Naruto © Masashi Kishimoto

Hukuman © ArcSa Reiyu

Chapter 6

Lesson 1: Flow

Rated: T+

Genre : Romance/Humor/H/C/Angst/Adventure/Friendship/Famil y, dan sebagainya serta sebangsanya*dirajam*.

Warning: Cannon-modify, AU, Crack pairing, OOC, Typo(s), AT, Timeline up to me, dan sebangsanya.

Ehm, dan amanat dari Rei sebelum melanjutkan baca fanfic ini: DON'T LIKE DON'T READ!

Rei lagi dalam masa rehabilitasi pengembalian mood(?) jadi segala jenis flame ditolak. Lagian dirumah juga nggak ada ayam mentah buat dibakar(?). Oke deh, pokoknya: tidak terima flame, kalau masih ada yang nge-flame berarti nggak bisa baca. But, as usual… kritik dan saran dan segala jenis review lainnya diterima dengan lapang dada oleh Rei 83

.

Enjoy!

.

Sepasang matanya memicing tajam ke arah pemuda itu. Sekali lagi, otaknya berspekulasi… menyerangnya dengan bayangan sebotol sake yang pasti bisa membuatnya tenang. Dan ya, ia butuh sake sekarang. Dua atau tiga botol rasanya cukup untuk membuat kepalanya lebih 'adem', sekalian kalau perlu lima botol agar urat-urat di kepalanya yang tiba-tiba tegang bisa kembali lemas.

"Kau bercanda, eh?" Tsunade memijat pelipisnya yang tiba-tiba berkerut. Rasanya ganjil, aneh… kau tahu. Benar-benar aneh saat mendengar pernyataan si Hyuuga yang masih berdiri santai di depannya tanpa merubah ekspresi sama sekali. Tsunade yakin kupingnya masih berfungsi dengan baik dan belum mengalami kerusakan apapun. Tapi ini, dia tidak salah dengar, kan?

Hyuuga Neji mengaku, padanya. Pemuda beriris perak itu mengaku 'aku mulai jatuh cinta pada Sakura' padanya. Bukan mimpikan?

Wanita itu mencubit pelan kulit tangannya. Sakit, sedikit perih. Oke, ini bukan mimpi. Ia masih menginjak dunia dan tidak sedang terperangkap oleh genjutsu jenis apapun. Ini hanya kenyataan yang… susah diterima otaknya.

"Saya rasa tidak." Sungguh, apa sebenarnya yang diinginkan pemuda itu. Tsunade ganti memijat pelipis kanannya. Kepalanya migran mendadak sekarang. Dia berharap Hyuuga itu sedang tidak asal bicara kalau tidak mau mendapat tonjokan gratis darinya hari ini.

"Seminggu lalu rumor kau jadian dengan Tenten jadi hot topic. Sekarang kau tiba-tiba datang di depanku dan mengatakan 'aku mulai jatuh cinta pada Sakura', kau berharap aku percaya?" keluh wanita cantik itu pada sosok Neji yang masih berdiri tenang. Gesturnya wajar, sama sekali tidak menunjukkan gugup atau tida ktenang.

"Anda berharapa bagaimana?" Neji menjawab dengan nada yang biasa, datar tanpa intonasi. Pemuda itu menatap Godaime di depannya serius. Ia merasa agak aneh dengan pandangan yang dilayangkan Tsunade padanya. Memangnya ada yang salah?

"Jangan putar balik pertanyaanku Hyuuga. Kau serius dengan ucapanmu?" geram Tsunade pelan sebelum melayangkan sebuah tatapan membunuh ke arah Neji. Entah kenapa, kepalanya terasa pening sekali.

"Saya serius, kalau memang itu yang anda tanyakan." Hyuuga itu menyebalkan, Tsunade memijat pelipisnya makin kuat. Tadi malam ia yakin tidak mimpi macam-macam, ia terlalu lelap sampai bunga tidur tak berani menganggu waktu istirahatnya.

Tidak ada mimpi-mimpi aneh seperti yang dialaminya beberapa waktu lalu. Oh, itu mimpi terberuk. Coba bayangkan Jiraya yang cross dressing dengan sebuah yukata merah maron dan hiasan bunga di rambut landakanya, mengerikan. Yah, itu mimpi terburuk yang pernah dialami oleh Tsunade. Tapi tidak, mimpi laknat macama itu sudah lama tidak hinggap di kepalanya.

"Lalu kau dengan Tenten?"

"Memangnya, ada masalah apa dengan hubungan saya dan Tenten." Percaya atau tidak, Hyuuga prodigy itu mengatakan semuanya dengan rasa tidak peduli yang sangat kelihatan. Sudah begitu, tatapannya sama malasnya dengan milik Shikamaru kalau sedang ditarik-tarik Temari belanja ke toko.

"Dia pacarmu, idiot." Sepasang manik peraknya menyipit begitu mendengar ungkapan Godaime cantik yang masih kesal di kursinya. Dia, yang disebut-sebut sebagai prodigy dari klan Hyuuga dikatakan idiot? Harga dirinya serasa diruntuhkan.

"Saya tidak melihat dimana masalahnya." Jawab Neji agak ketus. Dia masih tidak terima mengenai kata 'idiot' yang tadi disebut Tsunade. Lagi pula Neji benar-benar tidak melihat ada yang salah dengan kenyataan itu. Ia memang berpacaran dengan Tenten, perasaannya pada Sakura juga baru sekedar dimulai. Tak masalah kan?

