"Sasuke-kun, ayo cepat cepaat! Lima menit lagi kita akan ketinggalan!"

Uchiha Sakura berlari-lari kecil membawa lembaran tiket pesawat beserta paspornya menuju gate port keberangkatan luar negeri. Wanita itu tampak semangat sekali menerobos kerumunan ratusan manusia di Bandara Internasional Haneda dengan kata 'permisi', tanpa memedulikan sang suami yang sedang menyeret koper besar di belakang dengan mimik sengitnya.

Sepatu high heels silver Sakura berdetak keras di lantai, helaian rambut pink-nya menari-nari menantang angin hingga menarik beberapa mata lelaki yang lewat. Well, mereka semua rupanya sudah siap membantu kalau-kalau wanita cantik ini jatuh terpeleset.

Memasuki pesawat, sepasang pengantin baru itu melakukan boarding pass sebagaimana mestinya. Duduk manis di seat khusus dua orang, Sakura segera menempati kursi dekat jendela. Fine! Lagi-lagi Sasuke harus mengalah padanya. Karena sejujurnya 'pojok' adalah spot favorit lelaki Uchiha tersebut. Pesawat yang mereka naiki tidak sepenuhnya terisi penumpang di kabin kelas satu. Selain karena harga tiketnya yang kelewat mahal ditambah tujuan penerbangan yang tak umum, Sasuke juga sengaja memilih waktu malam hari untuk jadwal penerbangan mereka.

Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu memangku tas tangan pink miliknya di paha. Ia terlihat sedang mengatur ponselnya sendiri menjadi flight mode sebelum pesawat take off, tak lupa ponsel suaminya pun diserupakan dengannya. Turbulensi sedikit terasa ketika pesawat mereka bergerak naik melintasi udara, ada sejumput rasa takut pada hati Sakura yang membuatnya menggenggam erat tangan sang suami. Salahnya sendiri duduk dekat jendela, padahal wanita itu phobia pada ketinggian.

Belum apa-apa setelahnya, Sasuke sudah menyandarkan kepala dan menutup kedua matanya siap tidur. Ia memposisikan sandaran seat-nya senyaman mungkin untuk lebih menidurkan punggungnya ke belakang. Namun kenyamanan itu tak berlangsung lama ketika lengannya tercubit-cubit manja oleh istri kesayangannya tersebut. "Sasuke-kun jangan tiduuur, nanti aku bosan."

"….."

Tidak merespons, Sasuke menelengkan kepalanya ke arah yang berlawanan dari istrinya. Sepertinya dia memang malas menanggapi wanita overexcited satu itu. Lagipula tidur di pesawat adalah hobi lelaki ini guna menghindari jetlag. "Hawaii masih jauh, Sakura. Jangan ganggu aku." tanggapnya singkat tetap menutup mata.

"Justru itu! Karena masih jauh jangan sampai aku bosan di perjalanan." rengeknya lagi. Sasuke masih cuek bebek. Ia menarik lengannya dari Sakura dan bersidekap mantap tanpa menghiraukan. Wanita itu lalu mengerucutkan bibirnya menahan kesal, ia mulai menggerutu sendiri dengan suara kecil yang masih bisa terdeteksi telinga suaminya. Mulai dari gerutuan 'tidak sayang', 'Sasuke jahat', 'menyebalkan', 'bulan madu macam apa', hingga 'dasar ayam tukang tidur', Sasuke tetap bergeming tanpa mau membuka mata.

Namun yang lebih membuat Sakura kesal dari ini adalah ketika seorang pramugari cantik menawarkan minuman pada mereka, Sasuke langsung melek dan berbicara ramah meminta segelas tequila. What the hell?!

Sakura tidak habis pikir, daritadi dirinya merengek tapi didiamkan, giliran wanita lain yang bicara pria itu langsung on. Semalas itukah Sasuke pada dirinya? Well, inilah kisah bulan madu mereka…

.

