Highly recommended to hear Two Birds by Regina Spektor while reading this xD


Menyimpan rahasia itu bagaikan menyimpan bom atom.

Entah apakah yang kau simpan itu rahasia baik atau buruk, tetapi pastinya segala jenis rahasia itu akan berfungsi layaknya bom atom yang amat menghancurkan. Semakin banyak kau simpan rahasia, maka ibaratnya semakin banyak juga bom waktu yang kau timbun. Membunuh memang, tetapi di saat yang sama pula, manusia tak akan bisa lepas dari yang namanya 'menimbun rahasia' karena hal itu penting, bahkan di dunia paralel yang bagaimana pun.

Seringkali manusia tak menyadari akan betapa bahaya dan bergantungnya sebuah rahasia. Bahaya, karena semakin seseorang bertumbuh, ia akan terus menduplikasi banyak rahasia, sadar atau tidak. Bergantung, karena rahasia adalah esensi hidup manusia dan bagaimana pun ceritanya tak akan ada yang bisa menggantikan esensi jiwa ini. Ya, para manusia itu tak tahu betapa mereka amat bergantung pada rahasia yang semakin lama semakin menggerogoti mereka.

Tapi seorang Penjaga Rahasia tahu betapa mengerikannya rahasia.

Karena rahasia-lah, makhluk yang umumnya dipanggil Alters ini muncul. Fisiknya nampak bagai manusia biasa, tetapi diluar daripada itu, mereka bukanlah manusia. Mereka ada untuk membantu meringankan beban rahasia manusia, dan hidupnya tak akan berakhir, setidaknya sebelum ras manusia punah seluruhnya, mereka tak akan menghilang, sebab hanya manusia lah yang memiliki rahasia lebih banyak diantara spesies lainnya.

Atau seperti itulah mitosnya.

Sesungguhnya tak ada yang tahu pasti apakah mitos ini benar apa tidak. Pada masa di mana perkembangan teknologi industrial melaju cepat pada masa kini, boleh dikata mitos itu tidak lagi benar. Semuanya faktual, dan karena mitos adalah sesuatu yang tidak riil, maka kepercayaan itu lama-lama menghilang.

Yah, percaya atau tidak, itu terserah kau, yang tengah membaca kisah ini.

Tetapi harus kukatakan, bahwa kisah ini ada pada dunia yang jauh, jauh dari bumi kita ini, di mana segalanya adalah liberal dan imaji tanpa batas bukanlah mustahil untuk diwujudkan.


Thesis
Part One of Dialectic Trilogy and for Silan Haye's Universechall : Steampunk

Hetalia : Axis Powers © Hidekazu Himaruya

Two Birds ( Song ) © Regina Spektor

WARNING
Steampunk!AU/Crackpair!RomaIndo/OC Male!Indonesia/Maybe OOC/Kinda sappy.


Rahasia adalah sebuah bom waktu. Karena itulah menjadi tugasku sebagai seorang Altersuntuk mengubah bom itu menjadi confetti.


Derap langkah yang termakan oleh keributan di peron 7 itu mengindikasikan seseorang―ah, lebih terdengar seperti dua orang―tengah berlari. Nafas yang memburu itu memberitahu bahwa ia tengah berlari sekuatnya, mengejar sesuatu yang amat penting sepertinya. Sesekali ia akan mencuri pandang pada jam kantongnya yang bersepuh emas, takut-takut jika ia lewat dari jadwalnya. Tangan sebelahnya yang tidak disibukkan dengan jamnya tengah menarik sosok yang bisa dikata cukup mirip dengannya dengan wajah masam.

Bibir lelaki itu mengumpat dalam Bahasa Yang Tak Pernah Ada kepada yang ditariknya. Sepertinya berkomentar akan betapa lambannya sosok pemilik rambut beserta dengan seutas rambut yang melengkung ke bawah dan mata hazel yang tak lain tak bukan adalah adik lelaki itu. Ia mendecak lagi, hingga akhirnya ia tiba pada ujung kereta uap yang baru saja tepat meninggalkan stasiun. Setidaknya mereka berhasil bergelantungan pada ujung kereta tersebut dan terkabullah pinta sang kakak agar tak terlambat.

"Idiota fratellino! Ini semua karena kau lari seperti kura-kura!" dan demikianlah sang kakak berseru pada sang adik yang masih bergidik ketakutan. Kakaknya yang sedang marah memang susah ditenangkan...

"V-ve... Tapi kereta selanjutnya kan... Hanya lima belas menit lagi..."

"Lima belas menit gigimu!" ia menyela dengan kasar. "Seenaknya saja kau! Dikira waktu itu murah apa? Aku harus bekerja 10 tahun hanya untuk mendapatkan ekstra 15 menitmu itu!"

Apa boleh buat, pikirnya. Sudah menjadi nasibnya dan sang adik untuk menjadi eksistensi yang tak terlihat di mata manusia, tetapi harus berlaku dan limit fisiknya sebatas manusia juga, walau anehnya tak akan pernah mati. Coba saja kau lempar dirinya dari lantai 38 pun ia tak akan mati walau rasa sakit yang dideranya akan terasa sangat mencekam bahkan hanya dengan membayangkannya. Bagi sang kakak alias Lovino Vargas, hal semacam ini benar-benar menjengkelkan pada momen-momen yang kurang pas.

