"Shion, apa benar kau mengenalku sebelumnya?" Shion menoleh ke arah Gaara. Kenapa dia tiba-tiba membahas itu? Pikir shion
"Kau benar-benar lupa, Gaara? Aku tidak percaya kau melupakannya secepat itu," ucap Shion setengah merajuk. Shion hanya memancing cowok dengan rambut merah bata itu agar bisa mengingatnya.
"Hei, aku serius!"
"Ck, baiklah, baiklah. Aku mengenalmu. Kita pernah bertemu saat di Amegakure. Kau ingat sekarang?"
Hanya sedikit petunjuk. Ayolah! Ingat aku sekarang, Gaara! Teriak Shion dalam hatinya.
"Aku tidak merasa pernah bertemu denganmu." Jawab Gaara dengan wajah tak berdosanya. Shion menghela napas. Ia mencibir menatap Gaara.
"Saat di taman kota? Saat itu kau baru datang mungkin dari Konoha." Kata Shion dengan nada yang cukup tinggi.
"Ada banyak orang di sana. Kenapa kau mengingatku tapi aku tidak, ya?"
"Ah, sudah! Kalau kau tidak ingat, sudahlah. Aku takkan memaksamu mengingatku!" Teriak Shion dengan kesal. Ia berdiri dan berjalan sambil menghentakkan kedua kakinya.
Kamisama! Gadis itu benar-benar merajuk padaku! Batin Gaara.
"Hey, tunggu!"
Naruto© Masashi Kishimoto
This Fic © Cha Yami no Hime
Genre : Romance & Friendship
Rate T
Pair : SasuNaru, GaaNaru, slight KibaHina
Warning : AU, misstypo –insyaallah-, Fem!Naru, ide pasaran dll.
Don't like don't read
Have enjoy ^^
You will always be My Moon #chapter 6
"Sasuke?!" Teriak Naruto. Deidara yang ada di depan pintu kamar Naruto mengerinyitkan dahinya. Apa-apaan anak ini? Dari sisi mana dia mirip dengan Sasuke rambut ayam itu? Batin Deidara aneh.
"Hey baka, ini kakakkmu! Kau kenapa sampai-sampai kau mengiraku Sasuke? Kalau yang ada disini Itachi dan kau bilang itu Sasuke, aku bisa menerimamu. Tapi ini kakakmu!" Deidara berbicara sambil menyentil dahi Naruto.
"Oneechan, berhenti! Sakit, tahu!" Teriak Naruto.
"Apa kau sedang melamunkan adik Itachi itu? Apa benar pikiranku kalau kau itu suka sama adiknya Itachi itu?" Ucap Deidara menyelidik. Bukan hanya ucapan namun juga sorot matanya itu.
Naruto berhenti mengelus dahinya saat ucapan Deidara dicerna oleh otaknya. "Hey oneechan! Namanya Sasuke!"
"Dia adik Itachi kan?"
Naruto terdiam. Iya juga sih. Adik Itachi itu memang Sasuke. Tapi Deidara berkata seolah dia tidak kenal Sasuke. Dan Sasuke kan lebih keren daripada adik Itachi. Haduh apa yang sebenarnya Naruto pikirkan sih?
"Kurasa aku perlu bertanya 'sedikit' pertanyaan." Deidara mendorong Naruto mundur dengan kedua jarinya yang ia tekan di dahi Naruto. Ia masuk dan duduk di tempat tidur Naruto sedangkan Naruto merutuki Deidara karena caranya agar bisa masuk ke kamar Naruto.
"Oneechan! Aku tidak menyuruhmu masuk, tahu!" Teriak Naruto. Ia menghentakkan kakinya menolak kehadiran 'illegal' sang kakak di kamarnya.
"Dan aku sudah disini. Diam! Aku akan bertanya padamu. Jadi kau tidak boleh menolak untuk menjawabnya." Titah Deidara yang membuat Naruto membungkam mulutnya dengan kesal.
"Kau pernah ke rumah Itachi, kan?"
Naruto mengerinyitkan keningnya. Ia memandang aneh ke arah Deidara sambil menyilangkan tangan di depan dada. Kenapa yang ada dipikiran Dei-nee nggak jauh-jauh dari Itachi-nii? Pikir Naruto heran.
Naruto mengangguk menjawab pertanyaan Deidara.
"Kau melihat sesuatu kan, disana?"
"Aku melihat banyak hal. Memang kau berharap aku melihat apa, neechan?"
Deidara menepuk pelan dahinya. Kadang-kadang dia ingin menjitak kepala Naruto saat dia sedang lemot begini.
"Ada cewek yang tinggal disana, kan?"
"Ya, Mikoto ba-san"
Lagi-lagi Deidara ingin menjitak kepala sang adik tersayang sambil berkata 'akan kubunuh kau jika kau menjawab seperti itu lagi!'
Namun apa yang salah dengan jawaban Naruto? Umm, tidak ada sih, tapi sepertinya Deidara memang ingin menjitak kepala Naruto.
"Selain Mikoto ba-san, baka! Terkadang aku terlalu sabar menjadi kakakmu,"
"Dan aku terlalu sial menjadi adikmu," tambah Naruto yang dibalas jelitan mematikan dari Deidara.
Tunggu, cewek selain Mikoto ba-san? Apa Dei-nee ingin bertanya tentang Shion? Tapi darimana neechan tau tentang dia? Pikir Naruto.
Deidara memerhatikan gerak-gerik Naruto. Dengan pandangan bingung dan tangannya yang menggaruk kepala, Deidara berani bertaruh kepala Naruto tidak gatal, Deidara yakin ada sesuatu di rumah kekasihnya itu.
"I..iya, neechan tau darimana?" Tanya Naruto pelan.
"Aku sudah menduganya! Pasti yang dibilang Karin itu cewek yang itu!"
Naruto sweatdrop. Lagi-lagi tentang Itachi-nii. Apa perlu otak kakaknya itu direparasi dulu? Batin Naruto.
"Dia tidak menggoda Itachi disana, kan?"
Dua kali Naruto sweatdrop. Benar-benar perlu direparasi otak Deidara ini.
"Aku kan hanya sekali kesana. Mana aku tahu dia menggoda pacarmu atau tidak. Sudah! Keluar sana! Neechan bertanya hal yang tidak penting sekali!" Geram Naruto. Ia menarik-narik tangan Deidara menyuruhnya keluar.
"Apa dia menggoda Sasuke?" Naruto terdiam saat Deidara bertanya tentang Sasuke.
"Apa peduliku! Neechaan! Cepat keluar dari kamarku!" Teriak Naruto. Ia kembali menarik tangan Deidara dan kali ini berhasil membuat Deidara keluar dari kamarnya.
"Aku tau kau peduli. Kau kan suka padanya. Apa benar dia menggoda Sasuke? Benar kan?" Goda Deidara saat dia berada di depan pintu kamar Naruto.
"Oneechan! Berhenti menggodaku seperti itu!" Teriak Naruto sambil menutup pintu dengan keras.
Deidara tersentak mendengar bunyi pintu yang tertutup paksa itu. Dia menatap lurus ke arah pintu dan kemudian menghela napas. Adiknya memang tak ingin berbagi cerita dengannya.
"Huh, hampir saja," gumam Naruto lega. Ia sedang bersandar di pintu kamarnya dan tak lama kemudian ia menghela napas panjang. Maafkan aku, Dei-nee, aku hanya terlalu canggung bercerita padamu sekarang, gumam Naruto.
"Hei, baka dobe! Sampai kapan kau akan mengurungku di balkon ini!"
Teriakan seseorang di balkon kamarnya membuat Naruto tersentak kaget. Jadi memang ada Sasuke disini?!
