali terdengar senandung yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Kembali menggoreskan sebuah luka di hatinya. Gadis itu menghentikan mobilnya di sebuah jembatan besar di pinggir jalan. Dia keluar dari mobilnya dan berdiri di jembatan itu, menatap lampu-lampu jalanan yang terlihat hanya seperti pendar-pendar bintang dari arah jembatan tersebut. Angin malam menerbangkan rambut soft pinknya dengan lembut.

Setelah kejadian di café tadi siang, pikirannya sedikit kacau. Dia segera memutuskan untuk pergi dari café itu. Meskipun Sakura tidak tahu kemana tujuannya selanjutnya. Dia membiarkan dirinya mengendarai mobil kesayangannya tak tentu arah hingga hari mulai gelap dan sang bulan menggantikan peraduan matahari. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi kesini, ke jembatan yang berada cukup jauh diatas pusat kota. Tempat yang bisa ditempuh dengan melewati pepohonan dan dengan jalanan yang sedikit menanjak ke atas gunung.

Seperti biasanya, Sakura tak pernah lupa membawa sahabat setia yang selalu menemaninya kemanapun pergi. Dia membuka pintu mobilnya dan mengambil gitar pink kesayangannya. Dia melangkah menuju mobilnya di bagian depan, duduk diatas kap mobilnya, dan jemari lentiknya memetik gitarnya lembut. Terdengar melodi indah dari petikan gitarnya, diikuti senandung lirih dari bibir mungilnya, diselingi isak tangis yang terdengar lirih di tengah sunyinya malam itu.

so i drive home alone as i turn out the light

i'll put his picture down and maybe get some sleep tonight

'cuz he's the reason for the teardrops on my guitar

the only one who's got enough of me to break my heart

he's the song in the car i keep singing don't know why i do

Suasana di atas jembatan itu sedikit memperbaiki suasana hati Sakura. Diliriknya jam tangan pink di pergelangan tangannya, jarum jam berada di angka 10 lewat. Sakura bangkit dari renungannya, masuk ke mobilnya dan menyalakan mesin mobil. Diinjaknya pedal gas lebih kuat, kali ini dia membiarkan dirinya melanggar aturan yang memang sudah ditetapkannya sendiri, yaitu tidak pernah membawa mobilnya dengan kecepatan diatas kecepatan optimum yang seharusnya.

Disusurinya sepanjang jalan yang kembali membawanya ke rumah, kembali membawanya kepada kesendirian yang memang sejak tadi sudah tercipta. Entah dia tidak tahu apa yang akan dikatakan ibunya saat dia tiba di rumah nanti. Terlalu larut untuk seorang perempuan yang masih sekolah berada di jalanan di tengah malam seperti ini.

Hal yang memang diinginkan Sakura sekarang adalah tiba di rumah dan segera menuju kamarnya. Dia merasa sudah sangat lelah seharian ini. Entah lelah karena berpergian tak tentu arah, atau lelah karena menangis. Atau mungkin dia lelah karena keduanya.

"dari mana saja?" suara lembut itu menyambut Sakura tepat saat dia membuka pintu rumahnya.

"aku pergi ke ke gunung sebentar, cari udara segar," jawab Sakura datar sambil melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah.

"dimana ayah?" Sakura bertanya lagi sambil mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan.

"ayahmu baru pulang dan kelihatan lelah, jadi dia langsung istirahat tadi," jawab ibunya.

Lalu sang ibu menatap wajah anaknya lama, melihat wajah sang gadis pucat dan berantakan serta terlihat bekas air mata di kedua belah pipi mulusnya. Hal itu mengurunkan niat sang ibu untuk kembali mencecar putrinya dengan banyak pertanyaan. Dia hanya mendekati putrinya, mengecup keningnya lembut dan mengucapkan selamat tidur.

Sakura sedikit kaget, mendapati reaksi sang ibu yang begitu baik. Dia pikir ibunya akan menasihatinya cukup lama, tapi ternyata dia salah. Sekarang dia segera melangkahkan kakinya ke lantai dua, tempat kamar tidurnya berada.

Sakura mengunci pintu kamarnya, menghempaskan diri di atas kasurnya yang empuk. Lalu menatap langit-langit kamarnya lama. Sampai dia menoleh ke sebelah kanan tempat meja kecil yang di atasnya diletakkan lampu tidur berwarna pink dan sebuah bingkai foto berwarna hitam.

Tangannya menggapai bingkai foto itu, menatap foto itu lama dan air matanya kembali menetes jatuh perlahan. Wajah di dalam bingkai foto itu tak pernah berubah, sama seperti Sakura mengenalnya saat umur mereka baru dua tahun. Saat itu mereka tinggal bertetangga, dia sangat ingat bagaimana Sasuke berkenalan dengannya. Rambut dark blue miliknya, yang berbentuk raven, mata hitam onyxnya yang tatapannya selalu dalam dan hangat, kulitnya yang putih, membingkai kesempurnaan itu meskipun usianya baru dua tahun. Sejak saat itu mereka hampir selalu bersama-sama, sampai saat Sasuke dan keluarganya harus pindah karena ayah Sasuke mendapat proyek kerja yang tempatnya cukup jauh dari tempat mereka tinggal. Tapi mereka tak pernah berpisah, saat SMA Sasuke kembali dan sekolah di tempat yang sama dengan Sakura.

Ingatan itu membuat tangisannya semakin deras, rasanya ada sesuatu yang menghantam tepat di ulu hatinya. Menjadikannya serpihan-serpihan kecil tanpa bisa menjadi utuh kembali. Ada rasa penyesalan di hatinya kenapa dari dulu dia tidak bersikap jujur pada Sasuke, meskipun persahabatan merekalah taruhannya. Dia mengutuk dirinya sendiri yang berpura-pura selalu terlihat biasa saja di depan Sasuke, padahal sejak dulu dia menyimpan rasa yang begitu dalam sampai terasa sesak sekarang.

