Annyeong~~ san bawa ff baru nih! Padahal yang kemaren aja belom kelar, hehehe soalnya san lagi pengen buat yang bertema mistery, horor, fantasy dan sejenisnya ^^ jadi, mohon dimaklumi ya cingudeul :)
Mari kita lestarikan ff yewook coeple ! :D
.
.
.
.
Tittle: The Guardian Devil
Rated: T
Genre: Horor, Romence
Author: Park Sansan
Cast: Kyuhyun, Ryeowook, Yesung and Other Cast
Pair: KyuWook, YeWook
Disclamer: Author udah nyadar kok, semua cast bukan milik Author, tapi ide cerita keseluruhan milik Author seutuhnya. Deal? :)
Warning : YAOI, typo(s) berserakan, abal-abal, alur berantakan, ide cerita pasaran!
Summary: "Aku selalu di sampingmu Chagiya, menjagamu dan menjadi matamu. Sampai kapan pun" –Kyuhyun-
Don't like? Don't read!
NO BASH OR FLAME
DON'T COPAS
RnR please.. :)
Happy reading cingudeul (˘.~)
.
.
.
.
Kyuhyun POV
"Kyu.. Kyunie… hiks, jangan pergi. Jebal… hiks, Kyu! Aahhhhhrrrkkkk….!" ku dengar dia menjerit, pasti dia tengah memimpikan kejadian itu. Ah Wookie~ ini sudah hampir sebulan sejak kejadian itu dan dia masih mengingatnya, bahkan hampir setiap malan dia memimpikannya.
Ku lihat kini dia tengah terbangun dari tidurnya, peluhnya bercucuran tanpa henti dan nafasnya tersengal. Tatapan matanya yang kosong seakan mencari seseorang yang mungkin tadi ada di mimpinya, yaitu aku.
"Kyu.. hiks.." dia mulai memanggil namaku dan menangis. Aigoo~ aku benar-benar tidak tahan jika harus melihat air matanya. Tangannya kini menggapai-gapai ke udara seperti ingin menemukan orang yang di panggilnya, yaitu aku.
"Kenapa kau meninggalkanku…" tangannya berhenti setelah menyentuh benda persegi panjang berkuran 15x10cm di atas meja. Dengan mata yang masih menerawang kini tanggan mungilnya mengusap pelan foto yang terbingkai di dalamnya. Di peluknya foto itu dan dan di dekapnya erat. Di ciumnya pelan foto orang yang ada dalamnya itu penuh sayang, yaitu aku.
Hatiku miris setiap melihat pemandangan ini. Dan sialnya hampir setiap malam aku melihatnya. Aku turun dari tempatku tadi –di atas lemari- dan melangkah perlahan ke arah Wookie. Namja manis bernama lengkap Kim Ryeowook itu masih menangis dan memeluk fotoku. Kini tubuh mungilnya tengah meringkuk di pinggir ranjang tanpa berbalut selimut. Tubuhnya sedikit bergetar karena tangisannya dan mungkin juga karena kedinginan.
Aku sedikit berjongkok di samping ranjang untuk dapat melihat wajah imutnya yang kini penuh jejak air mata. Kini matanya terpejam dengan tangannya yang masih memeluk posesif fotoku. Sepertinya dia sudah kembali tertidur, mungkin dia kelelahan. Ku amati wajah yang dari dulu memenuhi hatiku, masih tetap manis.
Seandainya aku bisa menyentuhnya lagi, membelai surai coklatnya, memeluk tubuh mungilnya, dan mencium bibir plumnya. "Jeongmal bogoshippo Wookie…" bisikku lembut pada telinganya. "Kyu.." entah dia mendengar atau tidak tapi kini dia tengah menggeliat dan kembali menyebut namaku.
Ku gerakkan tanganku untuk menyentuh kepalanya dan seperti biasa hasilnya nihil. Tanganku berlalu begitu saja tanpa bisa menyentuh apa pun. Entah aku ini bodoh atau sudah gila, pasalnya sudah berkali-kali ku coba melakukan hal yang sama, harusnya aku tahu jika ini sia-sia namun aku terus mencoba. Aku berjalan mundur dengan tetap menatap lekat tubuh mungil yang tertidur di atas ranjang hingga akhirnya langkahku terhenti di sudut ruangan tepat di samping jendela yang terbuka gordennya, mungkin tadi Wookie lupa menutupnya.
