MIIDORI KEEMBALIII! Dengan fic baru. Iya sih yang look at me belom selesai, dan fic ini untuk persiapan fic yang baru juga(?) yang bilang look at me pendek, maaf ya, author lagi buru-buru soalnya. Hehehe. Jadi selamat membaca
Miidori Proudly Presents:
"When The Fake Becomes Real."
Disclaimer: All Vocaloid Character is not mine.
Warning: Everything that needs to warned.
Summary: Kagami Rin dan Kagamine Len, adalah pasangan artis palsu. Tapi bagaimana jika candaan Len di wawancara menjadi kenyataan? /Bahasa Gaul.
Dont Like?Dont Read.
HERE WE GO!
*note: "bla bla bla" suara orang yang ditelfon. "lalala"= suara handphone.
Terlihat suatu lokasi di mall, yang ramai dikerubuni wartawan dengan kamera, dan juga note kecil ditambah pulpennya. Tapi tidak mungkin, seluruh wartawan itu, capek-capek datang ke mall untuk berita kosong? Tentu saja tidak! Mereka datang jauh-jauh untuk mewawancarai kedua pasangan kekasih, yang sedang booming di dunia entertaiment, Kagamine Len, dan Kagami Rin. Pasangan yang mempunyai warna rambut yang sama, honey blonde, tetapi berbeda model, Rin dibiarkan menjuntai panjang sebahu lebih, sedangkan Len, diikat ponytail, mempunyai warna mata yang sama pula, azure, dan bukan pasangan yang asli dalam hal saling mencintai, melainkan sebaliknya, pasangan palsu untuk mendapatkan ketenaran, tapi satu fakta dibalik semua kedok, 'Rin tidak mencintai Len, Len sangat mencintai Rin.'
"Yak! Apakah Len-san selama berpacaran dengan Rin-san, sudah merasa bosan? Terlebih, 3 tahun kalian menjalin hubungan, apakah tidak berniat mengganti kekasih?" pertanyaan wartawan yang membuat kawananya melihat ke arah Len.
"Tentu saja!" jawaban yang diminta oleh semua fans mereka pun keluar dari mulut Len.
"Nah, kenapa kalian tidak melanjutkan hubungan yang lebih serius? Kalian sudah 3 tahun berpacaran bukan?" pertanyaan mematikan yang harus dijawab oleh Len dan Rin.
"Bel-"
"Kami akan melaksanakan 2 hari lagi mulai sekarang."
Semua wartawan membulatkan matanya, termasuk Rin, mendengar jawaban Rin di potong oleh Len yang cengengesan sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Len, lo kenapa ngomong gitu?" Rin berbisik kepada Len yang berada disampingnya.
"Tenang! Gue bisa ngelurusin ini kok! Liat ye!" Len bertindak seakan dapat meyakinkan Rin. Sedangkan Rin? Hanya menghela nafas, dan memohon pertolongan.
"Mbak, tadi cum-"
"OH EEM JIIII! PE-MIR-SAAHHH! DUO PASANGAN BLONDE INI BAKAL NIKAH! DALAM KURUN WAKTU DUA HARIIII! SAYA AKITA NERU, MELAPORKAN DARI TEMPAT EMOOLL!"
Awal yang buruk untuk meyakinkan suatu rumor yang sudah di kirim ke tvuntuk di tonton jutaan orang. Tapi Len tetap berusaha. Dengan cepat ia mencari wartawan lain.
"Mbak tad-"
"JADI GINIII YEE PENONTON YANG GAHOELLL! PASANGAN BLONDE YANG UNYUH NYA GAK KETOLONGAN BAKAL NIKAH LUSAA! SEKIAN BERITANYAH YAK! BABAIII!"
Buruk, sangat buruk bagi pelurusan kesalah pahaman. Len melihat Rin yang sudah geleng-geleng kepala. Tapi, dia mencoba lagi, lagi, dan lagi, tetapi setiap wartawan yang dia ingin 'luruskan' selalu memotong perkataannya, dan menyiarkan berita 'candaan' Len, naas, disaat Len ingin mengejar wartawan itu, mereka semua sudah kembali kepada stasiun tv masing-masing. Meninggalkan Len dan Rin sendirian.