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

My Honeymoon, My Mission

A Naruto FanFiction by Asakura Ayaka

Special Sequel from my prevcious fic 'The One and Only'

AU/ Lemon for 18+/ Violence Scene

.

Chapter 1 : Maui Island

.

.

.

.

"Jika ada lagi yang dibutuhkan, Anda bisa meminta saya untuk membantu."

"Hn. Arigatou, mmm...," Sasuke memicingkan matanya guna menatap name tag pramugari tersebut, "Natsui-san?"

"Hai, dou itashimashite, Uchiha-sama." jawab si pramugari sambil berlalu. Sasuke meneguk sedikit-sedikit tequila yang diberikan nona Natsui tadi tanpa menawarkan Sakura. Ya, tentu saja. Karena wanita hamil memang dilarang meminum yang seperti itu.

"Tch, dasar jelalatan, tukang selingkuh." Sakura membuang pandangannya acuh ke jendela.

"Hm?" Sasuke menoleh dengan gelas yang masih menempel di bibirnya. Selesai minum dan mengembalikan gelasnya, laki-laki itu kemudian memaksa tangan istrinya untuk terkunci dalam genggaman eratnya. Cukup lama mereka berdiam hampa seperti itu... hingga akhirnya Sasuke membuka suara. "Kalau aku melihatmu terus, aku tidak akan tahan untuk mencium bibirmu. Begini lebih aman." tuturnya santai sambil terus memainkan jari-jari lentik Sakura.

"Hah, alasan basi." Sakura meloloskan tangannya kasar dari belenggu Sasuke. Pria itu menaikkan alis matanya heran. Perlahan ia menghadap wajah istrinya dan mencoba mendekat, ditatapnya lurus-lurus permata emerald Sakura. Kepala mencuatnya kian mendekat dan mendekat, berusaha menghapus jarak dengan tatapan onyx membiusnya... hingga tersisa satu sentimeter lagi, Sakura segera menutup kedua matanya siap.

"Sakura…"

'Ehm... kemarilah, bibir Sasuke-kun… Ayolah… serang aku!' inner Sakura tak sabaran. Menunggu momen yang belum kunjung-kunjung datang, Sakura membuka bibirnya sedikit demi menyambut apalah itu nanti serangan Sasuke berikutnya.

"….."

"….."

'Lama sekali, Sasuke-kun makan permen dulu apa? Kok nggak maju-maju bibirnya?'

"….."

"….."

Krik krik krik krik…

'Woy?'

Sakura mengintip sedikit keadaan dari mata kanannya dan—hell yeah, Sasuke justru menghilang dari kursinya! Kemana laki-laki pemancing itu?! Padahal status Sakura tadi sudah amat sangat ready! Kini wanita itu hanya bisa menganga speechless.

"Dasar kurang ajaaaar! Dia mempermainkanku!" tangan putih mulusnya memukuli kursi kosong Sasuke.

Sedikit memakan waktu, si Uchiha bungsu akhirnya kembali ke kursinya diiringi dua pramugari cantik nan aduhai. Lagi-lagi, Sakura melengkungkan bibirnya ke atas menahan kesal. Pramugari tadi membawakan satu set bantal dan selimut untuk penumpang tampan itu. Dan karena kekesalan Sakura memuncak pasca melihat Sasuke tersenyum pada sang pramugari, ia pun merebut bantal yang disodorkan nona maskapai All Nippon Airways tersebut.

Sett!

"Maaf ya, nona Natsui. Bisakah aku memesan juga perlengkapan tidur seperti suamiku ini?" tanyanya dengan tatapan tak biasa. Dua gadis cantik tersebut saling melirik aneh mendengar tekanan ucapan Sakura, kemudian buru-buru berjalan ke kabin belakang demi memenuhi permintaan penumpangnya yang sangar itu. "Fuuhh, beraninya genit-genit dengan suami orang." Sakura memasang muka bangganya.

