Chapter 2
Hermione
Berendam didalam air panas selalu membuatku merasa lebih baik. Tidak. Tidak saat ini. Tetap saja aku tidak akan merasa lebih baik meskipun suhu didalam bak mandiku sudah mencapai angka dimana air bisa mendidih karenanya. Tapi tetap tidak dapat membuatku lebih baik.
Ponselku tidak hentinya berdering diluar sana. Aku tidak peduli. Ada lagi yang harus kupedulikan selain kebodohanku mencium Draco Malfoy tadi malam? Tidak kurasa. Cukup satu kebodohan hari ini yang dapat kupedulikan. Persetan dengan semua telepon dan sms yang datang ke ponselku. Tak bisakah mereka meninggalkanku sendirian?
Bloody hell! Aku cuma meminum 2 gelas bir semalam dan aku sudah super mabuk hingga tak sadarkan diri setelah kejadian gila itu. Untung saja keadaan ruangan itu remang cahaya sehingga tak banyak yang bisa melihat apa yang terjadi. Mungkin Daphne, juga Theo, dan Blaise. Semoga tak ada lagi.
Oh, aku berantakan.
Tidak bisa selamanya aku berada didalam bak mandi berisi air super panas ini dan memilih keluar dengan baju mandiku menuju kamar untuk berganti pakaian. Aku tidak akan berangkat menuju kantor pagi ini dan hanya memakai kaos dan cardigan serta celana panjang. Kuraih tas kecilku dengan sekali sambaran cepat kemudian memakai sepatu summer wedges ku dan bersiap untuk ber-apparate menuju rumah keluarga Potter di Surrey. Argh! Aku benci ber-apparate.
Bisa kupastikan hanya ada Ginny dan si kecil James ketika aku sampai dihalaman rumah mereka yang indah karena dirawat dengan tekun oleh sepasang Potter ini. Kuketuk pintu.
"Hermione!" Ginny langsung memelukku erat, "Sebuah kejutan! Ayo masuk!"
Rumah mungil mereka terlihat tak kalah indah dengan halamannya. Sangat cocok dengan Ginny yang manis namun tegas dan tentunya Harry yang rendah hati. James berjalan kearahku dengan tertatih-tatih, "Oh! Hai, James." Aku meraih dan menggendong putra kecil mereka sebelum duduk di sofa ruang tamu.
"Lama sekali kau tak berkunjung. Sibuk?" tanya Ginny sambil menyuguhkan teh untukku.
"Sangat." Jawabku singkat, "Sampai-sampai si kecil James sudah bisa berjalan sekarang."
Ginny tergelak dan duduk disofa didepanku, "Jadi mengingat kesibukanmu di Kementrian, pasti ada alasan kau kesini sekarang."
Aku tidak pernah bisa berhasil menyembunyikan sesuatu dari sahabatku yang satu ini. Sambil memangku James, aku menceritakan semuanya pada Ginny. Bagaimana aku sekarang dekat dengan Draco Malfoy dan sudah sering menghabiskan waktu bersama, lamaran Ron yang belum kujawab sampai saat ini, dan tentunya kejadian tadi malam.
Ginny mendengarkan dengan seksama tanpa berkomentar sebelum aku akhirnya selesai. Ia masih terdiam sebentar untuk mencerna beberapa kalimat yang mungkin sulit untuk menjadi nyata, "Jadi, kau menyukai Draco Malfoy?"
"Well, aku tidak ingat mengatakan hal itu tadi."
"Ini kesimpulanku, Mione." Ginny mendekatkan wajahnya, "Benar atau tidak?"
"Aku..." sejujurnya aku tak tahu apa jawabannya. Apa yang kurasakan pada Draco, "Sepertinya tidak. Kau tahu, aku hanya sekedar menemukan kenyamanan pada Draco. Kenyamanan yang-"
"-Tidak kau temukan pada Ron? Aku mengerti." Potong Ginny sebelum aku selesai bicara, "Apa lagi?"
Pertanyaan Ginny membuatku berpikir. Banyak yang kudapatkan dari Draco sebenarnya yang tidak bisa kutemukan pada Ron, "Banyak. Aku bisa menceritakan segalanya pada Draco tanpa ragu, menghabiskan waktu berjam-jam tanpa terasa dengannya. Apa ini normal?"
"Tentu saja." Ginny meraih James dari pangkuanku dan menatap lurus padaku, "Kau sedang jatuh cinta. Pada Draco Malfoy."
