Declamair:

Vocaloid punya Yamaha dan Crypton Future Media.


Warning:

Typo, OOC, dan lainnya.


Sumarry:

Karena novel, keduanya berkenalan. Karena novel, klub drama terselamatkan. Dan, karena novel keduanya bersama.


Happy Reading!


Normal P.O.V

Bel istirahat yang berbunyi selalu memicu kericuhan di tiap kelas di sekolah mana pun. Tak terkecuali kelas 10-5 yang terkenal akan kericuhan dan kehebohan dari siswa-siswinya.

Banyak siswa yang pergi ke luar kelas untuk cari makan, dan ada juga yang hanya di kelas untuk makan bento yang dibawanya dari rumah.

Seorang gadis berambut honeyblonde sepundak dengan pita putih besar di atas kepalanya itu tengah berdebat dengan si pemuda berambut perak dengan mata semerah darah itu. Untungnya, kelas tak terlalu ramai.

"Kubilang, tak ada pria yang tak mesum di dunia ini!" ucap si pemuda berambut perak sambil melipat kedua tangannya di depan dada, Honne Dell.

"Ada 'kok. Pasti ada!" ucap si gadis honeyblonde gak kalah besarnya, Rin Kamine.

"Oh ya? Mau taruhan?" tantang Dell dengan angkuhnya.

"Ayo! Apa imbalannya?" tanya Rin tertarik.

"Kalau kau yang menang, aku akan belikan jeruk 5 kg. Tapi, kalau aku yang menang, kau belikan aku CD game terbaru. Bagaimana?" tanya Dell dengan senyum menantang.

"Setuju!" ucap Rin menyetujui taruhan itu.

Dell pun segera keluar kelas setelah masalahnya dengan Rin selesai. Rin sendiri berjalan menghampiri Miku yang duduk di depan mejanya.

"Miku, bagaimana ini?" tanya Rin dengan lesunya.

"Siapa suruh taruhan dengan Dell. Ucapan Dell benar, tahu! Tak ada pria yang tak mesum di dunia ini. Paling tidak, pria itu pasti sudah pernah melihat majalah dewasa," ucap Miku sambil mengunyah nasi dengan negi yang berada di dalam mulutnya.

"Cih, kau membela Dell 'ya?" tanya Rin menyelidik.

"Tidak 'kok. Itu fakta," jawab Miku santai.

Rin hanya mendengus kesal. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ia mulai melihat-lihat semua siswa yang berada di kelasnya itu satu persatu. Dan manik sapphire miliknya terhenti pada sesosok pemuda yang tengah sibuk dengan buku tebal di hadapannya. Rin tersenyum kecil.

"Miku, aku sudah menemukan pria itu," ucap Rin tenang dengan senyum pada Miku.

Miku menghentikan gerakkan mulutnya untuk mengunyah. Perlahan, kepala Miku terangkat dan menatap Rin heran. Miku menelan makanan yang ada di dalam mulutnya terlebih dahulu sebelum bertanya.

"Siapa?" tanya Miku penasaran.

"Kagamine Len," jawab Rin dengan senyum riang karena sudah menemukan jawaban atas taruhannya.

"Maksudmu, Kagamine-san yang itu?" tanya Miku menunjuk ke arah pemuda berambut honeyblonde dengan poni berantakan dan rambut bagian belakangnya yang dikuncir ponytail setengah, serta kacamata yang digunakan pemuda itu.

"Yup!" jawab Rin riang.

"Memang 'sih, aku belum pernah melihatnya membaca majalah dewasa selama di sekolah. Tapi, bagaimana kalau di kamarnya, ia ternyata membaca majalah dewasa?" tanya Miku.

"Aku akan memastikannya!" ucap Rin yang lalu berdiri dan berjalan menuju meja Len. Miku hanya diam dan melanjutkan makannya.

Rin terdiam sesaat setelah tiba di samping meja Len. Ia menggaruk belakang kepalanya dengan bingung. Apa topik yang akan dikatakannya? Jika ia bertanya langsung mengenai majalah dewasa akan terkesan lancang 'kan?

"Ada perlu apa?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda itu sukses membuat Rin terlonjak. Ia 'kan baru pertama kali berbicara dengannya.

"Etto… Novel apa yang kau baca?" tanya Rin setelah menemukan sebuah topik yang menurutnya akan menarik perhatian Len sejenak dari novelnya itu.

Pemuda berambut honeyblonde dengan poni berantakan dan setengah rambutnya yang diikat itu menengadah sesaat. Menatap Rin sejenak dari balik kacamata bulatnya.

"Story of Evil. Memang kenapa?" tanya pemuda itu datar.

"Evil? Tentang kejahatan 'ya?" tanya Rin sedikit tertarik dengan judul novel itu.