Dua sosok itu pun beranjak memasuki gerbong kereta dan tak ada sepasang mata manusia pun memedulikan dua sosok dengan pakaian yang amat aneh selagi semua orang memakai pakaian ala Victorian Age dan mereka mengenakan jubah tebal yang agak kumal, melapisi pakaian tipis dengan motif aneh berwarna hitam di baliknya. Lagipula siapa yang akan memedulikan mereka? Tak akan ada yang peduli karena mereka tak terlihat di mata manusia, kecuali jika mereka menginginkannya untuk mempertunjukkan diri dan keberadaan tak dipedulikan. Langkah-langkah kakak-beradik itu terdengar berat karena pengaruh sepatu army boots bersol tebal yang mereka kenakan, namun tapak-tapaknya terdengar teratur hingga akhinya mereka tiba pada satu deret kursi yang tak diduduki siapa pun dan berhentilah irama derap itu ketika mereka memutuskan untuk duduk.

Tak ada sepatah kata pun terucap di antara mereka karena memang kata-kata sedang tak dibutuhkan saat itu. Sang adik merenung, menatap pada liontin kecilnya yang ia buka, mempertunjukkan sebuah foto lusuh dengan tiga orang―ia, kakaknya, dan mungkin itu kakek mereka―tengah tersenyum bahagia. Melihatnya pun membuat sang adik tersenyum, sementara sang kakak hanya mendengus dengan seringai yang nampaknya sedikit berkesan menghina.

"Kau masih menyimpan liontin itu?" sang kakak bertanya, atau mungkin lebih terasa seperti ejekan andaikata jika yang berkata demikian bukanlah kakaknya. "Kenapa kau masih membawanya pula. Benda tak penting seperti itu..."

"Ta-tapi ini kan satu-satunya foto kita dan kakek, Ve!" sedikit berkesan kasar, ia pun memotong kata-kata sang kakak. Tetapi sadar bahwa ia sudah bertindak cukup kasar, ia pun segera menundukkan kepala dan membisikkan sepatah kata "...maaf."

Sang kakak menggelengkan kepalanya. "Maksudku Feli," desahan milik Lovino keluar dengan kesan agak dramatis. Tangan kanannya meraih kepala adiknya dan kemudian mengelusnya. "Kalau memang liontin itu sebegitu berharganya, harusnya kau tak sering-sering mengeluarkannya. Kalau hilang kan sayang… dan lagipula tak penting kau bawa-bawa sekarang." dan dengan demikian, Lovino kembali menatap pada pemandangan diluar jendela kereta ini dengan tatapan bosan sementara telinganya menangkap bunyi mesin kereta dan roda-rodanya yang beradu dengan rel yang melayang.

Ya, rel yang melayang, melawan gravitasi. Kereta yang mengangkut mereka adalah jalur kereta uap yang menghubungkan antar beberapa pulau melayang di planet ini. Tatapan bosan yang dilapisi kekaguman akan betapa hebatnya manusia yang dapat menciptakan teknologi untuk melawan gravitasi seperti ini, dan bahkan bagaimana teknis teknologi semacam ini dapat bekerja juga sama sekali terpikirkan oleh makhluk sepertinya.

Seperti mereka berdua, para Alters.

.

"Perintah dari si ulat bulu?"

Dengan malas, Lovino merespon kepada perkataan sang adiknya, dan masih mengulum permen di atas stik bernama lolipop dengan malas. "Jadi maksudmu si ketua baru itu menyuruh kita untuk terjun ke dunia secara langsung untuk melepas rahasia-rahasia manusia, setelah semua yang sudah dijalankan organisasi kita selama ribuan tahun untuk menampung rahasia?" kemudian menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. "Otaknya sudah jadi sarang ulat bulu apa?"

Sementara Feliciano mengernyit akan surat perintah yang masih dibawa olehnya tersebut. Sebentar kemudian tatapannya menunjukkan keterkejutan ketika membaca segaris kalimat yang berada di ujung surat itu. "Ve? Semua anggota wajib turun karena Ketua Arthur Kirkland juga akan turun tangan dan berpartisipasi proses pengerjaan? Berarti tak akan ada pekerjaan di kantor ya?"

Mendengar hal itu, maka Lovino mendecak. "Otaknya sudah benar-benar menjadi sarang walet." dan kemudian mengambil jubahnya yang tebal dan agak kumal, lalu mengenakannya. "Kita pergi sekarang. Cepat ambil emblem dan jubah kotormu itu, mi fratellino."

.

Kembali lagi mengingat-ingat sedikit akan mengapa mereka berada disini, Lovino kembali mendecak. Kalau saja ia sempat bertemu dengan ketua baru itu dulu, sekarang atau nanti, akan ia bacok kepalanya. Tahu akan seperti ini, ia tak usah mengambil suara untuk si ulat bulu saja pada awalnya!

...yang bisa dikata tak mungkin karena ketua Arthur Kirkland adalah satu-satunya kandidat setelah dua calon lainnya mundur tanpa sebab yang jelas.

Ah tapi sudahlah, tak penting. Siapa saja yang menjadi ketua dari para Alters saat ini sudah bukan masalah lagi. Bagi Lovino dan Feliciano Vargas yang merupakan anggota biasa yang hanya harus menjalankan perintah sesuai yang diberikan oleh ketua mereka, maka tak ada pengecualian untuk menolak tugas yang diberikan.

