Chapter 5 : A Secret of Enemy

Seorang gadis berambut indigo terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Hinata –gadis itu–, wajahnya amat pucat. Disampingnya pemuda berambut kuning cerah, hanya memandang Hinata dengan pandangan miris.

Sungguh dirinya menyesal karena tidak bisa menjaga Hinata dengan baik. Ia patut di salahkan atas peristiwa ini, peristiwa yang hampir merenggut nyawa Hinata.

"Nggh.."

Suara erangan kecil dari Hinata membuat pemuda itu terperanjat. Dengan raut wajah yang khawatir, pemuda itu menggenggam tangan pucat gadis berambut indigo itu.

"Hinata, bagaimana keadaanmu?" tanyanya. Nada bicaranya terdengar cemas.

Hinata dengan pelan membuka kelopak matanya, menampilkan sepasang iris lavender yang sangat menawan. Walaupun begitu, sinar matanya masih tampak redup. Dengan pelan ia menengadahkan kepalanya. Bibirnya langsung menyunggingkan sebuah senyuman lemah ketika melihat wajah pemuda itu.

"N-Naruto-kun," panggilnya lirih sambil membalas genggaman tangan dari pemuda yang bernama Naruto itu. Ia lalu berusaha untuk duduk di ranjang tempat tidur.

"I-Ittai," rintih Hinata sambil memegangi punggungnya yang terasa nyeri.

"Hinata, kau tidur saja! Jangan dipaksakan untuk bangun!" ucap Naruto agak keras pada Hinata sambil membantu Hinata berbaring kembali.

Hinata sedikit terkejut mendengar ucapan Naruto yang menurutnya terdengar seperti bentakan.

"G-Gomen ne, Naruto-kun," ujar Hinata. Naruto terlihat kaget mendengar permintaan maaf dari Hinata. Ia lalu menyadari bahwa mungkin nada bicaranya sedikit menyakiti gadis itu.

"I-Iie, Hinata-chan. Gomen, aku yang seharusnya minta maaf gara-gara membentakmu tadi," kata Naruto panik.

"Gomen ne aku terlalu mencemaskanmu," lanjut Naruto. Dan mata Hinata sedikit terbelalak. Sungguh ia sangat terkejut.

Naruto memeluknya!

Detik berikutnya ia hanya memejamkan matanya menikmati hengatnya pelukan Naruto.

'Maafkan aku telah membuatmu cemas.'


.

ミッション?行為みましょう!

(Mission? Let Us in Action!)

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Kireina Yume

.

Genre : Adventure/Friendship/Romance(maybe)

Pairs : SasuSaku, SaiIno, NaruHina, NejiTen, ShikaTema

Warning : Typo(s), OOC, AU, alur kecepetan, dll

.

Hope you enjoy!

.


Chapter 5 : A Secret of Enemy

"Melihat keadaan Hinata yang sekarang, kita harus menunda misi kita," ucap Sasuke yang duduk di salah satu ruang tunggu di rumah sakit bersama teman-temannya.

Keadaan begitu hening.

Sekelompok agen muda itu tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Mereka merasa prihatin akan apa yang telah terjadi pada Hinata. Apa yang menimpa Hinata tak sepenuhnya kesalahan Naruto. Itu adalah kesalahan mereka juga. Andai saja waktu itu mereka tak menaiki wahana permainan di taman hiburan dan menangani misi mereka –yang bisa dibilang kelas atas– itu dengan serius, pasti semuanya tak jadi seperti ini.

Dan sekarang mereka tahu, melawan Orochimaru itu harus membutuhkan rencana yang matang.

Shikamaru hanya diam mendengar ucapan Sasuke. Otaknya mulai berpikir cepat untuk menyusun taktik. Dan berikutnya ia mengangkat kepalanya.

"Menurutku, kita malah seharusnya tetap melanjutkan misi ini."

Sebuah pendapat yang terlontar tiba-tiba dari bibir pemuda bermarga Nara tersebut membuat mereka yang ada di sana menolehkan kepala ke arahnya.

"Aku yakin jika kita menunda misi ini, maka Orochimaru akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Kita harus bertindak cepat. Di misi ini bagian utamanya adalah kita yang menghancurkan mereka atau mereka yang menghancurkan kita," lanjutnya.

"Tapi kau tahu kan keadaan Hinata bagaimana?" protes Neji pada Shikamaru.

Shikamaru hanya memejamkan matanya perlahan.

"Aku tahu. Justru itu agar tidak ada korban lagi kita harus segera menyerang secepat yang kita bisa. Dan juga, kelihatannya Hinata tahu rahasia mereka," ujar Shikamaru serius.

Sai agak tersentak mendengar penuturan Shikamaru. Namun ia langsung menutupinya dengan ekspresinya seperti biasa.

'Klek!'

Suara pintu ruangan tempat Hinata dirawat terdengar tiba-tiba, membuat mereka menolehkan kepalanya.

"Teman-teman, Hinata sudah sadar," ucap Naruto sambil tersenyum riang.

Tenten dengan cepat lari menghampiri Naruto.

"Hontou? Aa~ Hinata," ucapnya senang.

"Baiklah ayo kita masuk ke dalam," ujar Sakura sambil tersenyum lembut.

Suasana gaduh mulai terasa saat mereka berebutan untuk masuk ke ruangan Hinata.

"Aa.. gomen. Aku pergi ke toilet dulu. Kalian duluan saja."

