"Ngh..."

Suara desahan itu memenuhi setiap sudut ruangan. Decitan ranjang juga ikut mengiringinya. Seorang wanita yang sempat disebut gadis dalam beberapa waktu lalu itu menggeliyat gelisah di atas ranjang.

"Sa—"

Di dalam kamar ini maupun di atas ranjang seperti ini sama sekali bukan keinginannya. Jika memang keinginannya, lalu apalah arti dari tali tambang yang melilit kedua tangannya hingga memerah? Atau bekas pukulan yang semakin membiru di seluruh tubuhnya?

"—su—"

Wanita itu melesakkan kepalanya ke dalam bantal saat pria di atasnya kembali memajukan dirinya begitu dalam. Menyentuh titik yang membuat tubuhnya terasa melayang sekaligus membuat retakan di hatinya semakin bertambah. Kedua tangannya yang terikat menggenggam tali tambang yang mengikatnya hingga menimbulkan luka lecet.

"—ke—"

Meskipun berkali-kali wanita itu memejamkan dan membuka kembali kelopak matanya, kenyataan yang menyakitkan ini tetap tidak berubah. Entah sudah berapa kalimat 'Ini adalah mimpi' terulang berkali-kali di pikiran dan hatinya. Air mata kembali mengalir saat dia...

"—kun..."

...memanggil nama pria di atas tubuhnya.

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Kira Desuke

Warning : Hard lemon (rape) with violence almost in every chapters, OOC, AU, misstypo?

Genres : Romance/Angst/Crime/Friendship

Main Pair : SasuSaku

This is a challenge fic for mysticahime, my big sister :)

.

.

.

Kau tahu?

Cinta itu selalu datang tanpa terduga

Datang dan pergi sesuka hatinya seperti angin

Karena itulah, cinta—

.

.

.

BLIND

.

.

.

"TEMEEEEEEE!" teriakan seseorang di pagi hari cukup membuat semua murid Konoha High school yang baru datang ke sekolah dengan setengah mata tertutup kini terbuka seluruhnya. Mereka menatap kesal kepada bocah berambut pirang yang berlari menuju salah satu teman terbaiknya, "Hei! Kau dipanggil teman baikmu, setidaknya berilah balasan yang baik!" gerutu laki-laki yang dinamakan Uzumaki Naruto itu.

Pria berambut raven yang dipanggil hanya mendengus, "Aku tidak mau menganggap bocah yang urak-urakan sebagai temanku." Jawab Uchiha Sasuke dengan nada dinginnya membuat Naruto tertawa dan memukul punggung sahabat baiknya itu.

"Sialan kau! Ahahahaha—ah! SAKURA-CHAN!" teriaknya lagi, kini dia melambai kepada seorang wanita yang berjalan jauh di depannya.

Tanpa Naruto sadari, ada dua tubuh yang menegang karena panggilannya.

"Naru...to?" Haruno Sakura menoleh mendengar suara langkah kaki di belakang yang mengejarnya. Kedua iris hijau emerald-nya membulat melihat pria di samping Naruto, "A-Aku duluan ke kelas." Tanpa menunggu jawaban Naruto ataupun Sasuke, Sakura sudah lebih dulu membalikkan tubuhnya dan berlari meninggalkan kedua pria tersebut.

"Lho, Sakura-chan kenapa ya?"

Naruto bersungut-sungut kebingungan sementara Sasuke di belakangnya hanya terdiam dan... menyeringai tipis.

.

.

Haruno Sakura terengah setelah berlari dari lantai dasar menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Belum ada siapapun di sana membuat wanita berambut soft pink itu menghembuskan napas lega. Dia duduk di kursinya dan menundukkan kepalanya di atas meja. Untuk ke sekian kalinya, dia kembali menangis.

Bahkan dia sendiri tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi pada dirinya. Sakura berusaha mengingat apa kesalahan yang pernah dia lakukan hingga mendapat hukuman menyakitkan seperti ini. Ditambah, semua pelaku yang bertanggung jawab atas ini adalah teman sejak kecilnya. Yang selalu dia percaya dari lubuk hatinya. Apa salahnya? Sakura tidak mengerti. Kenapa pria seperti dia bisa melakukan hal sekejam ini?

"Aku sudah bilang kan, jangan menghindariku." Suara dingin yang menusuk indra pendengarannya membuat Sakura segera mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah pintu masuk kelas. Tubuhnya bergetar ketakutan, dia berusaha berdiri dan kabur dari ruangan ini tapi percuma, pintu kelas hanya ada satu dan Uchiha Sasuke sudah menutupnya, "Ada apa denganmu?"

