Bagaimana kehidupan Grimmjow –si sulung, Szayel –si penengah dan Ulquiorra –si bungsu dengan ayah mereka Sousuke Aizen?

Trio Sousuke

Genre : Family

Rating : K

Author : Kazue Ichimaru

.

.

Bleach © Kubo Tite

.

.

WARNING : Chibi version, OOC, typo.

WARNING II : Nama keluarga mereka akan kujadikan Aizen.

.

.

.

.::**::.::**::.::**::.

Trio Sousuke…

Tiga anak lelaki dari pemilik perusahaan besar 'Hueco Mundo' bernama Sousuke Aizen yang tampan, berwibawa, karismatik dan juga seorang duren alias duda keren. Perbedaan umur Trio Sousuke tidaklah jauh, masing-masing berjarak satu tahun. Walaupun perbedaan fisik mereka sangatlah jauh dari kata mirip, tapi tentu saja dijamin 100% anak kandung Aizen.

Sebut saja Grimmjow, bocah berambut biru dengan kepribadian keras ini adalah si sulung. Walau berwatak kasar dan hobi membagikan bogem mentah secara cuma-cuma, dia sangat sayang pada adik-adiknya –meski dengan cara terselubung– dan diluar dugaan seorang pecinta kucing sejati. Ckck.

Szayel si penengah. Berambut pink sebahu dan berkacamata. Sifatnya selalu ingin tahu dalam kadar terlalu tinggi, sampai-sampai Aizen terpaksa membuatkan sebuah laboratorium mini untuk memanifestasikan rasa keingin tahuannya –ya hitung-hitung untuk menghindari rumah dari objek korban, sih.

Dan si bungsu Ulquiorra. Bocah kecil berkulit putih coret pucat, berambut hitam segelap langit malam dan iris matanya berwarna emerald indah. Sayang, mulutnya dapat berubah menjadi pisau yang menusuk jiwa dan raga, sifat pendiamnya akut tiada tara –saat senang, sedih, dan marah-pun tetap tak ada ekspresi. Emotionless.

Aizen tentu saja sangat sayang pada Trio Sousuke yang antik ini. Walaupun nakal sampai dapat membuatnya mendidih sampai ke ubun-ubun, tetap saja dia sayang.

.::**::.::**::.::**::.

Burung-burung berkicau merdu mengiringi pagi hari yang cerah. Keluarga kecil Aizen sedang sarapan bersama dengan tenang, hingga seseorang mulai baru bisa mengumpulkan nyawanya dan memulai pertengkaran antar saudara yang selalu terjadi entah itu dimana dan kapan.

"Oy Ulquiorra! Ambilkan susu itu untukku," sahut Grimmjow sambil mencoba menjangkau teko susu cair yang ada di sebelah Ulquiorra.

"Tidak mau, ambil saja sendiri. Kak Grimmjow kan punya tangan dan kaki juga," jawab Ulquiorra sambil tetap memakan cereal-nya.

"Susu itu disebelahmu. Apa susahnya sih?!"

"Sebaliknya, apa susahnya berjalan ke sini mengambil susu?"

"Ulquiorra, ambilkan susunya untuk Kak Grimmjow," suara baritone khas Aizen menghentikan adu mulut mereka. Tidak ada nada menyentak dari nadanya namun tegas dengan penuh intimidasi.

"Baiklah. Nih, kak," jawab Ulquiorra lalu dengan enggan memberikan teko susu itu pada Grimmjow.

"Cih, disuruh ayah baru nurut. Dasar anak ayah!" sindir Grimmjow geram.

"Itu salahmu sendiri tidak menambahkan kata 'tolong', Grimmjow," ucap Szayel membenarkan letak kacamatanya namun masih tetap fokus pada buku tebal dihadapannya.

"Aku menyuruh bukan meminta!"

"Tidak ada bedanya, Grimmjow! Kau tidak pernah belajar tatakrama ya?!"

"Szayel! Panggil Grimmjow 'kakak'." Aizen menaikkan nadanya sedikit.

"Aku tidak sudi memanggil orang kekanak-kanakan seperti dia 'kakak'!" tolak Szayel.

"Hey kau! Begini-begini aku lebih tua darimu! Dasar menyebalkan!" Grimmjow naik pitam.

"Menurutku, Kak Grimmjow dan Kak Szayel sama-sama kekanak-kanakan dan menyebalkan," cetus Ulquiorra, sontak membuat Grimmjow dan Szayel memelototinya. Andaikan tatapan dapat membunuh, si bungsu bisa saja tewas seketika.

Alhasil adu mulut Trio Sousuke ini bukannya mereda malah semakin panas saja. Aizen yang sedari tadi menggenggam sendok erat-erat –berusaha keras untuk tidak menggebrak meja– menghembuskan nafasnya perlahan.

"Kalian semua cepat habiskan sarapannya! Dan kau Szayel tutup bukumu, tidak baik makan sambil baca buku. Bisakah kalian tidak bertengkar saat sarapan?" ucapnya dengan nada tinggi bagi ukuran seorang Sousuke Aizen.

Dan sarapan-pun berlangsung diiringi kultum pagi dari sang ayah. Grimmjow bergumam tidak jelas, nampaknya sedang mengumpati kedua saudaranya. Szayel malah larut dalam pikirannya dengan percobaan apa yang akan ia lakukan nanti. Sementara Ulquiorra menutup matanya. Memang nampak sangat serius –karena itu memang kebiasaannya– tapi sebenarnya dia tertidur karena kebosanan setengah mati.

.::**::.::**::.::**::.

"Ayah mau pergi lagi?" tanya Ulquiorra yang ada di pangkuan Aizen. Menggenggam erat jas ayahnya dengan tatapan memelas seolah-olah mengatakan 'ayah jangan pergi'.