SasuFemNaru
"Kenapa kau bisa disini, teme?" Naruto menatap Sasuke menyelidik. Sementara yang ditatap menatap balik dengan tajam.
"Kau yang mengunciku disini, baka!" Tukas Sasuke.
"Aku tahu itu, maksudku kenapa kau ada dirumahku? Kenapa Kaa-san tidak memanggilku? Aku mengurungmu disini karena aku mendengar suara Dei-nee, aku terkejut ada yang mengetuk pintuku,"
"Kalau kau tau itu Deidara, kenapa kau memanggilnya dengan namaku?" Ucap Sasuke sambil menghela napas.
Naruto terdiam sambil menggaruk kepalanya. "I..itu, itu karena aku lupa memastikan apa itu kau atau bukan. Suara mobil neechan membuyarkan perhatianku jadi aku sedikit panik, jadi aku langsung menarikmu ke balkon. Kau tau kan bagaimana neechan jika dia tau kau ada disini," ucapnya.
Sasuke menatap Naruto yang menurutnya lucu saat menjelaskan jawabannya tadi. Dengan tangannya yang bergerak bebas dan wajah polosnya itu, samar-samar bungsu Uchiha itu mengulas senyum kecil di wajahnya. Namun senyum itu terlalu singkat untuk dilihat oleh Naruto.
Naruto merasa canggung saat Sasuke tidak merespon jawabannya dan membuat suasana di balkon kamarnya itu menjadi terlalu sunyi. Sebenarnya Naruto tidak suka suasana seperti ini.
"Jadi, mengapa kau disini, teme? Mengapa kaasan tidak memanggilku? Apa kau masuk secara sembunyi-sembunyi?"
"Bagaimana aku bisa menjawab semua pertanyaanmu, baka!" Kata Sasuke dengan suara dinginnya. Namun Naruto hanya tersenyum lima jari.
"Aku bertemu Kushina ba-san di depan rumahmu. Jadi dia tidak bisa memanggilmu. Memang salah jika aku kesini? Ah iya, kau takut ketahuan Gaara, kan? Aku tidak keberatan kalau kau memberitahunya. Atau kau mau aku yang memberitahu Gaara?" Ucap Sasuke ketus. Ia menyilangkan tangannya di depan dada sambil menatap Naruto kesal.
"Hey teme! Aku tidak menyinggung soal Gaara! Kenapa kau bawa-bawa nama Gaara sih, teme?" Tanya Naruto sama ketusnya. Ia juga menatap Sasuke sama kesalnya.
'Memang lebih baik dia bicara sedikit. Sekalinya bicara banyak, ucapannya menyebalkan,' rutuk Naruto dalam hati.
"Kenapa? Kau takut pacarmu marah?" Balas Sasuke lagi.
Naruto terdiam tak bisa menjawab Sasuke lagi. Namun tatapannya masih menatap Sasuke kesal ditambah marah dengan tangannya yang disilangkan di depan dada. Seolah bungsu Namikaze itu bisa melahap Sasuke dengan tatapannya.
"Sudahlah, aku tidak kesini untuk berdebat denganmu."
Jadi yang kau lakukan tadi itu apa? Ketus Naruto dalam hati.
Naruto masih menatap marah Sasuke. Pipinya menggembung membuat wajahnya menjadi lebih imut. Dan karena itu, Sasuke hampir saja mencubit pipi chubby Naruto. Kata-kata Naruto itu pacar Gaara menggema di pikirannya dan membuat Sasuke menahan niatannya itu juga kembali kesal dengan gadis di hadapannya itu.
"Shion ingin bertemu denganmu. Dia ingin mencari gaun untuk prom night." Ujar Sasuke.
"Jadi Shionnya dimana?"
"Di mobil. Cepat bersiap. Aku akan kebawah." Sasuke yang dingin muncul lagi. Ia kemudian berjalan ke arah pintu kamar Naruto.
"H..hei! Aku tidak bilang aku akan ikut!"
"Sayangnya keadaan memaksamu ikut. Paling Shion yang akan menarikmu turun." Ucap Sasuke dingin dan sambil terus berjalan.
"Sasuke! Tunggu!" Teriak Naruto. Sasuke yang sudah berada di depan pintu kamar Naruto berhenti melangkah.
"Ada yang ingin kujelaskan padamu, dengar aku, onegai, " pinta Naruto lirih. "Kau salah paham teme, tolong dengarkan aku,"
Sasuke hanya diam di tempatnya. Sama sekali tidak merespon apapun. Ia ingin mendengar penjelasan dari Naruto, namun egonya terlalu tinggi untuknya tetap berdiri di sana dan mendengar Naruto.
"Cepatlah dobe, kutunggu kau di mobil." Dan egolah yang menang. Sasuke membuka pintu kamar Naruto dan berjalan keluar meninggalkan Naruto.
Naruto menghela napas panjang. Dalam hati ia merutuki Sasuke dengan sumpah serapah yang ia tau. Dengan kesal ia kemudian mengganti pakaiannya. Ia masih merutuk kesal saat berjalan keluar dan berpamitan pada Deidara. Ucapan Naruto yang ketus dan langkah kakinya yang menghentak-hentak membuat Deidara bertanya dalam hatinya.
SasuFemNaru
"Kalian lama sekali!" Ucap Shion saat pintu kemudi terbuka. Kemudian ia mengerinyitkan dahinya saat Sasuke masuk dan duduk di bangku kemudi. "Dimana Naru-chan?"
Tak ada jawaban. Bungsu Uchiha itu hanya mengunci mulutnya tanpa menjawab pertanyaan Shion. Tangannya di silang di depan dada dan kepalanya bersandar di kepala bangku kemudi. Shion membuat kesimpulan sendiri dalam pikirannya melihat kondisi Sasuke seperti itu.
"Haa! Apa kalian bertengkar?"
Sasuke mendelik tajam Shion dari kaca spion di bagian atas mobil. "Urusaii!"
Shion bungkam, hanya karena terkejut mendengar nada dingin Sasuke. Kemudian ia menahan tawa. "Kau lucu sekali, Sasuke."
Sasuke memutar bola mata bosan. Apa yang lucu dari dirinya?
Untuk beberapa saat di dalam mobil Sasuke dipenuhi aura dingin Sasuke dan tawa pelan Shion yang berkepanjangan. Sasuke sampai berniat untuk mengeluarkan gadis yang duduk di kursi penumpang itu dari mobilnya. Dia tidak pernah mengerti jalan pikiran temannya itu.
Shion berhenti tertawa dan dengan cepat keluar dari mobil karena ia melihat Naruto yang mendekati mereka. Sasuke menghela napas lega. Akhirnya tawa Shion yang menyebalkan itu hilang.
Sasuke memejamkan matanya sebentar. Mungkin dengan begitu emosinya kembali stabil. Sasuke tahu penolakannya yang kesekian kali untuk mendengar penjelasan Naruto itu membuatnya menyesal sendiri. Ia ingin tahu yang sebenarnya, namun dengan caranya sendiri.
Bunyi pintu yang tertutup membuyarkan lamaunan kilat Sasuke. Ia sudah siap untuk men-starter mobilnya saat ia menatap kaca spion di atas dan menemukan Shion yang duduk di sana. Ia kemudian menoleh ke samping dan melihat Naruto duduk di sebelahnya, tanpa cengiran yang biasa ada di wajahnya.
"Hei pak supir, ayo jalan!" Ucap Shion. Sasuke kembali mendelik tajam Shion dari kaca spion di atas dan dibalas cengiran tak berdosa dari Shion. Dasar dia itu!