"ITU MASALAH BESAR TAHU!" Bentak Tsunade kasar lengkap dengan gebrakan keras di atas meja. Mematahkan jalan pikiran Neji megenai kehidupan percintaannya yang sama sekali tidak jelas.

"Kau pacaran dengan Tenten tapi menyukai Sakura! Kau selingkuh Hyuuga." Omelan Tsunade makin menjadi-jadi. Wanita cantik itu tiba-tiba sudah berdiri dan mengacungkan telunjuknya ke arah muka si Hyuuga yang belum mengubah ekspresinya sama sekali.

"Apa kau mau melukai dua-duanya hah? Setidaknya kau putuskan Tenten atau lakukan sesuatu soal perasaanmu pada Sakura. Astaga Hyuuga kau ini benar-benar tidak bisa diandalkan kalau masalah percintaan. IDIOT!" Amarah makin meluap dari tiap kata yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Neji yang jadi penyebab kekesalan Tsunade hanya mengernyitkan dahi dan memasang wajah tembok kebanggannya.

"Hah…" Sebuah helaan nafas kasar keluar beraturan setelah wanita itu puas mengeluarkan seluruh penatnya. Kesal, sangat kesal. Apalagi saat melihat ekspresi Neji yang masih kaku dan tidak banyak berubah walaupun sudah kena omelan panjang lebar darinya.

"Saya tidak berpikiran seperti itu. Lagipula anda tahu Sakura menyukai Uchiha. Saya menyukai Sakura atau tidak, apabila tanpa ada balasan maka tak akan ada masalah."

Satu hal yang terlintas di kepala Tsunade saat mendengar jawaban Neji. Satu hal. INGIN RASANYA MEMOTONG LIDAH SI HYUUGA ITU. Yah, kurang lebih itu yang terlintas di kepalanya. Dia benar-benar ingin melakukannya andai saja ia lupa ingatan sesaat soal posisi Neji dalam satuan keamanan desa.

Tidak mungkin ia gegabah dan melukai ketua Anbu pemilik topeng elang itu hanya gara-gara permasalahan cinta yang cukup sepele. Keselamatan desa jauh lebih penting dari apapun. Jadi, bersyukurlah Neji karena Tsunade sudah membatalkan niatannya.

"Kalau Sakura juga mencintaimu?" Setelah sepi beberapa saat, akhirnya Tsunade buka suara. Wanita cantik itu sudah kembali duduk di kursinya, tatapannya lebih tenang namun masih tersirat kekesalan di sana. Urat-urat di dahinya sudah mulai melemas setelah melepas luapan amarahnya tadi.

Neji menyipitkan matanya, sejujurnya pemuda itu tidak pernah memikirkan kemungkinan yang satu itu.

Sudah jadi rahasia umum kalau Haruno Sakura sangat-sangat mencintai Uchiha Sasuke. Bahkan setelah pemuda bermata onyx itu menjadi nuke-nin, kebanyakan rumor mengatakan Sakura masih bertahan dengan perasaan lamanya. Jadi, ia tidak pernah sampai berpikir 'bagaimana kalau perasaannya terbalas?'. Dan itulah juga satu dari sekian alasan kenapa ia menerima pernyataan cinta Tenten padanya.

"Saya tidak pernah memikirkan bagian yang itu." Jawab pemuda berambut panjang itu jujur. Mata silvernya menatap Tsunade meminta pendapat.

Tsunade menghela nafas berat sebelum memberi tatapan bosan campur kesal ke arah Neji. "Kau benar-benar tidak bisa diharapkan mengenai hal lain selain misi." Ujarnya sebelum kemudian menggerakkan tangannya, menyuruh si Hyuuga itu keluar dari kantornya.

"Pikirkan baik-baik perasaanmu pada muridku sebelum bicara seperti itu. Selamat siang." Pemuda Hyuuga itu membungkuk hormat sebelum kemudian mengangguk dan keluar dari kantor Godaime.

Setelah Neji keluar dari ruangannya, Tsunade rasanya ingin menghajar dan merobek-robek habis gulungan laporan misi yang baru diterimanya. Dia tahu Hyuuga Neji buruk dalam hal bercinta dalam konteks standar. Standar, bukan bercinta yang berhubungan dengan kegiatan suami-istri di atas ranjang. Dia terkadang merasa bodoh ketika mengharapkan pemuda itu bisa membantu muridnya untuk melupakan keberadaan Sasuke. Tapi, dia juga tidak bisa menepis harapannya pada pemuda itu.

Entah mengapa, ia hanya punya firasat. Sakura dan Neji akan menjadi pasangan yang cocok di masa depan. Biasanya firasatnya benar. Tapi yang kali ini, kenyataan seakan mengejeknya habis-habisan. Terbukti dengan laporan yang diberikan dua anbu yang ia kirim khusus untuk memantau kehidupan masa hukuman Neji dan Sakura. Tidak satupun yang memuaskan hati.

Isi laporannya tidak jauh-jauh dari 'Hyuuga Neji dan Sakura Haruno, terlibat dalam peretengkaran mengenai masalah terdahulu yang membuat mereka terhukum' atau 'Hyuuga Neji dan Haruno Sakura, menghabiskan waktu liburan untuk debat kusir yang mengalami fase berhenti-lanjut-berhenti-lanjut tanpa ada yang mau menyudahi' dan segala hal absurd lainnya yang membuat Tsunade ingin menjedotkan kepalanya ke dinding.

Lama-lama Tsunade akan nekat memasukkan obat perangsang ke minuman si Hyuuga dan mengunci pemuda itu dengan muridnya di kamar hotel. Biar setelahnya dia bisa langsung menikahkan dua mahluk itu.