Cahaya bulan purnama menyusup masuk menerangi kamar gelap ini dan kini aku mengalihkan perhatianku pada bulan yang berwarna pucat, sepucat warna kulitku, ah~ bahkan kulitku hampir tidak berwarna, sangat transparan.
Ku pandang langit kota Seoul yang terlihat teduh di malam hari, tak sengaja aku melihat sebuah bintang jatuh dengan bebasnya. Bukankah kata orang jika kita melihat bintang jatuh kita dapat meminta satu permintaan. Tapi aku ini bukan manusia lagi, apakah mitos itu juga berlaku padaku? Ah~ apa salahnya aku mencoba, paling tidak aku masih makhluk ciptaan Tuhan bukan?
"Tuhan, jika aku masih di izinkan untuk meminta, aku hanya ingin menjadi pelindung Wookie, aku ingin menjadi matanya dan menunjukkan jalan untuknya. Izinkan dia untuk mendengar suaraku dan izinkan aku untuk dapat menyentuhnya lagi, aku mohon Tuhan. Paling tidak sampai aku menemukan orang yang tepat untuk menggantikanku" ucapku sambil menutup mata. Aku sendiri tak tahu apakah ini akan berhasil tapi itulah satu-satunya keinginanku.
Lagi pula apa gunanya aku di sini jika bukan untuk menjaga Wookie. Aku sendiri bingung kenapa aku masih ada di dunia ini, bukankah orang yang suah mati tidak berada di dunia ini lagi. Sudahlah, aku tak mau ambil pusing dengan takdir yang ditulis Tuhan untukku, paling tidak sekarang aku masih bisa melihat wajah manis namjacinguku itu.
.
.
.
.
"Ennngghhh…" ku dengar Wookie mengerang pelan, sepertinya dia baru bagun dari tidurnya. Aku yang duduk di atas lemarinya kini terbang mendekatinya. Ya, aku dapat terbang meski aku tak punya sayap. Aku sendiri mengetahui kemampuanku ini baru beberapa hari terakhir, aneh ya?. Dan sekarang aku sudah berdiri di depan ranjang, tepat di hadapan Wookie.
Aku menatap Wookie yang kini tengah mengusap mata coklatnya. Perlahan dia turun dari ranjang namun karena kakinya yang masih terbelit selimut dia terjungkal di hadapanku. Refleks aku pun menangkapnya dan kini ia sudah dalam pelukanku. Hei, aku bisa memeluknya. Apakah ini berarti permohonanku semalam terkabul?
"Engh, si.. siapa kau?" tanya Wookie yang sepertinya ketakutan. Bagaiman tidak? Bayangkan saja jika kau baru bangun dari tidurmu dan saat kau terjatuh tiba-tiba kau merasakan ada seseorang yang menolongmu. Wookie sedikit menjauh dariku dan bergerak mundur –masih diatas ranjang-.
"Kau masih ceroboh Chagiya.." kataku yang tak menghiraukan pertanyaanya tadi. Setelah mendengar suaraku sontak dia kaget. Dapat kulihat dari raut wajahnya dia kini tengah merasa syock, senang dan err takut.
"K.. Kyu.. Kyunie? Bagaimana bisa kau? Benarkan ini kau Kyunie?" tanyanya terbata.
"Ne, ini aku Wookie chagiya. Kyu, Cho Kyuhyun tunanganmu.."
"Ti.. tidak mungkin. Bagaimana bisa?"
"Hei hei, bukankah kau yang tak ingin aku pergi eoh?"
"Ta.. tapi kau.."
"Sudah mati. Yap! Mungkin jasadku sudah mati sejak sebulan yang lalu. Tapi taukah kau Wookie jika aku tak pernah meninggalkanmu? Aku selalu mengawasimu, mengikutimu dan menjagamu. Aku sendiri bingung kenapa aku masih di sini tapi bukankah ini bagus?"
"Lalu kenapa baru sekarang kau bicara padaku?"
"Soal itu.. sepertinya terjadi sedikit keajaiban"
"Keajaiban?"