SasuFemNaru
Sasuke`s PoV
Sudah lebih dua jam aku duduk di salah satu butik yang dikelola oleh klan Uchiha ini hanya karena menunggu duo blonde itu berbelanja. Apakah mereka harus berbelanja selama itu?
Aku sudah sangat keberatan saat Shion meminta—memaksa—ku untuk menemaninya mencari gaun untuk acara prom night itu. Dan dengan adanya Naruto sudah membuatku lebih tidak nyaman. Bukannya tidak nyaman karena baka Dobe itu disini, aku merasa tidak nyaman karena pikiranku yang selalu memutar kejadian di atap waktu itu.
Dan aku harus terus merutuki Shion karena dia meminta tambahan baju. Masalahnya bukan untuk dirinya, dia membelikan mini dress untuk Naruto! Masalahnya juga bukan karena itu, masalahnya karena dia meminta Naruto untuk mencoba setelan itu dan menanyakan pendapatku. Aku harus menahan hidungku jika aku terus-terusan menatap dobe itu. Memalukan kalau ketauhan ada cairan kental berwarna merah yang keluar dari hidungku karena melihat Naruto memakai mini dress itu, Shion itu benar-benar.
"Ja! Ayo kita pulang! Aku lelah sekali!" Ujar Shion sambil merenggangkan otot lengannya.
Aku hanya mendengus sebal menatapnya. Ingat, aku masih merutukinya.
"Kalian tunggu disini," ucapku datar. Duo blonde itu mengangguk dan berdiri tidak jauh dari pintu masuk pusat perbelanjaan ini. Aku berjalan menuju arah basement sebelum aku menangkap sosok yang sepertinya aku kenal.
Sabaku Gaara.
Kenapa bocah merah itu ada disini sekarang? Apa Naruto yang mengabarinya? Dengan status mereka, itu masuk akal. Tanpa sadar aku menggeram kesal. Sial! Memikirkannya saja membuatku marah seperti ini.
Aku berhenti sejenak dan menatap arah yang dituju Gaara. Tentu saja dia berjalan ke arah pintu masuk karena dia berada di kawasan pusat perbelanjaan ini. Kurasa kemarahanku ini mengaburkan sedikit kepintaranku.
Tunggu! Kenapa malah Shion yang melambai-lambai ke arah Gaara dan bukannya Naruto? Aku tahu Shion menyukai bocah merah itu. Tapi posisi Naruto kan lebih tinggi daripada Shion. Sekali lagi aku marah karena pikiranku ini.
Dengan langkah cepat aku mengambil mobilku yang terparkir di basement dan menyusul mereka di pintu masuk.
Dari dalam mobil aku melihat duo blonde itu sedang mengobrol dengan Gaara. Aku berhenti tepat di depan mereka dan hanya menurunkan kaca mobil tanpa ada niat untuk turun. Shion melambai padaku membuat Gaara yang tadinya berdiri membelakangiku berbalik arah.
"Yo, Sasuke!"
"Jadi Gaara-kun, kau harus menemaniku! Please," rengek Shion manja. Ia menyatukan kedua telapak tangannya dengan wajah memohon pada Gaara. Apa-apaan gadis itu.
"Sudah sana, temani Shion-chan." Ucap Naruto sambil mendorong bahu Gaara.
Kulihat Gaara menghela napas dan tersenyum pada Naruto. "Baiklah," ucap Gaara pada Shion.
Shion melonjak kegirangan. Ia memeluk Naruto lumayan lama. Kurasa ada yang dibisikkan oleh gadis bermata violet itu, karena wajah Naruto memerah setelahnya.
Apa aku salah merasa tak teranggap disini?
"Baiklah, Naru-chan. Aku pinjam Gaara dulu, jaa ne Naru-chan, Sasuke," Shion menarik tangan Gaara memasuki pusat perbelanjaan setelah dia melambai ke arah Naruto dan tersenyum penuh arti padaku.
Aku hanya menatap Naruto setelah hilangnya Shion dan Gaara. Ia menangkap sinyalku untuk masuk setelah beberapa saat. Dasar baka dobe!
Aku tak bisa memahami apa yang ada di pikiran gadis di sampingku ini. Dia membiarkan pacarnya selingkuh di depan matanya! Dan sekarang dia sedang tersenyum tanpa alasan yang kuketahui!
Aku tau dia memang baka-dobe, tapi aku tidak tahu dia akan sebodoh ini. Aku menekan pedal gasku semakin dalam. Memikirkan kebodohan dobe itu membuatku menjadi kesal.
"T..teme, ini terlalu cepat, Baka!"
Kulihat sekilas Naruto mengeratkan pegangannya pada sabuk pengaman. Aku hanya mengabaikan protesnya dan semakin mempercepat laju mobil.
Naruto menatapku kesal sesaat kami tiba di depan rumahnya. "Kau gila, hah? Jantungku bisa copot, baka teme! Itu tadi cepat sekali!" omelnya dengan tangannya yang masih menggenggam erat sabuk pengaman.
Aku menghela napas dan memutar mataku. Jangan buat aku mengatakan kenapa aku bisa melaju secepat itu. Itu juga karena kebodohanmu, Dobe!
"Kau yang gila, Dobe!"
Naruto mengerinyitkan dahinya. Ia masih menatapku marah. Baiklah, aku akui kalau kecepatanku memang diatas normal.
"Kau yang sedang menyetir, tuan Uchiha. Kenapa aku yang kau salahkan?"
"Kau membiarkan Gaara dan Shion pergi berdua? Di depan matamu sendiri?"
"Jadi apa masalahmu tuan Uchiha? Apa yang salah kalau dia pergi dengan Shion hah? Dan kenapa kau jadi marah karena Gaara?"
Dobe kau benar-benar idiot.
Aku memukul setir mobil untuk melampiaskan kekesalanku. Untuk beberapa saat kami terdiam dalam kekesalan kami masing-masing. Aku masih tidak habis pikir betapa bakanya Dobe-ku itu. Ah, ralat. She is not mine, yet.
"Kau mau mendengarkanku kali ini, Teme?" Tanya Naruto dengan suara normalnya. Kurasa dia sudah tidak marah lagi padaku. "Tentang aku dan Gaara."
Baik, dia sudah tidak marah lagi padaku. Sebaliknya aku tambah kesal mendengar nama itu. Aku mengenggam setir mobil dengan erat. Aku tidak ingin mendengar ini, apa lagi dari mulut Naruto.
"Tidak. Jangan pernah jelaskan apa-apa padaku. Aku tahu apa yang terjadi pada kalian berdua. Dan aku tidak perduli,"
"Sasuke! Kau menyebalkan!" Naruto dengan marah mengambil barang belanjaannya dan kemudian menatapku dengan wajah kesal. "Jika kau tidak peduli dengan urusanku, maka jangan bertingkah seperti anak kecil, teme! Kau tidak mau mendengarkan penjelasanku, kan? Jadi aku tidak akan menjelaskan apa-apa lagi padamu. Terserah apa yang kau pikirkan tentangku dan Gaara saat ini. Dan belanjaannya, arigatou."
Aku tercengang dengan apa yang terjadi barusan. Dengan akhir suara bantingan keras pintu mobil dengan pelaku Naruto, suasana di dalam mobil jadi hening.
Ah, apa yang telah kulakukan? Kukira dia tidak bisa semarah itu. Tapi caranya melampiaskan kekesalannya tadi, sial itu juga menarik.
End of Sasuke`s PoV
SasuFemNaru
"Ada apa lagi dengan dia?" Tanya Sakura sambil menatap Naruto yang dikelilingi aura gelap di sudut meja. Dengan aura segelap itu tidak ada yang berani mendekati Namikaze bungsu.