Hatinya terenyuh melihat anak bungsunya memasang wajah seperti itu. "Nanti ayah akan belikan oleh-oleh yang banyak,ya? Tidak lama kok," ucapnya sambil mengusap rambut Ulquiorra.

"Maksud ayah tidak lama itu sebulan?" tanya Ulquiorra –entah menyindir atau tidak. Aizen hanya tersenyum pasrah membenarkan kata-kata si bungsu.

"A-Ayah mau pergi lagi?" tanya Szayel yang baru keluar dari laboratorium-nya dengan suara parau, hampir saja menangis kalau tidak ditahan. "Jangan pergi…" sambil menghampiri Aizen.

Aizen tersenyum sambil berjongkok lalu merentangkan tangan kanannya karena tangan kirinya memangku si bungsu. Sontak saja Szayel langsung menghambur ke pelukan ayahnya. Menangis sejadi-jadinya.

"Huweee… ayah jangan pergi. Disini saja…"

"Iya, sudah jangan menangis. Ayah pergi sebentar kok. Takkan lama."

Aizen sibuk menenangkan Szayel yang menangis. Si bungsu yang awalnya diam saja tanpa ekspresi jadi ikut-ikutan menangis. Aizen gelagapan, apalagi tangisan Ulquiorra lebih kencang dari Szayel.

Gin, bawahan Aizen yang sedari tadi menyaksikan adegan ayah-anak ini tertawa melihat atasannya yang dipuja-puja setiap wanita di kantor mereka gelagapan seperti ini. Tapi serasa ada yang kurang lengkap. Oh Si Biru! Kemana dia? batin Gin.

"Aku pulang!" suara Grimmjow menggema dari pintu masuk. Bola sepak yang diapit tangan kanannya, baju yang kotor dan keringat membanjiri wajahnya. Nampaknya, dia habis bermain sepak bola dengan anak tetangga.

"Loh, ayah mau pergi lagi ya? Kenapa Szayel dan Ulquiorra menangis?" tanya Grimmjow sambil menatap koper-koper dan adiknya yang menangis.

Nah! Panjang umur dia! batin Gin.

"Iya, seperti biasa," jawab Aizen sambil menatap Grimmjow. Dan dia hanya membulatkan mulutnya.

"Sekarang ayah kemana?"

"Paris, kau mau oleh-oleh apa Grimmjow?"

Grimmjow terdiam sejenak. "Terserah ayah," lalu dibalas Aizen dengan senyuman.

"Hey, kalian! Memalukan, cepat berhenti menangis. Ayah pergi mencari nafkah buat kita juga tau!" cecar si sulung.

"Kak Grimmjow dingin!" teriak Ulquiorra.

'Masih dingin kamu dengan wajah tanpa ekspresimu, bodoh!' umpat Grimmjow dalam hati. Soalnya jika langsung diungkapkan secara terang-terangan, ia takut kena damprat ayahnya.

Gin tertawa. Haduh, anak-anak Aizen-sama ada-ada saja! Ah, tetapi Grimmjow walaupun masih muda pikirannya sudah dewasa ya bisa berpikir seperti itu, batin Gin memuji.

"Hey, Grimmjow-kun! Kau tidak ikut menangis seperti adik-adikmu?" goda Gin.

"Enak saja Gin-san! Aku sudah kelas 3 SD, sudah besar," aku Grimmjow bangga sambil menepuk-nepuk dadanya.

Gin terkekeh lagi. Padahal sudah jelas-jelas mata bocah biru itu memerah ingin menangis. Gin menatap jam tangannya, ah sudah waktunya.

"Aizen-sama, maaf mengganggu tapi sekarang sudah pukul 5 sore, pesawat akan berangkat pukul 6 sore…"

"Baiklah, terimakasih Gin," lalu Aizen melepaskan pelukan kedua putranya. "Ayah pergi sekarang. Kalian jangan menangis, kan sudah besar. Jaga diri kalian, jangan nakal!" ucapnya sambil mengecup kening Szayel dan Ulquiorra.

Aizen mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Grimmjow. "Tidak mau kupeluk?" lalu Grimmjow melangkah dengan segan mendekati lalu memeluknya.

"Hati-hati…"

Aizen tersenyum lalu mencium kening Grimmjow. Grimmjow kaget.

"A-Ayah apaan sih! Aku sudah besar!" protesnya sambil mengusap-usap kening.

"Ya,ya, Grimmjow kecil sekarang sudah besar. Titip Szayel dan Ulquiorra ya?" ucapnya sambil mengacak-acak rambut si sulung.

"I-iya."

"Dan jangan lupa mandi. Bau-mu tidak sedap sekali."

Grimmjow nyengir. Menyadari bahwa bau keringat menguar dari badannya.

Pada akhirnya mereka terdiam menatap Aizen dan Gin keluar dari rumah, menatap mobil yang melaju pergi sampai hilang dari pandangan meninggalkan mereka.

.::**::.::**END**::.::**::.

Yosh! Fanfic Bleach pertama saya di dunia fanfiction.

Bagaimana? Gaje kan? Jadi jika ada kesalahan. Tolong perbaiki, senpai. /bow/

Sebenarnya saya dari dulu sudah ngebet sekali membuat fanfic tentang tiga espada tercinta saya versi chibi! (baca: Grimmjow, Szayel, Ulquiorra) dan ayahnya Sousuke Aizen yang tak ayal bertitel sebagai suamiku. Hoho! /ditebas Aizen fangirls/. Rencananya ini akan menjadi drabbles jika yang me-review memungkinkan. Haha.

Baiklah! Akhir kata…

Mind to RnR, senpai?