Kereta itu tetap berjalan, dan suasana dalam kereta pun menjadi hening. Sekali waktu Lovino menyempatkan diri untuk melirik pandang pada jam-nya yang bersepuh emas itu dan mendesah kesal karena perjalanan yang ia tempuh sudah hampir lewat tiga jam. Benar-benar tidak efisien waktu, pikirnya. Tetapi jika tidak menggunakan fasilitas manusia seperti ini, dengan apalagi ia mau pergi? Ia memang bukan manusia, tetapi ia juga bukan makhluk-makhluk fantasi dalam khayalan manusia yang bisa pergi kemana saja dengan organ-organ aneh semacam… sayap, atau apa pun itu! Memikirkan benda berbulu dan terbang di langit dengan badan sendiri saja sudah membuatnya merinding, dan bersyukurlah Lovino karena satu-satunya yang bisa ia lakukan sebagai Alters adalah membuat dirinya nampak atau tidak saja.

Sejujurnya Lovino tidak begitu membenci saat ini juga. Memang ia sempat kesal sesaat karena betapa sia-sianya ia menghabiskan waktu transportasi seperti saat ini, tetapi ketika ia melihat pemandangan di luar dari jendela kereta ini, ia tak bisa berkata-kata kesal lagi karena betapa indahnya diluar sana. Dari ketinggian ratusan kaki seperti ini, kau akan mencoba untuk melongok ke bawah dan akan kau lihat lautan biru dimana para lumba-lumba berenang dan melompat-lompat bahagia, dan di daratan yang berada di ketinggian nol meter dari permukaan laut, akan kau jumpai beberapa sektor desa-desa kecil dan juga pohon-pohon baobab yang tinggi nan rimbun dimana ribuan burung-burung membangun sarangnya. Sementara di sekeliling langit biru ini, akan kau lihat ratusan pulau-pulau dengan jarak yang saling berjauhan satu sama lain, terhubungkan dengan rel kereta yang melayang melawan gravitasi. Sesekali akan terlihat juga di langit, lebih tinggi daripada pulau-pulau melayang dan di balik awan yang lebih tinggi lagi, zeppelin yang beterbangan mengangkut para penumpang-penumpang eksklusif.

Betapa indahnya keajaiban alam, dan berkali-kali Lovino meyakinkan dirinya sedemikian rupa untuk mengalihkan dirinya dari kekesalan semata akibat sifat dasarnya yang memang temperamental. Tak urung juga pemandangan seperti ini membuatnya selalu bertanya-tanya, siapakah yang mampu merancang dunia luas yang indah, lengkap dengan para makhluk-makhluknya yang tak kalah istimewa? Ia tahu bahwa kaumnya, para Alters, bukanlah dewa. Mereka pun tak tahu bagaimana awalnya mereka terciptakan atau lahir, tetapi yang pasti mereka telah dibekali sebuah misi semenjak mereka membuka matanya bahwa mereka harus berbakti untuk membantu menampung rahasia-rahasia para manusia agar manusia-manusia itu tetap dapat menjalankan dunia yang indah ini tanpa harus merasa terlalu tertekan.

Setelah entah berapa lama mereka melintasi langit, akhirnya mata hazel-nya menangkap sebuah dataran melayang. Ia menyinggungkan sedikit senyum―yang tak bisa dikata tersenyum juga―karena akhirnya ia tiba juga di tempat tujuan mereka. Dengan ini, ia bisa memulai misinya secepat mungkin, menghadapi seorang manusia dan akan mengubah hidup manusia itu dengan membukakan rahasia terbesar yang mungkin tidak diketahui oleh orang itu sendiri, bagaimana pun caranya.

"Baiklah, Feli. kita berpisah di sini. Pastikan kau cepat selesaikan pekerjaanmu dan jangan bertele-tele." Dengan demikianlah ia berkata kepada sang adik sembari membetulkan posisi jubah yang seolah dibuat dari kain terpal itu. "Kita akan kembali bertemu lagi di stasiun kota ini. Ingat, hati-hatilah."

Dan turunlah sang adik dari kereta, meninggalkan sang kakak yang hendak pergi ke kota lain lagi dengan sedikit keraguan, apakah adiknya bisa selamat tanpa dirinya?


Berpisah jalan dengan Feliciano memang tak pernah menjadi hal yang menyenangkan bagi Lovino. Persetan dengan tuntutan pekerjaan baru mereka yang mewajibkan para Alters untuk melepaskan rahasia manusia yang memang sudah terlalu membanjiri gudang khusus untuk rahasia yang mereka tampung. Kebanyakan manusia di era yang semakin maju ini pun mendambakan semua rahasia untuk terbuka, dan jika tuntutan batin itu tak terpenuhi, tak menutup kemungkinan bahwa kekacauan akan terjadi dan kelangsungan hidup Alters pun akan terancam pula.

Ah, tapi lupakan sajalah masalah rumit itu. Yang pasti, entah sudah berapa lama ia berada di kereta itu, tetapi pastinya cukup lama untuk membuat bagian pinggangnya ke bawah terasa pegal sebelum akhirnya ia tiba di kota melayang satu ini. Kota terkecil namun dengan ketinggian tertinggi di antara semua pulau melayang lainnya, Shamballa. Kota tempat berkumpulnya semua pesawat dan segala teknologi aviasi termaju di dunia manusia berada di tempat ini. Sekaligus menjadi sebuah kota dimana pusat Grand Prix diadakan, baik dari kawasan langit, laut, bahkan daratan, akan kau temukan segala pertandingan dan panorama terindah di tempat ini.

