Akhirnya fic perdana kenrai bisa dipublish(untuk kedua kalinya,karena waktu publish yang pertama buanyak sekali yang salah dan itu nggak bisa dimaafkan).

Ok, cerita ini awalnya bermula dari obsesi author untuk selalu maksa bikin cerita romance,padahal author sendiri tidak punya pengalaman apapun tentang romance. Akhirnya,jadi seperti ini , tidak terkesan romancenya(menurut author,lho!). tapi, yang terpenting, cerita ini 100% hasil dari perasan otak author,bukan hasil plagiat atau sejenisnya,karena author antiplagiat...

Thank for: my best freind, 'friny' ,'ryo', and my mother, you are my everythink.

Disclaimer: naruto hanya milik tuan muda masashi kosimoto yang terhormat.(?)

Warning!: OOC,gaje,siapkan obat sakit kepala saat membaca fic ini,karena, fic ini sangat membingungkan.(ok,yang terakhir tadi bercanda,tapi untuk jaga-jaga boleh juga...)

Don't like don't read.


Kushina PO'V

Namaku kushina uzumaki. Semua orang berpikir kalau aku, yang merupakan anak dari keluarga uzumaki yang terkenal ini, adalah gadis pintar yang selalu dapat peringkat satu. Tapi nyatanya tidak. Aku hanyalah gadis 16 tahun biasa yang Cuma bisa karate . Walaupun begitu, selama ini aku tidak pernah ikut turnamen karate ,padahal pelatihku sudah yakin kalau aku ikut turnamen karate,aku pasti langsung dapat peringkat satu. Karena pelatihku yang cerewet itu selalu memintaku ikut turnemen, tahun lalu aku akhirnya mengikuti turnamen dan berhasil sampai di final. Tapi, sehari sebelum final aku terkena cacar dan akhirnya hanya dapat peringkat 2.

Musim gugur tahun ini nilaiku turun drastis. Alasan utamanya adalah karena aku sibuk latihan karate untuk turnamen tahun ini.

Tou-san menyuruhku untuk berhenti karate dan fokus belajar atau akan mengikuti beberapa bimbel di luar sana. Tapi aku menolak tegas. Aku tidak suka ikut bimbel atau semacamnya. Terutama guru bimbel. Mereka terlihat sombong saat menghadapi orang sepertiku. Kalau aku tidak bisa menjawab salah satu dari soal-soal mereka, mereka akan berceramah panjang lebar dan membuatku bosan. Tapi,aku masih ingin mengikuti turnamen itu sekali lagi.

"tou-san, aku'kan sudah bilang kalau aku tidak butuh bimbel!" bentakku pada tou-san, aku tahu itu tidak sopan,tapi aku sangat kesal pada tou-san sekarang. Kalau dihitung,ini sudah ke 16 kalinya tou-san menanyakan hal yang sama, tentang bimbel atau semacamnya itu.

"dengar, tou-san tidak percaya kalau kau akan belajar dengan benar. Makanya ayah menawarkanmu bimbel. Tapi, kamu tetap tidak mau menerimanya... untunglah ayah sudah memanggil seorang guru privat. " kata ayah santai sambil tetap berkutik pada laptopnya.

"apa!tou-san bercanda!" bentakku dengan mata terbelalak. Aku yakin sekali kalau tou-san sudah tahu, AKU BENCI GURU PRIVAT

"ini serius,kushina-chan...kau harus memperbaiki nilaimu. Apa kau tidak berpikir apa yang akan dikatakan orang tentang nilaimu itu, Dan kau akan menyesali nilaimu itu nantinya." Jelas tou-san setelah menutup laptopnya. Dia berjalan mendekatiku. Dan mengelus rambut merahku yang panjang dengan lembut. Mata violetku bertemu dengan mata violet tou-san. Tou-san menatapku dengan penuh keyakinan.

"ukh..." aku menggit bibirku. Apa yang dikatakan tou-san benar, dan aku tidak bisa mengelak lagi sekarang. Sial!

"tenang saja,kushina-chan...tou-san dan kakakmu akan berusaha sekeras mungkin supaya kamu tetap bisa berkarate. Tou-san janji. Ok?" tou-san menunjukkan jari kelingingnya di depanku. Aku menelan kudah. Aku tidak sanggup menolak permintaan tou-san sekarang. Sedikit demi sedikit tanganku mulai terangkat. Aku mengaitkan jari kelingkingku pada jari kelingking tou-san.