"Mungkin PMS," jawab Ino.
"Sasuke. Pasti masalah Sasuke," jawab Tenten kemudian. Ketiganya kemudian menatap Naruto dengan aura gelap yang sama. Kemudian ketiganya mengangguk mengiyakan jawaban Tenten.
"Sapa gih," ucap Ino pada Sakura.
"Kenapa harus aku, Pig?" jawab Sakura ketus.
"Hey, kalian. Aku merasa kita mengulang kejadian yang sama. Ini De Javu." Kata Tenten.
"Jadi kau mau menyapa Naruto sekarang?" Tanya Sakura.
"Nope. Berkaca dari masa lalu, reaksinya akan mengerikan." Jawab Ten-ten
Brakk
Ketiga siswi itu terkejut saat Naruto menggebrak meja di hadapannya. Kejadiannya benar-benar terulang.
"Naru-chan?" Tanya Hinata yang baru datang dengan beberapa roti melon yang baru dibelinya.
Naruto menatap Hinata. Aura gelapnya seketika menghilang terganti dengan wajah seolah baru mendapat pencerahan. "Hinata-chan, mulai sekarang aku tidak peduli dengan Teme-Chikenbutt itu. Prom night nanti, aku akan pergi bersama Gaara. Titik."
Keempat teman Naruto terperangah dengan pernyataan Naruto barusan. Apa yang terjadi pada teman rubah mereka ini?
"Aa, Naru-chan." Panggil Hinata yang tidak diindahkan Naruto. Naruto sibuk dengan pikirannya sendiri dan dengan seringai rubah di wajahnya. Dan kemudian tanpa babibu, dia langsung pergi meninggalkan 4 orang temannya yang melongo menatapnya.
"Kurasa dia sedang demam sekarang." Ucap Tenten.
SasuFemNaru
"Sasuke, Sasuke, Sasuke~~" rengek Shion manja pada Sasuke. Sasuke yang sedang membaca buku pun mendengus sebal.
"Aku tidak mau mengajakmu."
"Aku juga tidak mau kau mengajakku. Aku ingin pergi dengan Gaara. Tapi lihat ini," Shion menunjukan layar ponselnya di depan wajah Sasuke. Dengan berat hati Sasuke harus melihat pesan yang tertera di layar ponsel itu. Pesan dari Gaara.
"Aku tidak peduli dengan chatmu dengan Gaara." Jawab Sasuke ketus.
"Bukan masalah dengan siapa aku chatting, tuan Uchiha~" rengek Shion lagi. "Baca apa yang dia kirim padaku waktu aku minta dia pergi dengannya ke prom night nanti~" Shion menghentak-hentakkan kakinya sambil berbicara. Di mata Sasuke, Shion lebih dari anak TK yang minta pergi ke taman bermain dan ditambah tidak diizinkan untuk membeli permen kapas.
"Tidak peduli."
Shion mendengus kesal. Rengekannya berhenti dan sekarang dia berdiri dengan tangan tersilang dan mata menatap tajam pada Sasuke. Dia tahu Sasuke selalu tidak peduli dengan kehidupan percintaannya. Tapiii… bagaimana dengan 'itu'?
"Hah, baiklah kalau begitu. Aku tidak ingin cerita lagi padamu. Aku juga tidak mau bercerita kalau Gaara pergi bersama Naruto. Ups…" Ucap Shion dan kemudian menyeringai menatap Sasuke yang melanjutkan membaca bukunya.
Di dalam hati Shion tertawa jahat melihat Sasuke yang perlahan menurunkan bukunya dan menandai halaman yang ia baca dengan jari telunjuknya.
Posisi mereka yang duduk berhadapan membuat Shion harus menahan senyumnya karena akan sangat kelihatan nanti kalau dia sedang menggoda Sasuke. Cuma ini satu-satunya cara agar Sasuke mendengarkan, batin Shion.
"Kau bilang apa?"
Haaa… kena kau Sasuke!
"Tidak, hanya bilang kalau 'Gaara pergi prom night bersama dengan Naru-chan'. Aku Cuma bilang itu." Ujar Shion dengan penekanan yang penuh makna.
"Oh, terserah." Sasuke dengan cepat menutup wajahnya dengan buku dan kembali membaca. Namun Shion tahu kalau Sasuke geram dengan ucapannya karena lihat tangan Sasuke yang sedang memegang buku itu. Genggamannya lebih erat, lebih dari yang dibutuhkan untuk memegang buku.
Shion menyeringai dengan senang. Bukan hanya dia yang dalam posisi galau sekarang. Sasuke juga, walaupun lebih dari setengahnya kelihatannya marah.
Shion kemudian berdiri dan berjalan menjauhi Sasuke. "Ah, iya. Gaara bilang Naru-chan yang mengajaknya!" teriak Shion dari jauh. Ia merasa aura Sasuke makin kelam, dengan senyum puas dia berlari meninggalkan Sasuke.
SasuFemNaru
"Nee-chan," panggil Naruto sambil mengetuk pintu kamar Deidara. Tak lama pintu itu berderit dan menampakkan Deidara yang sedang berdiri dengan kaos ketat dan hotpantnya.
"Boleh tolong dandani aku?" pinta Naruto malu-malu. Tangannya ditautkan di belakang dan ia menggerakkan ujung kaki kanannya. Deidara yang awalnya berwajah masam karena kegiatannya terganggu kemudian tersenyum saat melihat gaun yang sedang dipakai imoutonya itu.
"Kalau tidak bisa tidak apa-apa sih. Aku pergi ke tempat Hinata saja." Naruto hampir balik kanan sebelum tangannya ditahan Deidara.
"Siapa yang bilang tidak? Tunggu saja dan kau akan lihat bagaimana mempesonanya imoutoku ini, apalagi di mata adik Itachi itu." Deidara menarik tangan Naruto dan membawanya ke dalam kamar.
"Neechan!"
Deidara tersenyum. Ia mendudukkan Naruto di kursi belajarnya. "Tutup matamu, Naru."
"Jangan dibuat menor."
"Diam kau," dengus Deidara sebal kemudian. Tangan Deidara bergerak mendandani Naruto. Memoles wajah polos imouto-nya itu dengan kosmetik-kosmetik yang ia punya. Well, Deidara jadi Fairy Godmoter Naruto sekarang.
SasuFemNaru
Suasana aula Konoha High School menjadi sangat meriah sore itu. Lampu-lampu kecil dihias di pondasi-pondasi di dalam aula. Terdapat banyak balon berwarna emas dan hitam dan merah yang sebagian di sebarkan di lantai aula dan sebagian lagi dibiarkan tergantung di atas meja-meja bundar yang lapisi kain putih.
Siswa-siswa sudah ramai berdatangan. Membentuk banyak kelompok kecil, mereka bercerita sebelum acara inti dimulai.
Begitu pula Ino, Ten-ten, Hinata dan Sakura yang sudah duduk di sebuah meja bundar di dekat salah satu pintu masuk. Ino terlihat anggun dengan gaun pas badan selututnya yang berwarna ungu muda. Rambutnya dibuat ikal dan dibiarkan tergerai dengan poninya yang hampir menutupi sebelah matanya.
Berbeda dengan Sakura. Gadis musim semi itu memakai gaun strapless dengan bagian roknya yang mengembang berwarna pink tua dengan lace bunga sakura di pinggangnya. Seperti biasa rambutnya dibiar tergerai dan di lehernya terdapat kalung perak dengan mata kalungnya yang berbentuk bunga sakura kecil untuk menutupi kekosongan bagian lehernya..
