Twin Sword

Naruto milik Masashi Kishimoto

Genre: Adventure & Friendshiep

Rated: T

Chapter 1

Damai adalah sebuah kata yang tentu menjadi dambaan semua insan. Sayangnya dikehidupan manapun selalu ada saja pertikaian yang akan menodai sebuah kehidupan dan berakibat pada sebuah perpecahan. Di dunia ini perdamaian memang semu namun tetap ada saja upaya untuk mencapainya. Untuk itulah setiap wilayah mempunyai pasukan yang dibentuk khusus untuk menjaga perdamaian. Begitupun pula di Konoha dan Negara besar lain mempunyai kesatria-kesatria elit yang siap menjaga dan mengamankan wilayahnya.

Tap!

Tap!

Tap!

Terdengar suara langkah orang berlari di sebuah toko yang tidak terlalu besar di distrik pusat Konoha. Jelas sekali orang ini berlari dari bagian belakang toko menuju bagian depan untuk menyambut pelanggan.

"Ohayou Sakura-chan!" Sapa sang penjaga toko dengan ramah. Dia pemuda bersurai pirang dengan senyum sehangat mentari dan iris sebiru langit. Senyum manisnya langsung tersungging ketika mengetahui siapa yang datang. Tampilannya memang biasa, layaknya smith umumnya namun paras pemuda ini bisa dikatakan tampan untuk selera gadis yang datang.

"Ohayou Naruto!" Sapanya ramah pada pemuda yang bernama Naruto. Sakura Haruno adalah salah satu anggota penjaga perdamaian dengan status Chunin.

Chunin adalah pasukan muda berbakat Konoha yang memiliki kecakapan di atas pasukan muda lain. Konon kabarnya chunin angkatan Sakura adalah generasi emas karena di usia semuda itu kapabilitas mereka hampir setara dengan yang berstatus Jonin.

"Kau mau ambil pedang pesananmu?" Naruto langsung paham tujuan sang gadis memasuki toko mereka. Mau apa lagi seseorang datang ke toko ini kalau bukan untuk bertransaksi dengan hal-hal berbau senjata. Meskipun ukuran toko tidak besar namun ini adalah toko senjata terbaik di Konoha.

"Ya begitulah." Senyum manis Sakura mengembang.

"Oh ya, ngomong-ngomong dimana smith (pembuat senjata) tampan favoritku?" Tanya Sakura dengan nada centil. Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini biasa jadi tempat favorit untuk beberapa orang utamanya para gadis. Ayolah siapa juga yang tidak betah jika kalian dilayani cowok muda dan tampan.

"Cih, Teme lagi! Dia sedang di belakang. Sibuk membuat master piece untuk ayahnya!" Jawab Naruto sambil membuka lemari kayu yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan hati-hati Naruto mengambil sebuah balok panjang dan meletakkannya di depan meja toko.

"White Flash Sakura!" Kata Naruto bangga begitu memperlihatkan pedang jenis rapier hasil karyanya dan Sasuke.

Sakura mengambil rapier dalam kotak, diayunkannya ke kanan dan kekiri untuk mendapatkan sensasi yang diinginkannya.

"Titanium dengan kualitas terbaik, ditempa dengan sempurna oleh sang ahli dan jangan lupakan unsur kadar cakra milikmu yang sudah kami satukan dalam senjatamu. Ringan, efisien, mempesona sekaligus mematikan. Bagaimana kau suka?" Naruto menerangkan dengan baik spesifikasi rapier buatannya dan Sasuke.

Haruno Sakura adalah chunin pengguna pedang jenis rapier sebagai senjata tempurnya. Pedang tipe ini cocok untuk Sakura yang lincah, rapier cocok untuk reaksi cepat dan jangkauan panjang untuk menyerang.

Sakura masih tersenyum puas memandangi pedang barunya.

"Kalian berdua memang tidak pernah mengecewakanku. Pantas kalian disebut 'duo smith' terbaik Konoha!" Pujian itu memang pantas dilayangkan pada mereka berdua. Rapier baru Sakura berwarna perak metalik, dengan panjang sekitar 80 cm, mata pisaunya tipis, ganggangnya terdapat ukiran indah sebagai aksen untuk unsur seni. Sakura lebih puas lagi ketika bisa merasakan aliran cakra yang dia keluarkan bisa bersinkronisasi dengan baik untuk menghasilkan energi yang kuat.