Sakura bangkit dari tidurnya, menunduk dan tetap menatap bingkai foto yang berisi dirinya dan Sasuke saat mereka masih di taman kanak-kanak itu. Mata bening emeraldnya menjatuhkan lagi butiran kristal bening tepat diatas bingkai foto itu, membuat sang pemilik kembali merasakan sakit di dadanya.

Gadis itu lelah, karena selalu saja bersikap begini saat dirinya tak rela orang yang disayangi bersama yang lain. Dia juga lelah, karena dirinya yang juga tidak pernah berani untuk berkata terus terang pada pemuda itu. Matanya menutup beberapa detik, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan kuat. Tangannya yang memegang bingkai foto itu, tidak lagi berusaha untuk kembali meletakkan foto itu diatas meja di samping tempat tidurnya. Dia bangkit dan melangkah ke arah lemari bajunya. Tangannya membuka lemari itu perlahan, berjongkok dan mengambil sebuah kotak kayu berwarna coklat kemudian membuka kotak tersebut. Diletakannya bingkai foto itu di dalam kotak kayu itu dan dikembalikannya kotak itu di dasar lemarinya.

Langkahnya kembali menuju tempat tidurnya, disibakkan selimut pink bercorak bunga sakura itu, dan ditutupinya tubuhnya dengan selimut itu. Dia merebahkan tubuhnya, dan lama kelamaan mata indahnya itu terpejam.

he's the time taken up but there's never enough

and he's all that i need to fall into

Seorang gadis duduk termenung di depan meja belajarnya. Pandangannya menerawang keluar jendela. Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Yang jelas setelah malam itu, dia memutuskan untuk menyerah pada perasaannya, dan membiarkan perasaannya itu pergi. Terkubur dalam-dalam di dalam dasar hatinya, dan dia tak pernah berniat untuk menghidupkannya lagi.

Suara dering ponsel mengagetkan gadis berambut pink itu, dia menatap ponsel yang bergetar di sampingnya dan membaca nama orang yang bermaksud menghubunginya sekarang. Lalu bibir gadis itu tersenyum, dia membuka ponsel flipnya yang berwarna pink itu dan mengarahkan ke telinganya.

"Sakura?"

"ah, ya Sasuke, ada apa?"

"aku.. mau memberitahumu sesuatu.." kata suara di seberang sana, suara itu terdengar sedikit gugup.

"wah ada apa? Ceritakan saja padaku," Sakura menjawab dengan nada bicaranya, yang seperti biasa selalu antusias setiap sahabatnya itu hendak bercerita sesuatu.

"ngg.. aku.. sudah jadian dengan Ino," suara itu menjawab ragu.

Sakura tidak menjawab, menenangkan gemuruh hatinya sebentar lalu menarik napas dalam-dalam. Dia mengingatkan dirinya sendiri akan apa yang sudah dia putuskan malam itu.

"selamat ya Sasuke-kun, semoga kau bahagia bersamanyaa.. aku ikut senang," jawab Sakura, dengan senormal mungkin tanpa sama sekali ragu mengucapkan ucapan selamat itu.

Sang pemuda di seberang sana bernapas lega, bukan karena dia mengetahui perasaan sahabatnya selama ini, tapi lebih karena dia merasa sahabatnya itu mendukung hubungannya dengan kekasihnya itu.

"arigatou.." ucap Sasuke tulus.

"sama-sama.." Sakura menjawab dan memutuskan hubungan telpon tersebut. Ponselnya perlahan jatuh dari genggaman tangannya. Detik berikutnya bahunya bergetar dan isak tangis kembali terdengar memenuhi ruangan itu.

Kali ini tangisan itu lebih terdengar menyayat dibanding tangisan-tangisan sebelumnya yang juga sering hadir di kamar bernuansa pink ini. Sakura memegang dadanya pelan, merasakan sakit yang teramat sangat disana. Meskipun tak ada luka, tak ada darah, tapi sakit itu terasa menusuk hingga membuatnya kesulitan untuk bernapas. Kembali mengguncang pertahanan yang sudah dibangunnya susah payah, kembali membiarkan dirinya terlihat lemah di depan dirinya sendiri. Sakura tidak bodoh, dia tau bahkan sangat tau, beribu kali dia menangis demi Sasuke, tangisan itu tak akan sampai pada pemuda itu. Hanya menambah luka di hati Sakura, tanpa sama sekali menutupi luka yang sudah menganga disana.

Tubuhnya luruh terjatuh dari kursi tempatnya duduk, hingga punggungnya menyender pada meja belajar miliknya. Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya, berusaha meredam suara tangisannya agar orang tuanya tidak mendengar suara itu. Kali ini Sakura kembali sadar, perasaannya memang tidak akan semudah itu hilang untuk Sasuke, perasaan yang dimilikinya bertahun-tahun tak akan begitu saja pergi meskipun justru perasaan ini selalu menyiksanya.

Sakura tau, memang hanya Sasuke yang bisa membuatnya seperti ini. Lagi-lagi seperti ini, selalu terlihat lemah. Dan dia pun menyadari bahwa sejak awal, Sakura memang tidak bisa berhenti mencintai pemuda itu..

(masih bingung mau bersambung atau finish.. kalau ada ide nanti dilanjut hehe ) maaf jika mengecewakan ^o^

A/N : Duh gaje banget yaa? jelek yaa? yaaah maaf deh yaaa soalnya aku masih baru bangeeet.. dengan segala hormat minta review nya dong ya yaaaaaaaa hehe