A/N: Moshi-moshi minna-san... saa, douzo~~

.

SasuFemnaru, SasuNaru

Gak suka? Jangan baca. I'm begging you

.

Naruko memasang wajah masam semenjak duduk di café Yuki. Dia benar-benar kesal dan marah. Bukan, bukan karena pesanan yang lama diantar, dia baru saja berada di café itu sekitar 5 menit.

"Naru-chan, berhentilah memasang wajah masam seperti itu, kau bisa membuat pelanggan kabur." Ujar Sasori, salah satu host di café itu.

"Maaf, tapi aku benar-benar sedang kesal sekarang," sahut Naruko dengan mata berkaca-kaca sambil menatap Sasori, terkesan memasang wajah seperti baru saja ditindas oleh Sasori.

Sasori meletakkan es jeruk pesanan Naruko, "Baiklah, tapi jangan memasang wajah seperti itu, nanti ada yang salah paham kepada—"

"Sasori-danna…! Apa yang kau lakukan pada sepupuku?" Deidara muncul tiba-tiba sambil membawa nampan.

"—ku."

'Tuh 'kan…' batin Sasori dongkol. "Aku tidak melakukan apa-apa." Ucap Sasori kalem.

"Bohong! Lalu kenapa Naru-chan jadi seperti itu?" seru Deidara.

"Percayalah padaku, Dei-chan!" ujar Sasori menyakinkan.

"Tidak usah banyak alasan!" sanggah Deidara.

Para pengunjung menatap kearah mereka, seakan-akan sedang menonton salah satu adegan sinetron yang sering tayang di layar kaca televisi dan sering ditonton mama di rumah.

"Kalian berisik! Apa mau gaji kalian kupotong?" ujar Kakuzu sang kasir. Kenapa kasir bisa memotong gaji mereka? Karena sang kasir merangkap sebagai bendahara café yang memegang uang.

"Maaf." Ucap Sasori dan Deidara berbarengan lalu meninggalkan TKP. Tentunya mereka tidak mau gaji dipotong, udah gajinya pas-pasan, kalau dipotong bagaimana? Makin lama nabung biaya buat kawin.

Sementara itu, sang pemeran utama sedang menatap kearah luar kaca tanpa mempedulikan apa yang tadi terjadi.

"Dasar Sasuke baka!" desisnya sambil meminum es jeruknya yang mulai dingin. Sepertinya esnya meleleh dengan cepat karena suasana yang panas(?) tadi.

"Naru-chan! Aku dapat berita yang mengejutkan!" Sakura datang tiba-tiba dan duduk di kursi dekat Naruko.

"Kalau berita tentang putusnya aku dan Sasuke 2 jam 27 menit yang lalu, itu gak penting." Ujar Naruko meminum es jeruknya lagi sambil menahan amarahnya.

Sakura mengeleng, "Bukan, bukan itu, coba lihat foto ini!" sahut Sakura sambil menunjukkan sebuah foto kearah Naruko.

BRUSH!

"Uhuk, uhuk! Dimana, uhuk… kau mendapatkan foto itu, Sakura-chan?" Tanya Naruko sambil segera melihat foto itu dengan mata kepalanya sendiri, tidak mungkin! Sulit dipercaya!

'"Naru-chan! Biasa aja kali! Kamu jorok banget sih, nyembur sembarangan!" omel Sakura, untung saja refleksnya bagus, jadi tidak terkena semburan dadakan itu.

"Fo—foto ini… da—dari mana kau dapatkan?" Tanya Naruko hampir meremas foto itu.

"Huwaaa… jangan dirusak, itu koleksi berhargaku…" ucap Sakura histeris. "Ah, untung udah kuperbanyak. Hmm, baru saja… setengah jam yag lalu. Insting fujoshiku bagus sih!" ucap Sakura bangga. "Tapi aku tidak menyangka lho, padahal baru beberapa jam kalian putus."

Naruko benar-benar tidak percaya dengan foto yang baru saja dia lihat. Sasuke sang mantan pacarnya sejak 2 jam 27 menit yang lalu, berciuman dengan Naruto, saudara kembarnya!

"Ya—yaoi?"

.

Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto-sensei

Author: Kiriya Diciannove

Pairing: SasuFemNaru, SasuNaru

Genre: Romance

Rated: T

Warning: AU, Typos (maybe), OOC, gaje, Newbie, DLDR

.

.

Summary: ...gimana jadinya kalau kita salah paham seperti ini? Ya—yaoi? Tapi tunggu dulu! Bukannya Naruto itu cowok straight? Bukankah selama ini gebetan Naruto itu Sakura-chan? Apa gara-gara sering diabaikan Sakura-chan, si cowok blonde itu stress lalu jadi begini? Padahal kan ada Hinata-chan? Arrrrgh!

.

.

