Forgetable Emotion
Genre : Family/Hurt/Comfort
Rated : T
Warning : semi-AU, OOC!Naruto, Typo dkk.
Disclaimed : Naruto © Masashi Kishimoto
Prologue
'Istrimu memutuskan untuk mengorbankan dirinya padaku agar kau tetap hidup…'
Ia tidak mengerti, suara yang tampak menggema di dalam kepalanya itu membuatnya pusing. Tetapi mendengar kata 'istrimu' membuatnya benar-benar ingin membuka mata dan juga melihat asal suara itu. Tetapi sekali lagi, matanya benar-benar susah untuk dibuka.
'Aku mengerti apa yang menjadi pertanyaanmu—aku adalah shinigami yang kau panggil untuk mengunci Kyuubi didalam diri anakmu…'
'Shinigami? Ya, aku memanggilnya untuk mengunci Kyuubi dalam diri Naruto—tetapi apakah aku sudah mati?' pria itu tampak mencoba untuk membuka matanya untuk melihat sosok berambut putih panjang dengan kulit berwarna keunguan.
'Tidak kalau kau bisa bertahan dari tusukan Kyuubi yang menembus tubuhmu—tetapi sebaiknya kau selamat manusia, istrimu sudah mengorbankan dirinya untuk masuk ke dalam perutku—'
'Kushina? Bagaimana—' menutup kembali matanya saat itu karena rasa sakit yang menjalar di tubuhnya. Ia benar-benar hanya merasakan sakit kala itu—dan bahkan menggerakkan seujung jarinyapun tidak pernah bisa.
"Kondisi Yondaime-sama menurun lagi!"
"Sial, Minato jangan coba-coba untuk menyerah! Kau dengar aku!" suara yang lagi-lagi terdengar sangat ribut berada disana. Ia bisa mengenal suara itu sebagai salah satu Sannin yang dimiliki oleh Konoha. Seseorang yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
"Tekanan darah semakin menurun! Kalau begini kita akan kehilangan dia!"
"Sial, lukanya benar-benar parah—jangan menyerah kita harus—"
DHUAR!
Suara yang besar itu terdengar membuat yang berada dalam ruangan itu terkejut. Tsunade, sang Sannin dari Konoha dan juga Ninja medis terbaik tampak menoleh kearah asap yang mengepul dibagian kiri rumah sakit.
"Ada apa!"
"Terjadi ledakan dibagian bangsal anak! Kita harus segera mengevakuasi seluruh pasien disana dan juga semua orang!" salah satu asisten medis yang ada di dalam ruangan tampak mencoba untuk menghubungi orang-orang diluar.
"Naruto—" Tsunade tahu kalau salah satu bayi yang ada disana adalah anak dari sang Yondaime Hokage yang ditemukan bersama dengan segel Kyuubi didalam tubuhnya, "—siapapun perintahkan beberapa orang memasang Kekkai disini! Kalian cepat pergi menyelamatkan yang lainnya! Aku dan Shizune yang akan mengurus Yondaime!"
"Baik Tsunade-sama!"
"Minato, kau harus berjuang!" melihat sosok yang ada di depannya, yang tampak bersimbah darah dengan luka menganga dibagian perutnya. Tanpa ia sadari, tangan itu bergerak dan mencoba untuk memegang Tsunade dengan tangannya yang gemetar.
"Minato! Minato, sadarlah!"
"Na…ruto…"
"Kami akan menyelamatkannya! Kau yang harus bertahan Minato, anakmu membutuhkanmu!" Tsunade mencoba untuk membuat Minato sadar saat melihat mata itu tampak terbuka sedikit. Tetapi, saat itu mata itu kembali menutup membuat sang Sannin benar-benar panik, "Minato, jangan coba-coba untuk menutup matamu! Kau dengar Minato, kau harus tetap sadar! Minato!"
Di salah satu tempat tampak pria tua dengan perban hampir diseluruh tubuhnya itu berdiri membelakangi ruangan. Melihat kearah pemandangan yang ada di tempat itu, kekacauan yang tampak masih terlihat karena penyerangan Kyuubi di tempat itu.