"Tepatnya, kesombongan," ucap Len meralat perkataan Rin.

"Sepertinya menarik! Boleh aku pinjam? Tentunya, jika kau sudah selesai membacanya," ucap Rin dengan senyumnya.

"Aku sudah membacanya dua kali 'kok. Pinjam saja," ucapnya seraya menyerahkan buku novel bersampul kuning pucat dengan gambar dua buah cermin dan sepasang anak kembar pada sampulnya.

Rin mengambil buku novel itu. Memperhatikan sampulnya sejenak. Lalu tersenyum senang.

"Terima kasih!" ucap Rin riang. Pemuda itu hanya mengangguk singkat.

"Pasti kau punya tujuan lain menhampiri mejaku 'kan?" tebak pemuda itu yang membuat Rin membeku di tempat.

"Ah… I-itu…" Rin jadi tergagap untuk menjawab pertanyaannya. Sementara pemuda itu masih memasang wajah datarnya.

"Aku mendengar soal taruhan itu 'kok," ucap pemuda itu yang kembali membuat Rin membeku tak bergeming dari tempatnya.

"Etto… Sebelumnya, aku minta maaf karena lancang! Tapi, hanya kau yang kuanggap berbeda dari seluruh siswa di kelas ini!" ucap Rin yang akhirnya bisa mengeluarkan suaranya.

"Oh, ya sudah. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya pemuda itu menatap Rin lurus.

"Maaf jika lancang. Apa kau pernah membaca majalah dewasa?" tanya Rin dengan suara lantang.

Kelas hening seketika. Seluruh murid sudah kembali dari kantin karena sebentar lagi jam istirahat selesai. Kini, perhatian semuanya tertuju pada Rin. Semuanya seakan-akan menunggu jawaban dari Len yang masih dengan tampang datarnya.

"Belum pernah," jawab pemuda itu dengan cukup keras. Seluruh siswa shock, sementara seluruh siswi terkagum-kagum.

"BELUM PERNAH?! CIYUSS?!" pekik semua yang berada di sana kecuali Len dan Rin yang terdiam.

"'Ciyus' bahasa apaan 'ya?" tanya Len dengan tampang datar.

"UWAAAAA~~~ JARANG SEKALI, ADA PRIA YANG GAK HENTAI!~" pekik semua siswi dengan gaya fansgirl.

"Kau serius?" tanya Rin dengan tampang tak percaya. Pemuda itu mengangguk singkat.

KRIIIIIIIIIIIIING~

Mendengar bel istirahat yang sudah selesai. Semuanya kembali ke tempat duduknya masing-masing. Mungkin, karena selanjutnya pelajaran Meito-sensei si Iblis Merah.

Pelajaran berlangsung ricuh. Ini semua karena Meito-sensei yang sedang mabuk memancing keributan para siswa hanya dengan satu kalimat.

"SEMUANYA! AYO KITA NYANYI!~~"

Kira-kira itu perkataan Meito-sensei. Yang detik berikutnya, beberapa siswa nekat langsung berdiri di bangkunya dan nyanyi-nyanyi gaje. Hanya beberapa 'kok, karena masih ada siswa yang tak terlalu mendengarkan perkataan Meito-sensei.

Melihat situasi ini, Rin langsung berjalan meninggalkan bangkunya menuju meja Len. Entah kenapa, pembicaraan saat istirahat membuatnya penasaran akan Len.

Rin langsung menggeser kursi kosong yang ada di samping Len. Awalnya, pemuda itu menoleh sebentar ke arah Rin sebelum kembali tenggelam pada novel yang dibawanya.

"Yang itu judulnya apa?" tanya Rin membuka pembicaraan.

"Romeo and Cinderella," jawabnya singkat tanpa menoleh ke Rin.

"Romeo and Cinderella? Kok judulnya aneh?" tanya Rin heran. Len menoleh ke arah Rin.

"Ini perpaduan dari cerita Romeo and Juliet dengan cerita Cinderella," jawab Len masih dengan nada datar. Rin mengangguk. Dan Len kembali tenggelam dengan kesibukkannya.

Rin merasa beruntung, karena ia membawa novel yang dipinjamnya dari Len. Rin langsung membaca novel yang dipegangnya dan mulai membacanya.

Sepertinya, Rin yang membenci buku akan berubah 180 derajat karena pemuda di sampingnya itu.

Kelas masih riuh. Beberapa siswa yang pada dasarnya pembuat onar, membuat kelas makin ramai. Bahkan, Meito-sensei ikut menyanyikan lagu di atas mejanya dan bergoyang ala penyanyi dangdut. Sungguh kelas yang kacau…

BRAAAAK

Pintu kelas terbuka lebar, menunjukkan sesosok gadis berambut merah muda sepinggang yang sedang mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Semua siswa di kelas itu menatap gadis itu heran, kecuali Len yang masih sibuk dengan novelnya.