"Kenapa...? Cemburu?" terdengar seseorang menanyakan hal luar biasa fatal pada wanita Uchiha tersebut, "Sayang 'kan kalau senyum wanita cantik tidak kubalas?" sambungnya lagi. Sakura langsung menarik napas panjangnya dalam-dalam siap menjawab. Sekalian meluapkan kekesalan membuncahnya atas ciuman mereka yang batal total tadi. Bersiaplah, Uchiha Sasuke…

"I-YA! AKU CEMBURU MELIHATMU SENYAM-SENYUM DENGAN PEREMPUAN LAIN, SUAMIKU YANG JELALATAN! KAU PUAS 'KAN SEKARANG? HAH?!"

Glek!

Sasuke seketika membatu di tempat mendengar omelan menggelegar istrinya. Tampak penumpang lain mulai berbisik-bisik dan menunjuk-nunjuk pria berambut raven tersebut. Demi apapun, ini sangat membuatnya malu. Sialnya juga dia duduk di kursi pinggir koridor pesawat, pastinya memudahkan akses semua mata untuk menatapnya aneh. Sasuke menggeram pelan dan mencengkeram tangan Sakura, "Bicara apa kau, hah? Kau sadar ini tempat umum?" bisiknya dengan nada mencekam.

"YA, TENTU SAJA! AKU SADAR INI TEMPAT—MMHHP, HMMP! Apa yang ka—mmhh! Lepaskan ak—" Sakura memberontak atas bungkaman mulut Sasuke padanya. Kursi mereka bergerak rusuh mengundang semakin banyak perhatian. Ribut malam-malam di pesawat, sepasang Uchiha ini benar-benar tidak tahu situasi dan kondisi sekitar.

"Diam dan jangan bawel, bisa?"

Baiklah, sepertinya tak butuh dijelaskan apa yang sedang Sasuke lakukan padanya mengingat bagaimana sifat 'asli' laki-laki satu itu. Lama-kelamaan Sakura dibuat terlena juga oleh service bungkaman bibir suaminya, dengan tanpa dosanya mereka lantas melanjutkan ciuman menjadi lebih tenang dan lancar dalam diam. Hampir saja keterusan ke tahap lain jika tidak ada—

"E-Ehm, sumimasen..."

—pramugari jelita yang membawakan bantal dan selimut untuk Sakura.

"Oh, astaga!" Sakura menjauhkan kepalanya dari Sasuke ketika melihat bantal dan selimutnya sudah datang. "Sssasuke-kun, berhenti dulu!" cegahnya pada serangan suaminya.

"Hn?" Lelaki itu menoleh ke belakang, tampak gadis berseragam biru tua sedang menatapnya dengan wajah memerah. Sasuke menyeringai geli, terlihat sekali pramugari itu merasa iri pada Sakura yang bisa menikmati ciuman penumpang tampan itu. Ia mengusap bibirnya yang basah dengan dua jarinya dan kembali membenarkan posisi duduknya. Disampirkannya selimut tidur pesawat untuk melapisi tubuhnya yang berencana tidur. Diam-diam, tangannya kini merayap masuk ke dalam selimut sang istri dan bersembunyi di balik bajunya. Sakura refleks terkejut dengan kehadiran sesuatu yang dingin menyentuh kulit perutnya.

"M-Mau apalagi, Sasuke-kun?" tanyanya takut-takut. Pria di sampingnya hanya mengulum senyum aneh, tangannya bergerak mengusap-usap perut Sakura yang masih rata itu.

"Tidak ada. Hanya ingin mengucapkan selamat tidur pada jagoan kecil kita." Senyum Sakura turut merekah haru mendengarnya. Sasuke tampak begitu menyayangi jabang bayi yang ada dalam rahim istrinya itu. Namun tak lama berselang raut panik langsung menghampiri ketika terasa tangan Sasuke semakin naik mengincar payudara kiri Sakura.

"Sasuke-kun... jangan mulai." larangnya implisit.