Hinata dengan penampilan tertutupnya yang anggun. Ia memakai gaun berwarna ungu muda sepanjang mata kaki dan berlengan pendek yang tidak begitu ketat pada badannya. Heiress Hyuuga itu menyanggul rambutnya dan membiarkan anak rambutnya tergerai di bagian kiri dan kanan wajahnya.
Tenten memakai gaun dengan potongan gaun china sepanjang mata kakinya dengan belahan di sebelah kanan sepnjang lutut. Rambutnya di kepang dua seperti penampilan gadis china.
"Aku menunggu cewek tomboy itu datang." Ucap Ino membuka percakapan.
"Aku menunggu Naru-chan datang bersama Gaara. Kalian ingat apa yang dia bilang waktu itu kan?" Tanya Sakura.
"Jangan tanya aku, Sakura-chan. Aku masih merinding melihat cengirannya waktu itu." Jawab Tenten sambil memegang lengan atasnya.
"Hinata, dia tidak pergi bersamamu?" Tanya Ino pada Hinata. Hinata menggeleng menjawab pertanyaan Ino.
"Oke, aku yakin dia pergi dengan Gaara." Ucap Sakura cepat.
"Kurasa itu Naruto-chan," ucap Tenten ragu-ragu sambil menunjuk salah satu pintu masuk aula.
Ketiganya lalu menoleh ke arah pintu masuk yang ditunjuk Tenten. Mereka melihat Gaara yang memakai jas berwarna hitamnya dengan kemeja berwarna merah tua sedang menggandeng seorang gadis yang mengenakan gaun panjang berwarna hitam dengan lengan di bawah bahu, selurus dengan potongan dadanya. Gaunnya tidak terlalu ketat, sama halnya dengan gaun Hinata. Pada bagian pinggang terdapat belt kecil berwarna silver dan bagian roknya bertabur manik-manik yang membuatnya berkilau diterpa cahaya. Rambut blondenya disanggul seperti Hinata, dengan satu jepit hitam yang berkilau di rambutnya. Dan dengan make-upnya yang tidak terlalu mencolok, siapa yang menyangka itu adalah Naruto yang temannya kenal?
"Dia cantik sekali," ujar Tenten yang masih terpaku melihat Naruto. Ketiga temannya yang lain mengangguk mengiyakan.
"Dan dia pergi bersama Gaara,"
"Kenapa kau peduli tentang hal itu, Sakura?" geram Ino.
"Aku hanya ingin mengatakannya. Salah?" ucap Sakura yang dijawab dengusan sebal dari Ino.
"Hai semua!" seru Naruto ketika ia dan Gaara sudah sampai di meja tempat Ino, Hinata, dan Tenten duduk.
"Kau cantik sekali, Naru-chan." Ucap Sakura.
"Hehe, terimakasih." Jawab Naruto dengan cengirannya.
Saat Naruto akan duduk, Gaara terlebih dahulu memundurkan kursi dan mempersilahkan Naruto duduk. Keempat teman Naruto—termasuk Hinata, berdecak kagum karena mereka seperti melihat seorang Putri dan Pangeran saat melihat Naruto dan Gaara.
"Aku iri,"gumam Ten-Ten yang disambut anggukan dari teman-temannya.
"Ah! Aku tidak tahan lagi! Aku akan mencari Sai-kun!" teriak Ino. Ia berdiri dan pergi tanpa pamit pada teman-temannya dan Gaara yang telah duduk disamping Naruto.
Naruto merasa tidak enak pada Ino, sedangkan Sakura mendengus sebal. Ia juga ingin melarikan diri tapi dengan siapa?
Oke, poor Sakura.
SasuFemNaru
"Kau disini, Sasuke-kun" Tanya Shion saat melihat Sasuke duduk di bangku didepan aula. "Aku mencarimu dari tadi. Kau tau, aku sampai mengelilingi aula yang sangat luas ini dan kau malah disini. Tapi, Sasuke-kun, kau tidak mau mencari Naru-chan?" Shion sekarang mendudukkan dirinya di sebelah Sasuke. Ia menatap wajah datar Sasuke berubah sedikit mengeras ketika ia menyebut nama Naruto.
"Kau yang bilang dia pergi bersama pacarnya," ucap Sasuke datar, seperti biasa.
"Ckckck, kau benar-benar cemburu rupanya." Ucap Shion yang tidak direspon lagi oleh Uchiha bungsu tersebut.
Sebenarnya, Sasuke tidak ingin pergi ke acara menyebalkan—menurutnya—ini. Jika bukan karena Shion, dan rayuan mautnya kepada Kaasannya tersayang, ia pasti masih di dalam kamarnya sekarang. Setelah melihat Shion dengan penampilannya, ia juga hanya belum siap untuk bertemu Naruto. Ia takut tampilan teman masa kecilnya itu akan seperti gadis yang disebelahnya ini, mengingat mereka belanja bersama. Walaupun Sasuke menemani mereka belanja, tapi Shion sama sekali tidak memberitahu penampilan Naruto saat memakai gaun untuk prom night ini, dia malah menunjukkan Naruto dengan mini dress selututnya.
Sial, Sasuke hampir tidak bisa mengendalikan wajah datarnya ketika mengingat Naruto dengan gaun itu.
"Baiklah, aku akan keliling lagi. Tapi ingat, aku akan memaksamu berdansa denganku!" ancam Shion sebelum ia meninggalkan Sasuke sendiri lagi di bangku itu.
Jadi apa yang Sasuke takutkan? Ia takut Naruto akan memakai gaun seperti Shion. Gaun berwarna hitam di atas lutut namun bagian belakang sepanjang mata kaki tanpa lengan. Dan jangan lupakan bagian punggung yang terbuka dengan tali yang menjadi penyambung gaunnya. Apa jadinya kalau Naruto juga memakai pakaian yang sama? Atau lebih parah? Sasuke akan mengutuk gadis itu, pastinya.
Ditambah penampilan teman-teman ceweknya yang memilih baju yang minimalis—secara harfiah, bungsu Uchiha itu bertambah horror dengan penampilan gadis-gadis yang berkumpul di aula maupun yang dari tadi berkeliaran di depan matanya.
Ia benar-benar akan mengutuk Shion atau memulangkan gadis itu ke Suna, kalau benar itu terjadi.
SasuFemNaru
"Dia lama sekali," gumam Gaara. Ia melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam Naruto pergi. Gadis blonde itu bilang dia akan mengelilingi tempat ini. Awalnya Gaara tidak mau mengizinkannya karena Naruto tampak sedikit goyang dengan sepatu wedges nya. Tapi karena Naruto keras kepala, dia jadi harus merelakan Naruto pergi. Namun sekarang ia merasa kesepian, mencari Naruto untuk berdansa mungkin bukan hal yang buruk, pikir Gaara saat melihat sudah banyak berdansa dengan pasangan mereka masing-masing.
"Dimana dia?" gumam Gaara lagi. Tatapannya ia edarkan kesekeliling aula. Dan iris jade-nya menangkap gadis dengan rambut blonde dari kejauhan.
Gaara tersenyum simpul dan berjalan mendekatinya.
Brakk..
"Ah, gomen," ujar Gaara. Ia menabrak seseorang.
"Daijoubu," timpal orang yang ditabrak Gaara. Pemuda dengan surai merah itu menjulurkan tangannya untuk membantu gadis yang ia tabrak berdiri.
"Terimakasih banyak, senpai,"
Ah, Gaara melupakan Naruto. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan gadis berambut blonde itu lagi yang berjalan menjauhinya. Gaara mengikutinya, ia berjalan dengan langkah yang cukup lebar dibelakang gadis itu. Hingga gadis itu berhenti dan berdiri dan menatap langit dari pintu aula di depannya. Gaara mempercepat langkahnya hingga ia pas ada dibelakang gadis itu.