Sayang sekali ia berada di sini untuk bekerja, bukannya liburan semata.

.

"...atas dasar masalah gudang yang hampir meledak inilah, aku mengeluarkan surat perintah ini kepada kalian semua. Para manusia itu membutuhkan kebenaran dan sudah terlalu banyak rahasia yang kita tampung. Aku tahu akan satu cara, walau cara ini berat, tetapi hanya ini satu-satunya jalan untuk menginisiasikan program Chain Reaction-ku ini."

.

Walaupun ia tahu bahwa rencana ini tak begitu baik karena tak semua rahasia adalah baik adanya, ia tak bisa menggugat si ketua beralis ulat bulu yang mengeluarkan penugasan ini. Pula, di satu sisi memang benar bahwa gudang mereka sudah terlalu penuh sesak dan tak ada tempat tersisa untuk menampung rahasia lebih banyak lagi, ditambah dengan desakan akan populasi manusia yang kian menjamur, bisa fatal akibatnya jika rahasia-rahasia manusia beterbangan bebas kalau gudang mereka benar-benar meledak.

.

"Kalian akan kutugaskan masing-masing dengan satu nama, dan kalian akan berakting seolah-olah kalian adalah manusia biasa di depan mereka untuk menghantarkan rahasia yang lama tak terpecahkan untuk nama yang kuberikan. Setelah selesai, kalian akan mencari seseorang lain yang namanya akan kuberikan melalui emblem kalian."

.

Ia mendesah kesal. Mengapa semuanya harus sesusah ini, sih? Sebenarnya tidak begitu susah untuk meyakinkan manusia yang berhati es untuk seorang Alter, karena mereka-lah makhluk yang memang dan hanya mampu melemahkan manusia, dan menjaga semua rahasianya agar segala rahasia-rahasia itu tidak membunuh seorang manusia.

Dan dari sinilah ia mendapat sebuah nama : Raka Pratama Mandala.

Seorang sky racer dengan senyum ceria yang seolah tak pernah lepas dari wajahnya, membuat sosok Alter itu muak lama-kelamaan. Senyuman bahagia dari seseorang yang bahkan ia tak kenal dan harus ia dampingi sampai isi kotak yang ia bawa telah kosong. Ia menatap bosan kepada sepasang iris Belgian chocolate yang nampak kentara sekali merasa bahagia dengan kerumunan orang-orang yang menyalaminya dan mengucapinya selamat. Tanpa Lovino harus mengecek latar belakang lelaki dengan ras dari distrik Melayu itu, ia bisa dengan cepat menentukan bahwa sosok yang akan ia hadapi adalah seorang terkenal.

Bah, idola. Betapa bencinya Lovino akan arti dari kata ciptaan manusia itu. Apa pentingnya sih menjadi seorang yang dielu-elukan? Bahkan ia sendiri merasa lebih baik tidak terlalu nampak mencolok di antara sesama Alters lainnya melihat pangkatnya dan adiknya sudah bisa dikata cukup tinggi. Lagi, ia melihat pada sosok yang masih tersenyum bodoh dan mengucapi orang-orang yang memberikannya selamat dengan terima kasih, dan Lovino hanya bisa mendecak saja. Ayolah, ia terus menyemangati dirinya karena ini hanya akan berakhir sebagai pekerjaan lainnya saja dan dia harus tetap bekerja secara professional.

Lovino menginjakkan langkah pertamanya, dan setiup angin mulai bertambah kencang lalu mengelilinginya. Jubahnya yang lusuh nan berat dengan cepat digantikan dengan sebuah flight jacket dan scarf tipis yang menghiasi sleeveless shirt berwarna cokelat tua di baliknya. Celana dan sepatu hitamnya digantikan dengan celana selutut berwarna cokelat muda dan sepasang army boots menghiasi kaki-kakinya, diikuti dengan berhentinya hembusan angin yang sedari tadi mengelilinginya.

Ia menghampiri sosok yang kini beranjak pergi dari kerumunan itu. Sedapat mungkin untuk membiarkan lelaki yang tingginya sepantaran dengannya itu tidak kabur dari jangkauan matanya. Ia tak mau berputar-putar tak jelas lagi karena melacak manusia itu tak segampang menekan sebuah pemancar dan segera terlacak. Lovino mengutuk betapa lambannya para Alters dalam mengembangkan teknologi, berbeda sekali dengan manusia yang kreatif dan terus berinovasi.

"Hei."

Syukurlah ia sempat meraih lengan pemuda berambut hitam pekat tersebut. Dalam hatinya sudah tersenyum karena pada akhirnya ia berhasil tiba pada lelaki yang nampaknya kebingungan setengah mati setelah ia raih lengannya.

"Ya?"

'Duh, bagaimana ini? Kenapa orang aneh ini datang ketika aku sedang sibuk mencari navigator...'

Navigator... Ah, pasti orang ini membicarakan tentang World Grand Prix, kalau ia tak salah. Ia menyeringai kecil, bersyukur akan kemampuan khususnya untuk melihat isi hati manusia dan segala kesusahannya. Rupanya ia datang di saat yang tepat, dan ia bisa menggunakan kesulitan anak manusia satu ini. "Oh, tidak. Kudengar beberapa waktu yang lalu anda membutuhkan seorang navigator?" uh, jujur saja ia malas berbicara sopan, tetapi apa boleh buat? Ia harus mengesankan manusia satu ini terlebih dahulu untuk menyelesaikan misinya agar dapat melepaskan rahasia milik anak naif satu ini tanpa masalah berlanjut.