"Whoa whoa!" aku seketika mundur dan bersandar ke sofa, "Kau tidak bisa menyimpulkan semudah itu, Gin."
"Lalu apa lagi kalau bukan itu? Coba kau jelaskan kemungkinan lain?"
"Umurku sudah 24 tahun dan aku sudah bertunangan dengan seseorang. Logikanya, aku tidak lagi punya kuasa untuk jatuh cinta pada orang lain."
"Tentu saja kau masih punya dan masih sangat bisa jatuh cinta dengan siapa saja. Jatuh cinta tidak pernah mengenal usia dan status seseorang sejauh yang kutahu. Dan kalau kau belum mau percaya, kau bisa membuktikannya." Jelas Ginny panjang lebar, "Sekarang kutanya, kenapa kau belum menjawab lamaran Ron?"
"Itu..."
"Karena kau menyukai Draco ditengah perjalananmu dengan Ron, benar? Maka dari itu kau tidak berani untuk menjawab Ron."
"Belum." Ralatku, "Aku belum siap untuk menjawabnya karena aku masih sibuk dengan pekerjaan dan tak ada hubungannya dengan Draco!"
"Oh ya, benar. Siapa yang dulu selalu memintaku terus berusaha mendapatkan Harry karena aku tidak bisa berhenti memikirkannya? Kau." Ujar Ginny lagi, "6 tahun kau bersama Ron karena kau mencintainya. Bagus. Tapi jika sekarang kau menyukai pria lain, itu berarti kau tidak mencintai Ron sebanyak kau mencintai pria ini. Karena kalau iya, kau tidak akan jatuh cinta untuk orang lain. Dan pesanku, kau harus memikirkan 1000 kali semua keputusan yang akan kau ambil setelah ini. Untuk menerima atau menolak lamaran Ron, untuk mengakui atau mengabaikan perasaanmu pada Draco. Pastikan kau sudah yakin 1000% sebelum memutuskan."
Aku bersandar ke sofa dan mencerna semua dengan baik. Kenapa jadi sebegini rumitnya? Apa yang dikatakan Ginny memang benar, aku tidak bisa gegabah dalam mengambil keputusan. Jemariku mengelus cincin tunangan dari Ron yang melingkar di jari manis tangan kananku. Bimbang.
.
Draco
Bloody Hell! Kemana perginya Hermione sampai ia tidak menjawab semua telepon dan sms yang kukirim padanya dari tadi pagi? Kejadian tadi malam sepertinya membuatnya stres atau entah apalah itu. Tentu saja. Ia baru saja dilamar oleh Ron tapi malah berciuman denganku. Yang benar saja.
Sesaat kemudian aku terlonjak dengan dering telepon diatas meja kerjaku. Aku mengangkatnya dan langsung terdengar suara Charlotte, "Mrs. Ginny Potter di line 7."
Ginny? Aku menutup telepon dari Charlotte dan langsung menekan angka 7, "Potter? Ada apa?"
"Panggil aku Ginny, Malfoy. Dan aku sudah dengar tentang kejadian semalam."
"Draco saja." ujarku meralat, "Hermione yang memberitahumu?"
"Sudah jelas, kan?" jawab Ginny diujung sana. Suaranya terdengar sangat serius dan kadang terdengar sangat Harry, "Kau mencintainya, benar kan Draco?"
Alis mataku mengernyit meskipun ia tidak dapat melihatnya, "Apa maksudmu?"
"Yang benar saja. Aku tahu kau tahu persis apa maksudku. Cukup jawab ya atau tidak dan telepon ini akan kututup."
"Untuk apa aku harus menjawabnya? Apalagi kepadamu."
Ginny terdengar mendengus, "Tak perlu aku menjelaskan panjang lebar disini. Tidak terlalu penting bagimu. Jadi, jawab saja."
Apa yang direncanakan Potter yang satu ini? "Tidak. Dan cepat tutup teleponnya."
"Kau yakin?"
"Apa suaraku terdengar kurang meyakinkan?"
"Oke." Ginny memelankan suara, "Baiklah. Maaf jika aku mengganggumu Mr. Malfoy. Selamat siang." Klik.
Apa-apaan itu tadi? Tentu saja aku menjawab tidak pada Ginny. Lagipula untuk apa? Telepon kantorku berdering lagi.