Grep..
"Kena kau," ucap Gaara dengan senyum jahilnya. Ia menarik tangan gadis—yang menurutnya Naruto menjauhi pintu aula itu.
SasuFemNaru
Sasuke bosan sendiri. Yah, setidaknya raut wajahnya berkata seperti itu. Ia berdiri dari duduknya dan memandang orang-orang yang beralu lalang dengan pasangan mereka masing-masing. Dia merasa dia paling jones sedari tadi. Walaupun banyak gadis yang menatapnya dan kemudian cekikikan karena kagum melihat tampilan Sasuke, yang dibalut dengan setelan jas berwarna hitam dengan dalaman kemeja berwarna biru dongker, namun tak ada dari mereka yang berani mendekati Sasuke lebih lanjut.
Sasuke berencana mencari Shion. Gadis itu bertanggungjawab atas semua kebosanan yang ia alami disini. Namun Sasuke tidak langsung mencari Shion ke dalam aula, ia mengelilingi bagian aula tersebut terlebih dahulu, dengan kedua tangannya yang tidak keluar dari tempat persembunyiannya—kantong celana.
Setelah beberapa menit berjalan, ia menemukan seorang gadis berambut blonde yang sedang memunggunginya tidak jauh dari tempat ia berdiri. Masih dengan gaya coolnya, Sasuke berjalan mendekat, ia memandangi gadis itu dengan seksama dari belakang.
Sasuke merasa ada yang ganjil dengan penampilan gadis di depannya ini. Namun ia tidak bisa menyadari apa itu. Sasuke juga yakin kalau orang yang dihadapannya ini Shion, dengan melihat kepalanya yang disanggul, mirip dengan tatanan rambut Shion. Menepis semua rasa janggalnya, Sasuke menarik tangan gadis itu dan membawanya pergi.
"Ayo pergi, nona. Aku tidak tahan lama-lama disini. Aku tidak peduli kau keberatan atau tidak, kita pulang sekarang."
SasuFemNaru
"Hey tuan, seharusnya kau lihat dulu siapa yang kau tarik,"
Gaara menatap kebelakang. Ia melihat seorang gadis yang berbeda dengan ekspektasinya tadi.
"Kau?" Gaara melepas pegangannya. Ia terkejut, sangat terkejut. Iris jadenya itu menatap gadis yang ditariknya itu lekat-lekat mulai dari gaunnya, rambut, wajah, dan iris violet gadis itu.
"Pernah lihat mataku 'kan, tuan Sabaku?"
SasuFemNaru
Sasuke hanya diam. Ia awalnya ingin menarik gadis itu ke mobil dan membawanya pulang. Terserah dengan responnya nanti yang tidak suka dengan tindakannya ini. Aneh, orang yang sedang ia tarik tidak buka suara dari tadi. Sasuke mulai meragukan pendapatnya kalau orang yang ditariknya ini adalah Shion. Ia kemudian berjalan ke dalam aula. Lampu aula yang lebih terang dari bagian luar aula mungkin bisa membantu Sasuke untuk memastikan siapa yang ia bawa. Ia melihat banyak orang sedang berdansa di dalam sana. Dari seberang sana, ia melihat rivalnya berambut merah dengan seseorang. Ia melihat lebih teliti dan ternyata itu,
Shion.
Sial.
Sasuke menoleh ke belakang, ia menatap gadis yang ia bawa itu dari bawah. Gaunnya berbeda, Shion tidak memakai gaun tertutup itu, di lehernya ada kalung, dan matanya berwarna biru. Sasuke hampir melepaskan wajah datarnya ketika orang yang sedang bersamanya sekarang adalah,
Naruto.
Double sial!
"Sasuke-TEME!" teriak Naruto yang menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
SasuFemNaru
"Shion?"
"Huaa.. pesta dansanya sudah dimulai. Kau tidak mau mengajakku berdansa?"
"Keh, kau ini benar-benar," Gaara tersenyum miring saat Shion tidak mempermasalahkan ia salah menarik tangannya. Dan malah memintanya berdansa.
"Kau tidak suk berdansa denganku? Apa karena tampilanku?" ucap Shion merajuk.
"Bukan begitu, tapi,"
"Kau mau berdansa denganku, 'kan?" potong Shion cepat.
Gaara terkekeh. Kapan gadis di depannya ini berhenti merepotkan dirinya?
Gaara membungkukkan badannya, dengan tangan kirinya di punggung dan tangan kanan di depan perut.
"Kau mau berdansa denganku?"
Blush..
Wajah Shion memerah sempurna. Ia menjulurkan tangannya kedepan dan disambut oleh tangan kanan Gaara.
SasuFemNaru
"Sasuke-TEME!"
Sasuke harus menutup telinganya mendengar teriakan Naruto. Gadis itu melepas pegangan Sasuke dan kemudian memukul lengan Sasuke dengan sekuat tenaga.
"Kau tidak tau betapa takutnya aku saat ditarik orang yang tidak tau siapa! Ke mobilnya lagi! Kau tau aku merasa aku akan diculik tadi! Sasuke kau jahat!" teriak Naruto lagi.
Sasuke menghentikan aksi kekerasan yang dilakukan Naruto dengan memegang tangan Naruto lagi, tangan yang memeluk pinggang Naruto ia tubuh mungil Naruto mendekat dengan tubunya. "Hentikan. Sakit, tahu." Ucap Sasuke dengan nada dinginnya.
Naruto berhenti memukul lengan Sasuke karena tangannya yang digenggam erat oleh Uchiha itu. Wajah mereka sangat dekat, tanpa mereka sadari. Naruto bisa melihat jelas kelamnya iris hitam Sasuke yang menghanyutkan.
"Teme, tanganku, sakit," bisik Naruto kemudian. Keduanya kemudian menyadari posisi mereka. Sasuke dengan cepat melepaskan pegangannya di tangan Naruto dan dipinggangnya.
Keduanya menjadi canggung. Sejak Sasuke tidak mau mendengarkan penjelasannya di mobil seminggu yang lalu, mereka tidak ada berkata apapun walaupun mereka bersisian jalan. Naruto merajuk, dan Sasuke tidak mempermasalahkan diamnya Naruto seminggu itu, menurutnya. Namun sekarang, bukannya masih merajuk, Naruto terlihat terpesona dengan tampilan teman masa kecilnya itu. Dia menjadi lebih tampan dengan setelan jas itu, menurut Naruto. Ia hampir tidak bisa mengalihkan tatapannya pada Sasuke jika Sasuke tidak melihatnya.
Pun Sasuke, ia dalam hati sangat memuji gadis di sebelahnya itu. Ia tidak akan mengutuk Shion karena pilihan gaunnya untuk Naruto benar-benar tidak seperti gaun yang Shion pakai. Gadis itu terlihat sangat anggun, dan Sasuke sulit untuk mengalihkan perhatiannya.
"Kau lihat Gaara, teme?" wajah Sasuke langsung berubah mendengarnya. "A..aku cari Gaara dulu ya, Teme," Naruto dengan gugup menjauhi Sasuke.
Baru tiga langkah berjalan, Naruto merasakan tangannya ditarik—lagi sampai posisi yang sama terulang lagi, pinggangnya di peluk, dan itu oleh Sasuke.
"Kumohon, kali ini saja, jangan pikirkan Gaara, Naruto," Naruto tersentak mendengar suara Sasuke yang lebih lembut? Pelukan dipinggangnya pun melonggar dan ia melihat Sasuke berlutut di hadapannya. "Berdansalah denganku," ucap Sasuke sambil mengulurkan tangannya pada Naruto.
