Naruto milik Masashi Kishimoto

AU

Untuk para manusia yang galau karena skripsi dan tunawisuda di luar sana

Enjoy!


SKRIPSWEET

Chapter 1: Skripsh*t! Ini cerita skripsiku apa cerita skripsimu?

"Inooooo," keluh gadis berambut pink pada sahabatnya yang duduk di hadapannya. Sang sahabat yang sibuk mengaduk milkshake greentea-nya hanya bertopang dagu dan memandangi kepala pink di depannya. "Kali ini kenapa lagi sih forehead?" bukannya Ino tidak peduli, tetapi setiap hari pasti ada saja yang dikeluhkan Sakura. Dan itu semua pasti tidak jauh-jauh dari skripsi atau dosen pembimbingnya. Yaah derita mahasiswa tingkat akhir.

"Nooo, Jumat besok batas terakhir pengumpulan syarat yudisium, gimana aku bisa yudisium hari senin kalau seminar hasil aja aku beluuum dan ini udah hari Rabu," kali ini mata Sakura sudah mulai berkaca-kaca menahan tangis. Bagaimana tidak, ketika hampir semua teman seangkatannya sudah selesai dengan skripsinya dan bisa mengikuti yudisium di hari senin dan siap untuk memasuki fase baru dalam hidup mereka yaitu menjadi dokter muda (koass) di rumah sakit, sedangkan Sakura masih berkutat dengan skripsinya.

Bukannya Sakura malas atau lelet dalam menggarap skripsinya, bukan, sama sekali bukan. Tidak mungkin kan Sakura si gadis jenius di angkatannya dengan IPK hampir sempurna itu bermain-bermain di tugas terakhirnya sebagai mahasiswa pre-klinik. Masalahnya bukan di Sakura, tapi masalahnya ada di dosen pembimbingnya.

Dosen pembimbing yang dapat membantu mahasiswa mengerjakan skripsinya, atau bahkan mempersulitnya.

Dosen pembimbing yang memegang nasib mahasiswa di tangan mereka.

Mungkin Sakura masih bisa sedikit lebih maklum kalau yang mempersulitnya adalah dosen pembimbing pertama. Karena dospem pertama sebagai ketua penguji memang memiliki wewenang penuh, dospem pertama juga yang harusnya lebih memperhatikan tentang penelitian yang dilakukan beserta isi/materi dari skripsinya.

Namun bukan di dospem pertama letak masalahnya, sama sekali bukan, Kakashi-sensei sama sekali tidak mempersulit Sakura, tidak membantu malah lebih tepatnya. Karena daripada memeriksa draft skripsi Sakura, beliau lebih memilih membaca buku orange favoritnya. That old pervert.

Masalah terbesar Sakura justru berada di dosen pembimbing keduanya. Dospem yang seharusnya hanya memperbaiki kesalahan penulisan, yang seharusnya hanya memperbaiki kesalahan penggunaan titik, koma atau penggunaan huruf kapital. Tapi tidak, dospem kedua Sakura justru berkali-kali mengganti judul skripsinya, mengganti desain penelitian, menambah besar sampel, bahkan menambah variabel penelitian yang kemudian menyuruh Sakura untuk menguranginya lagi. Yaa itu yang dilakukan dospem keduanya, ketika bimbingan sebelum seminar proposal Sakura disuruh menambah variabel tetapi ketika seminar proposal Sakura malah disuruh mengurangi variabelnya lagi. Semenjak itu Sakura meyakini kalau dospem keduanya layak mendapatkan penghargaan sebagai dewasa labil paling menyebalkan.

Bukan hanya itu, banyak hal-hal lain yang menyebalkan yang membuat Sakura ingin sekali menjambak rambut pantat ayam milik dospemnya itu. Seperti hari ini saat Sakura bimbingan untuk hasil penelitian serta pembahasannya, draft yang dibuat Sakura sudah dibolak-balik selama lebih dari setengah jam oleh dospem keduanya tersebut tetapi ketika Sakura mengira akan diberitahu dimana letak kesalahannya, mana yang harus ditambah atau dikurangi, dospemnya tersebut malah menutup draftnya dan bilang "nanti sore kamu bimbingan lagi aja di rumah saya, sekarang saya sibuk".