"Danzo-sama…"
Salah satu ANBU tampak muncul dibelakang pria itu sambil membawa sesuatu di tangannya. Pria dengan topeng "elang" itu tampak membungkuk sebelum pria bernama Danzo berbalik dan mendekatinya.
"Bagaimana?"
"Saya berhasil mengambil Jinchuuriki dari Kyuubi—" Danzo melihat kearah sosok bayi yang tampak menangis didalam dekapan sang ANBU. Bayi berambut kuning dengan tiga buah tanda lahir disetiap pipinya itu.
"Kerja bagus 'Eagle'—" Danzo mengambil bayi itu dan menggendongnya. Ia mengetahui dari beberapa ANBU yang melihat kejadian sang Yondaime Hokage yang menyegel Kyuubi pada anaknya. Ia tidak berhasil menarik Uzumaki Kushina—yang merupakan Jinchuuriki terdahulu—untuk masuk kedalam Squadnya.
Dan mungkin dengan membawa Jinchuuriki selanjutnya sejak bayi seperti ini, membuat sang Hokage mengira anaknya sudah tewas. Terutama karena ledakan yang dibuat oleh ANBU setelah menculik anak dari sang Hokage.
"Aku akan membuatnya menjadi senjata terhebat yang dimiliki oleh Konoha…"
Cahaya itu perlahan masuk kedalam matanya, membuat yang bersangkutan tampak mengerjapkan matanya. Beberapa kali sebelum akhirnya iris biru itu membuka dengan sempurna. Menemukan dirinya melihat langit-langit berwarna putih, ia mengira kalau ia berada di Rumah Sakit saat itu.
"Minato, kau sudah sadar?" suara itu membuatnya menoleh untuk menemukan Sannin dan juga Ninja Medis terbaik yang dimiliki Konoha itu tampak masuk. Ketika melihat dengan seksama, ia baru sadar kalau ia berada di kamarnya sendiri.
"Tsunade-sama, ada apa—" mencoba untuk bergerak untuk merasakan rasa sakit di perutnya. Ah, ia ingat kalau cakar dari Kyuubi itu menembus tubuhnya. Beruntung sekali ia masih bisa bertahan dengan hal itu.
"Sebaiknya kau tidak bergerak Minato, kau sudah koma selama 1 bulan. Dan kami para Ninja Medis harus terus menyalurkan chakra medis padamu selama 3 hari berturut-turut," menghela nafas, Minato tampak menatap Tsunade yang terlihat lelah.
"Maaf Tsunade-sama…"
"Sudahlah, yang penting kau selamat itu sudah cukup—" Tsunade menepuk dahi Minato dan membuatnya menutup mata refleks, "jadi, sebenarnya apa yang terjadi? Kudengar dari Hiruzen-sensei kalau kau menggunakan Shiki Fuin. Jadi bagaimana kau bisa selamat?"
…
"Entahlah," Minato menutup matanya dan mencoba untuk mengingat apa yang ia dengar dari sang Shinigami, "kukira—karena Kushina menggantikanku untuk berada dalam perut Shinigami. Aku tidak tahu bagaimana cara ia melakukannya."
Tsunade menatap kearah Minato yang hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan berita buruk selanjutnya pada sang Yondaime Hokage saat ini.
"Lalu, dimana anakku—" Minato menatap Tsunade yang tampak terkejut. Ia tidak berbicara sama sekali dan hanya menggigit bibir bawahnya. Bagaimana ia bisa mengatakan ini, pada seseorang yang baru saja kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya, "Tsunade-sama, dimana Naruto?"
"Minato, dengarkan baik-baik. Apapun yang terjadi, kau tidak boleh menyakiti dirimu sendiri," Tsunade menatap Minato yang semakin bingung dengan apa yang dikatakan olehnya, "saat semuanya sedang sibuk dengan kehancuran dan juga orang-orang yang terluka, terjadi ledakan di bangsal anak-anak yang berlanjut dengan beberapa sisi bangunan dari Rumah Sakit. Kalau saja tidak ada Sarutobi-sensei yang membuat Kekkai ditempatmu dirawat, mungkin saja saat ini kau juga akan tewas karena ledakan itu."
"Juga—apa maksudmu?"