Tsunade memijat pelipisnya yang tiba-tiba kembali nyeri. Berhadapan dengan Hyuuga Neji terkadang membuatnya mengalami penuan dini.

(Bukannya kau sudah tua, Tsunade?)

.

Siapa aku untukmu?

.

Suasana desa selalu ramai, puluhan orang, anak kecil, orang tua, berbagai jenis orang dari berbagai klan, semuanya tumpah ruah di jalan yang dibangun sebagai jalan utama. Mereka berbaur, melakukan berbagai jenis interaksi. Mulai dari berdagang, transaksi jual beli, menggosip –kau bisa lihat kumpulan wanita di pojok sana, bermain kejar dan tangkap, dan banyak lagi. Ada juga beberapa orang yang hanya meluangkan waktunya untuk jalan-jalan di sekitar desa untuk membunuh bosan yang menyergap.

Neji menghela nafas pelan melihat kerumunan orang di bawah sana. Perkataan Tsunade tadi agaknya membuat pikirannya tidak tenang. Terutama kata 'idiot' yang merupakann panggilan terbarunya dari Godaime seksi itu.

Seandainya yang dapat panggilan itu adalah Naruto, Neji tidak akan segalau sekarang.

Oh, ayolah… dia itu orang yang diberi gelar Hyuuga prodigy dan sebagainya, dan sebagainya. Idiot tak pernah jadi sebuah kata yang merujuk pada keberadaannya. Jadi, Neji merasa harga dirinya dijatuhkan di sini. Memang apanya yang salah dari pengakuannya pada Tsunade tadi?

Bukannya wanita itu yang menginginkan dia jatuh cinta pada Sakura? Saat sudah jatuh cinta kenapa dia yang malah kena omel? Kenapa wanita itu sangat menyusahkan?

Dahinya mengernyit saat mendengar pemikirannya sendiri. Bagus, sekarang ia mulai terdengar seperti Shikamaru. Apa yang salah dengan dirinya hari ini?

"Aa." Gumaman pelan terdengar dari mulutnya. Neji kembali menatap kerumunan orang yang menyebar di jalanan desa.

"Apa saja yang dititip anak itu?" Ujarnya pelan, mengingat-ingat pesanan Sakura sebelum ia meninggalkan rumah tadi.

Sebersit bayangan Sakura hadir dalam benaknya. Kadang, ia beranggapan Sakura itu cukup manis kalau sedang cemberut. Itu hanya terkadang. Lagipula beberapa minggu belakangan ini ia sibuk dengan misi dan tambahan seorang nuke nin yang baru ditangkapnya beberapa hari lalu.

"Onigiri, okaki, tamagoyaki…ka." Ulang pemuda itu sebelum melompat turun dari atap dan menjejak di atas jalan. Setelah kakinya menginjak jalanan aspal, matanya segera mengedar dan mencari stand makanan yang mungkin menjual jenis makanan yang dipesan Sakura.

Tak butuh waktu lama, Neji menemukan sebuah stand yang menjual onigiri dan oh, ada tamagoyaki di sana. Keberuntungannya karena tidak usah susah-susuh beli bahan dan masak. Neji segera mendekati kedai itu, memesan satu bungkus onigiri beserta tamagoyaki, kemudian menunggu.

'Pikirkan baik-baik perasaanmu pada muridku sebelum bicara seperti itu' Ucapan Tsunade terniang keras di kepalanya.

Sebenarnya, mengenai perasaannya pada Sakura… perasaannya pada medic-nin itu masih buram. Hanya saja, kalau indikasi mulai jatuh cinta seperti; merasa nyaman saat didekat orang itu, suka melihat senyum di wajah itu, dan beberapa hal lainnya, Neji yakin merasakan itu pada Sakura. Sudah… cukup lama sebenarnya. Sejak misi mereka ke Negara iblis waktu itu.

Walaupun ia sendiri enggan mengakuinya, Neji menyukai sikap keras kepala Sakura –alasan kenapa ia suka menggoda gadis itu terus menerus. Lalu saat Sakura mulai cerewet, perasaan hangat kadang menyeruak dalam dadanya tiap kali mendengar mode cerewet-perhatian gadis itu.

"Pesanannya tuan." Suara berat milik penjual onigiri plus tamagoyaki itu membuat Neji menyudahi lamunannya.

Setelah memberikan beberapa lembar uang kertas dan menerima kembalian. Neji segera melesat keluar dari kerumunan orang itu. Pesan Sakura tinggal satu lagi, okaki, tapi sudahlah. Seingatnya masih ada satu pack kue beras di dalam lemari pojok kanan dapur. Tidak beli juga tidak masalah, lagipula Sakura hanya akan menggunakan kue beras itu untuk melemparinya. Tahulah bagaimana Sakura kalau Neji sudah mulai menyebalkan.

"Neji?"

Baru saja ia ingin menikmati sisa hari bebasnya di rumah. Satu lagi halangan datang dan membuatnya tertahan. Ada apa dengan hari ini?

.

Apa makna kehadiranku di sisimu?

.

Putar ke kirir, putar ke kanan, guling, guling, guling, lalu kembali ke gerakan putar ke kiri dan seterusnya. Sudah nyaris dua jam Sakura melakukan kegiatan tidak jelas itu dengan ritme yang sama. Rautnya serius dengan bibir menekuk ke bawah. Otaknya masih berkutat dengan perkataan Neji sebelum pria itu pergi ke kantor Tsunade beberapa waktu lalu, hal mengenai Sasuke. Mengingat perkataan si Hyuuga itu membuatnya pusing sendiri

"Sasuke-kun… memangnya hukuman apa yang dijatuhkan padanya?" Suaranya mengalun lemah memenuhi ruang tamu yang memang luas. Sakura masih malas beranjak ke kamarnya sendiri setelah membereskan pecahan keramik gelas yang sempat ia lempar pada Neji tadi.