"Miss Granger di line 5." Suara Charlotte terdengar bergembira. Bagaimana bisa? Hermione tidak menjawab semua teleponku dan kini meneleponku ke kantor? Luar biasa. Yah setidaknya aku bisa mendengar suaranya setelah semalam.
"Hermione?" sapaku setelah menekan angka 5 di telepon.
"Hai." Terdengar suara gadis itu diujung sana, "Well, aku minta maaf atas semalam. Aku tahu bodoh sekali memang. Hanya 2 gelas dan aku... yah, seperti yang terjadi tadi malam."
"Ya, aku juga meminta maaf karena tidak mengantarkanmu pulang dan membiarkan Daphne yang melakukannya."
"Tak apa." Jawab Hermione, "Itu malah lebih bagus daripada kau...emm, terkena masalah."
Kami berdua terdiam lama dan menjadikan suasana yang luar biasa canggung pada sambungan telepon ini, "Jadi, kurasa kau tidak akan menemuiku lagi dikedai kopi."
Hermione terkekeh pelan diujung sana, "Sampai ketemu di kedai kopi dekat stasiun, Malfoy."
.
Seperti biasa, aku mendengarkan Hermione berbicara panjang lebar tentang harinya yang cukup berbeda hari ini karena ia berkunjung ke tempat keluarga Potter dan bermain dengan James, putra pertama mereka. Hermione sepertinya sangat menyukai James dari caranya ia bercerita. Dan James pastilah bocah yang lucu layaknya yang dideskripsikan Hermione dengan baik. Aku mengamatinya sementara ia bercerita. Tapi,
"Kemana cincinmu?"
Hermione terlihat bingung ketika aku menanyakannya. Cincin yang biasa ia pakai yang merupakan tanda pertunangannya dengan Ron, malam ini tidak ada di jari manis tangan kanannya.
"Aku lupa memakainya setelah ke kamar mandi tadi." Ia lalu tersenyum tapi tidak berniat memakai cincin yang entah berada dimana itu. Aku hanya mengangguk dan tak mau mencampuri urusannya terlalu jauh.
Hari ini Hermione tidak muncul di Kementrian, sesuai apa yang kudengar dari Daphne. Mungkin ia belum siap bertemu dengan orang banyak atau kenapa. Atau bisa saja ia tidak mau menemui Ron.
Aku menyesap kopi hitamku lalu mengeluarkan cerutu dari dalam jasku dan menyalakannya dengan pemantik. Disaat yang sama, Hermione mendekat dan menghentikan pergerakan tanganku yang akan menyalakan pemantik.
"Tidak didepanku, Draco. Please?"
Tangannya memaksaku mengembalikan cerutu dan pemantikku ketempatnya semula, "Baiklah."
Kumasukkan lagi cerutu dan pemantikku kedalam saku jas dan mendengarkannya bercerita lagi. Tapi kali ini aku tidak sepenuhnya mendaratkan perhatian padanya. Aku memikirkan sesuatu. Sesuatu yang ada hubungannya dengan tidak dikenakannya cincin itu di jari Hermione.
"Kau sudah menceritakan kejadian kemarin pada Ron?" potongku. Hermione menghentikan ceritanya seketika dan masih melongo karena pertanyaanku, "Sudah?"
Dengan ragu, ia menggeleng. Gelengan yang penuh dengan rasa bersalah kutebak. Ia tidak melihat mataku ketika berbicara, "Belum. Aku tak tahu bagaimana harus menceritakannya."
"Ceritakan saja seperti kau selalu bercerita padaku tentang harimu yang melelahkan." Kataku lalu menyesap kopi hitam dari cangkir.
Ia tertawa singkat dan sarkatis sambil menggeleng, "Kau tidak tahu bagaimana reaksinya nanti atas cerita pendek itu."
"Katakan padaku, apa dia akan membantaimu?" ia tertawa lagi, "Tidak. Kupikir ia akan mengerti jika kau mengatakannya secara langsung sebelum ia mengetahuinya dari orang lain."
"Woow!" ia bersandar ke sofa sambil menyibakkan rambut cokelatnya kebelakang, "Kau benar. Yeah, aku harus mengatakannya sendiri."
Aku mengangguk dan tersenyum, "Bagus. Dan apapun responnya nanti, well yah kau tahu, aku akan ada disini malam itu dan mendengar semua ceritamu." Aku suka mendengar suara tawanya yang kini bergema didalam kedai.