Yang di mana, membuat lelaki muda itu terkejut bukan main.

"Da-dari mana kau tahu?" sepasang mata cokelat itu membelalak terkejut bukan kepalang. Seingatnya ia tak pernah berkata sepatah kata pun semenjak tadi pagi kalau ia ingin mencari seorang navigator! "Kau membuntutiku ya?"

Akan dugaan itu, Lovino merasa kesal juga. Sebenarnya itu tak benar-benar salah juga sih, tetapi tak adakah kata yang lebih pas daripada membuntuti? "Maaf tuan, tapi rasanya 'membuntuti' terdengar kasar. Saya ini seorang pengelana yang tak sengaja mendengar percakapan anda dengan tim anda di sebelah sana." kemudian menunjuk dengan jempolnya pada arah sekerumunan orang dengan pakaian yang serasi berupa flight jacket berlogo dan berwarna sama. "Dan barangkali saya bisa melowong untuk posisi itu, jadi mungkin anda mau mendengar sedikit tentang saya."

Shamballa sudah bukan lagi tempat yang asing bagi para pengelana. Banyak dari para pengelana pada musim-musim World Grand Prix seperti ini mulai melamar sebagai navigator, entah tetap atau hanya selama Grand Prix saja. Tentu, semua peserta lomba juga tengah memperebutkan navigator terbaik karena World Grand Prix adalah ajang kompetisi yang paling dinanti-nanti di mana para peserta akan mengitari dunia untuk membalap hingga kembali pada titik awal, kota Shamballa.

"Oh..." wajah lelaki itu masih nampak sedikit ketakutan, tetapi kini nampak lebih lega dan mulai menarik nafasnya dengan teratur. "Kalau boleh kutahu, siapa namamu?"

"Lovino Vargas."

Untuk selanjutnya, jawaban yang ia terima adalah singkat, jelas, dan cukup padat. "Aku tak pernah mendengar tentangmu." Dengan raut wajah yang tak berdosa, dan rasanya ingin sekali ia gampar entah kenapa.

Ia mendengus kesal. Salahkan kepribadiannya yang sensitif, tetapi sifat manusia yang kurang responsif di depannya ini juga dapat dijadikan alasan amarahnya. "Saya tak berharap banyak jika anda memang tidak mengenal saya, apalagi saya tidak ada niatan sama sekali untuk menyombongkan diri, tapi..." kini mendecak, hendak mengucapkan nama orang itu. "...dulunya saya berkelana dengan mendampingi Arthur James Kirkland."

Uh, ia benci pada nama itu. Sudah bukan lagi hal yang asing bagi para kaum Alters bahwa di luar reputasi ketua baru itu sebagai... Ketua, orang itu juga punya reputasi di kalangan manusia sebagai penyabet juara World Grand Prix class Ocean atas nama Arthur James Kirkland. Seorang kapten dan juara yang sudah mau pensiun kendati usianya dalam parameter manusia masih tergolong muda tanpa alasan. Tentu, ketika dulu orang itu senang bermain-main di dunia manusia karena pekerjaannya bisa dikata tak seberat sekarang, sebagai ketua para Alters pula. Ia tak akan sebebas seperti dulu lagi, dan yang pasti diketahui para manusia itu bahwa musim ini adalah musim terakhir bagi Kirkland itu untuk bermain.

"Woah! Maksudmu Arthur James Kirkland yang itu?" raut wajahnya mengembang bahagia akan mendengar nama yang sama sekali tak asing itu sembari mengepalkan kedua tangannya. "Hebat sekali kau! Aku juga fans beratnya dia dan... Eh, eh, apa itu berarti benar bahwa kau pernah mengeksplorasi samudera ke-delapan? Apakah Kraken di palung utara itu memang dipelihara Arthur kini? Soal harta karun di pulau misterius itu, dan―"

Lovino berdehem keras. Sekeras dan sejelas mungkin agar lawan bicaranya dapat menyadarinya. "Maaf, tetapi apakah saya bisa diberikan kesempatan untuk bekerjasama dengan anda?" ugh, kapan coba ia bisa mendapatkan target dengan pikiran rasional? Orang-orang yang mudah terpancing seperti ini memang paling mudah dipersuasi, tapi juga paling menyebalkan untuk ditangani.

Senyum polos pun merekah dari sang aviator berkulit sawo matang itu. "Tentu saja!" semangat sekali ia mengatakan hal itu. "Aku merasa kita bisa bekerja dengan baik juga, tetapi aku tetap harus mengadakan tes tertulis untukmu. Kau tahulah, masalah prosedur..."

Tes tertulis?

Ah, tak masalah sama sekali.


World Grand Prix.

Pertandingan balap terbesar di planet Velschrede yang besar planetnya kira-kira sebesar Uranus jika masuk dalam tata surya kita. Berpenduduk sekitar delapan miliar yang tersebar dalam tiga lanskap utama planet ini, yang sekaligus menjadi tiga medan pertandingan utama dalam acara yang diadakan setiap tiga tahun sekali ini.

Laut, yang mendominasi 78% dari planet tersebut, memiliki kekayaan yang tak terbatas dan pemasok oksigen terutama planet ini. Satu dari tiga medan utama yang akan digunakan dalam World Grand Prix dengan ketentuan mengelilingi tujuh samudera dan menyelam ke empat palung lalu kembali ke titik awal.