"Kenapa? Bukankah sudah kubilang tadi? Hawaii masih jauh, Sakura. Tidakkah kau ingin merasakan sensasi nikmat dalam pesawat, hm?" tawarnya meremas-remas gundukan kenyal wanita di sampingnya. Setengah memaksa Sakura mengeluarkan tangan usil prianya dari dalam baju. Ia sadar saat ini tubuhnya sedang berevolusi menjadi ibu hamil, payudaranya kian membesar walaupun perutnya belum buncit. Tapi maaf saja jika Sasuke mengartikan ini dengan hal lain, baginya semakin besar maka akan semakin menggoda. Sakura seringkali harus mencegah niat nakal suaminya tersebut.

"Ya... ya... ya, jangan nakal atau anak kita akan marah." Sasuke berbicara sendiri seolah paham isi pikiran istrinya. "Tidurlah. Jangan sampai anak kita mengalami jetlag setiba di Hawaii nanti." lanjutnya seraya mencium pipi wanitanya.

"Oyasumi..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Honolulu International Airport—Hawaii

.

.

"Alohaa~! Welcome to Hawaii!"

Kalungan kelopak bunga sambutan mendarat dengan begitu manisnya pada leher jenjang Uchiha Sakura. Tidak disangka pihak bandara sana menyambut semua turisnya dengan baik. Dari bandara mereka langsung menaiki mobil jemputan dari pihak resort. Sakura tersenyum sendiri melihat betapa indahnya alam Hawaii. Tak pernah terbesit sekalipun dalam pikirannya bahwa ia akan menikmati bulan madunya di tempat ini. Ia terus sibuk menunjuk-nunjuk pemandangan di luar kaca mobil, yang pastinya hanya ditanggapi sekenanya oleh Sasuke dengan kata 'Hn' andalannya.

Sesampai di resort tujuan, Sakura lagi-lagi dibuat menganga dengan suasana lobby entrance-nya yang cantik. Wanita itu mendudukkan diri pada sofa yang ada selagi menunggu Sasuke berbicara soal reservasi kamar dengan resepsionis. Sofa empuk yang ditempatinya berlatar belakang kolam air mancur bernuansa dunia mermaid, ditambah bunga-bunga cantik mengapung yang membuat pandangan kagumnya makin terpaku. "Cantiknya… Ah!"

Tepukan Sasuke pada pundak Sakura spontan menginterupsi perhatian wanita tersebut. Ia kemudian meraih tangan suaminya untuk berjalan bersama menuju lift dan memasuki kamar. Begitu membuka pintu kamar, Sasuke dan Sakura tak bisa menahan diri untuk mengatakan 'wow' ketika melihat sisi interiornya. Sesuai reservasi paket honeymoon, kamar pada resort Waldorf Astoria itu sudah dihias elegan dan secantik mungkin memanjakan pelanggannya. View jendelanya tepat menghadap lautan biru bening, dan jika mereka menilik ke bawah gedung akan terlihat pavilion restoran, kolam-kolam renang, dan bangunan ala Eropa klasik yang berarsitektur tinggi.

"Wah... indah sekali, Sasuke-kun... rasanya seperti berada di Eropa dengan iklim tropis, padahal kita sedang di Amerika." Senyum wanita itu belum juga pudar menatap pemandangan fantastis di depannya. Dirasakannya kedua lengan pria di belakangnya mulai bertaut di pinggangnya yang ramping memberi segenap kehangatan. Sasuke mendaratkan dagunya pada bahu kanan Sakura dan mulai menciumi lehernya dari samping.