Kimi to Boku © Kiriya Diciannove

.

.

Ya, Naruko dan Sasuke baru saja putus 2 jam, 27 men-err— sekarang sudah lewat 30 menit, karena hal yang belum diketahui. Yang disambut dengan gegap gempita dan pesta meriah fans Sasuke dan Naruko, yang artinya harapan baru terbuka untuk mendapatkan hati sang pujaan mereka.

Tapi ini benar-benar tidak bisa dipercaya, masa tiba-tiba Sasuke berubah haluan karena mereka putus? Mana dengan kakaknya lagi! Dia tahu kakak kembarnya itu imut dan manis sama sepertinya, ya iyalah, mereka kan KEMBAR. (sebenarnya Naruto lebih imut,dan Naruko lebih bisa dibilang manis), tapi tunggu dulu! Bukannya Naruto itu cowok straight? Bukankah selama ini gebetan Naruto itu Sakura-chan? Apa gara-gara sering diabaikan Sakura-chan, si cowok blonde itu stress lalu jadi begini? Padahal kan masih ada Hinata-chan. Arrrrrgh! Naruko pusing sendiri. Huwaaah, ini gak benar!

Dan kenapa sekarang dia (Naruko) tahu istilah-istilah seperti itu? Pasti pengaruh dari Sakura, yang mengaku sebagai fujoshi. Aduh, bagaimana jadinya kalau Sakura nanti punya pacar? Gimana nasib si cowok itu ntar? Ngapain mikir hal begituan?

Naruko benar-benar shock, ini gak benar. Dia pasti lagi mimpi! Mimpi buruk!

Sakura sweatdrop, "Naru-chan, ngapain jedotin kepala ke meja?"

"Cuma mau ngebuktiin aku mimpi apa enggak, tapi sepertinya enggak mimpi." Ucap Naruko sambil mengusap-usap dahinya yang memerah.

Saku berfacepalm. "Sebenarnya lebih efektif ke tembok dari pada ke meja." Ucapnya sambil menatap Naruko, lalu…

Gyut!

"Aduh, apa yang kau lakukan Sakura-chan?"

"Mencubit pipimu, sakit ya? Berarti bukan mimpi." Jawab Sakura santai.

"Iya, aku tahu ini bukan mimpi!" omel Naruko masih belum percaya. Mungkin saja ciuman itu hanya kejadian yang tidak disengaja, mungkin aja terpeleset atau kesenggol gitu? Kan biasanya hal seperti itu sering terjadi. Mereka hanya berada ditempat dan situasi yang tidak tepat. Tapi Naruto dan Sasuke memang dekat ya, secara mereka kan sahabat dan teman sekelas dari TK, SD, SMP, dan sampai SMA sekarang, sedangkan Naruko mulai kenal akrab Sasuke pas sekelas di SMP.

"Sasori-nii! Jus Strowberry satu ya, sama pancake, tapi gratis ya!" ucap Sakura pada pelayan cafe yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.

"Heh, enak aja gratis." Ucap Sasori datar.

"Ya elah, sama adik sendiri kok pelit… sama pengunjung kok pasang muka gak ikhlas." Sahut Sakura.

Tampak Kakuzu melirik ke arah Sasori dengan tatapan tajam yang berarti jangan-membuat-masalah-atau-gajimu-dipotong. Membuat Sasori sweatdrop.

"Tapi kalau pelanggannya adik sendiri yang minta digratisin, otomatis aku yang bayar yang berarti gajiku bakal dipotong. Lagipula uang saku kamu kan masih banyak. Ditambah lagi dengan pekerjaanmu yang gak jelas itu." Elak Sasori.

Sakura terkesima, "Panjang banget ngomongnya!"

"Hei, hei, kakak-beradik hentikan itu! Tahu gak sih, aku lagi kesal nih." Naruko merasa kesal sendiri.

"Gak mau tahu deh, paling ntar kamu dimarahi Kakuzu kalau gak bayar." Sasori berlalu dengan senyum charmingnya kearah pengunjung yang baru datang. "Selamat datang…"

"Eh? Kakuzu-senpai? Hahaha, biasa aja deh, dia kan partnerku!" sahut Sakura sambil melihat kearah Kakuzu yang sedang sibuk menghitung uang.

"Apa maksudnya itu?" Tanya Naruko dan Sasori heran.

Sakura bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Kakuzu, "Kakuzu-senpai!"

"Hm, ada apa?" sahut Kakuzu cuek sambil tetap menghitung lembaran uang itu. Sungguh dia tidak suka diganggu saat sedang melakukan hal yang disukainya –menghitung uang- kecuali itu adalah yang sangat, sangat, sangat penting.

Srakk!

Sakura meletakkan beberapa lembar foto ke meja, "Barang hari ini!"