Bukan hanya Naruto yang meleleh dengan sikap tak biasa Uchiha bungsu ini, gadis-gadis yang ada di sekitar mereka juga merasakan hal yang sama. Hah, beruntungnya Naruto…
Tanpa ragu dan menghilangkan rasa merajuknya kepada Sasuke, Naruto menggenggam erat tangan Sasuke membuat siempunya tangan mendongak dan ada tarikan kecil di ujung bibirnya keatas.
"Ayo teme." Suara lembut itu membuat Sasuke menahan napas. Hanya seorang Naruto yang bisa membuat Sasuke seperti ini.
SasuFemNaru
"Kau keren sekali dengan pakaian itu, tuan," puji Shion.
Gaara terkekeh pelan. "Apa aku sudah bilang kau cantik denan gaun itu?" Shion menggeleng. Ia tersenyum menunggu Gaara bicara.
"Kau cantik dan akan lebih cantik dengan gaun yang lebih tertutup,"
Shion memanyunkan bibirnya membuat Gaara tersenyum. "Aku serius,"
"Ha'i, ha'i. Kau menyebalkan tuan Sabaku."
"Aku ingin bertanya sesuatu," ucap Gaara. Shion menghela napas panjang.
"Kenapa kau terus bertanya?"
"Kenapa ekspresimu sedih saat kuceritakan hubunganku dengan Naruto?
Shion menghela napas panjang lagi, ia mengeratkan kedua tangannya yang terkalung di leher Gaara.
"Kau mau tau jawabannya? Yakin?"
"Jangan bercanda denganku,"
"Kenapa? Apa yang terjadi jika aku bercanda?"
"Kau akan—"
"Apa?"
Gaara menghela napas. "Lupakan,"
"Itu karena aku tau apa yang kau rasakan," gumam Shion. Gaara tersentak kaget mendengar jawaban Shion. "Aku sudah berpengalaman, baka" gerutu Shion ketika Gaara menatapnya heran.
"Kau tidak bercanda, 'kan?"
"Apa wajahku tampak bercanda?"
Gaara terkekeh. Ia melepas tangannya di pinggang Shion dan memegang kedua tangan Shion. "Lagunya berubah."
SasuFemNaru
"Teme, aku tidak bisa berdansa."
Sasuke menghela napas. "Ikuti alunan lagunya dengan kakimu,"
Sasuke memutar tubuh Naruto hingga tangan mereka terbentang. Sasuke menarik tangan Naruto dan membuat gadis blonde itu memegang bahunya. "Maju mundurkan kakimu bergantian, kau akan terbiasa." Naruto mengangguk. Awalnya dia agak gugup karen kedua tangan Sasuke ada dipinggangnya. Ia juga merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Jangan bilang wajahnya memerah, jangan bilang.
"Dobe aku mau bertanya satu hal," Naruto menatap iris onyx Sasuke tanpa menghentikan gerakan mereka.
"Apa?"
"Kau benar-benar pacar Gaara?" butuh satu minggu ini bagi Sasuke untuk menurunkan egonya untuk bertanya hal ini. Seminggu tanpa kicauan dari Naruto membuat Sasuke merasa bersalah saat kejadian di mobil dulu.
Naruto tersentak kaget. Ia menyipitkan matanya. "Hmm.. bagaimana ya?"
"…"
"Baiklah akan aku jawab. Sebenarnya…"'
Sasuke mengunggu jawaban sambil merutuk Naruto. Ayolah, Sasuke tidak suka menunggu lama-lama.
"…Siapa bilang aku pacar Gaara hah? Kesimpulan sendiri?" gerakan mereka berhenti ketika Naruto menjawab pertanyaan Sasuke. "Butuh waktu lama untukku mendapat kesempatan mengatakan ini, Teme! Dan kau dengan soknya tidak mau mendengar penjelasanku! Aku benci kau, Sasu-teme!" Naruto kembali memukul Sasuke untuk menyalurkan emosinya. Akhirnya si wajah datar itu bertanya tentang hubungannya dengan Gaara.
Tanpa Naruto ketahui, Sasuke bernapas lega. Ia membiarkan Naruto memukulnya. Ia tau itu salahnya, dan melihat respon Naruto seperti ini, ada senyuman halus yang tercipta di wajah Sasuke. "Keh, dasar."
Naruto menghentikan pukulannya saat ia rasa marahnya sudah mereda. "Jadi kenapa kau berpikir seperti itu, teme?"
"Aku mendengar percakapanmu dengan Gaara,"
"Dan tidak selesai? Hahaha.."
"Menertawaiku?"
"Bukan begitu, aku bepikir kita sama-sama salah paham." Ucap Naruto di sela-sela tertawanya. Sasuke kemudian berpikir, sudah berapa lama ia tidak melihat gadis blonde itu tertawa?
"Kau tau, aku juga menganggapmu dan Shion pacaran awalnya."
Sasuke memegang tangan Naruto dan membawanya keluar. Naruto hanya menurut langkah kaki Sasuke. Ia senang akhirnya salah paham mereka berakhir.
"Aku tahu," ucap Sasuke.
"Tahu? Darimana?"
"Buku birumu," ucap Sasuke datar. Ia tidak menyadari wajah seseorang dibelakangnya itu memerah.
"Kenapa kau baca buku itu? Dari mana kau dapat? Sebanyak apa yang kau baca, teme?!" Naruto berteriak histeris lagi. Sasuke berdecak sebal saat ia harus berhenti karena saat ia menoleh kebelakang Naruto memukuli bahunya.
"Huaa.." dan keran kesimbangan Naruto yang tidak terjaga, tubuh mungilnya hampir terjatuh jika tangan Sasuke tidak memeluk pinggang Naruto.
"Baka dobe! Kau bisa mematahkan kakimu!" bentak Sasuke.
Naruto menyadari posisi ini. Entah yang keberapa di malam ini posisi mereka begitu.
"Gomennasai," ucap Naruto dengan nada lemah.
"Sudahlah," Sasuke masih mempertahankan posisi mereka.
"Aku membaca bukumu karena ada diatas kalungku. Aku mendapatkannya di laci meja belajarmu. Dan aku membaca semuanya, puas?" Sasuke menjawab semua pertanyaan Naruto dan membuat Naruto tercengang. Ini kalimat terpanjang Sasuke. Ia kemudian menatap leher Sasuke dan melihat kalungnya ada dibalik kemeja itu.
Naruto menghambur ke pelukan Sasuke. Sedangkan yang dipeluk hanya bisa terdiam, tak berkutik. Untungnya di luar aula tidak banyak orang yang bisa melihat mereka.
"Aku pikir aku menghilangkan kalungmu, Sasuke," Naruto terisak dalam tangisnya.
Sasuke mengelus punggung Naruto untuk menenangkannya. "Jangan menangis, nanti make-up mu rusak,"
Naruto terkekeh dan menyeka air matanya. Ia melepas pelukannya. "Aku tidak menangis lagi,"
Sasuke menepuk pelan kepala Naruto. "Kenapa kau mencemaskan kalung itu?"
"Kalung itu yang membuatku terus ingat denganmu, jadi kupikir kau ingat denganku juga dengan kalung itu,"
"Aku tidak membutuhkan kalung itu untuk mengingatmu,"
SasuFemNaru
"Bagaimana dengan pelampiasan?"
"Pelampiasan?" beo Gaara. Shion mengangguk.
"Pelampiasanku buruk dulu, tapi aku bisa menyarankan yang lebih baik,"
"Tidak usah,"
"Ha?" Shion menatap Gaara heran. Pemuda itu memutar badan Shion dan berhadapan dengan Gaara lagi.