"Bangunan Rumah Sakit hancur sebagian, bagian yang paling parah adalah bagian anak yang menjadi sumber ledakan," Minato tahu kearah mana pembicaraan ini akan dibawa. Matanya membulat, tubuhnya bergetar, "kami mencoba untuk mencari orang-orang yang selamat Minato, tetapi—tidak ada yang selamat dari ledakan itu."
"Tunggu, jadi maksudmu…" Minato tampak menatap Tsunade dengan tatapan tidak percaya, "ka—kau bercanda bukan Tsunade-sama, tidak mungkin Naruto juga tidak selamat karena serangan itu… A—aku mendengarnya menangis saat itu, aku bahkan mengorbankannya untuk menjadi Jinchuuriki dari Kyuubi."
"Maaf Minato, sepertinya—ini juga pemberontakan yang terjadi karena berita tentang anakmu yang menjadi Jinchuuriki itu menyebar. Mereka—mengira kalau Kyuubi adalah anak itu…"
"APA MAKSUDNYA?! Aku membuat segel itu bukan untuk membuatnya menjadi Kyuubi! Ia hanyalah sebuah penjara yang dibuat untuk menahan Kyuubi, harusnya semua orang tahu kalau ialah pahlawan desa!" Minato tampak meninggikan suara. Tsunade tidak sama sekali berkata apapun, "seharusnya aku tidak melakukan itu… apa yang kulakukan…"
Membenamkan wajahnya pada kedua tangannya dan hanya bisa terdiam menghadapi apa yang ada di fikirannya. Kushina tewas, dan kali ini Naruto juga ikut menyusulnya. Lalu, untuk apa ia tetap hidup.
"Maafkan aku Kushina… Naruto…"
Lima Tahun Kemudian
Seorang anak laki-laki berambut kuning dengan mata berwarna biru tampak berada di sisi hutan, menatap kearah pemandangan desa Konoha yang saat itu tampak sangat ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang.
Hanya diam dengan tatapan kosong dan juga kaki yang bergoyang-goyang, ia tidak sama sekali bergerak dari tempatnya sedikitpun.
"Kurama—" suara yang monoton membuatnya menoleh untuk menemukan seorang anak yang tampak berusia hampir sama dengan pemuda itu. Bersama dengan seseorang berambut putih yang tampak melambaikan tangannya kearah dia.
Dengan segera bergerak dan turun dari pepohonan itu.
"Ada apa Sai, Shin-nii?"
"Kudengar kau direkomendasikan menjadi Chuunin?" kali ini pemuda berambut putih yang bernama Shin yang tampak tersenyum kearahnya, dan hanya dijawab dengan anggukan tanpa mengubah raut wajah datarnya itu.
"Bagaimana kalau kita merayakannya? Lagipula hari ini adalah ulang tahunmu bukan?"
"Danzo-sama tidak akan mengizinkan, tidak ada perintah darinya sama sekali," jawabnya masih dengan nada yang sama. Shin memang mungkin salah satu dari sekian anak di ROOT yang bisa berekspresi bebas.
"Ayolah, aku akan memaksa! Sai, kau juga ikut ayo!" menarik tangan kedua anak itu menuju ke keramaian kota saat itu. Selama yang anak laki-laki itu ingat, hanya Sai dan juga Shin yang selalu dekat dengannya.
"Bagaimana kalau Danzo-sama mengetahuinya?"
"Tidak akan, lagipula hanya untuk malam ini—karena di Konoha ada perayaan setiap tahunnya."
"Apakah setiap malam kau menyelinap Shin-nii-san?" Kurama menatap Shin yang tampak sedikit tersentak dan tertawa datar. Tidak ada jawaban dari pertanyaannya saat itu dan hanya menarik tangan kedua anak laki-laki itu.
Hari ini, sepuluh Oktober tepat lima tahun sejak serangan Kyuubi berlangsung. Para penduduk Konoha tampak merayakannya secara besar-besaran—tidak ada yang melewatkan hari itu tidak terkecuali sang Hokage.
Walaupun seberapa besarnya ia tidak ingin mengikutinya, tetapi tetap saja ia adalah seorang Hokage.
"Minato-sensei, apakah kau tidak ingin keluar dari ruangan untuk sejenak? Agar para penduduk bisa melihatmu—" pemuda berambut perak itu tampak membuka ruangan setelah sebelumnya mengetuk ruangan sang Hokage.
