Catatan penulis:
Fanfiksi ini kuhadiahkan untuk partnerku Kuroka, sebagai kado kecil dariku untuk ulang tahunnya bulan Oktober 2011 lalu (terima kasih banyak untuk kesabarannya dan-silakan lempar aku dengan sandal karena baru dipublish bulan Februari (aku emang keterlaluan) :'DD
(dan hiatus yang agak lama pula, tapi sekarang aku memutuskan untuk kembali)
Fanfiksi ini berisi kumpulan kisah-kisah pendek (bisa dalam bentuk kisah biasa dengan PoV orang pertama hingga ketiga, catatan atau diari seseorang, dan masih banyak lagi) dan lepas berkisar antara ratusan hingga 3000 kata, yang saling berkaitan antara kisah yang satu dengan yang lain (dan inilah latihan saya juga untuk menulis lebih banyak one-shot (yang tetap saja masih berkaitan, belum sanggup untuk one-shot murni). Kurang lebih agak mirip dengan Memories of Their Seasonal Year. Untuk kumpulan kisah ini, aku berani menjamin untuk weekly updated (demi pembaca sekalian, khususnya partnerku)
Selamat membaca (atau tidak) X'D
Circlets
Series of short stories about Love, Friendship, and Family
:-:
Little Naoto's Diary, Part I
(Buku Harian Naoto Kecil, Bagian Pertama)
:-:
Notes: slight Souji/Naoto
Halaman Pertama
Dear Diary,
Aku baru mendapatkanmu hari ini. Senang untuk berbagi hidup bersamamu sekarang dan untuk masa yang akan datang. Aku berpikir untuk memberikan nama untukmu, seperti yang dilakukan tokoh terkenal itu, Anne Frank. Ia menamai diary miliknya dengan nama 'Kitty' (aku akan mencarikan nama yang lebih terdengar keren dibanding itu). Hanya saja aku membutuhkan waktu untuk memikirkan nama terbaik. Beri aku waktu sedikit.
Aku baru saja mendapatkan nama setelah berpikir selama 2 jam. Nama ini sempurna. Aku akan menamaimu
Ralat
Yakushiji-san baru saja mengintip halaman pertama dan ia tersenyum geli. Apa dia kira tindakanku bodoh? Memberi nama pada diary? Tidak, kalau dipikir-pikir, memang agak bodoh. Bagaimanapun, kau ini—benda ini—bukan makhluk hidup, kan? Untuk seterusnya, aku akan memanfaatkanmu—diary ini—secara sewajarnya dan seharusnya.
Shirogane Naoto, 27 April 2002.
(...Salam kenal...)
Halaman Kedua
29 April 2002
Hari ini geng itu melakukannya lagi. Sekarang mereka mencoret-coret mejaku dengan krayon, dan apa kau tahu? Aku yang disuruh membersihkannya oleh Sensei sepulang sekolah. Sensei begitu idiot.
Aku harus menahan malu belajar menggunakan meja yang dicoret-coret dengan kalimat-kalimat bodoh, tidak masuk akal, dan omong kosong. Apa maksudnya kalimat yang ditulis di pinggir meja dengan krayon merah jambu itu? 'Takeshi loves Naoto'? Siapa itu Takeshi?
'Siapakah Takeshi?' bukan sesuatu yang menarik untuk diselidiki. Karena itu, aku tidak akan mencantumkannya dalam buku penyelidikan kasus kecilku.
Siang itu aku bersusah payah membersihkan meja dengan lap basah. Aku pulang dengan berkeringat. Mood-ku tidak lagi baik untuk bermain di atas bukit.
Menyebalkan.
Halaman Ketiga
12 Mei 2002
Hari ini aku melihat deretan novel menarik yang dipajang di rak buku ruang kerja Ojii-chan. Aku membaca nama Sherlock Holmes (rasanya aku pernah mendengar nama itu). Aku memperhatikan sekeliling untuk meyakinkan diri bahwa ruang kerja itu kosong. Aku berjalan ke arah kursi di depan meja kerja Ojii-chan dan mendorongnya hingga berhenti tepat di bawah rak buku yang memajang novel-novel itu. Aku segera naik ke atas kursi dan berusaha menggapainya.
Tinggi sekali.