"kalau tou-san meingkari janji. Berarti aku akan melakukan hal buruk pada tou-san nanti. Tou-san mengerti maksudku'kan?" ancamku dengan tatapan tajamku. Tou-san bergidik dan mengeluarkan keringat dingin, aku tau itu. Beliau mngangguk dan berkata,"ok...tou-san janji...". aku tersenyum dan meninggalkan ruang kerja tou-san itu. Saat menoleh keluar jendela, aku melihat sebuah mobil mewah terpakir di halaman. Seorang pria asing dengan rambut kuningnya keluar dari mobil itu. Mataku terbelalak melihat setumpuk buku pelajaran di tangannya. Aku belari menuju ruang tamu,memastikan apa yang kulihat tadi.

-End of kushina PO'V-


Seorang pria berawakkan atletis berdiri menatap hamparan rumput di halaman keluarga uzumaki itu sebelum akhirnya mulai berjalan menuju pintu rumah. Setumpuk buku yang ada dilengannya sekarang ini tidak mengurangi ketampanannya. Mata biru safir dengan sebuah senyuman lembut terlihat jelas di wajahnya. Dia terus berjalan menuju pintu depan tempat dia akan memulai pengalaman baru sebagai seorang guru privat untuk seorang gadis. Tapi, tepat di depan pintu dia tertabrak seorang gadis dengan rambut merah panjang yang tergerai dengan indahnya.

"ukh..." lirih pria itu seraya megusap kepalanya. Buku yang tadi ia bawa berserakkan di sekitarnya. Dengan sedikit panik sang gadis memungut buku-buku itu. Pupilnya membesar saat melihat judul dari buku-buku itu. 'sudah kuduga...' pikirnya. Gadis itu sadar kalau pria tadi adalah guru privatnya. Ia menatap guru privatnya itu dengan tatapan membunuhnya. Bagaimanapun, dia paling tidak suka dengan guru privat. Tiba-tiba sebuah akal licik mengalir di otaknya. Dia menyeringai. Sambil terus berusaha panik, dia mengembalikan tumpukan buku itu pada pemiliknnya.

" maaf,aku ini memang ceroboh..." katanya sambil memangang wajah bersalah palsu yang menjadi andalannya akhir-akhir ini. Tatapan tajamnya tadi lenyap tak berbekas.

"tidak apa-apa. Ah, anda pasti kushina uzumaki'kan? Perkenalkan, nama saya minato. Guru privat." Sapa pria tadi dengan senyuman mautnya yang mampu membuat siapapun tergila-gila padanya. Tapi sepertinya senyuman itu tak lagi berefek di hadapan kushina saat ini. Kushina malah menatap mata mianto. Dia sadar kalau minato sesari tadi memerhatikan gerak-geriknya

"ya. Aku sudah bisa menduga... Selama ini aku tidak penah memanggil guru privat. Ini pengalaman pertamaku." Jawab kushina dengan senyumnya.

"kita bisa belajar di perpustakaan , ikuti aku." Pintanya. Ia berbalik dan berjalan menuju tangga. Dibelakannya, minato menunduk,rambut kuningnya menutupi wajahnya yang sudah memerah. Kushina sendiri, diluar dugaan sedang berusaha mengatur detak jantungnya.

Tak lama berselang,minato berdehem beberapa kali sebelum akhirnya dia memecahkan keheningan di kediaman uzumaki itu," uzumaki-san,rumah anda besar sekali...".

"memang." Jawab kushina santai. Sekarang detak jantungnya sudah mulai normal.

" dulu, rumah ini ramai sekali. Tapi, Semenjak kaa-san meninggal, nii-san pergi keluar negeri dan tou-san makin sibuk bekerja. Rumah ini jadi lebih sepi dan membosankan. Yah...Aku juga terbiasa sendirian,sih. Jadi nggak apa-apa." Lanjutnya. Raut wajah kushina berubah. Sebuah senyum yang dipaksakannya sudah tak mampu bertahan lagi. Tapi dia belum mengizinkan air matanya menetes. Dia tahu kalau dia harus bersikap tegar di depan orang lain. Khususnya minato. Dia tidak ingin image yang sudah dipertahankannya selama ini hancur hanya karena setetes air mata. Sayang, mata minato tidak bisa dibohongi semudah itu. Minato tahu betul apa yang kushina rasakan. Dia juga kehilangan adik perempuan yang paling dia sayangi karena kecerobohannya sendiri.