"Apakah harus? Menurutku tidak ada yang perlu dirayakan dari hari kematian Kushina dan juga Naruto," jawabnya sambil menatap jendela tanpa ada senyuman yang lima tahun ini tampak dipaksakan olehnya untuk terlihat. Matanya tampak kosong, pemuda itu tahu kalau mantan gurunya itu masih terpukul dengan kematian kedua orang yang paling penting baginya itu.
"Hanya sebentar, aku berjanji sensei—kau tidak perlu menghabiskan waktu dengan kertas-kertas ini disekelilingmu—" pemuda itu langsung menarik tangan sang Yondaime Hokage dan mencoba untuk membawanya keluar dari bangunan Hokage. Beberapa dari Shinobi yang ditemui tampak tersenyum dan membungkukkan kepalanya.
"Kakashi, aku benar-benar tidak berniat untuk keluar…"
"Kau bisa sakit kalau terus disana, ayolah semua orang juga khawatir denganmu," Kakashi tampak menatap kearah Minato dan mengatakan kalau ia tidak menerima sama sekali alasan apapun untuk dikatakan oleh Minato.
Anak laki-laki berambut kuning itu tampak berjalan diantara kerumunan orang-orang yang sedang menikmati festival di tempat itu. Beberapa menit, dan ia sudah terpisah dari Sai dan juga Shin.
'Jangan gunakan teknik ninja apapun untuk hari ini! Kau harus berjanji padaku!'
"Kenapa aku harus menuruti Shin-nii, padahal Danzo-sama mengatakan kalau aku hanya harus melaksanakan misi saja," menoleh kekiri dan kekanan mencoba untuk mencari sosok dua orang yang mengajaknya kemari.
'Hari ini perayaan dari kemunculan dan hancurnya Kyuubi, kalau tidak salah kubaca di buku-buku,' memegangi perutnya, ia tahu kalau Kyuubi tidaklah hancur, tetapi berada di dalam tubuhnya saat ini.
"Aku tidak boleh memberitahukan hal ini kalau Danzo-sama tidak menyuruh…"
BUGH!
Hanya berkonsentrasi pada festival itu saat ia menabrak seseorang disana. Mendongak untuk melihat seseorang yang mengenakan pakaian Jounnin dan juga jubah putih dengan bara api merah sebagai motifnya.
"Oh maaf, kau tidak apa-apa?" melihat wajah pria itu yang memiliki rambut berwarna sama dengannya begitu juga dengan matanya. Sedikit melebarkan pupil matanya sebelum segera berdiri dengan segera.
"Maaf sudah mengganggu anda Hokage-sama…" menunduk dengan segera, Danzo berkata kalau Hokage adalah seseorang yang harus dilayani dan juga dihormati. Ia tidak akan bisa melakukan apapun pada Hokage kecuali kalau itu adalah sebuah perintah.
Saat ia menoleh kembali sejenak, pria itu tampak terlihat terkejut melihatnya, mencoba untuk menyentuh bocah itu sebelum ia segera bergerak dan meninggalkan sosok itu dalam keterkejutannya.
"T—Tunggu!"
"Sensei, maaf menunggu lama. Aku—" Kakashi yang tampak baru saja menuju kearah sang hokage tampak terkejut saat melihat tidak ada sosok mantan gurunya itu disana, "sensei?"
Kurama tampak berlari dengan cepat, mencoba untuk menerobos kerumunan itu. Entah kenapa ia merasa kalau ia tidak bisa berada didekat sang Hokage. Bukan hanya sekali ini saja ia merasakan tentang itu, tetapi setiap ia melihat sosok itu.
"Hei tunggu—" saat ia mencoba untuk berlari lagi, tangannya ditangkap oleh seseorang. Menoleh untuk menemukan sang Hokage yang tampaknya memang mengejarnya. Matanya masih sama seperti saat itu, menyiratkan keterkejutan saat menatapnya.
"Siapa, namamu?" entah kenapa hanya itu yang bisa ditanyakan oleh sang Hokage pada anak itu.