Kakuzu menghentikan kegiatannya, "Hm… baiklah, kau bisa makan gratis menu utama hari ini."

"Yes!" seru Sakura.

"A—apa gg—gra—gratis?" ucap para kru pegawai Yuki café shock, termasuk Sasori menjatuhkan nampannya secara slow motion. Gratis? Kakuzu bilang gratis?

"Menu utama gratis?"

"Pasti foto yaoi," gumam Naruko sweatdrop.

"Tentu aja gak semua, ada foto-foto cowok cakep juga kok. Limited edition nih, sulit di dapat dan penuh perjuangan. Tapi buat Naru-chan kukasih setengah harga, mau?" tawar Sakura.

'Buset, jiwa pedagangnya bangkit nih.' Batin Naruko.

Sasori berfacepalm. 'Pasti aku menjadi salahsatu korban di foto itu,' batinnya.

Salah satu kerja part time Sakura yang Naruko tahu, yaitu menjual foto-foto yaoi kepada para fujoshi, dan sekarang dia mendapatkan partner yang bagus untuk memasarkan foto-foto itu. Siapa lagi kalau bukan Kakuzu yang memiliki banyak koneksi, tentu keuntungannya lebih besar. Ah! Dan satu lagi, Sakura adalah seorang mangaka, yang saat ini sedang mencoba membuat manga genre sho-ai, dan editornya siapa lagi kalau bukan Kakuzu. Benar-benar… koneksi yang bagus.

"Jangan lupa, membawa yang lebih bagus minggu depan dan deadline manga mu dua minggu lagi." Sahut Kakuzu.

"Ya ya ya, tenang saja." Jawab Sakura santai. Lalu menjulurkan lidahnya kearah Sasori dengan ekspresi meremehkan.

"Huh," Sasori berlalu. "Pein, buatkan jus Strowberry satu, jus apel tiga, Konan buatkan pancake satu, cheese cake tiga," ujar Sasori menyampaikan pesanan kepada dua koki mereka. "Deidara antar pesanan ke meja dua sana."

"Ne, jadi apa alasanmu putus dengan Sasuke karena hal ini?" Tanya Sakura penasaran kepada Naruko sambil menunjuk foto yang mulai lecek itu.

"Tentu saja, bukan!"

"Oh begitu, lalu apa alasanmu sebenarnya?"

Naruko menatap lirih Sakura, "Sakura…"

"Ya?"

"Gak perlu direkam juga kali." Ucap Naruko yang melihat Sakura siap merekam moment ini.

"Hei, perlu lagi! Ini bisa menjadi gossip yang booming!"

"Sahabat sendiri digosipin, jahat benar."

"Bukannya begitu juga, tapi apa boleh buat. Aku kan anggota klub surat kabar sekolah dan mading. Sekalian mengconfirm kejadian yang sebenarnya."

Naruko menghela napas, "Haah… haruskah aku melabrak Sasuke sekarang? Tapi kami kan udah putus, apa peduliku! Walaupun sebenarnya aku masih…"

"Masih?" Sakura mengulanginya.

"Ah, su—sudahlah! Aku gak peduli!" sanggah Naruko.

'Tsundere…' batin Sakura.

-asdfghjkl-

Tentu saja Naruko masih sayang kepada Sasuke. Tapi tentu saja bukan karena foto itu, karena foto itu baru saja dia lihat. Apa mungkin selama ini Sasuke berpacaran dengannya hanya sebagai status palsu dan ternyata sebenarnya dia dan Naruto, ughh… Hom—asdfghjiuytreqwerty. Ah, tidak usah dilanjutkan.

Dan di foto itu mereka berciuman. Yang benar saja! Dia yang sudah berpacaran setengah tahun dengan Sasuke saja belum pernah ciuman.

"Ahh Sakura… hobimu itu mulai meracuni otakku…" gumam Naruko.

Tiba-tiba saja Naruko melihat dua orang yang familiar, atau lebih tepatnya dua orang yang sejak tadi ada dipikirannya. Sasuke dan Naruto. Langsung saja Naruko bersembunyi di samping tiang listrik dan mengawasi mereka berdua.

Tampak seseorang pengendara motor yang melaju dengan cepat hampir saja menabrak Naruto, namun beruntung Sasuke berhasil menarik kerah belakang baju Naruto.

"Hati-hati Dobe, aku tidak mau kau mati."

"Hehehe, maaf Teme!"

'Untung Naruto tidak apa-apa… tapi adegan apa barusan itu…?' batin Naruko meracau. Apakah ini adalah bentuk perhatian seme kepada uke? Sakura… kenapa kau memberi tahukan aku hal-hal yang berhubungan dengan yaoi sih…

Hampir saja Naruko headbang ke tiang lampu jalanan karena pikirannya yang tidak-tidak itu.

"Hei Dobe, apa Naru tidak akan marah?"