"Kau suka? Aku memang sengaja memilih tempat ini untukmu... hmm," pelan tapi pasti, masih menyesapi leher istrinya tangan laki-laki itu meraih kancing kemeja Sakura dan membukanya satu persatu hingga meloloskan belahan dada eksotisnya. "Kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, 'kan?" tanyanya membalik tubuh Sakura dan langsung menerjang bibirnya dalam lumatan. Ciuman hangat nan lembut itu menjadi awal pembuka honeymoon mereka di sini. Dimulai dari pagutan-pagutan menggemaskan khas Sakura, hingga saling bertukar saliva dan permainan lidah a la Sasuke, ciuman itu semakin memanas hingga keduanya sibuk berebut oksigen. Hm, Sasuke harus mengakui bahwa skill French kiss wanitanya ini diam-diam meningkat juga.

Sakura mengalungkan lengannya pada leher Sasuke ketika pria itu mengangkat tubuhnya untuk berbaring di kasur dan menindihnya. Ia mendesah halus manakala kemeja santainya terhempas begitu saja di tangan sang suami. Kembali Sasuke menciumi bibirnya lembut dan meraba titik-titik sensitif yang terbuka. Menyisakan bra dan celana pendek Sakura, lelaki itu tak juga kesulitan dalam memanjakan istrinya yang bergerak-gerak gelisah.

"Aakh!" wanita itu memekik tertahan saat Sasuke meremas dua dadanya yang masih terbungkus bra hitam. Tepat saat Sasuke hampir meraup gumpalan empuk itu dengan mulutnya, bel pintu kamar mereka berbunyi memanggil.

Ting tong…

"...Hm?" ia berhenti sesaat untuk menoleh.

"Ahh, biarkan saja, Sasuke-kun... paling-paling hanya layanan kamar kita." cegah Sakura memeluk tubuh Sasuke lebih erat lagi. Libidonya sudah terlanjur naik, tidak akan manusiawi jika harus ditinggal begitu saja oleh lawan mainnya. Sasuke pun kembali melanjutkan kegiatannya, dibukanya kaitan bra Sakura dan segera ia mengulum puncak payudara kiri yang menantang itu tanpa sabaran. "Uhhnng...!" Sakura menekan kepala Sasuke untuk lebih mengeksploitasinya dan—

Ting tong…

—dengan tak pedulinya si Uchiha bungsu tetap menghisap sepuasnya, tangannya lalu membuka resleting celana pendek Sakura dan menariknya turun. "Hijau, eh...?" gumamnya menatap celana dalam yang sudah basah bagian tengahnya tersebut. Sepintas ide jahil sekarang mangkir di otak jeniusnya.

"Jelaskan padaku, bagaimana ini bisa basah, Istriku?" dua jarinya mengelus pelan selangkangan Sakura yang masih tertutup kain. Sasuke tak lantas kembali menindih tubuh polos Sakura, ia ingin sedikit menggoda wanita itu sebelum bermain lebih lanjut. Diusap-usapnya lebih bertenaga bagian yang makin basah tersebut, Sasuke tersenyum miring melihat istrinya mulai menggeliyat gelisah.

"Uhh, jangan main-ma—ahh! Sasuke-kun!" erang Sakura menahan nikmat. Sasuke masih saja membelai daerah kewanitaannya yang makin licin dari luar. Hingga satu jarinya menelusup lewat pinggir celana dalam, Sasuke langsung menekan titik utama kewanitaan istrinya hingga menimbulkan desahan keras yang menggema dalam kamar luasnya. "A—Aakh! Ah!"

"Aku tidak akan memulainya sebelum kau jawab pertanyaanku, Sakura." ucapnya sambil memasukkan jari satunya ke dalam liang hangat wanitanya, "Aku sedang tertarik dengan pelajaran biologi, sebaiknya kau jelaskan sebelum aku menarik keluar jari-jariku ini, hm?"

"Ngghh! Aaahn! Sasuke-kunh!" Tanpa bisa menjawab, wanita itu hanya terus mendesah dengan perlakuan nikmat suaminya. Belum lagi sekarang jari-jari itu bergerak keluar masuk di dalamnya, Sasuke sengaja melakukannya dengan tempo cepat berkali-kali hingga cairan pelumas Sakura bertambah banyak dan menetesi sprei kasurnya. Berulang kali tubuh Sakura terangkat meminta lebih dan segera saja Sasuke menahan gerakan pinggulnya yang gelisah.