Sakura menggertakkan giginya di tengah ketakutan yang menyerangnya, "K-Kau masih bertanya?" Sakura mengeratkan kepalan tangannya sementara kedua onyx di hadapannya menyipit tak suka, "Siapa kau? KAU BUKAN SASUKE!"

Plak

Mendapat reaksi di luar dugaannya, Sakura seolah menahan napasnya setelah ditampar dengan sangat keras hingga pipinya memerah. Sampai kemarin, Uchiha Sasuke adalah teman sejak kecilnya yang akan selalu melindunginya dari bahaya. Siapa yang telah seenaknya mengubah temannya yang berharga itu? Siapa? Sakura kembali menangis deras, dia menundukkan kepalanya enggan menatap wajah pria dingin di depannya.

"...terserah kau mau bilang apa..." Wanita cantik yang menjadi salah satu incaran di Konoha high school itu hanya memejamkan matanya dengan erat. Tangannya mencengkram seragam sekolah di depan dadanya. Hatinya sakit. Benci. Dia membenci pria bermata elang itu. Dia tak akan memaafkan orang yang sudah merebut semua hal berharga miliknya. Gara-gara Sasuke, kini Sakura tidak mempunyai tujuan hidup yang seharusnya masih bisa dia pertahankan.

Sementara itu Uchiha Sasuke duduk di kursinya sendiri. Tapi bola mata onyx miliknya tidak bisa terlepas dari sosok wanita yang masih duduk di pojokan kelasnya. Sasuke menggigit bibir bawahnya. Kedua bola mata obsidian miliknya semakin menajam bersamaan dengan tangannya yang meremas selembar kertas. Sasuke sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu tega menyakiti wanita itu.

Obsesi?

Entahlah. Sasuke merasa dirinya jauh lebih rendah dari sampah atau anjing sekalipun. Ini semua gara-gara laki-laki itu. Seandainya dia tidak ada di dunia ini, mungkin Sasuke akan merasa tenang-tenang saja. Seandainya dia tidak ada mungkin Sakura—

"Sasuke-kun, aku menyukainya."

Pria yang memiliki rambut berwarna biru dongker itu merasakan tubuhnya menegang. Dia memegang kepalanya saat secara tak sengaja pikirannya membawanya kembali ke dalam ingatan seminggu yang lalu.

"Dia keren kan, Sasuke-kun? Aku suka sekali!"

Rasa benci yang sempat terlupakan, kembali meledak-ledak di dalam dada Sasuke. Uchiha bungsu itu mencengkram rambutnya frustasi. Dia masih mengingat semuanya, bagaimana kedua bola mata emerald milik wanita itu bersinar ketika dia menceritakan tentang perasaannya atau bagaimana senyum tulus yang dikeluarkannya saat mengingat laki-laki itu.

Sampai waktu itu, seorang Uchiha Sasuke selalu menyimpan dalam-dalam perasaan yang dia miliki pada teman sepermainannya sejak kecil. Keberadaannya yang selalu digilai wanita membuatnya tinggi hati karena mengira Haruno Sakura juga akan jatuh ke tangannya seperti para gadis yang lain—hanya tinggal menunggu waktu.

Tapi sayang, perkiraannya salah. Setidaknya sampai seorang anak baru datang ke sekolahnya dua bulan yang lalu.

"Aku suka, suka sekali padanya. Aku rasa aku tidak bisa jauh-jauh darinya. Ah Sasuke-kun, mungkinkah aku... jatuh cinta kepada Gaara-kun?"

.

.

.

Sakura menggenggam hp miliknya dengan kencang. Pesan dari seseorang yang paling dia ingin hindari saat ini baru saja tiba. Hanya kata-kata singkat, "Datang ke kelas sekarang." Namun tetap saja masih memiliki aura yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

"Kau milikku. Selamanya akan menjadi milikku."

Wanita yang memiliki rambut berwarna seperti bunga kebanggan Jepang itu memegang kepalanya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca mengingat hari dimana temannya itu berubah drastis. Hari dimana dia kehilangan semuanya. Tiba-tiba kedua bola matanya membulat mengingat kata-kata Uchiha bungsu itu dan dirinya segera membalikkan tubuh, berlari kencang menuju kelasnya yang sudah sepi sekarang karena seluruh murid sudah menuju rumahnya masing-masing.

"Kau adalah milikku. Kau pelacurku. Kau hanya perlu melayaniku. Kau harus mengerti. Karena jika tidak, apa aku perlu—"

"—memberi tahu hal ini pada dunia?"