"Ya, aku tahu."
.
Ron
Aku melempar cincin yang kugenggam semenjak tadi tinggi keatas dan menangkapnya lagi sebelum terjatuh ke tanah. Cincin ini sudah berada di jari manis tangan kanan Hermione selama hampir satu setengah tahun sampai tadi malam aku membuatnya melepas dan melemparnya padaku.
Kami bertengkar hebat.
Bukan hal yang aneh memang karena otak kami memang tidak pernah sejalan dalam segala hal. Aku terlalu banyak membuat berantakan dan ia yang selalu membenarkannya.
Tidak ada yang spesial semalam, kami hanya makan malam berdua setelah pulang kerja di flat milikku sebelum akhirnya ia menceritakan sesuatu yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Oh ya, aku marah. Dan siapa yang tidak, jika tunangannya yang juga kekasihnya selama 6 tahun terakhir, berciuman dengan musuh besar mereka dalam keadaan sedang mabuk dalam sebuah pesta di bar pada malam hari?
Malam itu tidak terkendali sampai ia melepas dan melempar cincin pertunangan kami padaku lalu berjalan keluar dari flatku entah kemana. Dan itu berarti aku tidak akan mendengarnya setuju untuk menikahiku dalam waktu dekat. Bloddy hell!
Seharusnya aku tidak perlu membentak atau berteriak padanya karena seperti yang ia katakan, hal itu terjadi karena mereka sedang mabuk. Tapi bagaimana mereka bisa berada dalam pesta yang sama dan juga jarak yang berdekatan ketika mereka sedang mabuk disana?
Holy crap! Aku tidak bisa berhenti menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi disana. Diantara mereka berdua. Hermione dan Draco Malfoy.
Maka ketika aku melihat Hermione keluar dari kantornya sore ini, aku memutuskan untuk mengikutinya. Mencoba mencari tahu yang ia lakukan diluar sana sehingga ia selalu sampai di apartemennya diatas jam 10 malam.
Ia berjalan menuju stasiun. Tunggu, tidak! Ia berhenti dan masuk kedalam sebuah kedai kopi kecil didekat stasiun. Aku tidak mengikutinya masuk melainkan hanya mengintip dari sebuah bangku yang ada diluar kedai. Hermione menyapa seseorang berambut pirang rapi yang duduk disalah satu sofa. Sial! Apa yang ia lakukan disini bersama Malfoy?
Dari sini aku bisa melihat mereka menertawakan sesuatu. Entah apa. Tapi bagaimana bisa? Dan sudah berapa lama ia menyembunyikan ini dariku? Aku bahkan sudah hampir tidak pernah melihat tawanya yang seceria itu. Hermione, apa maksud ini semua?
Daphne
Ternyata memang benar dugaanku semenjak tadi, Ron Weasley mengikuti Hermione. Untung saja aku mengetahui hal itu dan memutuskan untuk mengikutinya sementara ia menguntit tunangannya itu. Dan, tentu saja aku terkejut dengan pemandangan didalam kedai kopi saat ini. Mungkinkah ini sudah terjadi sebelum ciuman di bar itu?
Draco Malfoy dan Hermione Granger berbincang seperti teman lama dan saling tertawa bersama.
Saat ini aku berada dalam keadaan apakah aku harus memihak pada Hermione karena ia telah diikuti oleh tunangannya sendiri atau berpihak pada Ron karena telah dipecundangi oleh pasangan mustahil yang salah satunya adalah kekasih-selama-6-tahunnya atau mungkin aku harus masuk kedalam dan berpura-pura tidak mengerti apa-apa dan menyapa mereka berdua dengan wajah tak berdosa. Hm...
Well, tentu saja Hermione lebih memilih Draco ketimbang rambut merah Weasley itu mengingat ketampanan dan kekayaan Malfoy. Itu juga pilihanku jika aku jadi Hermione secara tiba-tiba mungkin. Gampang saja mendepak Ron dan jatuh ke pelukan Draco. She's pretty and totally damn hot!
Mungkin kubiarkan saja tiga orang dewasa ini menangani masalahnya sendiri. Mereka sudah terlampau besar dan memiliki otak untuk hal seperti ini. Dan aku akan ada saat salah satu dari mereka meminta bantuan.
TO BE CONTINUED
thanks for all the reviews :)) maaf kalo belom bisa aku bales karena koneksi internet yang parah banget disini :(
keep read and review ya :D