Ojii-chan pasti sengaja meletakkannya setinggi itu. Kudengar tidak ada unsur yang benar-benar berbahaya dalam Sherlock Holmes yang tidak pantas dibaca anak-anak seusiaku, lalu mengapa?
Tidak lama setelah itu, aku mendengar langkah Ojii-chan yang tenang. Tidak mungkin Yakushiji-san, karena langkah Yakushiji-san lebih tidak teratur dibanding langkah Ojii-chan. Aku langsung terburu-buru melompat dari kursi dan hendak menggesernya ketika Ojii-chan membuka pintu.
Ia hanya tersenyum.
Belum saatnya. Sebentar lagi kau boleh membacanya, Nao-chan.
Itulah yang dikatakannya.
NB: aku ingin cepat tinggi (dan dewasa?)
Halaman Keempat
30 Mei 2002
Sherlock Holmes ternyata detektif yang keren (maksudku, hebat!)
Aku harus secepat mungkin mengembalikan novel ini pada anak laki-laki berambut abu-abu itu (kenapa abu-abu? Aku sudah mencantumkannya dalam buku penyelidikan kasus kecilku) sebelum Yakushiji-san menemukan ini dalam kamarku atau tasku.
Terima kasih banyak untuk Seiji—Souji—Shuji—Shoji—aku tidak ingat (sepertinya waktu itu aku terlalu senang mendapatkan pinjaman novel ini darinya, jadi aku tidak begitu memperhatikan namanya).
Tapi anak berambut abu-abu itu mengatakan bahwa ia lebih menyukai Charles Dickens dibanding Sir Arthur Conan Doyle.
Hmm.
Halaman Kelima
25 Juni 2002
Aku menemui anak laki-laki itu lagi di depan lokernya. Nyaris sebulan kami tidak bertemu lagi, mungkin ia telah melupakan aku.
Dan lagi, waktu itu pertemuan pertama kami hanya sebatas peristiwa singkat yang kurang lebih seperti ini:
(Anggap saja nama anak laki-laki itu Seiji)
Seiji: (mengeluarkan buku berjudul Sherlock Holmes dari dalam lokernya)
Aku: (kebetulan saja berjalan melintasi lokernya dan terhenti (secara refleks) menatap buku itu)
Seiji: (agak terkejut melihatku dan (mungkin) tatapanku yang tidak lepas dari bukunya) Ingin pinjam?
Aku: Eh, maaf... aku bahkan tidak mengenalmu.
Seiji: (tersenyum sambil menyodorkan buku itu padaku) kembalikan saja ke lokerku setelah kau selesai membacanya.
Aku: Terima kasih... um...
Seiji: namaku Seta Seiji. Sebenarnya karya Charles Dickens lebih menarik untukku dibanding ini. Dah.
(Dan Seiji berjalan pergi)
(Mengapa tulisanku baru saja terlihat bodoh dan dramatis? Seharusnya aku tidak menulis peristiwa ini dalam bentuk drama script)
(NB: Tidak ada yang boleh membaca ini.)
Aku menyapanya ragu, kemudian mengucapkan terima kasih kepada anak itu karena sudah berbaik hati meminjamkan novelnya.
Tidak masalah. Ia menjawab sambil tersenyum.
Kemudian aku kembali menanyakan namanya untuk memastikan. Namamu Seta Seiji?
Anak lelaki itu mengangkat alisnya kemudian tertawa kecil. Bukan, tapi Seta Souji.
Oh.
Halaman Keenam
17 Juli 2002
Aku lebih sering berpapasan dengan Seta Souji (bukan lagi Seta Seiji) di koridor. Biasanya Souji-san akan menyapa 'Halo, Naoto-chan', dan aku akan membalasnya. Tanpa terasa, hal itu sudah jadi rutinitas kami.
Hari ini, pertama kalinya kami meluangkan waktu makan siang bersama-sama di atap sekolah. Dia memuji masakan Yakushiji-san, dan aku memuji masakan ibunya. Aku sangat menikmati waktu yang kuluangkan bersamanya hari ini.
NB: California roll buatan ibu Souji-san sangat lezat.