Bagaimana Sakura tidak naik pitam, setengah jamnya yang berharga hanya dihabiskan untuk melihat dospemnya itu membolak-balik draftnya. Setengah jamnya yang berharga hanya dihabiskan menunggu untuk bimbingan yang kemudian malah diundur menjadi nanti sore. Setengah jam dalam hidupnya yang sangat berharga, yang tidak mungkin bisa dia dapatkan kembali, hanya habis untuk memandangi dospemnya itu. Memandangi matanya, yang walapun sangat kelam tapi juga sangat indah, fokus pada draftnya. Memandangi wajahnya yang begitu sempurna sangat serius membaca draftnya. Memandangi jari-jari tangannya yang panjang namun terlihat begitu elegan saat membalik draftnya.

Memandangi dospemnya yang mahadaya tampan selama setengah jam itu membuat Sakura kembali mengutuk dirinya sendiri sekaligus banyak-banyak membaca doa agar tidak kembali terpikat oleh ketampanan si devil in disguise tersebut. Sakura mengutuk dirinya sendiri karena Sakura merasa bodoh pernah menyukai dospemnya ini. Waktu pertama kali Sakura melihatnya di tahun keduanya di fakultas kedokteran, dokter muda yang baru saja mendapatkan gelar dokternya dan melamar jadi dosen di kampus Sakura, bahkan sampai memasuki semester akhir pun rasa suka Sakura tidak berkurang sedikitpun. Namun semuanya berubah ketika dia menjadi dosen pembimbing skripsi Sakura.

Yang Sakura rasakan sekarang hanyalah perasaan murni ingin mencabuti rambut raven dospemnya tersebut satu persatu, lalu mencongkel kedua bola matanya yang kemudian disumbangkan ke laboratorium anatomi, dan membuka perutnya kemudian mengaduk-aduk isi perutnya dengan sendok sayur.

It's official, Sasuke Uchiha is Sakura Haruno's worst nightmare.

Ino hanya bisa memandangi sahabat berkepala pinknya itu dengan prihatin. Wajah cantik sahabatnya itu, yang biasanya selalu cerah ceria dan penuh senyuman belakangan ini lebih sering terlihat murung. Bahkan saat ini wajahnya disembunyikan di lipatan kedua tangannya di atas meja. Ino yakin sekali Sakura sedang menangis saat ini.

Walaupun Ino mahasiswa sastra dan tidak mengerti bagaimana (kejamnya) kehidupan mahasiswa kedokteran, tetapi Ino cukup memahami yang dialami Sakura saat ini. Saat ini memang saat-saat yang genting bagi mahasiswa kedokteran tingkat akhir, karena Senin besok akan diadakan yudisium, yaitu semacam wisuda fakultas yang menandakan telah usainya pembelajaran preklinik dan siap melanjutkan untuk pembelajaran klinik di rumah sakit (atau yang biasa dikenal dengan sebutan koass). Dan Sakura sepertinya sudah pasrah tidak dapat mengikuti yudisium periode ini, karena jangankan sidang, seminar hasil pun belum Sakura lalui karena ulah Uchiha-sensei yang suka mengulur-ulur waktu, baik waktu bimbingan ataupun waktu seminar.

Sakura yang tidak dapat mengikuti yudisium periode ini berarti tidak dapat memulai koassnya berbarengan dengan sebagian besar teman-teman seangkatannya, tidak dapat koass bersama-sama dengan sahabat dekatnya (yang juga sahabat Ino), yaitu Hinata. Tentu saja ini membuat Sakura terpukul, Sakura yang cemerlang terpaksa terlambat masuk koass, rasanya seperti tidak naik kelas. There's always a first time for everything.

Ino yang ikut sedih melihat sahabatnya menangis dalam diam itupun pindah duduk di sebelah Sakura dan langsung memeluknya.

"Sabar yaa Sakura, jalan kamu agak muter tapi kan ujung-ujungnya bakal tetap sama kaya teman-temanmu yang lain. Apapun rencana tuhan ke kamu sekarang pasti akan indah pada waktunya, walaupun sekarang rasanya asem banget memang. Biar aja kamu masuk koass agak telat, yang penting kamu bisa nunjukkin kualitas kamu ga kalah sama yang masuk duluan kan? Gapapa sak, jagoan kan selalu datang belakangan, inget apa kata mama? Gapapa datang terlambat, but make sure it's fashionably late".