"Tidak bisa menjawab, eh? Baiklah... akan kucari sendiri jawabannya di sini." ia menarik kasar celana dalam hijau Sakura hingga tubuh wanita itu sepenuhnya telanjang bulat. Seperti biasa, Sasuke akan mencicipi rasa wanitanya dulu sebelum menikmati isinya. Lidahnya menyapu bibir vagina Sakura dengan lembut, ujung hidungnya bergesekan dengan clit Sakura yang tampak menegang. Sakura lagi-lagi harus mengerang hebat atas rangsangan yang diterimanya ini. Tidak tahan dengan permainan Sasuke yang kelewat bertele-tele, akhirnya ia meremas kedua dadanya sendiri dengan tangannya. Karena sejujurnya ia sedikit merasa tersiksa dengan kejahilan suaminya itu.

"Hmh...? Rupanya ada yang sudah tidak tahan. Padahal kita baru saja mulai, Sakura." Sasuke mendenguskan tawanya geli yang otomatis meniupkan udara hangat pada miss V Sakura. Merasa kasihan, akhirnya Sasuke membuka kaos pantainya dan lanjut membuka resleting celana pendeknya sendiri. "Hey hey, itu bagianku," dilihatnya kini Sakura berusaha memuaskan liangnya sendiri, Sasuke langsung mencegah hal itu terjadi. "Sabarlah sedikit, aku akan—"

KRIIIIIINNG!

Dua manusia itu sontak menoleh kaget pada bunyi telepon model jadul di atas buffet samping kasurnya. Shit! Tadi ketukan pintu, sekarang dering telepon, tidak bisakah dunia memahami jika mereka butuh waktu privacy sekarang?

Sedikit menghela nafas kesal, Sasuke beringsut mengangkat telepon jengkel tersebut dan satu alisnya berkedut mendengar suara orang di seberang sana.

"Hn…"

"Ada apa, Sasuke-kun...?" Sakura bangun dari posisi berbaringnya turut mendekati Sasuke. Lelaki itu tampak berbicara dengan bahasa English-nya sebelum menutup telepon, ternyata itu dari pihak hotel.

"Katanya kita bisa menikmati waktu di pantai sekarang selagi mereka ingin membereskan barang-barang bawaan kita." Sasuke terdiam berpikir keras sesaat, tak lama kemudian ia kembali memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai. "Ayo, kita keluar. Biar mereka yang membereskan barang-barang kita."

"S-Sekarang?!" tanya Sakura tak percaya. Di momen yang sudah amat sangat nanggung itu, mau pergi begitu saja?

Sakura mengerutkan wajahnya kecewa, lagipula mana enak jalan ke pantai dengan kondisi selangkangan sudah becek seperti itu? Yah, satu nilai minus sudah diperoleh Sasuke di hari pertama bulan madunya.

.

.

#####

.

.

Pasca berdebat kecil seputar izin renang dan model pakaian, sepasang pengantin baru ini kemudian tak saling bicara hingga sampai ke bibir pantai. Uchiha Sakura dilarang keras memakai baju terbuka oleh suaminya. Renang pun tidak diizinkan. Hanya sekedar ke pantai dan duduk-duduk saja seperti ini, Sakura mulai jengkel atas larangan ini itu ala Sasuke. Memangnya kenapa kalau berpakaian terbuka? Toh di sini orang-orang pada berjemur dengan cueknya.

Lalu apa pula itu soal larangan berenang? Oh ayolah, Edward dan Bella saja langsung berenang begitu sampai di lokasi bulan madu mereka! Entah pola pikir Sasuke yang sudah kolot atau sifat posesifnya sedang kumat, lelaki itu tetap tidak mau mengubah peraturan maha tegasnya.