Mengingat itu, Sakura menyesal sudah melempar gelas keramik ke arah Neji. Andai saja tadi dia tidak terhasut perkataan Neji, gelas keramik yang ia yakini sebagai barang langka itu pasti masih utuh dan bisa ia gunakan untuk minum teh lagi sekarang. Dan yang paling disesalinya, pola bunga sakura yang tertempel di keramik itu adalah kesukaannya.

"Neji kau brengsek!" Sakura kesal, entah kenapa nama Sasuke dan kenyataan bahwa pemuda itu masih hidup tidak bisa mengalihkan pikirannya dari gelas keramik yang hancur berkeping-keping karena ulah Neji –dan lemparannya.

Memang sih, perkataan Neji megenai Sasuke sempat membuatnya pusing. Tetapi hanya setengah jam, setelah itu perkataan Neji mengenai alasan kenapa mereka di hukum dan kejadian di malam naas itu menjadi bahan pikirannya. Membuat mukanya tiba-tiba merona kalau mengingat kejadian di malam itu, perasaan campur aduk antara malu dan marah.

Sakura ingin sekali adegan xxx yang nyaris terjadi di anatar Neji dan dirinya hilang disapu tsunami. Enyah dari kepalanya sampai kiamat datang.

"Uh, kenapa mahluk berambut panjang itu selalu menyebalkan?" umpatnya sebelum bangkit berdiri dan melipat tangan di depan dada. Emerald-nya mengedar teliti pada setiap bagian ruang tamu yang baru beberapa waktu lalu ia bersihkan.

Semuanya sudah kembali rapi, bersih dari pecahan gelas dan tumpahan teh. Remah-remah kue beras juga sudah menghilang dari atas tatami yang ia jejaki. Ruang tamu itu sudah kembali bersih seperti semula.

Gadis itu menatap puas hasil kerjanya. Sesekali, ia juga bisa mengalahkan si Hyuuga batu itu dalam suatu bidang, seperti bersih-bersih.

Neji memang pecinta kerapian, tapi sayang pemuda itu tidak terlalu suka melakukan kegiatan bersih-bersih. Memegang sapu atau mencuci futon seperti hal haram untuk disentuh tangannya. Terlalu hiperbolis? Tidak, itu kenyataan. Kalau kau hidup serumah dengan Hyuuga Neji selama lebih kurang tiga minggu, kau akan menyadari seberapa menyebalkan dan sok higenisnya pemuda itu.

Sebuah cibiran meluncur bebas dari bibir ranum Sakura saat mengingat kemarin malam Neji memarahinya(menatapnya dingin dan penuh arogansi) karena ruang penyimpanan dan ruang makan berantakan tidak karuan. Pemuda itu dengan seenaknya memberi titah pada Sakura untuk membersihkan ruangan-ruangan kotor yang membuat matanya iritasi. Memangnya ia babu apa?

'Memangnya dia pikir, dia itu siapa?' batinnya merutuk sebal sebelum kemudian melenggang keluar dari ruang tamu.

Sakura lalu menggeser shouji dan melangkahkan kakinya menjejaki lorong panjang menuju kamarnya sendiri. Maanfaatkanlah waktu selama tidak ada pengganggu, itulah pelajaran yang bisa ia petik setelah hidup serumah dengan Neji. Pastikan gunakan semua waktu yang kau punya sebaik mungkin sebelum sesosok laki-laki cantik bernama Hyuuga Neji menghancurkan hari indahmu.

"Kau mau kemana, Sakura?" –sial. Niatannya tidak bisa terlaksana. Sakura menengokkan kepalanya terpaksa saat suara berat Neji masuk ke gendang telinganya.

Di belakangnya, Neji berdiri angkuh –seperti biasa –dengan tangan kiri menenteng bungkusan makanan dan tangan yang satu lagi memegang sebuah buku dengan cover biru dongker dan tulisan kanji kuno.

"Kau kembali. Kurasa, tadaima." Jawabnya masam dengan senyum sinis yang ketara. Setengah sisi hatinya senang, bungkusan yang dibawa Neji itu, pasti makanan yang tadi sudah ia pesan. Namun, setengah hatinya lagi ingin mencakar wajah pemuda itu karena muncul di saat yang tidak tepat.

Ia baru saja ingin menghabiskan sisa harinya di balkon kamar dan bermalas-malasan menikmati terpaan angin sore. Bukan duduk di meja makan dan menyantap makanan yang sudah ia pesan beberapa saat tadi. Apalagi dengan Neji di sisinya yang lebih sering merusak mood dibanding membuat suasana menyenangkan. Aura si Hyuuga itu terlalu gloomy untuk atmosfer ceria-nya.

"Okaeri. Ini pesananmu, segera makan dan jangan mengotori apapun." Setelah mengucap kalimat itu dan menyodorkan satu porsi onigiri plus tamagoyaki, Neji langsung angkat kaki dan berjalan melewati Sakura dengan wajah datar yang biasa. Langkap dengan sorot sok tak pedulinya yang mebuat Sakura ingin mencolok mata Neji yang tidak punya pupil itu.

"Terserah!" Pekik Sakura.

Hidup serumah bersama Hyuuga Neji adalah ujian terberat dalam hidupnya, sungguh.