"H'hm, selama ini aku selalu mengajakmu bicara tapi kau tak mendengar. Saat aku mencoba untuk menyentuhmu selalu gagal hingga tadi malam saat aku melihat binntang jatuh aku memohon pada Tuhan agar kau dapat mendengarku dan aku dapat menyentuhmu dan lihat permohonanku terkabul chagiya, aku senang sekali!"
"Benarkah itu?"
"Tentu! Dan mulai sekarang aku akan terus menjadi pelindungmu walau dengan wujudku sebagai setan ini. Aku selalu di sampingmu Chagiya, menjagamu dan menjadi matamu. Sampai kapan pun"
"Hiks.. kyu.. gumawo~" kata Wookie yang kini bergerak mendekatiku. Tangannya menggapai-gapai di udara seperti ingin meraihku. Dengan sigap aku pun memegang kedua tangannya dan memeluknya erat. Hangat, kehangatan tubuh mungilnya yang sangat aku rindukan.
"Saranghae, jeongmal saranghae~" bisikku ke telinganya dan kini dapat ku pastikan ia mendengarnya.
"Nado Kyunie, nado saranghae~" jawab Wookie sampil menitikan air mata. Sepertinya ia sangat bahagia. Ku regangkan pelukanku dan menangkup pipi tirusnya. Ku cium jejak air mata yang ada di sana dari mata hingga ke dagu. Setelah semua jejak air matanya hilang ku alihkan bibirku mendekati bibir plumnya, perlahan ku tempelkan bibir kami. Kini tanganku tengah memeluk pinggang ramping wookie dan mengeliminasi jarak. Tanggannya pun telah berada di leherku untuk memperdalam ciuman kami.
Ku lumat lembut bibir mungil itu, tak ingin membuat sang empunya kesakitan. Lidahku mulai bermain menjilati bibir atas dan bawah Wookie meminta akses masuk. Wookie yang sepertinya mengerti pun membuka mulutnya dan kini dengan bebas lidahku telah masuk ke dalamnya, ku absen semua penghuni mulut itu dan tangan kananku semakin mempererat pelukanku sedangkan tangan kiriku kini beralih di belakang tengkuk Wookie untuk semakin memperdalam ciuman kami. Aku rindu saat-saat seperti ini.
Tangan Wookie yang tadi di leherku kini beralih di dadaku dan sedikit mendorong tubuhku pelan. Sepertinya dia kehabisan oksigen. Aku pun melepaskan ciuman kami yang tadi berlangsung cukup lama. Tapi sebelum aku menjauh, ku jilat saliva yang mengalir dari sudut bibir Wookie dan mengecupnya pelan.
"Bibirmu tetap manis Wookie" ujarku jahil dan sekarang dapat ku lihat dengan jelas rona pipi yang sangat aku rindukan itu.
"Uhh, dasar pervert! Meskipun kau sudah mati tetap saja kau mesum seprti dulu" katanya sambil memukul pelan dadaku.
"Hahaha, apa hubungannya kematianku dengan kepervert'an ku?"
"Sudahlah kyu, aku mau mandi dulu.."
"Aku ikut ya?"
"ANDWAE!" tolak Wookie tegas.
"Ayolah, lagi pula sebulan ini aku sudah biasa melihat tubuh polosmu" yap, benar. Selama ini aku selalu mengintainya kemana pun ia pergi termasuk ke kamar mandi, khukhukhu.
"MWO? Kau?" Teriak Wookie dengan suara tenornya yang dapat memekakan telinga. Aku terkekeh geli melihat rona di pipinya. Padahal aku sudah sering berbuat lebih pada tubuhnya tapi dia tetap saja bersikap pemalu seperti itu. Dan itu yang membuatku tak bisa berhenti mengaguminya.
"Aku ini kenapa? Hn? Sudahlah, untuk saat ini aku akan membiarkanmu mandi sendiri tapi tidak untuk lain waktu. Hahaha.."
"Dasar otak mesum!"
"Tapi kau suka kan? Ah bukan, tapi kau cinta kan?"
"Bwe.." jawabnya ringan dengan menjulurkan lidah dan kini ia turun dari ranjangnya berjalan santai ke kamar mandi dengan tangan yang masih menggapai-gapai di udara.
"Dua langkah ke kanan Wookie" kataku saat melihat Wookie yang menuju tembok, bukan pintu di sampingnya.
"Ah, ne.." jawab Wookie yang sepertinya mengerti ucapanku. Setelah masuk kini tubunya menghilang di balik pintu.