"Kurama," pertanyaan dan permintaan dari Hokage adalah perintah untuknya yang sudah disetting untuk dipatuhi. Sebagai anggota ROOT perintah dari Hokage adalah nomor dua setelah perintah dari Danzo.
"Kura…ma?" Minato tampak terdiam sejenak dengan tatapan penuh harapan namun langsung menghilang begitu saja. Kecewa, itulah yang dilihat oleh Kurama saat itu, ketika melihat sang Yondaime Hokage.
"Apakah saya melakukan kesalahan Hokage-sama?"
"Oh tidak, aku tidak pernah melihatmu—" kalau ada seseorang yang sangat mirip dengannya, atau lebih tepatnya sangat mirip dengan anaknya, ia pasti akan mengetahuinya dengan mudah, "—dan kau tidak perlu terlalu formal denganku."
Minato bisa melihat kalau usianya berkisar antara 5 tahun—mungkin sama seperti anaknya yang tewas malam itu.
"Apakah itu, adalah perintah?"
Entah kenapa kalimat yang keluar dengan nada datar itu terdengar menyakitkan untuknya saat ini. Entah kenapa dadanya terasa sesak untuk bernafas, seolah ada sesuatu yang membuatnya sakit saat melihat anak itu.
"Tidak, tetapi—"
"Kalau begitu maaf, saya tidak bisa melakukannya. Itu adalah tindakan tidak menghormati anda—" menunduk dan akan pergi lagi sebelum sang Yondaime tampak menghentikannya. Entah kenapa Kurama bisa merasakan tangan yang mencengkramnya itu tampak gemetar.
"Kalau begitu, aku memerintahkanmu… untuk menemaniku hari ini," jawabnya dengan nada yang gemetar. Entah kenapa rasanya susah untuk meminta anak ini untuk melakukan sesuatu. Lalu, kenapa anak ini tampak begitu—tidak berekspresi, seolah ia hanyalah sebuah alat untuk—
"Kalau anda merasa tidak nyaman denganku, aku bisa menolak untuk misi tadi Hokage-sama…"
"Misi? O—oh, tidak-tidak aku benar-benar ingin kau menemaniku hari ini Kurama-kun…" menghela nafas dan Kurama tampak hanya mengangguk. Mengulurkan tangannya kearah Kurama dan tersenyum kearahnya, "ayo…"
"Apakah kau pergi sendirian kemari Kurama-kun?"
Minato berjalan ditengah keramaian dan itu sudah cukup membuat semua orang menatap kearah keduanya. Kaget saat melihat anak yang dibawa oleh sang Hokage sangat mirip dengan sang Yondaime Hokage.
"Sai dan juga Shin-nii datang bersama denganku—" jawabnya tidak menatap kearah Minato. Matanya menjelajah, ada rasa ingin tahu namun tentu saja ia tidak mengerti perasaan itu dan hanya menatap sekeliling saja.
"Ada yang kau inginkan Kurama-kun?"
"Tidak—hanya saja ini pertama kalinya aku kemari," jawabnya tidak mengubah ekspresi sama sekali. Apakah ia adalah orang dari desa lain hingga baru pertama kali melihat festival yang sudah dimulai sejak 4 tahun yang lalu itu.
"Kubelikan ramen untukmu, kau mau? Ramen disini yang terbaik menurutku—" jawab Minato bersemangat sambil menunjuk kearah Ichiraku ramen yang ada di dekat mereka. Kurama yang memang tidak pernah kemari hanya bisa memiringkan kepalanya saja dan ikut. Karena menurutnya itu hanyalah salah satu 'misi' dari sang Hokage.
"Halo Teuchi, hari yang sibuk!" Minato tampak tersenyum lebar, dan tanpa sadar ia sudah menghilangkan senyuman yang ia paksakan selama 5 tahun itu. Teuchi tampak sedikit terkejut, Minato sudah ia anggap sebagai anak sendiri, dan tentu saja ia menyadari senyuman itu adalah senyuman yang sudah lama tidak ia lihat.
"Hokage-sama, apa yang bisa saya hidangkan untuk anda—" menoleh pada anak laki-laki yang hanya melihat sekeliling itu, "—oh, siapa anak laki-laki ini?"