Mendengar ceramahan sahabatnya itu Sakura segera mendongak dan membalas pelukan Ino. "Huwaaaa.. iyaaa No, aku ngertii! Aku ga boleh down kaya gini!" seru Sakura sambil mempererat pelukannya ke sahabatnya tersebut. "Bagus… baguus… ga sia-sia mama ngegedein kamu," balas Ino sampil pura-pura menghapus airmata harunya.

"Yaudah kamu tunggu sini aku pesenin sundae dulu, apus airmatanya jelek ah kamu ingusan begitu!" kata Ino sambil dilepaskannya pelukan teletubbies mereka dan berkacak pinggang melihat kusutnya wajah Sakura.

Disaat seperti inilah Ino benar-benar merasa perannya bukan hanya sebagai sahabat Sakura tapi juga sebagai ibunya, setelah menasihati dan mengomelinya sekarang dia akan membujuk Sakura untuk berhenti menangis dengn es krim. Usia Sakura memang sudah 20 tahun, tetapi ketika menangis hanya es krim yang dapat menghentikannya, seperti anak berusia 5 tahun.

Tidak lama kemudian Sakura terlihat lebih ceria dengan sundae di hadapannya yang siap dilahapnya. Ino yang memperhatikan sahabatnya itu tiba-tiba teringat sesuatu, "Sak, sebenarnya aku mau nanya ini udah lama lho ke kamu, kenapa sih si Uchiha itu kayanya strict banget ke kamu? Padahal Hinata kan juga dospem keduanya si Uchiha tapi dia lancar-lancar aja tuh."

"Itu yang ga aku ngerti No, kalau sama anak-anak yang lain dia memang galak dan tegas, meriksa draft juga teliti banget, tapi kalau ke yang lain dia bener-bener cuma ngoreksi penulisan aja No, kalau ke yang lain dia bener-bener konsisten sama tugas dia sebagai dospem kedua, tapi dia rese banget ke aku. Ganti-ganti judul lah, komentar konten dan penelitianku. Pas aku cerita ke dospem pertamaku, Kakashi-sensei cuma bilang 'Gapapa Sakura, Sasuke sangat berkompeten kok, lagian kan itu jadi ngurangin kerjaanku' trus dia ketawa, ngeselin banget kaan No!" Jawab Sakura berapi-api.

"Bener-bener cuma kamu aja yang diresein kaya gitu sama Uchiha-sensei Sak?"

"He-eh, bahkan cuma aku aja yang pernah bimbingan ke rumahnya. Aku pernah cerita kan, yang waktu itu aku mau bimbingan eh kata dia taro aja di mejanya, nanti dibaca dulu baru besok bimbingan lagi, eh tau-taunya pas sore dia nelpon dan minta diambilin draft aku yang ketinggalan di meja dia. Yaudah lah aku anterin aja ke rumahnya, kirain abis ngasih draft udah aku bisa langsung pulang, eeh ujung-ujungnya malah langsung bimbingan di rumahnya."

"Serius sak? Cuma kamu yang pernah bimbingan di rumahnya? Kamu bimbingan berdua aja sama dosen kamu yang luar biasa ganteng masih muda dan lajang di rumahnya?" Ino memajukan tubuhnya, mata aquamarine-nya makin menyipit melihat semburat merah mulai menghiasi pipi sahabatnya. "Aku ga berduaan doang sama dia No, Uchiha-sensei masih tinggal di rumah orangtuanya, jadi waktu itu ada ibunya. Kamu mikirnya macem-macem ah, lagian kan cuma bimbingan doang, ga ngapa-ngapain juga" Sakura melirik jam tangannya dan langsung berdiri kaget, "Yaampun, sorry No, aku pergi dulu yaa udah sore nih, aku kan harus bimbingan ke rumahnya si pantat ayam, doakan aku yaa!"

Sakura pun berlari keluar dari café yang biasa mereka berdua jadikan tempat untuk janjian. Setelah melihat sahabatnya menghilang di tikungan jalan dari jendela, Ino menghela napas dan kemudian senyum Know-it-all khasnya mulai merekah. "Kayanya aku tau bakal kaya mana endingnya nih, but she is too dense anyway."

Jangan pernah remehkan insting seorang sahabat, terutama jika sahabat itu adalah Yamanaka Ino.


Author's note

Akhirnya memberanikan diri untuk nulis ff sendiri, buat akun, dan publish cerita ini. Ini pertama kalinya aku nulis ff, jadi mohon banyak untuk bantuannya yaa senpai-tachi, baik saran maupun kritik (but no flame please!).

So, what do you think?

Review please :)