BRAK

Sakura terengah saat untuk ke sekian kalinya dia datang ke kelas dengan berlari. Bola matanya bergetar ketakutan namun juga menyimpan tatapan kebencian saat di depannya berdiri seorang pria angkuh yang tengah menyandar pada tembok kelas. Uchiha Sasuke masih menatap keadaan di luar seolah dia masih belum menyadari kedatangan Sakura. Wajahnya yang tanpa ekspresi membuat wanita cantik itu tidak bisa menebak apa yang dipikirkannya selama ini.

"...Kau lama." Ucap Sasuke sebelum dia menolehkan kepalanya pada Sakura yang masih mengatur napasnya. Dengan tenang, pria itu melangkah mendekati pintu kelas dimana Sakura terpaku sekarang. Dalam gerakan yang lambat, pria berambut raven tersebut menutup pintu kelas dan menguncinya dengan kunci yang entah dia dapat dari mana.

Sakura tersentak begitu tangan Sasuke yang mengunci pintu itu langsung berpindah ke punggungnya dan mendorongnya hingga kedua bibir mereka bertemu. Walau berusaha berontak, tangan Uchiha bungsu itu mendorongnya semakin kencang. Ditambah dengan lidah terampil yang memaksa masuk dan mengacak isi mulut Sakura, membuat wanita itu kesulitan bernapas.

Wajah Sakura semakin memerah bersamaan dengan aksi berontaknya yang semakin berkurang. Kesempatan ini tentu tidak dilepaskan begitu saja, Sasuke melepas dasi sailor moon yang Sakura kenakan dan melemparnya sembarangan. Tangan Sakura berusaha menahan tangan Sasuke namun percuma, kini seluruh kancing seragamnya sudah terbuka. Dengan segenap kekuatan yang tersisa akhirnya wanita beriris hijau emerald itu berhasil mendorong Sasuke mundur.

"Hen-Hentikan Sasuke-kun... ku-kumohon..." pintanya seraya menutup auratnya sebisa mungkin. Sasuke hanya terdiam menatap air mata yang mengalir di pipi teman sepermainannya, "Kenapa? Kenapa kau seperti ini?" tanya Sakura di tengah isakannya.

Hening sesaat, Sakura masih menundukkan kepalanya dengan tubuh yang bergetar. Sasuke mendengus, "Jika kau menurut, kau akan merasakan kenikmatan seperti waktu itu," wanita bermarga Haruno itu terkejut, dia menatap Sasuke tidak percaya, "akui saja, kau menikmatinya kan? Apa kau tidak sadar tubuhmu meminta padaku? Dasar pelacur." Lanjut Sasuke lagi, kini dengan seringaian angkuh di wajahnya.

"Sasu—"

Sakura merintih saat tangan Sasuke yang besar mencengkram kedua pipinya, "Berhenti menatapku seperti itu," Uchiha bungsu itu semakin mengeratkan cengkeramannya, "kau berpikir aku kejam? Silahkan. Aku memang kejam. Tapi perlu kau ketahui, kau jauh lebih kejam dariku." Sasuke berucap sinis lalu melepas cengkeramannya dengan kasar.

Sakura bisa merasakan kedua pipinya mengeras dan memerah. Wanita itu menyentuh pipinya dan menangis. Dia merasa begitu lemah, padahal dia bisa saja menghajar Sasuke. Namun, kenapa dia tidak bisa menyerangnya? Apa karena Sasuke adalah teman sepermainannya? Sakura sendiri tidak mengerti. Tapi daripada itu, alasan yang Sakura inginkan saat ini adalah kenapa Sasuke tega melakukan ini semua.

"Akan lebih mudah kalau kau pingsan," sebelum Sakura sempat mengelak, Sasuke sudah lebih dulu memegang kepalanya dan menjedukkannya pada tembok di sampingnya, "Oyasuminasai..."

DHUAK!

Sasuke tersenyum tipis melihat Sakura yang kehilangan kesadarannya dan terjatuh di atas pangkuannya. Pria yang masih berumur tujuh belas tahun itu terdiam menatap wajah wanita yang juga seumur dengannya. Lama kemudian, Sasuke mengelus luka-luka yang baru saja dia taruh di atas wajah wanita tersebut. Meskipun penuh luka, tetap saja wajah cantik itu tidak tertutupi. Pelan tapi pasti, Sasuke mengangkat tubuh Sakura dan memeluknya.