"Dia adalah Kurama, aku memintanya untuk menemaniku di tempat ini," jawab Minato sambil menepuk kepala Kurama yang duduk di salah satu kursi yang ada disana, "baiklah, Miso Ramen untukku dan juga Kurama-kun!"
"Baiklah, kukira Kurama adalah anak anda Yondaime-sama, wajah kalian benar-benar mirip—" Teuchi tampak membuat makanan mereka, dan perkataannya membuat Minato sedikit memikirkannya. Menoleh pada Kurama yang tampak memperhatikan sekeliling dan tangannya tanpa sadar menepuk kepala anak itu.
'Tidak mungkin, Naruto sudah tewas malam itu…'
"Ini dia, kau pasti akan menyukainya Kurama-kun!" meletakkan masing-masing satu mangkuk miso ramen didepan mereka. Minato benar-benar menyukai miso ramen buatan Teuchi, sementara Kurama tampak hanya melihatnya sebelum mengambil sumpit dan mematahkannya.
"Kau bisa menggunakan sumpit Kurama-kun?"
Kurama hanya mengangguk dan menyerup ramen yang ada didepannya—merasakannya dan hanya diam. Minato dan juga Teuchi tampak hanya melihat anak itu menunggu reaksi yang diberikan.
"Bagaimana?"
…
"Enak—" jawabnya dengan tatapan datar dan tetap memakannya. Tetapi Minato bisa melihat kalau Kurama benar-benar menikmati makanan di depannya. Tersenyum, dan membayangkan kalau Naruto yang berada disampingnya, dan mereka memakan ramen mereka.
"Selamat makan…"
"Ah, benar-benar menyenangkan hari ini!"
Kurama benar-benar menemani Minato yang mencoba semua hal yang ada di festival itu. Entah kenapa, setelah bertemu dengan Kurama walaupun hanya beberapa jam ia seperti menikmati semua yang ada di tempat itu hari ini.
"Menyenangkan? Bagaimana perasaan menyenangkan itu?" Kurama menatap Minato yang tampak benar-benar terkejut mendengarnya. Kehidupan seperti apa yang dialami oleh anak itu hingga bahkan ia tidak tahu bagaimana merasakan perasaan menyenangkan.
"Bagaimana—"
DHUAR!
Suara itu membuat Minato menghentikan perkataannya dan menoleh kearah samping. Kembang api yang tampak sangat besar terlihat menghiasi langit malam itu. Berwarna-warni, dan membuatnya tampak menatap kearah atas.
"Ah, festival sudah selesai—" Minato tersenyum datar sambil menatap Kurama. Menemukan kalau anak itu tampak mencoba untuk melompat-lompat hanya untuk melihat kembang api itu. Dan itu benar-benar membuat Minato tertawa karena itu.
Dengan segera menggendong, mencoba untuk menaruhnya diatas bahu Minato dan membiarkannya melihat kembang api di atas mereka.
"Kurama-kun, apakah aku bisa menemuimu lagi setelah ini?"
…
"Tidak Hokage-sama, saya belum siap untuk menemui anda lagi—" jawab Kurama sambil memegang sang Hokage, "—untuk beberapa waktu…"
"Kenapa?"
"Karena saya harus menjadi kuat untuk berubah menjadi alat yang bisa digunakan untuk melindungi anda—" dan tubuh Minato tampak benar-benar menegang mendengar itu. Ia tidak bisa berbicara apapun, hanya bisa membuka mulut.
Alat—entah kenapa ia tidak suka mendengar hal itu dari anak seusia Kurama—terlebih dari mulut anak bernama Kurama ini.
"Sebenarnya apa—"
"Kurama!" suara itu membuat yang bersangkutan menoleh untuk menemukan Sai dan juga Shin yang melambaikan tangan dari dekat mereka. Melihat keduanya tampak berada disana, dengan segera Kurama melompat ke bawah.
"Karena festival sudah selesai, saya sudah menyelesaikan misi anda. Semoga saya tidak mengecewakan anda Hokage-sama…" membungkuk dan segera berlari sebelum Minato bisa mengatakan apapun pada Kurama.
"Apa yang kau lakukan dengan Hokage-sama?" Sai menatap Kurama yang tampak menggeleng pelan.