"Gue. Gak. Mau. Nikah. Sama. Lo." Rin berkata dengan wajah suram.
"Maaf Rin. Kan manusia juga melakukan kesalahan~" Len berkata sok bijak.
"Lo manusia? Gue pikir lo makhluk gaib." ejek Rin kepada Len yang sudah hatinya ditusuk tombak.
"Udah kita ke mobil dulu. Nanti kita telpon ha-"
Zenzen tsukamenai kimi no koto.
Ucapan Len terputus saat handphone Rin berdering, yang memberi tanda bahwa dia menerima panggilan dari seseorang. Rin melihat sebentar nama yang tertera di layar handphone-nya, lalu menekan tombol berwarna hijau, dan menjawab panggilan yang ditujukan kepadanya.
"Haku-sa -"
"RIIINNNYY! ITU BENER LEN MAU NIKAHIN RIIN?!" teriak orang di sebrang sana.
"Haku-san si Len itu cuman becanda, eh taunya malah susah ngelurusin lagi. Tolongiin doooongg Haku-saannn!" Rin menjelaskan kejadian nya dan memohon pada orang di sebrang, manager-nya, Yowane Haku.
"Oke, oke. Sekarang ajak Len ke rumahku dulu, nanti biar kutelpon manager Len, Dell. Ok?"
"Yap!"
Rin memustukan panggilannya dengan Haku. Lalu mengangkat kakinya pergi dari tempat semula, dan menyusul Len yang sudah cukup jauh dari tempatnya. Disaat, Rin dapat menyamakan jaraknya dengan Len, dia langsung memukul Len cukup keras, dan mengatainya dengan berbagai hewan di taman binatang, umpatan kasar, dan sebagainya.
Len menyetir mobil, Rin terdiam meratapi nasib yang diterimanya dalam hati. Kira-kira itulah yang terjadi di dalam mobil Len.
"Semua salah Len. Semua salah Len. Gue gak mau nikah sama Len. Gue gak mau nikah sama Len." Rin bergumam panjang tentang permasalahan yang diterimanya.
"Yaelah Rin, lo tuh harusnya bersyukur nikah sama gue. Banyak loh yang mau!" bela Len pada dirinya sendiri.
"Iya, yang mau sama nikah lo cuman Kaito, dan Gakupo aja. Lo kan maho." ucap Rin merendahkan Len.
"Dalem woi." Len berkata pasrah
Zenzen tsukamenai kimi no koto.
Lagi-lagi, handphone Rin berdering. Dengan cepat ia melihat tulisan yang terpampang di layar handphone-nya, dan menekan tombol berwarna hijau.
"Halo, lo pasti mau ngomongin soal rumor yang di tipi ye? Gumi?" yak, bernar sekali, yang memamanggil Rin adalah, cewek berambut hijau dengan icon goggles berlensa merah, Megpoid Gumi.
"Emang itu bener Rin? Gue disuruh ke rumah Haku-san. Katanya sih mau ngomongin soal itu. Yah, sebagai pacar yang baik dari Kagami Rin, gue dateng aje." canda Gumi disebrang sana.
"Apa? Pacar yang baik? Plis deh ya, gue bukan lesbong kayak elo." ucap Rin dengan nada pura-pura ketakutan.
"Jadi lo nolak gue? Fine. Pokoknya dengan kecepatan cahaya lo harus kesini!" Gumi setengah berteriak mengucapkan kalimat akhir tadi. Tanpa berlama-lama gumi memutuskan panggilannya dengan Rin.
Kini Rin menerawang jauh ke jalan di depannya. Saat Gumi menelfon tadi, terbesit kesedihan dihatinya, mempertanyakan pertanyaan yang sukar dijawab oleh nya, "kenapa bukan okaa-san atau otou-san?" pertanyaan itu selalu berputar di kepala Rin pada saat ia berumur 10 tahun, tepat disaat orang tuanya meninggal. Mereka berdua meninggal karena kecelakaan pesawat, meninggalkan Rin dengan tumpukan harta. Memang masa sulit bagi Rin, harus ditinggalkan orang tuanya dengan harta yang menumpuk, yang menjadi incaran para pemburu kekayaan berkedok orang kepercayaan. Tetapi, Haku datang sebagai orang kepercayaan orang tuanya yang asli, dan mengurus Rin. Dari dulu hingga sekarang.