Ia sendiri kini sedang enak-enak bermain air di laut. Sementara Sakura hanya bisa menontonnya dari kejauhan. Seperti gembel pantai, Sakura duduk termangu sendirian di atas pasir bermodalkan kemeja, celana pendek, topi jerami, sunglasses, dan sandal jepit. Wanita itu hanya bisa memajukan bibirnya saat membaca pesan-pesan dari sahabatnya di ponsel. Hampir semuanya menanyakan hal yang sama: 'Bagaimana Hawaii? Menyenangkan?'

Well, tangannya sangat gatal untuk mengetik kalimat 'TIDAK SAMA SEKALIIII!', tapi... ia takkan segegabah itu untuk mengungkapkan hal sebenarnya pada orang lain. Setidaknya masih ada perasaan gengsi dalam hati Sakura yang membuatnya harus bertingkah seolah-olah bahagia di sini. Jangan sampai kisah bulan madunya dipergunjingkan oleh sahabat-sahabatnya di Tokyo.

'Di sini sangat menyenangkan, Sasuke-kun baik sekali padaku.'

Begitulah kira-kira balasan palsu yang diketiknya. Sakura menarik napas pendek mencoba sesenggukan tanpa air mata. Rasanya ia ingin menghambur ke pelukan Ino dan berteriak sejadi-jadinya. Kenapa ia bisa menikahi manusia menyebalkan macam Sasuke? Sekarang ia baru kepikiran kira-kira apa lagi larangan Sasuke berikutnya.

Sedang asyik-asyik bermain ponselnya sendiri, telinga Sakura tiba-tiba mendengar ringtone ponsel suaminya berdering. Tidak ada nama yang tertera pada layar ponsel tersebut, hanya tercantum nomor pemanggil yang terus-terusan minta diangkat.

"Sasuke-kuuuuuuuun! Ada telepoonn!" teriaknya sekeras mungkin namun sia-sia... suara cemprengnya keburu tertelan irama deburan ombak pantai yang menggulung.

Sakura menggigiti bibirnya ragu... haruskah ia yang mengangkat telepon ini? Bagaimana kalau nanti Sasuke marah? Apalagi itu orang tidak dikenal. Tapi 'kan, sekarang dia sudah jadi istrinya? Tidak ada salahnya, dong... lagipula si unknown number itu terus saja menelepon berulang kali walau sudah diabaikan. Penasaran juga, akhirnya jari Sakura menyentuh opsi accept call pada ponsel suaminya. Takut-takut ternyata ini hal penting. "H-Hal—"

"Agent Uchiha, you're there?"

DEG!

"….."

Ekspresi Sakura refleks berubah tidak enak mendengar kata 'agent' di kupingnya. Sudah pasti, ini telepon dari pihak FBI yang sedang membutuhkan Sasuke sekarang juga. Tidak... Tidak mau... Sakura benar-benar tidak mau jika Sasuke harus membatalkan bulan madu ini hanya demi—

"You have one new mission. I'll send the detail on your e-mail."

Puk...

Hal yang paling ditakutinya terjadi. Sakura tanpa sadar telah menjatuhkan ponsel itu ke pasir dari genggaman tangannya.

Kenapa... kenapa selalu seperti ini? Waktunya bersama Sasuke selalu saja terganggu. Ia bahkan belum sempat bersenang-senang menikmati apa itu bulan madu. Belum mengecap rasa kebahagiaan atas pernikahannya tiga hari yang lalu. Belum apa-apa, semua harapannya harus sirna dengan kenyataan yang tersaji. Jika ia meminta Sasuke untuk tetap bersamanya, akankah lelaki itu mengabulkannya?

"Hei, melamun?"

Tanpa disadarinya lagi kini Sasuke sudah ada di depan matanya. Apa yang harus ia katakan sekarang? Jujur atau berpura-pura tidak tahu saja? Berada dalam situasi seperti ini, serasa memanggil bulir air matanya untuk keluar. Terlebih ketika ia merasakan Sasuke kini berbaring di atas pahanya, Sakura semakin tidak ingin lelaki ini pergi darinya. Ia ingin menghabiskan waktunya bersama-sama, bukan saling terpisah dalam jarak.