Darat, mengisi 22% dari porsi keseluruhan Velschrede. Hanya terbagi dalam 4 benua yang tak terlalu besar. Benua Spades pada bagian utara dominan dengan kawasan perkotaan dan perindustrian. Mendapatkan bahan bakunya dari Benua Hearts yang spesialis dalam penyuplai bahan mentah segala kebutuhan.

Lain dari itu di sisi selatan, terdapat benua Diamond yang mengurus pertambangan dan peternakan yang hasilnya dikirimkan ke semua benua. Sementara benua terkecil, Clubs, adalah benua hutan di mana segala fauna dan flora tumbuh disini, dengan pohon-pohon baobab yang menjulang puluhan meter mendominasi benua yang seluruh penduduknya membangun kota di atas pohon. Tempat paling sempurna sebagai area turis dan menjadi kawasan utama dalam World Grand Prix class Continent dimana para peserta akan diuji dalam survival skill serta ketangkasan dalam saat kritis.

Dan medan yang terakhir, langit. Mencakup dari garis batas permukaan laut hingga lapisan atmostir teratas dan seluruh bagian planet, juga termasuk dalam kawasan spesial di atas langit, benua ke lima, Arte Stella. Kawasan pulau-pulau melayang yang terjadi atas abnormalitas alam dan manusia yang mempermainkan siklus alam sehingga terjadilah distorsi gravitas yang kemudian dihubungkan oleh para manusia dengan rel-rel anti gravitasi dan sistem mekanis penggerakan kereta memanfaatkan daya tarik magnet bumi. Pusat dari segala jenis transportasi udara, benua pengetahuan, dan medan terberat dalam World Grand Prix, class Aerial, yang bermain dengan segala aspek planet dari air, tanah, udara, dan gravitasi.

Class Aerial adalah kategori yang membutuhkan skill surviving, navigasi, mekanika, ketahanan, dan juga keberuntungan. Menelusuri semua medan, dari laut hingga langit, walau pun cara untuk menang tetaplah sama : menjadi pembalap yang tiba pertama di titik awal. Mereka yang menjadi pemenang dalam Class Aerial adalah mereka, para Master of All.

Dan memasuki Class Aerialberarti pula mempertaruhkan nyawa pada ketinggian ribuan kaki...


"Aku semakin bersemangat bisa bekerja denganmu juga, apalagi setelah melihat hasil tesmu. Selamat ya, tesmu kemarin mendapat skor penuh."

Nah kan, sudah dibilang juga... "Jarang, loh, navigator yang bisa mendapat nilai sempurna. Kau pasti sudah belajar dengan keras, ya." lelaki dari distrik Melayu itu berucap kagum sembari membalik-balik hasil tes dengan nilai sempurna tersebut di tengah lapangan terbang. Akan hal itu, Lovino hanya menyeringai kecil sembari memakai flight jacket-nya. "Soal tes tertulis tidak begitu sulit bagi saya. Semoga tuan juga percaya kepada kemampuan saya."

"Yah, aku percaya kok." tuturnya, "sudahlah jangan seformal itu, panggil saja aku Raka."

Oh, syukurlah. Berarti mulai sekarang ia tak harus susah-susah berformalitas ria lagi. Pula, ini juga bisa menjadi lampu hijau baginya karena akhirnya manusia satu ini bisa percaya kepadanya. "Baiklah, Raka." kemudian ia melompat masuk ke bagian kontrol pesawat kecil berpenumpang dua yang akan mereka gunakan, memastikan tak ada kerusakan yang terjadi atau pun masalah bensin kosong. "Semua juga sudah beres. Tak ada kerusakan atau status abnormal."

"Ladies and gentlemen, boys and girls! Selamat datang pada pembukaan World Grand Prix ke-57!"

Suara yang berseru dari balik megafon, mengacu pada para penonton yang nampak antusias. Akan hal itu, Lovino mendesah ketika tengah turun lagi dari pesawat kecilnya. Mengapa hal semacam ini masih harus ada perayaan sih? Setahunya, acara pembukaan sudah diadakan beberapa hari yang lalu dan memang untuk Aerial Class, perlombaan baru akan dimulai hari ini. Sekali lagi, pentingkah? Baginya sih tidak sama sekali.

"...jalur dalam Aerial Classkali ini akan melintas ke hutan baobab, kemudian penyelaman palung dan selanjutnya ke satu pos pada tepi permukaan atmosfer yang berjarak 2500 km dari sini... Dan oh! Lihat, kita kedatangan seorang navigator muda dengan skor sempurna setelah lima belas musim berlalu!"

Ya, ya. Cuap-cuap saja terus. Omong kosong tentang dia yang baru saja menjadi navigator yang berhasil mencapai nilai sempurna setelah lima belas musim tak pernah ada dan semua kata-kata kosong itu. Lama-lama semua yang ada di dunia ini membuatnya kesal, dan itu semakin membuahkan fakta di hatinya bahwa manusia senang berbicara omong kosong. Ia berdoa saja agar partnernya tidak suka berkata-kata kosong...