"Aku tidak ingin menyakiti siapapun," ujar Gaara. Shion tersenyum.
"Tidak kusangka kau baik sekali,"
"Kalau aku tidak baik, kau tidak akan ke Suna waktu itu,"
"Baiklah, jangan ungkit masalah itu," gerutu Shion.
"Kau benar-benar tidak butuh pelampiasan?" Gaara menggeleng mantap. "Huft.. padahal aku mau jadi pelampiasanmu,"
"Kau bilang apa?"
"Aku ingin jadi pelampiasanmu,"
"Aku belum cukup jahat untuk begitu, nona," Gaara menyentil hidung Shion.
"Kau tidak perlu jahat untuk melakukannya,"
"Apa sudah kubilang kau sudah mencuri perhatianku sejak satu tahun yang lalu,"
SasuFemNaru
"Kau tahu semua yang ada di langit mengingatkanku padamu,"
"Ne, teme. Sejak kapan kau pandai menggombal? Sudah lupakan, aku tidak suka kau begitu,"
Sasuke menyeringai mendengar kalimat Naruto. "Jadi kau suka aku yang bagaimana?"
Mereka sekarang sedang berdiri di depan aula sambil menatap langit. Baiklah hanya Naruto yang menatap langit karena Sasuke yang terus menatap Naruto.
"Aku suka kau apa adanya, kau yang dingin, kau yang cuek, yang sering memanggilku baka, dan yang pasti tidak penggombal seperti tadi," ucap Naruto. Wajahnya kembali memerah saat ia menyadari apa yang ia katakan. "Eh, apa yang barusan aku bilang?"
"Kau bilang kau suka padaku,"
"Tidak, tidak, aku tidak berkata begitu,"
"Jangan bohong, dobe. Telingaku masih normal,"
"Aku tidak bohong, teme!"
"Kau berbohong, nona,"
"Aku tidak bohong! Kya!" Naruto tersentak ketika lampu aula tiba-tiba mati. "Teme, kau dimana?" Tanya Naruto dengan tangannya yang meraba.
"Aku disini,"
"Dimana?"
"Bilang kau berbohong, baru aku pegang tanganmu,"
"Tidak, aku tidak berbohong!"
"Terserah, aku pergi."
"Baiklah, aku berbohong!" ucap Naruto pasrah. Tiba-tiba tangannya digenggam erat.
"Ini aku," ucap Sasuke sambil memperlihatkan wajahya dengan cahaya ponsel.
"Jadi kau menyukaiku, dobe?" Tanya Sasuke. Naruto memanyunkan bibirnya, kesal.
"Menurutmu?"
"Aku mencintaimu, dobe."
Naruto terhenyak mendengar suara Sasuke. Ia masih belum bisa melihat Sasuke karena cahaya dari layar ponselnya menghilang—Sasuke sengaja melakukannya. Namun Naruto yakin Sasuke tulus mengatakannya. Dan hatinya, hatinya menghangat mendengarnya.
"T..teme.."
Naruto menyadari ada yang menekan bibirnya. Ia terkejut menyadari bibir Sasuke yang ada dibibirnya. Aroma Sasuke yang membuat Naruto yakin dengan hal itu di kegelapan malam ini.
SasuFemNaru
"Jadi kau benar-benar tertarik padaku, Gaara?" Tanya Shion di tengah kegelapan aula. Ia masih mendengar gerakan orang disekitarnya yang mencari jalan keluar. Sementara ia dan Gaara masih mematung dengan posisi yang sama, ia mengalungkan tangannya di leher Gaara dan Gaara melingkarkan tangannya di pinggang Shion.
"Ya, tapi karena pertemuan kita singkat, aku melupakan ketertarikanku,"
"Dan sekarang?"
"Mungkin bisa dikatakan iya,"
"Dan aku juga tertarik denganmu dari awal kita bertemu," ucap Shion.
"Apa kau mau menungguku hingga aku benar-benar menghilangkan perasaan pelampiasanku?" Shion merasa hembusan napas Gaara menjadi lebih dekat.
"Apa jaminannya?"
Tidak ada jawaban dari Gaara. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkannya untuk mendapatkan cahaya agar bisa menemukan persis letak Shion dimana. Ia melihat Shion menyeringai menatapnya dari remang cahaya ponselnya.
Seringai di bibir Shion menjadi ketika ia merasakan bibir Gaara menekan bibirnya pelan. Ia tidak tahu kenapa Gaara menciumnya, tetapi ia tahu ia akan menunggu Gaara lagi.
SasuFemNaru
Lampu menyala saat Sasuke menjauhkan wajahnya dari wajah Naruto. Bisa ia lihat wajah Naruto memerah karena ciumannya tadi. Ia setidaknya merasa bangga pada dirinya sendiri.
"Kau hentai, teme!" satu pukulan mendarat di dada bidangnya.
"Aku mau mencari Gaara," Naruto berbalik ingin menjauhi Sasuke. Namun tangannya—lagi-lagi ditahan.
"Gaara lagi?" ucap Sasuke. Oh, Sasuke… cemburumu berlebihan.
"Aku mau mengambil dompetku dengannya, teme. Kau mau mengantarku pulang kan?" betapa manisnya gadis dihadapannya ini ketika ia menunduk saat mengatakkan itu.
"So, you're my girl, now?" Tanya Sasuke yang membuat wajah Naruto memerah lagi.
Naruto menatap Sasuke dengan wajahnya yang memerah dan tatapannya gugupnya yang dibuat tajam. Tanpa diperkirakan oleh Sasuke ia mengecup bibir Uchiha itu singkat.
"I'm yours," ucap Naruto sambil menghentakkan tangannya dan berlari menjauhi Sasuke.
Keh, gadisnya itu. Sangat manis dan menggoda.
To Be Continue or Owari?
Author's Note:
Holaaa~~
Ketemu lagi sama Cha~~
Gomen diriku baru bisa update, hontou ni gomennasai~ #ojigi#
Ini dikarenakan daku yang terlalu sibuk, dan nggak ingat lagi pengen bawa kemana cerita ini #author macam apa dirimu#
Pengennya nambah chappi buat GaaShion, udah ada plotnya, entah kapan bisa terwujud nulisnya #bletak
Trus pengennya selesai disini, tapi hatiku berkata lain, bagaimana menurut minna?
Wokeh, saatnya balas review yang nggak login..
Aichan14 : sip, Sasuke udah terus terang, thank you reviewnya~
NuruHimechan19 : gomen nggak update kilat ToT, kali ini mungkin sasuteme lebih cemburu.. thank you reviewnya ya~
Yuichi : udah lanjut ya, thank you reviewnya~
Yumi ya : harus berpikir panjang dulu, ya? Thank you reviewnya~
Guest : maaf ya nggak bisa update cepat, thank you reviewnya~
Seryl agista : maaf kan diriku karena nggak bisa update cepat.. TToTT, saya baru bisa update sekarang, btw thank you reviewnya~
Nah, untuk yang review pake akun, balesannya Cha kirim ke PM masing-masing, hehehe..
Arigatou buat semuanya minna, yang nge-review, yang nge-follow, yang nge-fav, yang jadi silent reader juga..
Maafkan author tak berguna yang telah menelantarkan ficnya bertahun-tahun, dan kembali dengan hasil yang tidak memuaskan TToTT
Sampai jumpa di chapter berikutnya minna—kalau masih ada #ditabok
Akhir kata.. mind to review or kritik or saran minnatachi?~
Doumo Arigatou Gozaimasu minnatachi~~
Kitten 'Cha'
