Arakafsya Uchiha Mempersembahkan:
"Red Rose Location"
Genre: Romance/Drama
Characters: Gaara S. & Sakura H.
Rate: Semi M /for kiss sceness, alcohol, mature.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
.
Summary:
Kalau kau tidak mau menarik uluran tanganku, tak apa. Aku sadar betul siapa aku, kau pasti tak pernah tahu rasanya menjadi diriku. Kalau kau tidak mau menyambut pelukanku, tak apa. Aku tahu tak pernah ada namaku di dalam hidupmu. Tapi, jangan salahkan aku kalau aku sudah pergi walaupun kau meminta uluran tanganku sekali lagi. Karena ini lah kejamnya dunia hiburan.
.
.
Tokyo, Japan. November, 12th – 2002
Bar adalah tempat dimana satu-satunya rumah dalam skala besar yang menyediakan hiburan di malam hari. Billiard, alcohol, drunk, hal implist seperti sex juga membaur di dalamnya. Tidak ada tempat untuk anak kecil disini, tidak ada tempat untuk anak-anak yang berakhlak mulia disini. Kita semua yang ada disini itu rata. Mengurusi diri sendiri, tidak peduli pada kepuasan orang lain asalkan untuk diri sendiri saja cukup. Lagu Pitbull dengan Bon-bon masih mengalun keras dan menggema di tempat ini, membiarkan beberapa orang berdansa secara acak di lantai dansa.
Seorang pemuda berambut merah masih lengkap dengan tuxedo hitamnya yang sudah acak-acakan, tatapannya menusuk kearah gelas kecil yang berisikan wine yang ada di hadapannya. Tubuhnya ia sandarkan pada meja bartender, iris jadenya terpejam.
Shit. Umpatnya dalam hati, ia marah—kesal karena hari ini benar-benar mengobrak-abrikan moodnya.
Flash Back
"Aku tidak memaksakan kehendak kalian, aku hanya mengajukan pendapat. Aku tidak mau tinggal diam saat Haruno Sakura mengajukan kerja sama dengan kita," ucap seorang pemuda berambut merah ini sembari membuang pandangannya pada karyawan-karyawannya yang berkumpul di ruang rapat.
"Tapi Gaara-sama, kita semua tahu kalau Haruno Corp. memiliki banyak artis bertalenta tinggi untuk memainkan iklan ataupun sebuah film." Ujar salah satu karyawannya.
"Ya, dan kita semua tahu kalau deretan artis ternama yang ia pegang bahkan mendapatkan banyak nominasi di ajang penghargaan Loyal Award. Sasuke Uchiha bahkan salah satunya, pemuda itu menarik lima nominasi sekaligus. Kita tidak bisa meremehkan kemampuannya dalam berbisnis," ujar salah seorang lagi. Pemuda bernama Gaara itu menghela nafas.
"Kita harus mampu bangkit tanpa Haruno Corp. kalau kita berkerja sama dengannya, sama saja kita membuang saham sendiri. Saat menang, tetap nama Haruno yang ada di atas kita. Kita bukan apa-apa tanpa perusahaan mereka. Begitu yang akan ditulis wartawan nanti,"
Semua karyawan berusaha menimbang-nimbang perkataan sang presdir muda tersebut. Sabaku Corp. berada dalam dilema untuk menerima tawaran Haruno Corp. menimbang-nimbang untung dan ruginya, lalu menentukan jalan kehidupan pribadi mereka sendiri jika perusahaan Sabaku Corp. ini menerima atau menolak. Semuanya masih tampak berpikir.
"Gaara-sama, kita 'kan hanya akan mendapat posisi ke-dua. Tapi jelas sudah kita memiliki untung besar dalam kerja sama ini, aset perusahaan akan meningkat sekitar delapan puluh lima persen. Posisi di media bukanlah hal utama yang kita prioritaskan," seorang wanita berambut merah pendek membuka pendapatnya.
"Kalau di pasar majalah saja nama kita tetap menjadi nomor dua, kapan kita akan dipandang oleh perusahaan lain?" Gaara, presdir muda itu menghela nafas.
"Tapi tanpa batuan Haruno Corp. kita juga akan stuck di posisi bawah, setidaknya kita meningkat untuk mencapai sesuatu yang lebih penting."
"Aku setuju," ucap beberapa karyawannya saat wanita itu kembali bersuara. Gaara jelas kalah telak disini, ia memejamkan mata dan menggeleng sejenak.
"Matsuri, legalisir surat perjanjian kerja sama itu. Aku mau pulang," katanya sembari memijit pelan keningnya.
"Gaara-sama tidak mau tanda tangan asli? Ini kan—"
"Lakukan saja apa yang aku perintahkan!" katanya dengan tegas pada sekertarisnya itu. Pemuda itu langsung menutup rapat dan segera berlalu meninggalkan kantornya.
Flash Back Ends
"Gaara," pemuda itu membuka matanya dan hampir saja melompat karena terkejut. Ia memicingkan matanya menatap seorang wanita yang kini ada di hadapannya.
"Mau apa kau?" tanyanya dingin pada wanita cantik yang ada di hadapannya.
Wanita itu cantik, memang cantik. Rambutnya panjang berwarna merah muda, harum, lembut, dan memiliki tubuh yang perfect dengan kulit putih mulus tanpa cacat. Tapi ia tahu, dibalik rambut panjangnya ada luka yang tak bisa hilang di lehernya. Tidak ada yang tahu kecuali mereka berdua dan Tuhan, mengingat itu semua membawa pemuda bernama Gaara itu kembali pada masa lalu. Iris jadenya bertatapan cukup lama dengan emerald gadis itu, hijau dan hijau.