"Boleh pinjam Hatsune Miku dan Kamine Rin?" tanya gadis itu setelah selesai mengatur nafasnya.

Rin dan Miku yang dipanggil langsung meninggalkan meja mereka dan berjalan keluar kelas bersama gadis itu.

"Ada apa, Luka?" tanya Miku pada gadis merah muda itu, Megurine Luka.

"KepSek meminta kita untuk membuat drama singkat. Ia ingin satu drama berdurasi 5 menit. Tapi, ia ingin kita menampilkan lebih dari 10 drama. Ditambah, harus drama musikal yang ditampilkan. Ada yang punya ide, untuk drama yang akan kita tampilkan?" tanya Luka sembari melipat kedua tangannya di depan dada, gaya khasnya.

"Entahlah… Membuat drama sebanyak itu sangat mustahil," ucap Miku dengan wajah lesu.

"Sudah kuduga…" ucap Luka dengan nada pasrah.

"Sepertinya, aku tahu yang bisa membantu kita," ucap Rin dengan wajah ceria. Miku dan Luka langsung memandangnya tak percaya.

"Siapa?!" tanya Miku dan Luka bersamaan.

"Kagamine Len! Ia pasti bisa membantu!" ucap Rin dengan ceria.

"Kagamine? Kau yakin?" tanya Miku. Rin mengangguk yakin.

"Kita pakai drama dari cerita novel-novelnya saja," jawab Rin dengan riangnya.

"Ya sudah. Pulang sekolah, kita kumpul di gedung olahraga. Jangan lupa mengajak Kagamine-san," ucap Luka yang langsung ngacir ke kelasnya.

Rin dan Miku pun langsung masuk ke kelasnya lagi. Suasana kelasnya pun masih sama, ricuh!


Setelah bel sekolah berbunyi. Miku langsung keluar kelasnya dengan semangat. Alasannya, karena akan segera bertemu dengan pacarnya, Kaito.

Sementara Rin, berjalan menghampiri meja Len. Dan akan meminta bantuannya tentang klub drama.

"Masalah lagi?" tanya Len datar, pada Rin yang berdiri di belakangnya.

"Err… Begitulah. Klub drama sedikit kerepotan dengan ide drama yang harus ditampilkan saat ulang tahun sekolah nanti. Kau bisa membantu?" tanya Rin. Len mengangkat tasnya dan menatap Rin sejenak.

"Baiklah," jawabnya singkat. Rin langsung teriak-teriak kesenangan.

"Oke! Ayo, kita ke gedung olahraga! Yang lain sudah menunggu!" ucap Rin semangat.

Rin pun berjalan menuju gedung sekolah dengan wajah berseri-seri. Sementara Len berjalan di belakangnya dengan santai.


Rin dan Len langsung memasuki gedung olahraga setelah tiba. Terlihat suasana gedung yang sepi. Bukan karena tak ada orangnya. Tapi, karena yang lainnya sedang pundung.

"Hei, kenapa kalian pada pundung?" tanya Rin heran sembari berkacak pinggang. Semuanya yang ada di sana langsung menatap Rin dengan mata sayu.

"Drama…" gumam pria berambut ungu sepunggung dengan gaya samurai, Kamui Gakupo.

"Naskah…" gumam pria berambut biru laut dengan syal biru di lehernya, Shion Kaito.

"Ide…" gumam Luka dengan lirihan.

"Durasi…" gumam Miku tak kalah lesunya.

"Peran…" gumam gadis berambut hijau daun dengan bando merah, Megane Gumi.

"Kostum…" gumam gadis berambut brunette dengan gaya boop, Sakine Meiko.

"Aku sudah bilang 'kan? Jangan khawatir soal dramanya!" ucap Rin dengan nada kesal.

"Memangnya… ada yang bisa menyelamatkan kita?" tanya Gakupo masih dengan wajah lesu.

"Yah, gimana 'ya? Aku sendiri gak yakin 'sih," jawab Rin sembari menggaruk belakang kepalanya dengan senyum gugup.

"Rin, siapa yang kau bawa?" tanya Gumi sambil menunjuk ke arah Len yang berdiri di belakang Rin dangan wajah datar.

"Oh, ini Len!" jawab Rin dengan riang.

"Kenapa membawa orang yang tak berkepentingan?" tanya Kaito menyelidik.

"Kupikir, dia bisa membantu kita mengatasi masalah drama," jawab Rin masih dengan senyumnya.

"BENARKAH?!" tanya semuanya yang langsung semangat '45.

Dalam sekejap, Len langsung dikerumuni oleh anggota klub drama yang tadinya pundung itu, kecuali Rin yang sedang sweatdrop.

"Kau benar-benar bisa membantu kami?" tanya Miku antusias. Anggota yang lain ikut memperhatikan.