.

Apa kau pernah memikirkanku?

.

Malam itu, Sakura dan Neji sedang bersanatai di pekarangan belakang sambil melihat bintang. Sebuah kejadian langka, yang kemungkinan terjadinya hanya sekali dalam dua minggu terakhir ini.

Sakura melirik Neji yang duduk tidak begitu jauh dari tempatnya. Walaupun kegiatan mereka hari ini menatap bintang-bintang di langit malam, sejak tadi yang dilakukan Neji hanya membaca buku biru yang tadi sore dibawanya. Warna biru dongker dengan kanji kuno. Pasti itu bacaan membosankan lainnya yang penuh dengan rangkaian kata sulit dan akan membuat matanya sakit. Jenis buku yang paling dibenci Sakura dan dipuja oleh Neji.

Mereka berdua seperti langit dan bumi, terutama kalau dalam hobi dan kesukaan. Selain pekerjaan sebagai shinobi dan menjadi pelindung desa, mereka berdua sangat berlainan. Sperti yin dan yang yang tidak pernah menyatu.

"Kau bilang mau mengatakan sesuatu?" gadis itu merutuk pelan setalah diam cukup lama. Neji yang masih fokus pada bukunya hanya menggumam pelan lalu kembali mendiamkan Sakura. Membuat kerutan tipis terlihat jelas di dahi lebar Sakura.

Tadi, setelah makan sore. Untuk informasi saja, mereka lebih suka makan sore dibanding makan malam. Butuh alasan? Itu karena Sakura lebih suka menghabiskan sisa harinya di kamar dibanding bertemu muka dengan Neji yang tingkat menyebalkannya tidak bisa diukur lagi. Tadi, Neji memintanya ke pekarangan taman belakang.

"Neji..." dipanggilnya nama pemuda itu penuh emosi. Malam ini akan menjadi sangat sia-sia kalau Neji hanya menghabiskan waktunya dengan buku biru itu.

"Aa." Dan satu lagi jawaban singkat si Hyuuga yang membuatnya ingin melempar kepala itu dengan sepatu. Dia yang memintanya untuk duduk di sini menikmati langit malam penuh bintang dan mengatakan kalau ia punya sebuah topik baru untuk dibicarakan. Tapi apa ini? yang dilakukan Neji sejak tadi hanya diam, membaca buku, dan sesekali membalik halaman. Tidak mengatakan apapun. Apa yang sebenarnya diinginkan pemuda itu?

Sakura menghela nafas pelan kemudian menatap kemerlap bintang di langit. Tenang sekali rasanya... walau tetap saja, kesal.

"Neji. Aku pergi dari sini kalau kau tidak mulai mengatakan sesuatu." Ujarnya ketus, Sakura sudah cukup lelah menunggu mulut pemuda itu terbuka dan menyuarakan beberapa kata.

Tetapi, memang ia sendiri yang bodoh. Neji itu pelit bicara, mengharapkan pemuda itu bicara tanpa memancingnya secara langsung sama saja percuma. Sakura mendengus kesal mengingat itu. Harusnya ia sadar dari tadi dan menegur Neji lebih cepat.

"Diamlah sebentar." Jawaban kalem itu langsung membuat hati Sakura mencolos. Ia menggerutu di bawah nafasnya. Neji itu membingungkan, terkadang pemuda itu kalem, tapi terkadang lebih condong ke arogan. Terkadang egois, terkadang peduli. Neji itu clueless, samar untuk dibaca.

Beberapa saat kemudian, Sakura memutuskan untuk diam dan menunggu. Mungkin ini alasan Neji membawanya ke pekarangan belakang. Jadi, Sakura bisa menghabiskan waktu menunggunya dengan menatap bintang-bintang selagi Neji menyelesaikan bacaannya.

Di atas langit bintang bertaburan kerlap kerlip dengan bulan yang bersinar terang dan semilir angin malam yang menggelitik bulu halus tengkuknya. Kalau saja seseorang yang duduk di sampingnya adalah orang yang dicintainya, lalu mereka duduk bersisian, bergandengan tangan dan memadu kasih. Malam ini pasti akan terasa sangat sempurna.

Lama kemudian, Neji akhirnya menutup buku di tangannya dan melihat Sakura yang sedang menatap bintang dari sudut matanya. Sosok perempuan itu selalu terlihat anggun di mata Neji, meskipun hal itu tidak pernah tergambar dalam kelakuannya sehari-hari. Tetapi, saat sedang diam dan terfokus pada sesuatu. Sakura terlihat sangat anggun. Seperti putri-putri dalam gulungan sejarah di lemarinya yang ada di kediaman Hyuuga.

Di mata Neji, Sakura sebagai seorang perempuan, termasuk jenis yang proposional. Ukuran tubuh, simetris wajah, bentuk kaki sampai dengan keseluruhan profilnya, dan rambut merah muda yang sewarna bunga sakura, gadis itu cukup –sangat menarik di mata laki-laki. Memang, kalau bicara ukuran dada dan dahi, itu agak mengecewakan. Namun selain itu, Sakura menarik.

"Aku ingin menambah peraturan baru." Ujar pemuda itu dingin. Mata peraknya menatap lurus hamparan lahan hijau yang pingirannya ditanami bunga warna warni. "Jangan pernah membicarakan masalah pribadi di dalam rumah."

Sakura mennyipitkan matanya kemudian menoleh ke arah Neji yang masih tetap pada posisinya. Duduk tenang dengan satu kaki terlipat dan satu tertekuk. Raut pemuda itu dingin dan tidak bisa dibaca oleh mata awam. Tapi bagi Sakura, ia bisa melihat gores keseriusan dan determinasi yang menuntut untuk dituruti.