Tidak jauh dari cerita Len, orang tua- tidak, hanya ayah Len saja yang harus meninggal karena kecelakaan pesawat, di pesawat yang sama dengan orang tua Rin. Lalu, kemana ibu Len? Ia meninggal saat melahirkan Len. Mereka berdua meninggalkan Len dengan harta yang seadanya, tidak banyak memang yang menawarkan menjadi pengurus Len, karena harta yang ditinggalkannya memang seadanya. Tetapi, Dell, manager Len, menawarkan dirinya sendiri, dan di setujui oleh Len.
Kini mereka berdua, hanya sibuk dengan pikiran mereka. Membiarkan keheningan menyelimuti mereka.
"Jadi, ini gimana..." Rin duduk dengan memegang cangkir berisikan hot chocolate. Yah Rin dan Len memang sudah datang di rumah Haku untuk membicarakan permasalahan serius yang dibuat Len.
"Yah gin-"
"JANGAN GINI GONO AJA BEGO! LO SIH AAHHH! NGOMONG TUH DIPIKIR-PIKIR DULUUU! POKOKNYA GIMANAPUN CARANYA GUE GAK MAU NIKAH SAMA MAKHLUK MENJIJIKAN INI YAAHHH! IUUUH BANGEETTTT!"
Ucapan Len terpotong oleh teriakan Rin yang super-duper-mega-ultra keras.
"Rin di-"
"GUMII INI GIMANA DOOONGGG! GUE GAK MAU NIKAH SAMA DIAAAA! ADOOHHH!"
"Ri-"
"FOR GOD SAKE! GUE GAK MA-"
"DIEM RIIIINNNNNN!"
Kini teriakan Rin ada yang menandinginya, teriakan Gumi. Percayalah bahwa semua orang disitu sudah tuli.
"Rin, kita gak punya cara lain. Kalo buka kedok, nanti fans-mu dan fans Len, bakal berkurang," Jelas Haku kalem, yang diikuti oleh anggukan Dell, "Lagian, Len ganteng kok." kini Dell menyambung perkataan Haku.
"Dell-san, Haku-san..." Rin memberi jeda perkataannya, "LEN ITU JELEK, BEGO, DAN MAHOOO! POKOKNYA GUE GAK MAUUUUU!" Rin menyambung perkataannya dengan berteriak, dan mendapat hadiah berupa tatapan 'diem-apa-gue-bunuh-dasar-berisik.' dari Gumi.
"Terima aja kali Rin! Gue ganteng gini kok!" Len berusaha meyakinkan Rin untuk ketampanan dirinya.
"Gue. Mati. Aja. Deh." Rin berkata dengan muka madesu.
"Tenang Rin, lo mati, gue juga mati. Karena kita suami istri!" ucap Len setengah berteriak.
"Hehehe, umur 23 umur yang bagus kok buat nikah!" Haku mencoba menghibur Rin.
Dan malam itu, sudah ditetapkan bahwa Rin dan Len akan menikah.
Kini, setelah 2 hari kejadian itu, Len dan Rin menikah, dengan tema outdoor, tepatnya garden wedding.
"Len, apakah anda berjanji, akan mengambil Rin sebagai istri?"
"Saya berjanji."
"Rin, apakah anda berjanji, akan mengambil Len sebagai suami?
"Sa-saya..." Rin memberi jeda dalam perkataanya, membuat semua hadirin penasaran dengan jawabannya, "Saya berjanji." sambung Rin
Mendadak suasana menjadi ramai, karena peresmian kedua pasangan ini menjadi suami istri. Semuanya senang karena kedua pasangan ini menikah, tapi tidak untuk Rin, dia bergumam-
"Gue mau pulang..."
-TO BE CONTINUED-
Author Time:
Hehehe, balik lagi dengan fic baru. Ini sebagai persiapan aja kok. Soal look at me nanti akan ditamatkan secepatnya! XD
Akhir kata, REVIEEEWW!