"maaf,bukan maksudku..." minato menjulurkan tangannya dan menepuk bahu 'murid'nya itu dengan lembut. Dia juga sadar kalau kushina ingin menangis saat itu.

"tidak apa-apa. itu sudah lama sekali,kau tahu.." sergah kushina. Ia menggelengkan kepalanya. Membuang jauh-jauh keinginannya untuk menangis. Sebenarnya, kushina senang karena minato mengkhawatirkannya. Dia tersenyum lega. Baru kali ini dia menceritakan hal itu pada orang lain.

"ah,kita sudah sampai. Silahkan masuk...eh?" kushina terkejut ketika pintu perpus milik tou-sannya itu tidak bisa dibuka. Keringat dingin mulai mengalir. Dia panik.

" kenapa?" tanya minato penasaran.

"anu...pintunya tidak bisa di buka..bagaimana ini? " kushina semakin kasar mendorong pintu itu. Minato yang sedari tadi memerhatikan tingkah laku kushina itu menggaruk kepalanya .

"kurasa cara membukanya bukan didorong. Tapi di geser seperti..." minato menggeser pintu itu. Dan pintu itu terbuka dengan mudahnya. Kushina menepuk dahinya. Mulutnya ternganga dengan noraknya.

'jadi selama ini pintu itu tidak bisa dibuka bukan karena terkunci,ya...bodoh'nya aku..' pikir kushina.

Minato dan kushina masuk ke dalam ruangan besar yang penuh dengan buku-buku itu. Mereka duduk berhadapan di sebuah meja. Minato mengeluarkan sebuah kacamata minus dari saku kemejanya,memakainya dan mulai memasang mimik serius.

"nah,ayo kita mulai belajarnya. Pertama-tama, kerjakan soal ini dalam waktu ½ jam."

.

.

.

.

.

.

.

.

"em...jadi ,kita mulai dari yang mudah dulu. Fisika kelas 1 smp. Kau masih kelas 1 smp'kan?" tanya minato setelah melihat jawaban kushina sekilas. Dia yakin akan perkataannya itu.

"...iya?" kushina menaikkan satu alisnya.

"aku serius uzumaki-san."

"...kau pikir aku kelas 2 SMP? AKU SUDAH SMA,TAU!" teriak kushina. Minato dengan cekatan menutup telinganya. Dia tidak ingin telinganya rusak karena mendengar teriakan kushina yang super kencang.

"be...bearti dugaanku salah. Tadinya setelah meliht jawabanmu,aku yakin kalau kau masih smp...maaf." jelas minato sambil menujukkan lembar jawaban kushina yang hanya di isi sebagian saja. Kushina mengertakkan giginya. Dia memang tidak mood belajar saat itu. Jadi,dia dengan mudahnya menjawab soal-saoal itu tanpa memikirkan caranya(bahasa kerennya, ngawur)

" kamu benar-benar menyebalkan,guru privat! Huh!"

"kalau begitu biar ku jelaskan satu persatu,ya?"

"terserahlah..."

.

.

.

.

"em...masih belum mengerti,guru privat." Keluh kushina. Sebenarnya, dia hanya pura-pura tidak megerti. Faktanya, kushina sendiri tidak terlalu bodoh. Hanya saja nilainya musim ini pas-pasan, dan ayahnya tidak suka ,ia ingin membuat guru barunya itu capek karena harus menjelaskan soal yang sama dalam 2 jam .

"benarkah? Apa aku terlalu cepat,ya?" tanya minato. Dia tidak terlihat lelah sama sekali. Justru dia semakin bersemangat. Ia tidak ingin mengecewakan muridnya kali ini.

"mungkin. Coba lebih lambat." Pinta kushina. Minatopun kembali menjelaskan soal itu untuk yang ke 10 kalinya. Kushina bukannya memperhatikan penjelasan minato,malah mulai memainkan pensilnya. Sekarang pikirannya melayang. Dia sebenarnya sudah mulai bosan. Ia akui, menatap wajah minato memang tidak akan membuatnya bosan. Tapi,dia tidak akan bisa melakukannya. Ia tidak ingin debaran jantungnya meningkat. Memikirkannya saja sudah bisa membuat wajahnya mulai memerah. Apalagi, minato saat ini sedang menjadi GURU PRIVATnya dan semua orang tahu kalau kushina sangat benci guru privat. Tapi, tetap saja kushina tidak bisa mengelak dari perasaannya saat berhadapan dengan minato sekarang. Pendiriannya mulai berubah.