"Aku, tidak peduli. Terserahmu saja kalau memang ingin menambah peraturan itu, kita memang tidak pernah membicarakan atau membawa prihal pribadi, kan. Tapi alasannya?" gadis itu memperotes sedikit dan Neji hanya memutar mata bosan. Pemuda Hyuuga itu kembali membuka buku di tangannya dan menelusuri satu halamn yang sudah ia beri tanda di bagian atasnya.

"Hanya terpikirkan begitu saja." Sahutnya menjawab pertanyaan Sakura. Gadis manis itu tersenyum kecut mendengar jawab Neji yang seenaknya.

"Ya sudahlah. Lalu, apalagi?"

'Apalagi?' Batin Neji menyahut. Kerutan samar muncul di dahinya. Ditatapnya manik kehijauan Sakura yang terlihat jengah dan tidak tertarik. Mungkin gadis itu sedang bosan pada lautan hitam dan kerlap-kerlip bintang di atas kepalanya.

"Aku minta bantuanmu," Neji menjeda ragu sebelum kemudian mentap dalam mata gadis di sampingnya, "dalam beberapa hal." Ujarnya halus, nadanya masih datar dan raut di wajah Neji tidak berubah sama sekali saat meminta bantuan Sakura.

Neji mungkin menyebalkan, tapi sebagai housemate yang baik, Sakura tidak akan segan untuk memberikan bantuannya saat pemuda dingin itu meminta bantuan. Karena itu, ia hanya mengangguk singkat dan menatap wajah si Hyuuga dengan penuh tanya. Apa jenis bantuan yang akan diminta Neji?

Pemuda itu berdiri, menepuk-nepuk bagian belakang pakaiannya yang kotor karena duduk di atas tanah berumput. Dagunya terangkat pelan, memberi kode pada Sakura untuk berdiri dan mendekatinya. Sakura, di sisi lain, hanya menaikkan satu alisnya dan berjalan mendekat. Ia kemudian berhenti beberapa senti di depan Neji, gadis itu memastikan jaraknya dan Neji ada dalam batasan yang aman.

"Lalu?" gadis itu bertanya lugu. Rautnya masih penuh tanya dan matanya menunjukkan keingin tahuan yang begitu besar. Jarang-jarang kan seorang Hyuuga Neji meminta bantuan pada orang lain. Apalagi padanya, hal itu bisa dihitung dengan jari.

Neji tidak menjawab pertanyaan Sakura. Pemuda itu malah berjalan mendekat sampai jaraknya dengan Sakura hanya terpaut tiga sampai empat senti. Perlahan tapi pasti, tangannya yang bebas menyentuh pipi si medic-nin dan mengelus lembut kulit poselen itu. Seakan terhipnotis genjutsu, Sakura hanya diam dan menatap mata perak Neji yang terlihat menawan di bawah pendaran bulan. Tangan Neji turun ke tengkuk lehernya, menyusuk ke untaian benang merah muda yang memahkotai kepalanya. Jemari panjang itu memilin rambutnya halus, penuh kehatian-hatian, dan setiap gerakannya seakan menunjukan rasa kasih sayang yang sangat mendalam.

Sakura terpaku, entah kenapa ia merasa begitu nyaman saat Neji menyentuh pipinya, memainkan rambutnya dan mengelus leher jenjangnya. Dan ketika sebuah senyuman tipis muncul di wajah pemilik rambut coklat kayu itu, Sakura merasa dunianya tertelan dalam satu titik pusat yang membuat perutnya terasa mulas. Sensasi yang begitu aneh dan membuat jantungnya bekerja beberapa kali lebih cepat. Perasaannya campur aduk, senang dan takut.

Tanpa diduga olehnya, Neji makin memperkecil jarak mereka kemudian memeluk tubuhnya. Pelukan yang tidak terlalu erat itu cukup untuk membuat Sakura tersentak kaget dan mata bermanik hijau miliknya melebar kaget.

Kepala Neji tenggelam dalam rambut merah mudanya. Pemuda itu menyesapi harum cheri yang menguar ketika hidungnya bertemu dengan rambut sewarna bunga milik Sakura. Untaian benang rambut itu begitu halus, wangi dan lembut saat tersentuh oleh tangannya.

"Ne...Neji?" setelah lama mulutnya dibuat kelu oleh perlakuan Neji yang membuat skot jantung, Sakura memanggil nama pemuda di depannya ragu. Degup jantung yang tidak terkontrol dan hawa panas yang tiba-tiba menjalari tubuhnya membuat Sakura ingin segera melepaskan pelukan Neji dari tubuhnya. Perutnya yang terasa mulas seperti ada kupu-kupu berterbangan lalu-lalang di dalam sana. Ingin sekali ia melepas pelukan Neji andai tubuhnya tidak kaku begini.

"Hm" gumam ketua anbu itu pelan kemudian melepas pelukannya. Ketika matanya bertemu pandang dengan mata Haruno Sakura yang dilanda kaget dan kebingungan, Neji hanya menatap lekat sepasang manik hijau Sakura yang selalu hijau seperti hutan yang tumbuh subur di luar pekarangan tempat mereka tinggal.

Ketika mata mereka bertemu, Sakura cepat-cepat membalikan tubuhnya dan menutupi pipinya yang ia yakini merona merah –padam. Uhh, pasti memalukan kalau saja Neji melihat rona di pipinya itu!