Suara Sai terdengar menginterupsi kegembiraan mereka. Sai menyunggingkan senyum palsunya seperti biasa dan langsung berbalik melangkah pergi meninggalkan mereka.

Sepasang iris aquamarine milik Ino diam-diam memperhatikan gerak-gerik Sai, tapi Ino langsung mengalihkan pandangannya dan langsung mengikuti kegiatan teman-temannya.

Sementara Sai, dengan cepat ia berjalan sambil mengeluarkan ponselnya.

"Kau gegabah, Kabuto," umpatnya pelan.


.

.


"Ah, Hinata kami sangat mencemaskanmu," ucap Temari sambil memeluk Hinata perlahan. Hinata hanya menyunggingkan senyuman tipis.

"Nah, Hinata. Jelaskan pada kami siapa yang menculikmu?" tanya Neji cepat sambil memegang pundak Hinata. Tenten yang melihatnya langsung menarik Neji agar sedikit menjauh dari Hinata.

"Cotto, Neji! Hinata itu baru saja siuman, jangan bertanya hal yang tidak-tidak," omel Tenten.

Hinata tertawa pelan.

"Daijobu, Tenten-chan, Neji nii-san. Aku akan menceritakan semuanya."

Hinata menghela napas pelan sejenak sebelum memulai ceritanya.

"Orang yang menculikku itu Kabuto. Aku yakin Neji-nii sudah tahu siapa dia. Dia adalah mantan asisten ayahku, dan dia juga yang menghancurkan perusahaan ayahku diam-diam. Pada saat menculikku dia mengancam padaku akan membunuh Hanabi dan juga Ayah. Hiks.. aku takut.." Hinata terisak pelan.

Sakura lalu mendekati Hinata dan membelai rambut Hinata perlahan.

"Kau tak usah khawatir, Hinata. Ayah dan adikmu sudah di lindungi oleh Tsunade-sama." Kata-kata Sakura sedikit membuat Hinata lega. Ia lalu mengusap air mata yang menetes dari kedua bola matanya.

"Aku ingin bertanya padamu. Langsung to the point saja, apa kau tahu rahasia mengenai mereka?" tanya Shikamaru tiba-tiba.

DEG!

"R-Rahasia apa?" tanya Hinata balik. Nada bicaranya berubah sedikit gugup.

"Kau mungkin tidak sadar, tapi waktu kau tengah ambruk akibat terkena luka tusukan, kau sudah memberi kata kunci tentang mereka."

Flashback

"HINATA-CHAN!" pekikan keluar dari bibir sang gadis bermarga Yamanaka. Dengan sigap ia segera menghampiri sosok gadis berambut indigo yang jatuh tersungkur dengan punggung berlumuran darah.

"Sadarlah, Hinata-chan…" ucapnya sambil mencoba menyangga tubuh Hinata.

"Ukh! I-Ino-chan."

"INO! Ada apa dengan Hinata?" Naruto dengan wajah panik datang menghampirinya bersama dengan teman-temannya yang lain.

"Kalian, h-hati-hati. S-Satu orang s-sudah menyusup ke lingkungan kita," ucap Hinata dengan napas tersengal. Dan detik berikutnya gadis berambut indigo itu langsung tak sadarkan diri.

"Ayo cepat kita bawa ke rumah sakit!"

End of Flashback

"G-Gomen, aku tak ingat," ucap Hinata canggung. Hinata lalu menundukkan kepalanya.

"Ya sudah jika kau ingat, kau harus cepat menjelaskannya."


.

.


"Kau bodoh, Kabuto!" umpat Sai keras pada seseorang yang sedang diteleponnya.

"Hei, aku ini atasanmu. Kau tak boleh membentakku seperti itu," protes Kabuto.

"Tepatnya atasan yang bodoh. Bagaimana kau bisa begitu gegabah?" marah Sai sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Gegabah bagaimana? Aku tak mengerti arah pembicaraanmu."

"Arghh.. kau memberitahukan identitasku ke gadis Hyuuga itu!"

"Jadi dia mendengar? Ck, kurang ajar! Kalau begitu celakakan dia, Sai!" perintah Kabuto seenaknya.

Sai meninju tembok lobby rumah sakit dengan keras. Toh ia tak peduli dengan tatapan orang-orang yang merasa terganggu oleh perbuatannya.

"Sebegitu gampangnya kau memerintahkanku? Kau tahu? Sangat sulit untuk mencelakakan–"

"Mencelakakan siapa, Sai-kun?"

Ucapan Sai tiba-tiba berhenti seketika, ketika mendengar suara seorang perempuan di belakangnya. Ia lalu dengan segera menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis berambut blonde ponytail sedang bersender di tembok.

"Siapa yang ingin kau celakakan?" tanya Ino serius. Iris aquamarine-nya menatap tajam pemuda berambut ebony itu.

'Ino!'


.

つづ

(Tsuzuku/To Be Continue)


A/N :

Hai, minna~!

Setelah hiatus sekian lama dan membuat fic ini lumutan(?) akhirnya Yume bisa balik juga nglanjutin.

Gomen ne kalau misalnya ada yang kurang pas di chapter ini. Yume agak lupa, sih. Dan gomen juga chapter ini pendek be-ge-te *ngumpet di balik selimut*

Kira-kira masih ada gak yang nungguin fic ini? *ngarep*

Oke intinya kali ini Yume udah nyempet-nyempetin buat apdet nih fanfic lumutan *plakk*

Akhir kata :

RnR Please~!

Sign

Kireina Yume

(30 September 2012)