"Menjalankan misi…"
Sementara Minato tidak bisa mengalihkan pandangan dari Kurama yang semakin menjauh hingga menghilang dari pandangan matanya. Ia tidak tahu darimana asal anak itu, ia tidak tahu bagaimana kehidupan anak itu.
Tetapi ia tahu, ada sesuatu yang membuatnya memiliki ikatan dengan anak itu…
"Sensei, apa yang kau lakukan disini? Aku mencarimu kemana-mana!" Kakashi yang sedaritadi mencoba untuk mencari Minato segera berlari kearah Minato dan melihat sang Hokage yang masih melihat kearah Kurama yang menghilang tadi.
"Kakashi, aku ingin kau mengecek sesuatu—" menatap Kakashi yang tampak mengerutkan dahinya, Minato menyerahkan beberapa helai rambut Kurama yang ia coba untuk ambil saat ia bersama dengan Kurama.
"Bisa kau meminta Iryo-nin untuk memeriksa ini?"
Beberapa hari sudah berlalu setelah Minato bertemu dengan seorang anak bernama Kurama itu. Entah kenapa ia benar-benar tidak bisa meninggalkan bayangan tentang anak itu, yang seolah sudah menjadi bagian daripada dirinya.
Ia takut untuk berharap, tetapi ia ingin apa yang ada di dalam fikirannya itu menjadi kenyataan. Ia tidak pernah berhenti untuk berfikir kalau Naruto anaknya tidak tewas saat ledakan itu terjadi.
Tetapi kalau memang Kurama adalah Naruto, bagaimana ia bisa menemukannya lagi—bagaimana ia bisa mencari tahu dimana keberadaan anaknya itu.
'Tenanglah Minato, kau bisa melakukan itu—demi tuhan, kau adalah seorang Hokage!' menggelengkan kepalanya dan mengerjakan pekerjaannya kembali sebelum suara ketukan pintu terdengar saat itu.
"Sensei, aku membawakan hasil dari Rumah Sakit," Kakashi masuk dengan selembar kertas di tangannya. Wajahnya tampak benar-benar kaget dan juga sedikit bingung saat membaca kertas itu.
"Bagaimana?"
…
"Siapapun yang memiliki rambut yang kau ambil, memiliki kecocokan DNA sebesar 100 persen dengan milikmu," Kakashi tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimanapun, yang ia tahu sang sensei tidak memiliki keluarga lagi setelah Naruto dan juga Kushina tewas.
Terkejut saat sang Hokage tampak berdiri dari tempatnya, tampak aura gelap menyelimuti dirinya yang tampak menahan emosi itu.
"S—sensei?"
"Bagaimanapun caranya, cepat cari anak laki-laki bernama Kurama…" rasa senang tampak berada didalam hatinya, namun melihat sifat dari anak itu yang tampak seolah sebuah alat membuatnya benar-benar ingin memberikan pelajaran pada orang yang melakukan itu.
Kurama adalah anaknya—Kurama adalah Namikaze Naruto…
"Danzo-sama, anda memanggil saya?"
Anak laki-laki itu tampak membungkuk hormat pada pria yang ada di depannya. Dengan tatapan mata yang kosong, ia benar-benar seolah tidak memiliki jiwa di dalam tubuhnya. Hanya menjadi sebuah alat yang diberikan perintah dan akan melakukannya apapun yang terjadi.
"Kuberi waktu satu tahun—" Danzo menatap kearah Kurama yang tampak masih menatapnya, "kau harus bisa menjadi seorang ANBU dalam waktu satu tahun…"
…
"Kau tahu kalau kau memiliki Kyuubi dalam tubuhmu. Dan itu harus segera digunakan untuk desa," Danzo tampak tidak menatap kearah anak itu. Berbicara seolah tidak sedang berbicara dengan seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, "apakah kau bisa menjalankan misi ini?"
"Baiklah, Danzo-sama…"
Selama lima tahun, semenjak ia bisa mengerti semua yang ada di sekelilingnya, yang ia lakukan hanyalah belajar dan juga berlatih. Tidak ada hal lainnya yang ia habiskan selama 5 tahun itu. Itulah sebabnya, dalam waktu 5 tahun ia sudah berhasil menjadi seorang Chuunin.