'Astaga Kami-sama, yang tadi itu apa?' batinnya berteriak histeris. Dipeluk oleh Neji di halaman belakang rumah di bawah naungan langit malam dan bulan purnama tidak pernah terlintas di otaknya, sekalipun tidak pernah. Ia sama sekali tidak pernah mengharapkkan hal itu terjadi. Tapi ini?

Apa sesuatu dalam otak jenius Neji sedang bermasalah? Kenapa tiba-tiba pemuda itu memeluk tubuhnya?

"Sakura." Panggil pemuda itu. Sakura refleks menengok, dan...

... Seorang Hyuuga Neji menciumnya. Di. Bibir.

Sekujur tubuhnya seakan berubah menjadi patung ketika bibir Neji menempel di bibir merah mudanya. 'APA YANG SEDANG TERJADI TUHAN?' batinnya berteriak merana, secepat ia bisa kembali mengendalikan dirinya, secepat itu Sakura langsung menarik diri dan melepas bibir Neji dari miliknya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" makinya kasar dengan wajah memerah padam. Di sana, Neji hanya mengernyitkan dahinya dan menatap muka merah Sakura dengan pandangan aneh.

"Menciummu?" jawabnya enteng tanpa rasa bersalah padahal ia baru saja mencium bibir Sakura. Sungguh, pemuda itu seperti sedang berakting dan menganggap kejadian tadi adalah hal biasa dan reaksi Sakura terlalu berlebihan.

"Kau!" Sakura menggeram kesal dengan tangan terkepal kuat. "NEJI BRENGSEK! MENYEBALKAN!" teriaknya kemudian berlari masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat.

Gadis itu langsung berlari menuju kamarnya dan mengurung diri dalam selimut futon sembari menyumpah-serapahi Hyuuga Neji yang dengan seenaknya menciumnya dan merasa tidak bersalah sepert itu! Ia berjanji dalam hatinya, kalau Neji minta tolong padanya, demi apapun, ia tidak akan menerima permintaan tolong mahluk menyebalkan itu.

"Neji shine(Neji, mati)!" keluhnya dengan wajah memerah dibalik futon. Sungguh, apa yang sebenarnya sedang terjadi hari ini?

Jauh dari Sakura yang sibuk megomel dan menyumaphi Neji dalam kamarnya. Pemuda Hyuuga itu masih berdiri di kebun belakang dengan dahi mengkerut dan satu alisnya naik. Ia kemudian mengambil dan membuka buku biru yang sedari tadi tergeletak di atas rumput. Dengan lincah tangannya langsung membuka halaman yang sudah diberi tanda lipat pada bagian atasnya.

... –Salah satu cara untuk memastikan bahwa kau jatuh hati padanya adalah dengan memeluknya. Tidak perlu erat, kau hanya harus memeluk orang itu dan mencoba melakukan rasa kasih sayangmu dengan sikap(memilin rambutnya atau mengelus pipinya). Kalau saat memeluk si dia kau merasa seperti ada kupu-kupu yang menari di dalam perutmu dan desiran ringan sepertu berhembus dalam hatimu, itu pertanda bahwa kau memang jatuh hati padanya –

Tangan kanannya yang kosong ia gunakan untuk menangkup dagunya, berpikir. Ia mengingat-ingat kembali kejadian saat memeluk Sakura tadi.

Apa ada desiran halus yang terasa? Sepertinya tidak. Perut serasa diisi oleh banyak kupu-kupu berterbangan? Tidak juga. Pemuda itu berpikir makin dalam, sepertinya tadi tubuhnya tidak bereaksi apa-apa. Apa mungkin caranya salah? Atau dia memang sebenarnya tidak menyukai Sakura?

Uh, tapi memimpikan satu orang gadis yang sama dalam tiap malam bukan hal biasa kan? Bagaimana ia bisa menjelaskan kejadian itu? Mimpi berulang kali dengan Sakura sebagai aktris dan dia sebagai aktor. Duduk berdampingan dengan jemari bertaut tapi mata memandang ke arah lain. Tidak sengaja kah?

Dengusan pelan meluncur bebeas, Neji kembali mengarahkan matanya ke arah paragaraf lain dalam halaman itu.

... –Saat mencium si dia di bibir, ciumlah dengan lembut dan penuh perasaan. Jantungmu akan berdetak lebih cepat dan kau akan merasakan tekanan panas yang tidak dikenal menjalari wajahmu lalu setelah itu kau akan terus mengingat kejadi tadi dan terus membayangkan hal itu terulang. Kalau reaksimu seperti itu. Indikator bahwa kau mencintainya bisa naik sampai 10%. Bisa semakin menanjak apabila kau terus ingin berada di sisinya setelah itu –

Yang itu juga tidak ada efeknya. Neji menaikkan satu alisnya heran. Mempelajari teori tentang pemerintahan dan menghafal jurus-jurus jauh lebih mudah ketimbang mengurusi sesuatu bernama cinta. Kenapa juga sih ia harus terseret ke dalam arus yang seperti ini?

"Kurasa, kata-kata Tsunade-sama ada benarnya." pikir pemuda itu sebelum menutup buku biru dalam genggamannya. Tanpa berpikir dua kali, pemuda itu langsung masuk ke dalam rumah menuju ruang perpustakaan yang ada di ujung lorong timur.

Lebih baik membaca buku yang lebih normal daripada membaca buku abnormal yang dibawanya sekarang. Memang salahnya menerima buku itu dari tangan Naruto. Sungguh hari yang luar biasa aneh.

-To Be Continued-

~Omake.