Untuk kesekian kalinya Sakura harus dibuat terkagum-kagum pada Namikaze Naruto dan Uchiha Sasuke yang merupakan murid dari Jiraiya master pembuat pedang. Kemampuan mereka berdua sebagai pembuat senjata sudah tidak diragukan lagi. Cakra mereka seolah ditakdirkan untuk menciptakan senjata-senjata hebat. Meskipun masih muda mereka telah dipercaya membuat senjata untuk para chunin, jonin, bahkan pedang terkuat saat ini yang dipakai hokage ke empat adalah karya Naruto dan Sasuke. Itu adalah sebuah prestasi terbesar bagi mereka.

Selain itu, ada kisah lain yang menarik dari mereka. Ini mengenai latar belakang keduanya. Naruto Namikaze dan Uchiha Sasuke bukan berlatar belakang keluarga seorang smith melainkan datang dari anak para petinggi Konoha dan bisa dikatakan beberapa orang terkuat di Konoha.

Namikaze Naruto, putra tunggal dari Namikaze Minato yang juga berkedudukan sebagai Hokage desa Konoha. Jelas ayahnya adalah pelindung Konoha nomor satu. Ibunya Namikaze Kushina salah satu jonin dengan julukan Habanero. Kedua orang tua Naruto sudah jelas masuk jajaran orang elit yang terpandang.

Berbeda dengan Uchiha Sasuke partner Naruto. Pemuda bermata black onix ini terlahir dari pasangan Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto. Fugaku adalah ketua klan Uchiha yang terkenal akan kecepatan dan kelihaian dalam berduel. Selain status ketua klan yang disandang Fugaku dia juga menyandang status sebagai ketua kepolisian Konoha. Meskipun Mikoto hanya sipil biasa tapi Sasuke memiliki Uchiha Itachi sang kakak yang sekarang menjadi ketua Anbu.

Jika dianalisis lebih jauh dua pemuda berbakat ini mempunyai background yang sama, yaitu terhimpit nama besar keluarga yang sudah mereka sandang sejak lahir.

Adakah masalah kedua anak mereka menjadi seorang smith? Tentu awalnya begitu.

Terlebih dari keluarga Sasuke. Awalnya keluarga mereka sama-sama tidak mendukung pilihan putranya. Ketika lulus genin umur 12 tahun keduanya nekat bersama masuk sekolah formal dan memilih berguru pada Jiraiya daripada meneruskan pelatihan ke tahap chunin. Namun, seiring berjalannya waktu mereka akhirnya mendapat dukungan penuh dari keluarga masing-masing. Hal ini bukan tanpa sebab, kemampuan mereka benar-benar menakjubkan sebagai seorang pembuat senjata hingga jadi kebanggaan keluarga masing-masing.

"Berapa yang harus aku bayar?" Tanya Sakura pada salah satu anak buah master Jiraiya. Untuk memperoleh senjata sebagus ini tentu ada harga yang pantas .

Naruto tersenyum mengejek.

"Sesuai kesepakatan, awas jangan kredit!" Candanya pada Sakura.

Gadis berstatus cunin ini mengerti, dia lalu merogoh sakunya untuk mengambil sekantung uang yang telah dipersiapkan. Diletakkannya seonggok uang itu di hadapan Naruto.

"Sesuai perjanjian, hitung saja jika tidak percaya," celetuk Sakura untuk membalas candaan Naruto.

"Iya-iya, aku percaya!" Ujar Naruto santai sembari mengambil uang yang digeletakkan Sakura lalu menaruhnya pada kotak kayu kecil.

"Sedang masa libur?" Tanyanya pada Sakura.

"Begitulah, tapi hanya dua hari selepas itu akan ada misi lagi mengawal orang Desa Sungai. Kau sendiri?" Sakura sudah terduduk santai di salah satu kursi yang memang disediakan untuk pelanggan. Dia masih ingin berlama-lama disana meskipun transaksi sudah selesai.

"Aku sudah mendapat hari libur? Ingat?" Sang pemuda melanjutkan pekerjaannya, dia secara sigap membersihkan etalase toko.

Sakura mengangkat telunjuknya lalu mengarahkannya pada dagu. Dia tidak ingat jika mantan rekan satu tim itu berada pada kehidupan yang berbeda dengan dirinya. "Upss, gara-gara banyak misi aku jadi lupa."

Mendadak iris viridian sang gadis membulat seperti baru saja ingat sesuatu.

"Gawat! Sore ini aku harus berkumpul dengan tim Yamato," ujar Sakura tiba-tiba panik. Gadis itu segera berdiri dari kursi dan segera membereskan bawaannya.

"Maaf Naruto, aku harus pergi. Salamkan terimakasihku pada Sasuke juga!" Pesan Sakura sambil berlari keluar dari toko. Naruto hanya bisa bergeleng-geleng melihat tingkah temannya.

.

.