Seperti yang kalian lihat, dia buta. Sejak sebulan yang lalu dia kehilangan penglihatannya karena kecelakaan itu lebih tepatnya karena kecerobohanku, mungkin. Dan mulai saat ini aku akan menjadi matamu Wookie.
Ryeowook POV
"Dua langkah ke kanan Wookie" kata Kyunie mengingatkanku. Ah sepertinya ini tak asing. Sejak aku buta aku belum pernah menabrak sesuatu, aku selalu merasa ada yang membisikkanku jalan yang benar, awalnya aku heran. Tapi sekarang aku tahu jawabannya, ternyata itu suara Kyunie, tunanganku.
"Ah, ne.." jawabku singkat dan aku segera masuk ke kamar mandi. Sengaja aku cepat-cepat karena aku segera ingin menenangkan jantungku yang selalu ingin melompat keluar jika aku bersama Kyunie.
Setelah menutup pintu kamar mandi aku terdiam seebentar dan bersandar di daun pintu. Jujur, aku belum mengerti sepenuhnya tentang kejadian ini. Benarkah yang ku dengar itu suara Kyunie? Aigoo~ aku sungguh bahagia mengetahui keajaiban ini. Meski sedikit tak percaya tapi aku tak ambil piusing. Bukankah ini bagus eoh? Aku masih bisa merasakan kehadirannya meski kini kami berbeda. Terima kasih Tuhan.
.
.
.
.
Normal POV
mana kemeja biru lengan panjangku?' tanya Wookie dalam hati sambil meraba-raba baju-baju yang tergantung di lemarinya. Terlihat konyol memang, namja buta yang masih mencari kemeja dengan warna yang di inginkannya, tapi itulah Wookie. Dan ajaibnya selama ini ia selalu mendapatkan yang dia inginkan, siapa lagi jika bukan Kyuhyun yang membantunya.
"Tepat di tangan kirimu Wookie.." kata Kyuhyun membantu Wookie yang berdiri membelakanginya mengahadap lemari.
"Kau bisa membaca pikiranku eoh?" tanya Wookie penasaran.
"Tentu, jadi jika ada orang lain di sekitarmu, kau tak perlu bicara langsung untuk dapat berkomunikasi denganku. Aku tak mau kau di anggap gila" jawab Kyu santai. Kini dia tengah duduk di ranjang Wookie dan memperhatikan namja di hadapannya yang bertelanjang dada. Sepertinya dia tengah menahan imajinasi pervertnya
"Haha, ne ne.." ucap Wookie polos dan segera memakai kemeja yang di carinya tadi.
"Kau akan pergi ke kafe itu lagi?" tanya Kyu menmyelidik. Ia kini tengah duduk bersandar di kepala ranjang milik Wookie.
"Hn? Ne, kau tahu kan aku bekerja di sana. Meski pun hanya bermain piano, tapi itu sangat menyenangkan" jawab Wookie dan memamerkan senyum terimutnya.
"Wookie, pernahkah kau merasa jika ada seorang pelanggan kafe tempatmu bekerja yang selalu memperhatikanmu?" kini mata Kyu sedikit menerawang. Sepertinya ia tengah mengingat-ingat beberapa moment di saphire blue kafe tempat Wookie bekerja sebagai pianis di mana seorang namja berkepala besar yang setia meneliti Wookie setiap jam makan siang dan makan malam.
"Mwo? Benarkah? Aku tak pernah meraskannya. Siapa dia?"
TBC
Segini dulu ya readers, san lagi gak dapet inspirasi lagi nih. Hahaha..
Gimana readers? Ancur kah? Pasaran kah? San sendiri juga gak ngerti kenapa tiba-tiba pengen bikin ff ini. Awalnya san bingung nentuin siapa yang jadi devilnya dan akhirnya pilihan san jatuh ke Kyuppa! Hihi.
Untuk saat ini KyuWook dulu ne, YeWooknya nyusul. Hayo siapa tuh yang dimaksud sama Kyuppa? Pasti readers udah bisa nebak dong? Gampang kan :) Hihihi..Kritik, saran dan komentar sangat membantu kelanjutan FF ini loh readers. Gumawo~ *bow
So, would you mind to review please? :) *nyodorin kantong riview