"Hei Lovi, kau bengong saja." tangan berwarna sawo matang itu terkibas di depan mata sang Alter, sementara pemilik tangan itu hanya tersenyum kecil ketika akhirnya kesadaran milik partnernya itu kembali. "Sudah terbang ke mana saja jiwamu? Ayo cepat bersiap. Kita akan terbang sebentar lagi." dan kemudian memasangkan goggle milik sang Alter yang sedari tadi hanya tergantung manis di lehernya. Hal itu tentu saja membuatnya malu berat dan refleks mendorong mundur tangan sang aviator.

"Aku bisa memakainya sendiri, bodoh." kemudian memasangkan goggle yang baru setengah terpasang, juga mengenakan headset-nya untuk media berkomunikasi.

"...lalu trayek yang akan dilewati semua partisipan akan dipantau dari satelit di pos teratas! Wah, ini pasti akan menjadi pertarungan seru... Adakah yang dapat mematahkan rekor keliling dunia Aerial Class kurang dari 78 hari? Kita lihat saja nanti!"

Ya, ia memantapkan hatinya agar untuk sementara ini saja ia harus berfokus pada kemenangan dan keselamatan targetnya agar ketika ia membuka rahasianya dapat berjalan mulus. Dan tentu, kalau ia dapat membawa anak polos ini menang adalah dengan memenangkan perhatian sang aviator melalui membuat kesan navigator sempurna.

Lovino merogoh kantung celananya, mengeluarkan semacam alat yang tipis sekali terbuat dari layar LED berukuran 9x9 cm. Sekali-dua kali menekan pada layar itu dengan ibu jarinya dan keluarlah semacam landskap hologram tiga dimensi. Dari situlah ia mencoba menggambarkan kondisi jalannya. Sekarang kondisinya adalah mereka harus menaiki pesawat yang berbentuk seperti burung garuda dari besi ini turun ke daratan di benua Clubs, berjalan kaki sampai ke pantai berdermaga khusus World Grand Prix untuk pergi menyelam ke palung terdalam dan mengambil kartu kunci untuk selanjutnya digunakan agar pintu ke pos teratas yang tingginya hampir puluhan ribu kaki untuk mencapai check point dapat terbuka dan kemudian kembali ke Shamballa melalui jalan kereta.

Dan ketika ia mematikan peta hologram itu, ia mulai berpikir bahwa "oke, ini berat juga."

Masalah berat-ringannya jalan bukan masalah besar baginya, hanya saja apakah ia bisa membawanya menang itu yang agaknya harus dipertanyakan. Sekali lagi, demi ulat bulu yang bersarang menjadi alis, ia hanya seorang Alter dan yang ia kuasai hanyalah sebatas membaca pikiran dan berurusan dengan menyimpan dan melepas rahasia manusia! Kalau ia tahu mantera sihir untuk mendatangkan Dewi Fortuna dan aura kemenangan seperti si ketua barunya itu, mungkin ia tak harus sesusah ini...

"Bengong lagi, ya?"

"Sembarangan. Aku tidak bengong." kemudian menatap intens sebelum akhirnya menyalakan layar LED itu lagi sehingga skema yang baru saja ia petakan kembali muncul. "Aku sedang memikirkan jalan pintas sehubungan dengan jalur pertandingan kita. Coba lihat disini, posisi landing pesawat nanti memang ada di atas pohon baobab terbesar, tapi lapangan terbangnya hanya cukup untuk satu pesawat per landing. Jadi aku tengah memikirkan trik agar kita dapat membalap semua peserta lainnya." jari telunjuknya pun menunjuk pada pohon yang tadi ia maksudkan.

Raka pun mengistirahatkan lengan kirinya pada bahu sang Alter dan mengacuhkan protes yang dilontarkan sang navigator berupa perkataan "Idiot kau, berat tahu!" pada Raka. "Kita bisa jadi yang pertama dengan mengambil rute terpendek..." jari-jari milik pemuda asal distrik Melayu itu membentukkan segitiga siku-siku yang menyambungkan posisi Shamballa dengan pohon landasan mereka. "...dari sini kau tinggal menggunakan penghitungan trigonometri dasar untuk estimasi rute paling dekat. Ambil titik displacement pada sisi terpendeknya. Perhitungkan panjang landasan, tekanan udara, gesekan udara, dan kombinasikan saja dengan tingkat akselerasi maksimum yang dapat kita hasilkan." maka ia pun memasukkan semua angka-angka itu pada kombinasi rumus dan kemudian ia menghitung semuanya. "Dan itu berarti kita dapat mencapai titik optimal dengan menuju minus 85 derajat vertikal, dan pada titik 75 meter di atas permukaan laut, haluan akan berubah ke 0 derajat horizontal."

"Oh, kukira kau terlalu idiot untuk memahami fisika." tutur Lovino sembari menyeringai. "Tapi kau benar-benar akan langsung menukik minus 85 derajat vertikal? Kau gila!" yah, ia sih tak akan mati karena ia bukan manusia, tapi pilotnya ini kan masih manusia, apa ia tak gila? Bukannya apa, hanya saja kalau manusia ini tewas, bisa-bisa Arthur akan menjejalkan scone itu kepadanya lagi dan cukup, jangankan manusia, Alter saja bisa mati hanya dengan memakan makanan entah-apa-itu buatan Arthur.

"Hahaha, tetapi kau boleh katakan bahwa perhitungan ini masih dasar sekali. Dan tidak, tidak berbahaya kalau aku yang mengendarai pesawatnya." tawanya tergelak, lalu menepuk-nepuk punggung navigatornya dan memakai gogle-nya. "Sebaiknya kita bersiap sekarang. Lampu aba-abanya sudah menyala." menunjuk sesaat pada lampu yang dimaksud dan dengan senyuman kecil itu, ia melompat masuk ke bagian pilot. Mengaktifkan mesin pesawat yang selanjutnya bergemuruh lantang bersamaan dengan mesin-mesin dari pesawat lainnya.