"Tentang hal itu, biar aku yang urus, Teme!" jawab Naruto dengan cengirannya sambil menepuk dadanya.

('Ma—marah tentang apa?' batin Naruko was-was.)

"Justru itu membuatku lebih cemas." Sahut Sasuke.

"Percaya saja padaku!" seru Naruto.

('Memangnya ada apa? Apa tentang hubungan kalian?' pikiran Naruko menjadi semakin kacau balau.)

"Ah, sudahlah! Ayo kita ke rumahmu sekarang!" ajak Naruto bersemangat.

"Hn."

('E—eh? Rrrr—rumah Sasuke? A—apa yang mau mereka lakukan? Aku bisa gila karena memikirkan hal ini!' pikir Naruko sambil mengacak-acak rambut pirang panjangnya.)

Puk!

Deg!

Seseorang menepuk bahu Naruko, "Naru-chan, apa yang sedang kau lakukan?"

Naruko berbalik dengan terkaget-kaget, "Hinata-chan… Hinata-chan!" Naruko langsung memeluk Hinata, membuat nona lavender itu heran.

"Ada apa denganmu Naru-chan?"

"Hinata-chan…" mata Naruko berkaca-kaca.

-ASDFGHJKL-

"Jadi kau putus dengan Uchiha-kun. Ta—tapi kalau kau masih menyayanginya, kenapa harus putus?"

"Karena aku kesal…"

"Lalu apa yang Naru-chan lakukan tadi?"

"Menstalker Naruto dan Sasuke."

"A—apa? Ke—kenapa?"

"Coba lihat ini…" ucap Naruko lirih sambil menyerahkan selembar foto.

"I—ini…" ucap Hinata dengan tatapan tidak percaya.

"Aku juga gak percaya… tapi…"

"Na—Naruto-kun… dengan U—Uchiha-kun… ini bohong kan Naru-chan?"

"Gak… tahu…" jawab Naruko lirih.

Hinata mengembalikan foto itu. "A—aku harus pergi sekarang Naru-chan…"

"Mau kemana Hinata-chan?"

"Membeli tali."

Naruko langsung menarik tangan Hinata, "Tidak! Jangan bunuh diri! Aku yakin mereka masih bisa kita selamatkan, Hinata-chan!"

"A—anu… itu bukan buat bunuh diri kok. Tapi untuk tali jemuran di rumahku."

Naruko sweatdrop.

"Ja—jadi bisa kau lepas tanganku?" Tanya Hinata.

"Go—gomen." Naruko melepaskan genggamannya, "Hinata-chan apakah tidak apa-apa?"

"Umm… apa maksudmu Naru-chan?"

"Aku tahu Hinata-chan menyukai Naruto, kan?"

"I—itu… ke—kenapa kau bisa tahu?" wajah Hinata memerah, malu banget. Ketahuan sahabat yang saudaranya adalah orang yang ditaksir(?)

'Mudah ditebak kok,' batin Naruko. "Tentu saja aku tahu, kau kan sahabatku. Tapi apa kau rela Naruto menjadi seperti itu?" Tanya Naruko.

"Te—tentu aku berharap bi—bisa bersama Naruto-kun… ta—tapi kalau begini bisa membuat Naruto-kun bahagia, a—aku… a—ku rela…" Hinata nyaris mewek ditanya hal seperti itu.

"Tapi ini gak benar, Hinata-chan…"

"Asalkan Naruto-kun bahagia, aku tidak apa-apa," jawab Hinata lagi sambil tersenyum.

Naruko terdiam, 'Hinata-chan benar-benar suka Naruto sampai seperti itu? Apa aku juga harus seperti itu kalau nyatanya Sasuke gak menyukai aku?'

"Ne, sebelum pergi, Naru-chan… bolehkah aku meminta foto itu?" Tanya Hinata penuh harap membuat Naruko membuyarkan lamunannya.

Naruko bengong, "Ha—hah? Untuk apa?"

"Bukan untuk apa-apa kok," Hinata memainkan jarinya.

Naruko memandang foto yang lecek itu sesaat, "Ambil saja, aku masih punya satu, tadi Sakura memberikan dua foto kepadaku."

"Te—terima kasih," Hinata menerima selembar foto itu, "Sampai jumpa besok, Naru-chan."

"Iya, sampai jumpa besok…"

Hinata pun pergi meninggalkan Naruko yang terheran-heran.

"Untuk apa Hinata-chan meminta foto itu? ah! Jangan bilang kalau ternyata Hinata-chan juga seorang fujoshi?" pekik Naruko membuat orang-orang di jalanan menatapnya sambil berbisik-bisik. Malu-maluin aja.

TBC

Gimana? Gimana? Maaf kalau gaje.

Kasih saran atau kritik?

Mind to give me some review, please?