"...Sasuke-kun..." lirihnya menahan tangis.

"Hn?"

"….."

Tidak… Kata-kata yang akan diucapkannya tak sanggup meluncur dari ujung lidahnya. Sakura hanya bisa mengelus rambut raven Sasuke yang basah di pangkuannya sambil mengulum senyum getir. Hatinya menciut drastis, kehidupan normal memang tak seharusnya pernah ia harapkan bersama pria ini. Jatuh dan kecewa adalah hal yang semestinya Sakura persiapkan sejak awal pernikahan. Karena ia harus menerima suaminya ini dalam situasi susah maupun senang, seperti kalimat dalam sumpah pernikahannya.

Tapi... kenapa rasanya begitu menyakitkan?

"Tadi seseorang menghubungimu... Kau diminta untuk membuka e-mail sekarang juga." ucapnya parau. Sasuke bergeming sesaat. Agaknya ia pun menangkap apa arti ekspresi senyum paksa Sakura sekarang ini. Ia beranjak mengangkat punggungnya dan meraih ponselnya sendiri, benar saja dugaannya. Serentetan file-file misi sudah hadir di e-mailnya saat ini. Sasuke menggeram pelan, ternyata kepergiannya ke Hawaii dimanfaatkan pihak FBI untuk melakukan misi di tempat ini. Sungguh sial... tidak ada pilihan untuk menolak, Sasuke mau tak mau harus menerima misi itu dengan berat hati.

"Apa Sasuke-kun... akan pergi?" suara Sakura terdengar bergetar. Wanita itu sudah menyembunyikan wajahnya dalam tundukan kepala.

"Tidak." sahut Sasuke langsung. "Jangan khawatir, ini mudah. Aku hanya ditugaskan menangkap seseorang di tempat ini." Sasuke mengedarkan pandangannya ke sekeliling pantai.

"Di sini...? Maksudnya? Sasuke-kun tidak akan pergi keluar?!" angin segar datang menghibur hati murung Sakura. Ya, setidaknya walaupun menjalankan misi, Sasuke tetap akan di sini menemaninya, bukan?

"Hn. Seorang kriminal yang sedang berlibur di resort ini juga. Ini tidak akan lama." ujarnya menggenggam tangan Sakura. Sakura langsung memeluk tubuh suami tercintanya itu penuh lega. Ternyata ketakutannya tidak sepenuhnya terjadi. Air mata sedih bercampur senang lolos dari pelupuknya, Sasuke terus mengelus punggung istrinya yang tertutupi surai merah muda panjang tersebut. Tanpa sepengetahuannya, seseorang tengah memantau mereka dari kejauhan. Siapa yang menyangka... jika berawal dari misi sekecil ini, bulan madu mereka justru akan hancur tak terkira…

.

.

.

To be Continued

.

.

.

Yaaak welcome to the sequel! Hohou… Aya mengabulkan juga request para readers The One and Only ^o^/ Yeyy! *teriak gaya Sei di fic Lanlan*

Oh ya, terima kasih bagi kalian yang sudah menanti fic sequel ini ya, reviewnya ditunggu lah seperti biasaa jangan bersilent-silent atau updatenya akan ngaret… kekekeke, apa kalian masih ingat trivia quiz yang ada di fic sebelum ini? Yap. Pemenangnya adalah mbak FuRaHeart! *applaaause* aku nyess aja baca reviewnya waktu itu, dan kuputuskan untuk menghadiahkan sequel ini untuk dirimu kakaak :3 semoga yang lain juga pada suka ya...!

Karena udah masuk ke ranah misi Sasuke, maka next chap akan diwarnai bumbu eksyen fufufu~ happy waiting ya, readers.

.

.

Salam pelukecup selalu from Aya :*

Review?