"...dan lampu aba-aba akan menjadi hijau dalam tiga...

Dua..."

"Satu."

Dan ratusan burung besi lepas landas dari Shamballa, berlomba menjadi yang terutama.


"Perkenalkan, di sini Lovino Vargas dari distrik 8. Akan menjadi anggota baru di distrik 12 ini."

Kau teringat lagi akan masa beberapa ratus tahun yang lalu... Ah ya, aku belum mengatakannya ya, bahwa umur Alters dan para manusia memiliki jangka hitungan yang berbeda? Kalau belum, kuberitahu saja, umur para Alters bisa mencapai ratusan, bahkan ribuan tahun umur manusia!

Yah, pada intinya kau kembali teringat akan waktu itu lagi. Hari dimana kau masih belia dan kau diharuskan belajar sebelum menjadi Alter yang turun lapangan.

"...kita dapat menyimpan rahasia manusia ketika ia sudah mempercayai kita. Mereka akan percaya pada kita jika kita memberikan afeksi..."

Ketika pelajaran, sekali waktu itu kau bertanya akan satu pertanyaan yang entah kenapa akan selalu berkesan di pikiranmu. "Ibu, kenapa kita harus berkawan dan hidup di sampingnya? Itu kan tak penting karena kita bisa membaca pikiran mereka kan?"

Ia ingat ketika guru itu tersenyum dan kemudian mengelus kepalanya. "Benar, tetapi ingatlah Lovino. Seorang Alter adalah mereka yang menyimpan rahasia dan meringankan beban hidup manusia. Kalau kau hanya membaca saja, artinya kau merampas rahasia mereka dan tak akan ada gunanya."

.

Lalu hari dan minggu, tak lama bulan, tahun dan akhirnya dua dekade telah berlalu semenjak kau lulus dan terjun ke lapangan. Ketua baru pun terpilih sebagai pengganti ketua yang sebelumnya memutuskan untuk pensiun. Ketua yang baru, sekaligus salah satu kawan sepermainanmu ketika kau masih menginjak bangku sekolah.

"Salam, untuk dunia yang sejahtera dan hidup."

Ketua itu bernama Arthur Kirkland, yang membuat gebrakan baru dalam sistem kerja Alters yang kau katakan gila karena bertentangan dengan segala yang telah kau dan lainnya kerjakan semenjak manusia dengan pikiran logis, muncul di dunia ini.

"Kawan-kawanku, sesama Alters yang amat kuhargai, pada hari ini aku akan mengumumkan tentang perubahan sistem kerja kita. Seperti yang kita semua tahu, manusia selalu punya rahasia dan selama itu juga kita telah menyimpan rahasia mereka.

Tapi para dewan, dan juga aku, telah melihat bahwa dunia manusia telah semakin menjamur populasinya, dan akhir-akhir ini segalanya terlalu monoton. Tak ada warna dan terlalu datar, pula, sudah tak ada tempat lagi untuk menampung rahasia-rahasia ini semua. Maka atas dasar inilah, aku mengumumkan pemberlakuan sistem baru ini.

Mulai sekarang, aku akan memberlakukan aturan agar kita melepaskan semua rahasia manusia."

.

.

To Be Continued


Footnotes

1. Baobab. Termasuk dalam genus Adansonia, semacam pohon raksasa yang tingginya antara 5-25 meter dan lebarnya mencapai 11 meter, yang dalam cerita ini tingginya saya dramatisir sampe 5x lipat dan lebarnya sampe 7x-nya #digebuksekampung. Tapi yang pasti, pohon raksasa dengan buah kaya nutrisi dan mulai dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar ini merupakan endemik dari Madagaskar, Arabian Peninsula, dan Australia. Walau genus Adansonia mencakup beberapa spesies, tapi yang saya jadikan acuan adalah Adansonia grandidieri yang merupakan spesies baobab endemik Madagaskar yang tingginya antara 25-30 meter :D


A/N : First of all, thanks for sherry-me who's already beyond kind to beta-ed those ridiculous typos and criticizing this fic xD

lalu ada saya dengan bodohnya berpikir bahwa bisa menyelesaikan karangan yang di-estimasikan panjangnya bisa sampe 20k words ini dalam dua hari itu memang kelewat mustahil. Maksimal yang bisa saya tembus memang maksimal cuma 4k sehari via hape + komp ;_; oke, itu nggak penting deh, sumpah.

Aaaaaand... Because following the rules is too mainstream, so I including my OC... and I regret nothing 8D #WOI

Jujur, ini cerita terberat yang pernah saya tulis. All those descriptions and all crack pairs that I'm interested so much… uh, bener-bener beda dari yang biasa saya tulis. Apalagi semuanya ini ditulis hanya dalam beberapa hari yang bikin saya nangis bejejeran ;_; saya sendiri nggak yakin kalo semuanya ini bakal jadi bagus karena sekali lagi, saya berani sumpah kalo saya sama sekali nggak bisa ngebayangin gambaran cerita-cerita yang saya buat. Imaji saya terlalu minim orz.

Well, other than that, I am more than satisfied, and any reviews given will make me even more satisfied xD