Halaman Ketujuh
14 Agustus 2002
Aku dan Souji-kun (tidak lagi menggunakan '-san', ia bilang agak terlalu formal) lebih sering meluangkan waktu bersama. Bahkan aku berani mengajaknya ke tempat biasa aku bermain, memanjat pohon bersamanya, mengajarinya hal-hal mekanik, dan cara membuat lencana detektif.
Mungkin karena hal itu, mereka semakin menjadi-jadi. Hari ini meja belajarku dicoret-coret lagi.
'Naoto loves Souji-senpai ^0^'
'Takeshi is crying :'('
Mereka sekumpulan orang bodoh.
Halaman Kedelapan
20 September 2002
Hari ini tepat satu tahun sejak meninggalnya Otou-san dan Okaa-san. Aku mengenakan pakaian terbaikku, dan telah menulis surat izin absen untuk sekolah. Otou-san dan Okaa-san adalah dua orang detektif yang hebat. Mengapa mereka meninggal terlalu cepat? Terkadang aku sama sekali tidak memahami hidup ini. Aku masih ingat betapa hidupku sangat bergantung pada mereka dulu sebelum mereka meninggal. Tentu saja, mereka sering bepergian, tetapi aku selalu menunggu dan rela menunggu hingga larut malam.
Mungkin karena mereka dua figur di dunia ini yang menunjukkan kepedulian yang kuharapkan. Aku sangat menyayangi Ojii-chan dan Yakushiji-san, tetapi mereka tidak dapat berperan sebagai ayah dan ibu, kan?
Selain itu, aku tidak menginginkan orang tuaku digantikan.
Hari itu aku menangis di depan makam mereka. Ojii-chan menepuk pundakku berkali-kali. Waktu mereka sudah habis. Ayah dan ibumu telah melakukan yang terbaik semasa hidup mereka. Mereka akan selalu dikenang.
Pulang dari makam, Souji-kun sudah menungguku di gerbang depan. Ia membawa sekeranjang buah-buahan segar dan terlihat cukup mahal.
Aku membawakanmu buah-buahan. Kukira kau sakit.
Mungkin aku tidak begitu kesepian.
:-:
.
.
"Sedang membaca apa, Naoto?"
Shirogane Naoto tersentak kaget dan nyaris menjatuhkan buku harian yang pernah ia tulis bertahun-tahun yang lalu. Ia menolehkan kepala ke belakang tempatnya duduk. "S-Senpai-"
Seta Souji melirik buku harian kecil itu dengan sorot ketertarikan terpancar dari matanya. "Buku catatan penyelidikan kasus?" tanya pemuda berambut abu-abu itu menebak.
"Ya." Gadis itu menjawab agak terlalu cepat, kemudian menyelipkan pembatas yang sudah tercantum dalam buku harian itu. Souji menyunggingkan sedikit senyum jahil.
"Sepertinya bukan..." Souji berasumsi, "kau bukan pembohong yang baik, Naoto."
Naoto segera menyimpan buku harian kecil itu ke dalam saku jaketnya. Ia menggumam pelan, lebih ditujukan pada dirinya sendiri. "Sampai sekarang aku masih tidak tahu mengapa aku bisa melupakanmu..."
Souji menaikkan satu alisnya, tidak mendengar gadis itu terlalu jelas. "Apa?"
"Bukan apa-apa," ucap Naoto. "Aku baru saja mendapat tantangan baru dari Phantom Thief. Aku... senang... kau memutuskan untuk meluangkan waktu bersamaku."
Seniornya itu tersenyum. "Tidak masalah..." ujarnya pelan, "kasus Phantom Thief ini sangat menarik."
Naoto tidak dapat menahan bibirnya untuk tidak menyunggingkan senyum. Ia mulai membaca kartu tantangan yang baru saja ia terima dan membiarkan Souji mendengarkan setiap kalimatnya dengan seksama.
Catatan penulis yang kedua:
Maaf karena amat sangat amburadul. Aku akan... berusaha menulis... dengan lebih baik lagi...
*down*
Untuk fanfiksi multichap-ku yang lain, karena goal-ku adalah menyelesaikan mereka, maka aku masih akan berusaha menyelesaikan mereka XD terima kasih bagi mereka yang bersedia menunggu dan terima kasih bagi semua yang bersedia menyumbangkan review.
Shinomiya Kaede/Snow Jou