"Bagaimana pedang untuk Tou-sanmu?" Tanya Naruto pada pemuda yang sudah menjadi sahabatnya sejak umur 7 tahun. Saat ini toko sudah hampir tutup jadi hanya perlu beres-beres sedikit sebelum pulang. Sasuke memang sedang punya proyek pribadi membuat pedang untuk ayahnya seorang diri, alasannya itu untuk hadiah ulang tahun sang ayah. Menurutnya akan jadi lebih istimewa jika dibuat sendiri.

"Hanya tinggal menyempurnakan detail ornament saja pada hulu pedang dan menyempurnakan pemasukan cakra saja agar katana ini sesuai dengan cakra milik Tou-san," ucap Sasuke pada Naruto.

"Yah, kuharap akan sempurna walau tanpa campur tanganku!" Nyinyir Naruto pada sahabatnya. Sasuke mendelik tajam pada putra Yondaime itu.

"Jangan meremehkanku, kita lihat saja nanti bagaimana karyaku dobe!" Kata Sasuke sengit. Sindir menyindir memang biasa mereka lakukan, meskipun terkesan tidak akur namun jika sudah bersatu untuk membuat senjata mereka bisa jadi sangat kompak.

"Hei-hei ini ada apa lagi?" Seorang pria berambut putih panjang dengan pakaian mencurigakan muncul dari bagian belakang toko.

Naruto dan Sasuke reflek berpaling pada bos mereka.

"Kau ero-sense! Tumben sudah keluar. Sayangnya toko sudah mau kami tutup!" Ujar Naruto pedas pada bosnya. Tentunya sikap ini berbanding terbalik pada kasus umum yang harusnya bos marah pada anak buah bukannya anak buah marah pada bos.

"Kau ini galak sekali, Naruto! Apa kau tidak takut cepat tua?" Tutur Jiraiya pada anak buahnya. Jiraiya si master pedang namun terkenal juga akan kemalasannya jadi jangan heran jika toko justru banyak diambil alih oleh Naruto dan Sasuke.

Naruto mendengus pendek tidak mempedulikan sang atasan. Dia memilih segera merapikan penampilan sebelum pulang.

"Kami akan pulang. Tolong jaga toko baik-baik!" Titah Sasuke pada bosnya. Penampilan Sasuke sudah rapi dan peralatan juga semua sudah dibereskan. Pertanda keduanya siap meninggalkan toko.

"Ayo kita pulang!" Ajak Naruto yang sudah di depan pintu. Sasuke segera berjalan, ekor matanya belum dia alihkan pada sosok Jiraiya yang akan mereka tinggal.

"Awas kalau toko ini kenapa-kenapa!" Ancam Sasuke sengit untuk mendetensi sang majikan di akhir perjumpaan hari itu.

Begitu ditinggal anak buahnya Jiraiya baru berani mengumpat kesal. "Sebenarnya bosnya disini siapa?"

Suasana toko yang sudah tutup memang terasa cukup sepi jika hanya menyisakan Jiraiya sang pemilik dan benda-benda jualan. Pria yang lebih pantas disebut kakek itu mulai mengecek seperti biasa, mulai dari penjualan hingga ketersediaan bahan baku. Di akhir kegiatan rutinnya dia akan mengakhiri dengan mengecek satu persatu kualitas senjata-senjata, baik yang baru setengah jadi sampai yang sudah siap diambil.

"Menakjubkan seperti biasa."

Saat ini tangan kanan Jiraiya sudah memegang sebuah pedang yang baru saja jadi. Ganggang pedang ini masih hangat pertanda baru saja dipergunakan. Dia membolak balik pedang itu untuk mengamati lebih detail lagi. Dengan sekali ayunan percobaan saja dia sudah tahu senjata ini layak atau tidak. Meskipun terlihat tidak meyakinkan, Jiraiya tetaplah seorang master yang mengerti baik tentang seluk beluk persenjataan. Lagi-lagi buku notes Jiraiya harus kosong, buku itu semestinya berisi koreksi-koreksi tentang cacatnya hasil kerja anak buah. Dia menghela nafas pendek sembari memasukkan kembali buku notesnya yang sudah lama tidak tulisi.

"Kapan sih aku diberi kesempatan memarahi mereka?" Keluh Jiraiya kesal sembari duduk santai di bangku kosong ruang tengah tokonya.

Bersambung

Aish! Saya lagi-lagi nulis cerita yang ngaco *semoga gak dikomplain*. Fic ini masih seputar Konoha aja tapi ilmu-ilmu ninjanya diganti penggunaan senjata yang dialiri cakra. Chapter satu sebagai pembuka memang pendek. Sepertinya itu dulu saja, untuk perbaikan kedepan maka masih diperlukan kritik, saran, dan lain-lain untuk pembenahan dari para senpai sekalian.

Terimakasih

Berminat memberi review?