"Astaga, aku tidak menyangka ketua akan melakukannya." Seseorang di atas pohon berbisik pelan pada kawannya yang menatap serius kejadian tadi.

"Kau benar, ini pemandangan langka. Jangan lupa untuk menggodanya kalau ada misi baru nanti." Jawab kawannya dari balik topeng rubah yang menutupi wajahnya.

Dua orang itu memperhatikan dengan seksama sosok Neji yang mau melangkah masuk ke dalam rumah. Tidak ada perubahan berarti pada wajah dingin si Hyuuga itu. Hal yang membuat dua orang yang sedang bersembunyi di atas pohon itu hanya bisa menggeleng pasrah.

Bahkan setelah memeluk dan mencium seorang medic-nin yang terkenal sangar sikap Neji tetap biasa-biasa saja. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa, semua yang terjadi tadi seperti hilang begitu saja dalam ingatannya. Seorang kapten anbu tingkatnya memang beda.

"Kalau aku jadi ketua, nanti malam past-"

"Sst." Desisan waspada dari temannya langsung membuat orang bertopeng anjing itu diam.

Si topeng rubah menggedikan bahnya ke arah Neji yang ternyata sedang menatap ke arah mereka, ke arah pohon tepatnya. Mata perak milik Neji memicing tajam dengan kerutan halus menghiasai dahinya. Dua orang di atas pohon itu hanya bisa diam dan berusaha menyembunyikan keberadaan mereka sebaik mungkin. Berbahaya kalau Neji menggunakan byakugan dan mengetahui keberadaan mereka di sana.

Entah hukaman jenis apa yang akan mereka terima saat ada rapat bulanan anggota anbu minggu depan.

Menguntit kehidupan dua manusia itu memang suruhan pribadi Hokage. Tapi misi itu bukan misi legal dan tidak diketahui si ketua yang sedang menatap mereka dengan pandangan membunuh dari bawah. Mungkinkah Neji sudah mengetahui keberadaan mereka?

Lima menit kemudian, tidak terjadi apapun. Neji kembali berjalan masuk ke rumah dan menutup pintu geser yang menjadi pembatas rumah itu dengan pekarangan. Dua orang bertopeng di atas pohon menghela nafas lega begitu si ketua yang sedang mereka intai sudah hilang dari pandangan.

Mereka tidak ketahuan atau Neji sengaja melepaskan mereka... untuk sekarang?

"Tidak akan dapat jyuuken gratis kan?" tanya sosok yang memakai topeng anjing pada temannya yang berjongkok santai(mencoba santai) di atas batang pohon.

"Aku tidak jamin." Balas si topeng rubah dengan nada getir yang ketara.

Nasib mereka akan ditentukan pada pertemuan beberapa hari lagi. Dan semoga saja, Neji benar-benar tidak mengetahui keberadaan mereka dan prihal pengintaian ini.

-To Be Continued-

A/N:

Rei update xD, maafkan kalau update-nya masih telat terus. Bagaimana chapter ini? NejiSaku-nya mulai kerasa kah? Tidak? Kalau begitu maafkan saya T=T masih dalam pengembalian mood pada pairing ini. Tahulah, akhir-akhir ini saya terlalu larut dengan Kurobas sama Magi. Jadi, maafkan Rei minna-san :((.

Untuk next chapter, Rei mau minta pendapat minna-sana. Ada dua versi; versi pertama: menceritakan cerita awala a.k.a alasan mereka di hukum, versi kedua: masuk ke pertemuan Sasuke dengan Sakura. Kalau lebih banyak yang memilih versi kedua, cerita jaman dulu tengtang kejadiian terlarang di gedung Hokage akan di publish secara terpisah. Kalau banyak yang minta versi satu, fanfic ini akan naik rated ke M. Jadi menurut minna?

Dan, terakhir. Maafkan Rei minna-sama , saya dengan sotoynya mengabaikan readers yang sudah mereview dan tidak mengucapkan terimakasih atau apapun. Maaf sekali, Rei hilaf DX. Maka dari itu, untuk yang sudah review di chapter 4, Rei ucapkan terimakasih pada Kiki RyuEunTeuk, HyuTen-chan, Guest(1) & Guest(2)(apakah kalian orang yang sama?), Kimmberly, Renata Kurosaki, Sella Yeobos, Hyuuga Aki, uchihyuna,Vannychan, nmnm. Untuk semua readers yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca fanfic ini walau tidak meninggalkan jejak, terimakashi banyak xD

Lalu, untuk chpater 5. Rei sekali lagi mengucpakan terimakasih pada Kumada Chiyu, Kim Keyna, Kiki RyuEunTeuk, Hanazono yuri, KunoichiSaki Mrs Uchiha Sasuke, HyuTen-chan, pip-poo, uchihyuna.

Sungguh, tanpa review kalian author pasti akan kehilangan semangat untuk nerusin fic ini. Tapi berkat minna-san semua, walau sense saya pada Naruto sempat hilang, Rei bisa kembali dan meneruskan fanfic ini xD bahkan Rei bisa lebih suka dengan pairing ini :D terimakasih minna-sama. Dan juga, Rei ucapkan terimakasih pada yang sudah memasukkan fanfic ini ke dalam list favorite dan alert. Hontou ni arigatou, Rei nggak tahu mau ngomong apa saking senengnya C;

Terakhir, maukah minna-san sekalian menuliskan sepath dua patah kata di kotak review mengenai cerita ini? Mengenai author yang cetar-cetar ini juga boleh kok#sotoy#! Arigatu gozaimasu minna-sama!