"zu..uzumaki-san...anda tidak apa-apa? wajah anda merah..kita istirahat saja dulu..." wajah minato menunjukkan kekhawatiran.

"aku tidak saja." Kata kushina lalu memalingkan wajahnya. Minatopun nekat mencondongkan Menyuntuh dahi kushina dan berusaha memastikan bahwa kushina tidak demam. Kushina yang merasa dahinya disentuh langsung memukul tangan minato.

" jangan sentuh aku! Sudah kubilang aku tidak apa-apa!" bantak kushina. Dia memalingkan wajahnya yang semerah rambutnya. Minato tersenyum pahit. Baru kali ini ada perempuan yang berani membentaknya sekeras itu.

"kalau tahu begini aku memilih tidak latihan karate, daripada bertemu guru privat sepertimu!menyebalakn!" bentak kushina lagi. Sekarang dia beranjak pergi dengan hentakan kaki yang keras. ia sendiri binging kenapa dia menjadi sesensitif itu. Selama ini dia tidak pernah membentak orang lain seperti itu.

"kushina! Tunggu!" teriak minato lalu ikut beranjak dan mengejar kushina. Tapi, usahanya terlambat. Kushina sudah keluar dan menggeser pintu perpustakaan itu dengan kasarnya.

" apa aku sudah keterlaluan,ya?" lirih minato.


Minato PO'V

Kusandarkan tubuhku di depan pintu itu. Keremas rambut kuningku yang memang sudah berantakan sejak awal. Pikiranku masih penuh dengan rasa bersalah. Kau tahu, baru kali ini aku menerima tawaran untuk menjadi guru privat, apalagi aku tahu kalau calon muridku adalah seorang gadis. Baru kali ini aku terpesona pada seorang gadis . kushina berbeda dari gadis- gadis lain yang sering kutemui. Aku tahu kalau kushina tidak suka pada guru privat, oleh karena itu,Kushina tidak memperhatikan wajahku apalagi penjelasan yang kuberikan tadi. Dia gadis yang kokoh pada pendiriannya.

Dia adalah gados yang unik. Senyumannya juga manis. Aku...aku menyukainya. Kami-sama,apakah aku melakukan kesalahan sampai harus menyukai 'murid'ku sendiri?. Setidaknya, aku ingin dia memanggilku dengan namaku,bukan 'guru privat'. Tapi, apakah itu mungkin? Aku sudah membuatnya membentakku hari ini. Aku ingin lebih dekat dengannya. Bukan sekedar guru privat baginya.

"cih, dasar baka minato!" gerutuku. Akhirnya aku memutuskan untuk menemui uzumaki-san di kamarnya. Kan'tinggal menanyakan diamana kamar uzumaki-san pada maid disini. Itu tidak susah.

Kugeser pintu itu dan segera berlari dengan kecepatan tinggi menuju seorang maid yang berdiri di ruang tengah. Aku berhenti di hadapannya.

"em...kalau boleh tahu, kamar uzumaki-san di sebelah mana? Aku sedang mencarinya.." tanyaku sopan.

" nona tidak ada dikamar. Tadi nona berlari menuju halaman belakang. Memang apa yang baru saja terjadi? Nona sepertinya menangis tadi."

"maaf,saya tidak punya waktu untuk menjelaskannya. Permisi." Aku kembali berlari menuju halaman belakang. Aku tidak peduli kalau para maid disana memerhatikanku. aku harus minta maaf pada uzumaki-san sekarang juga.

"kushina! " teiakku setelah tiba di halaman belakang yang luas sekali. Mataku menjelajahi tempat- tempat disana dengan teliti. Akupun kembali berlari setelah melihat sesuatu berwarna merah yang sedang meringkuk di samping pohon sakura yang belum berbunga.

"kushina!" teriakku lagi lalu menepuk bahu uzumaki-san. Dia berbalik dan menatap metaku. Aku tahu dia habis menangis. Matanya merah. Dan itu semakin menambah rasa bersalahku.

"siapa? Kushina?kau memanggilku apa?" tanyanya. Dia mengangkat sebelah alisnya. Tidak kusangka kalau itulah reaksinya. Wajahku mulai memerah,mungkinkarena baru kali ini aku memanggil nama seorang gadis dengan nama panggilannya. Ditambah, aku melakukannya tanpa sadar.

"ku...kushi...kushina..." jawabku ragu-ragu. Aku takut dia tersinggung karena aku seenaknya saja memenggil namanya. Bagaimanapun, kami baru 2 jam berkenalan. Dan sekarang aku sudah berani memanggil namanya.