Laki-laki bermarga Uchiha itu tahu apa yang sudah dilakukannya saat ini telah melewati batas. Dan jika memang ada yang dinamakan hukuman, dia siap menerimanya. Degup jantungnya berdetak cepat, namun bukan detakan yang bisa membuatnya merasa tenang melainkan detakan yang membuatnya semakin merasa ketakutan. Dia takut, semakin detakannya bertambah kencang maka dia akan semakin mencintai wanita ini dan dia akan semakin ketakutan jika wanita yang dicintainya menghilang.

Sasuke akan melakukan apapun asal Sakura berada di sisinya. Walau dia harus mengurung wanita itu seumur hidup di dalam penjaranya. Uchiha bungsu itu pun menangis dalam diam seraya mengencangkan pelukannya. Bukan. Ini bukan salahnya, ini salah Sakura yang tidak menyadari perasaannya lebih awal—begitu ucapnya berkali-kali di dalam hati. Karena bagaimana pun, laki-laki bermata onyx itu masih memiliki sifat egois yang begitu tinggi.

Mungkin karena alasan ini, Sasuke memperkosanya di malam itu. Seolah mendeklarasikan bahwa wanita cantik bernama Haruno Sakura adalah milik seorang Uchiha Sasuke. Tidak ada yang boleh menyentuhnya selain dia. Tidak ada yang boleh menyakitinya selain dia. Tidak ada yang boleh mengekangnya selain dia. Hati pemilik bola mata obsidian itu kini sudah sepenuhnya buta.

Awalnya Sasuke ingin sekali membuat Sakura juga mencintainya sama seperti yang dia rasakan pada teman sejak kecilnya tersebut. Tapi jika hal itu tidak mungkin, baiklah.

Sekarang Uchiha Sasuke tidak peduli apa Haruno Sakura akan mencintai atau membencinya sekarang...

"Jangan tatap orang lain—"

...namun apabila dia bisa memilikinya...

"—cukup tatap aku seorang."

...maka itu cukup.

.

.

.

Kau tahu?

Cinta itu selalu datang tanpa terduga

Datang dan pergi sesuka hatinya seperti angin

Karena itulah, cinta—

.

.

tidak bisa dipaksa untuk datang

.

.

.

To be Continued

.

.

.

Yo minna-san~~ (=w=)v

Kalau kak Cyan gak ngasih challenge beginian mungkin saya sudah males-malesan bikin fic lagi. Ahahahay, makasih kakak~ #pelukpeluk #ditendang Pokoknya makasih ya kak :D sebenarnya saya maunya challenge fic gore tapi karena saya tahu kakak jauh lebih jago, jadi mending gak usah mwahahahahaha #dilempar

Lalu untuk para readers, fic ini sebagai ganti fic Choose Me! yang sebentar lagi akan tamat. Fic ini juga cuma terdiri dari 5 chapter yang paling sedikit dan paling banyak 10 chapter, Insya Allah gak akan lebih dari segitu. Tapi mungkin updatenya akan terhambat-hambat, mengingat saya juga masih harus menyelesaikan Review and Art dan Black Side. Jadi seperti biasa, mohon kesabarannya (_ _)

Seperti yang saya beri tahu di warning, HAMPIR seluruh chapter fic ini akan banyak adegan rape dengan kekerasan. Jadi lebih baik saya memberi tahu di awal karena bagi kalian yang tidak menyukai rape dengan kekerasan silahkan pergi. Saya tidak mau ada peraduan yang tidak perlu. Lalu genre fic ini adalah ANGST, jadi saya tidak akan menjamin kalau saya tidak akan menyiksa Sasuke atau Sakura di sini ufufufufu~ #dibakar

Maaf chapter awal ini hanya sedikit, sebab saya bingung mau nyeritain bagian mana lagi ._. Kalau bisa chapter selanjutnya akan panjang-panjang seperti fic-fic saya pada umumnya. Oh ya, kalau tidak salah saya pernah memberi tahu hal ini sebelumnya. Saya orang yang paling malas adu bacot, jadi jika ada flame tidak bermutu seperti celaan atau caci maki yang tidak ada hubungannya dalam kemajuan membuat fic, maka tanpa basa basi akan saya hapus.

Terserah kalian mau nyebut saya penakut atau apalah itu, saya tidak peduli. Toh yang penting saya tidak merasa. Lalu kalau ada suatu kesamaan fic ini dengan fic lain, silahkan beri tahu. Sebisa mungkin next chap akan saya ubah alurnya agar tidak sama :)

Karena tidak tahu mau ngomong apa lagi, jadi saya cuma mau bilang... boleh minta review? Arigato ne :3