1 Tahun Kemudian
"Apakah sesusah itu untuk mencari seorang anak laki-laki bernama Kurama!" Minato tampak meninggikan suara saat melihat beberapa pasukan ANBU yang datang dan melaporkan tentang misi yang diberikan sang Yondaime Hokage pada mereka sejak 1 tahun yang lalu.
"Kami sudah mencoba untuk mencari seluruh kota, tetapi memang tidak ada anak bernama Kurama dengan ciri-ciri yang anda sebutkan Hokage-sama!" salah satu dari mereka yang tampak memakai topeng anjing tampak hanya membungkuk hormat.
"Sensei," Kakashi tampak baru saja masuk dan melihat sang mantan guru yang masih terbawa emosi. Ia tidak tahu apakah ini adalah saat yang tepat untuk mengatakannya, "maaf tetapi Danzo-sama memintamu untuk menemuinya…"
…
"Aku akan kesana," berdecak kesal, Minato berdiri dan berjalan mengikuti Kakashi. Satu tahun berlalu, semua yang ia lalui saat berada di festival itu seperti hanya sebuah mimpi belaka. Tidak ada sama sekali kabar sedikitpun tentang anak itu, dan tidak pernah sekalipun ia melihat sosok anak itu sedikitpun.
'Dimana sebenarnya anak itu…'
"Kau memanggilku Danzo," Minato berada diatas atap untuk bertemu dengan seorang pria dengan perban yang menutupi hampir seluruh tubuhnya itu. Ia sebenarnya tidak ingin berurusan dengan orang itu dulu, tetapi ia tidak mungkin menghindar terus bukan.
"Aku ingin memperkenalkan seorang ANBU baru untuk keamanan desa," Danzo tampak menatap Minato yang mengerutkan alisnya bingung. ANBU baru, lalu kenapa harus ditempat tertutup seperti ini, "ia akan mengawalmu mulai sekarang. Ia adalah seorang ANBU berbakat yang kita miliki…"
"Kukira Itachi baru akan diangkat menjadi ANBU satu tahun lagi?"
"Bukan anak dari Uchiha itu," Danzo menoleh kearah belakang, dan menyuruh seseorang untuk mendekat. Anak laki-laki berusia kira-kira 6 tahun yang tampak memakai pakaian ANBU dan mengenakan topeng rubah, "ia akan mengawalmu, tidak akan memakai topeng ANBU selama berada di dalam desa untuk mengecoh desa lain."
…
"Saya akan melakukan apapun yang anda perintahkan Hokage-sama… Code Name saya saat bertugas adalah FOX dan nama yang saya gunakan adalah—Kurama…"
To be Continue
Another AU Story Namikaze Sibling, cuma ingin menuliskan ide satu lagi sebelum menghilang begitu saja XD
Untuk kali ini, cerita AU yang menceritakan Minato yang selamat entah bagaimana dari cengkraman shinigami. Naruto yang saat itu masih bayi diculik oleh salah satu ANBU suruhan Danzo karena diketahui seorang Jinchuuriki Kyuubi dan dijadikan sebagai sebuah 'alat' untuk Konoha.
Minato sendiri ga tahu tentang Naruto dan menganggap kalau anaknya itu sudah mati ^^ sampai 5 tahun kemudian saat festival Kyuubi berlangsung, Minato ketemu sama anaknya yang sudah diganti nama jadi Kurama.
BTW tentang Sai dan Shin—Shin ingat kan, orang yang ada di buku ceritanya Sai, yang sudah dianggap dia jadi kakaknya sendiri ^^
Next Chapter
"Kau brengsek! Apa yang kau lakukan padanya?!" tidak ada satupun yang bisa berbicara saat itu ketika mereka mendengar pertama kalinya Minato mengatakan kata-kata kasar.
.
"Kalau kau mengunci Kyuubi dalam tubuhnya, itu artinya kau sudah siap untuk menjadikannya 'senjata' untuk Konoha!"
.
"Ia akan berada dalam pengawasanku, aku tidak akan membiarkanmu untuk menyentuhnya sedikitpun…"
.
"Kenapa kau tidak memberikanku perintah apapun… Hokage-sama…?"
.
"Bisakah… bisakah kau memanggilku otou-san?"
.
"Apakah itu perintahmu, Yondaime-sama?"