" em...dasar lancang." Katanya. Dia tersenyum. Dan menurutku, senyumannya itu sangat manis. Sangat. Walu matanya masih merah karena baru menangis. Kami sama...terima kasih, karena sudah memperbolehkanku memgangilnya dengan nama panggillannya.

" sudah,kau pulang saja. Aku sangat pusing sekarang. Malam ini aku akan mengerjakan soal yang belum kujawab tadi sebisaku. Besok kau datang dan periksa itu. Ok?" tawarnya. Awalnya aku ragu untuk mengiyakannya. Aku sangat yakin kalau dia tidak akan belajar malam ini,padahal besok sudah mulai sekolah. Tapi, saat melihat senyumannya,pendirianku runtuh dan dengan yakinnya aku mengangguk.

" em...kalau tidak salah tadi anda bilang kalau anda masih sma. Sekolah dimana?" tanyaku penasaran.

"eh? Konoha high school. Kenapa?" jawabnya santai. Aku menelan ludah. Jantung terasa terhenti. Aku mengangguk lalu berkata,"hanya ingin tahu. Permisi." Dengan wajah lesu aku berjalan menuju mobil yang masih diparkir di halaman depan.

Pikiranku penuh dengan berbagai pertanyaan,"apa yang harus kulakukan? Bagaimana kalau dia tahu identitasku yang sebenarnya?bagaimana kalau besok..." lirihku. Sekarang aku mulai pasrah pada takdir.

Kushina PO'V

Pagi itu aku terbangun. Matahari bersinar begitu cerah pagi itu. Aku berjalan menuju meja belajar.

'hari ini dia bakal datang tidak,ya? Setelah kuperlakukan seperti itu kemarin,mungkin dia tak akan datang lagi' pikirku sambil memandangi selembar kertas yang sudah kuisi dengan jawabanku. Tadi malam aku memang belajar sangat keras supaya tidak mengecewakan guru privat baruku itu. Padahal awalnya aku sangat membenci guru privat karena kukira mereka adalah orang yang sombong dan pandai ceramah. Kenapa sekarang aku malah menantikan guru privatku itu.

Kemarin dia mengkhawatirkanku, dia tersenyum padaku, dia menyentuh dahiku, dia...memanggil namaku. Oh,astaga...aku senang sekali. Mungkin dia salah paham karena aku kemarin membentaknya, tapi kumohon,kami-sama...semoga dia masih ingin mengajariku. Supaya aku jadi semakin mengenalnya.

"nona, mobilnya sudah siap. Sebentar lagi pukul 07.30" aku terkejut mendengar seruan dari salah seorang maid yang paling dekat denganku. Butuh waktu beberapa detik untuk sadar kalau aku akan terlambat hari ini. Segera aku berlari ke kamar mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

.

.

.

.

" telat 2 menit...tidak masalah. Aku bisa mengatasinya." Pikirku setelah berhasil melewati gerbang sekolah. Aku berlari santai. Kurasakan rambut merah panjangku berkibar tertiup angin. Sebenarnya, aku sudah cukup sering terlambat dan para guru sepertinya sudah terbiasa melihatku datang terlambat, jadi ini bukanlah masalah besar bagiku. Aku berhenti didepan pintu kelasku yang kebetulan tak jauh dari gerbang.

Aku menunduk dan mengintip lewat lubang kunci berharap, belum ada guru yang berdiri disana. Tapi aku salah, ada seorang guru disana dan...seseorang...siapa?. kusipitkan mataku supaya dapat melihat lebih jelas.

"oh tidak..." bisikku dengan mata terbelalak. Aku melihat seseorang yang kukenal berdiri mengenakan seragam KHS disana. Jantungku berdetak kencang saat sang guru menyadari keberadaanku. Guru itupun mendekati pintu dan membuka pintu itu. Secara otomatis aku terjatuh ke dalam kelas dengan tidak elitnya.

"ku..kushina...?" tanya cowok sialan yang tadi berdiri di samping guru.

TBC


Huwaaa akhirnya satu chapter telah berhasil kenrai selesaikan~~ leganya...

Rencananya cerita ini akan terus berlanjut hingga chapter 3 atau 4, jadi tidak terlalu panjang...tolong bantu kenrai,ya,mina. Bagaimanapun, kenrai tetap belum berpengalaman. Masih sangat-super-duper-sekali-tidak-berpengalaman. Dukung kenrai,ya!

Finally, review please~~~(memohon sambil berlutut)