"Kurasa bisa," jawab Len tenang.

"MINNA!" suara cempreng Rin langsung bergema. Semuanya yang ada di sana langsung nutup kuping, kecuali Len yang hanya berkata, "wow".

"Kenapa Rin?" tanya Miku yang masih menutup kupingnya.

"Jangan mengerumuninya! Kan' dia jadi bingung!" ucap Rin dengan nada kesal sambil berkacak pinggang.

Sejenak, semuanya saling pandang, minus Rin dan Len. Hingga sebuah senyum evil terlukis di bibir mereka.

"Rin cemburu 'ya?" tanya Miku, masih dengan senyum evilnya.

"Eh? E-enggak 'kok!" ucap Rin sambil melambai-lambaikan kedua tangannya ke arah teman-temannya.

"Jangan bohong," ucap Kaito ikut-ikutan menggoda Rin.

"Kubilang tidak 'ya tidak!" ucap Rin dengan wajah tsundere.

"Wew~! Rin jadi tsundere!" ucap Gakupo ikutan menggoda.

"Aku gak tsundere!" ucap Rin yang wajahnya sedikit memerah.

"Wajahnya merah!~" goda Gumi sambil menunjuk wajah Rin.

"URUSAI!" pekik Rin yang wajahnya makin memerah.

"Makin merah lagi!~" ucap Luka ikut-ikutan.

"Gak merah!" pekik Rin dengan wajah yang makin merah.

"Wajah Rin udah mirip kepiting rebus!~" goda Meiko dengan wajah menggoda.

"Ukh…" Rin hanya menggeram kesal. Wajahnya makin merah.

Miku dan kawan-kawannya tertawa dengan senangnya karena berhasil menggoda Rin. Padahal, dulu Rin paling jarang digoda seperti itu.

"Kamine-san, kau sakit?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Len membuat semuanya menatapnya heran.

"A-aku gak sakit 'kok!" ucap Rin menggeleng.

"Tapi, wajahmu merah," ucap Len menunjuk wajah Rin yang makin merah.

"Ini… efek matahari! Ya, efek matahari!" ucap Rin berkilah.

"Ya ampun… Aku baru sadar, kalau Rin itu tsundere akut," gumam Luka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku gak tsundere!" ucap Rin yang kembali memerah.

Dan godaan-godaan dari teman-teman Rin pun kembali terdengar. Rin yang digoda, hanya bisa teriak-teriak sambil berkilah. Sementara, Len memandang situasi di depannya dengan wajah datar.

"Kapan kalian akan latihan?" Pertanyaan dari Len berhasil membuat yang lainnya membeku di tempat.

"Iya juga 'ya… Kita 'kan belum punya naskahnya…" gumam Miku yang kembali pundung.

"HUWAAAAA~~~ NASKAH~~~" pekik semua anggota klub drama yang menangis meraung-raung sambil mojok.

"Mau kubantu 'gak?" tanya Len datar. Semuanya memandangnya dengan wajah berharap disertai bling-bling.

"MAU!" jawab semuanya serempak sambil berdiri.

"Besok libur 'kan?" tanya Len lagi. Semuanya mengangguk serempak.

"Memang kenapa Len?" tanya Rin yang keheranan.

"Kalau mau, kalian bisa latihan di rumahku. Sekalian milih naskah dari novel-novel yang kupunya. Bagaimana?" tanya Len. Semuanya tersenyum semangat.

"SETUJU!" pekik semuanya yang kembali semangat.

Rin sweatdrop di tempat setelah mendengar pembicaraan itu. Ia berpikir sejenak. Nginep di rumah Len. Anggota klub drama 'kan rata-rata abnormal. Bisa gawat.

"A-ano… Len…" panggil Rin pelan. Len menoleh dengan pandangan heran ke arah Rin.

"Apa, Rin?" tanya Len heran.

"Rumahmu bisa hancur!" bisik Rin.

"Gak mungkin," balas Len tak percaya dengan tampang datar khasnya.

Rin hanya menghela nafas sambil geleng-geleng kepala.

"Kalau begitu, besok ketemu di depan jalan Voca 'ya! Nanti kita ke rumah Len bareng-bareng!" ucap Miku semangat.

"SETUJU!" pekik semuanya setuju, kecuali Len dan Rin.

Setelah itu, semuanya bubar dan pulang ke rumahnya masing-masing. Dan bersiap untuk acara menginap besok. Bagaimana acaranya? Apa rumah Len akan hancur karena ulah klub drama? Drama apa yang akan ditampilkan?


TBC


A/N: Chapter 1 selesai! Kali ini saya buat satu chapter agak panjang. Kayaknya, di sini Len keluar dari karakternya 'deh… Oke, boleh minta riviewnya? :3