"Ku tanya mau apa kau malam-malam di tempat begini?" Gaara menatap serius wajah gadis di hadapannya.
"Kau yang sedang apa malam-malam di tempat ini?! Dan lagi, kau mabuk eh?" tanya wanita itu setengah marah.
"Tidak usah melihatku! Sudah puas bisa mendapatkan kontrak kerja dengan Sabaku Corp. bukan? Untuk apa kau kemari? Mentertawakanku?" ucapnya sarkatis.
Wanita itu menggeleng, "Kalau kau tidak mau kenapa kau menyetujuinya?"
Pemuda itu mendecih, "Kau pikir aku berkerja untuk diriku sendiri?! Aku menghidupi banyak orang disana! Aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri kalau nyatanya banyak karyawanku yang memintaku untuk menandatangani surat perjanjian itu. Brengsek!" ia membanting gelas kecil di hadapannya, ia tidak peduli pada apa yang ia lakukan karena tak akan ada yang peduli juga pada urusannya.
Padahal kau begitu baik, tapi kenapa sikapmu begini padaku?. Air mata itu mengalir membasahi pipi ranumnya. Ia menatap Gaara dengan sendu, "Aku tahu kau membenciku, tapi kau juga harus tahu kalau bukan hanya kau yang merasa sakit karena kehilangan Ibumu, Gaara. Aku bahkan tidak tahu kalau akhirnya pada waktu itu akan terjadi sesuatu sehingga—"
"Cukup, Sakura!" teriaknya lantang memotong ucapan wanita bernama Sakura itu. Beberapa pasang mata melirik kearah mereka acuh tak acuh.
"Jangan ingatkan aku pada masa lalu." Ucap pemuda itu sembari beranjak dari bar dan pergi menuju tempat parkir. Sakura mencengkram kuat dadanya, ia menggeleng dan langsung berlari menyusul Gaara, orang yang pernah menjadi kekasihnya.
.
.
.
"Gaara, tunggu aku!" pemuda itu tetap tidak menggubris apapun yang ia dengar, meskipun ia tahu kalau wanita musim semi itu masih mengejarnya.
"Gaara, berhenti! Kau harus tahu yang sebenarnya!" Sakura tidak pantang menyerah, ia tetap berlari meskipun kesulitan mengingat ia memakai high heels sepanjang lima centi. Iris emeraldnya menatap pemuda berambut merah yang kini menekan salah satu tombol unlock di kunci mobilnya.
"KAU TIDAK BISA SEPENUHNYA MENYALAHKAN AKU, SABAKU GAARA! AKU TAHU KAU SAKIT KARENA KEHILANGAN IBUMU! AKU JUGA SAKIT, AKU SAKIT KARENA AKU KEHILANGAN BAYI YANG SEDANG KU KANDUNG! BAYI KITA, SABAKU GAARA!" wanita itu berteriak sembari menangis terisak.
Sabaku Gaara, pemuda itu memejamkan matanya sembari menarik nafas. Sesak, dadanya terasa sesak. Ia menelan ludahnya dengan susah payah, ia sudah kehilangan anaknya sendiri. Ia bahkan sama sekali tidak tahu kalau Sakura pernah mengandung benihnya. Pria macam apa dia ini? Tangannya masih diam dalam posisi bersiap membuka pintu mobil. Lagi-lagi keegoisan mengalahkannya, kematian Ibunya masih menggelapi hatinya. Ia menoleh sebentar, menatap wanita pink yang menangis sembari memegang dadanya.
"Kau sama sekali tidak tahu itu, Gaara...hiks...aku bahkan lebih sakit darimu...hiks...hiks..."
Gaara— pemuda itu membuka pintu mobilnya dan segera masuk ke dalam mobil, pergi tanpa memperdulikan Sakura yang barusan mengejarnya. Tangannya mengepal menggenggam stir masih dengan hati yang begitu panas. Memaki dirinya sendiri di dalam hati. Menangis lagi.
.
.
.
"Sakura!" wanita itu menoleh ke belakang dan mendapati teman prianya yang berlari menghampirinya dengan wajah khawatir.
Pemuda berambut harajuku itu sempat melihat kearah mobil Ferrari merah yang baru saja pergi meninggalkan area parkir. Kedua tangan kekarnya menopang bahu Sakura yang bersiap akan jatuh karena lemas. Iris kelam onyxnya menatap pipi ranum Sakura yang sudah basah akan air mata, "Sudah ku bilang tak ada gunanya bicara dengan Sabaku itu."
"Kau tahu aku tidak bisa melupakannya, Sasuke. Aku masih mencintainya," jawab Sakura sembari menghapus jejak air matanya.
"Kau hanya belum terbiasa, bukan masih mencintainya." Sambung pemuda bernama Sasuke itu. Ia membuka jas hitamnya untuk menutupi bahu Sakura.
"Kenapa...kenapa dia hanya diam saja? Apa kehadiran anakku waktu itu tidak diinginkannya?" bungsu Uchiha itu mengendikkan bahunya.
"Hn, sudahlah. Ini sudah malam, besok kau juga akan bertemu dengan pemuda itu."
"Aku belum siap..." jawab Sakura sembari memijit pelipisnya.
"Belum siap? Bahkan aku tahu kau yang memohon padaku untuk membantu kerja sama itu," adik Itachi Uchiha itu kini memicingkan matanya.
"Entahlah..."
Sasuke menghela nafas, "Ayo pulang, jauh-jauh kesini aku membawa mobil karena aku tahu akan berakhir seperti ini."
"Maafkan aku,"
==oOo==
Shibuya, Japan. November, 12th – 2002
Sabaku Gaara menghempaskan tubuhnya pada kasur besarnya. Malam ini ia tidak ingin pulang ke rumah, apartemen adalah tempatnya pulang kalau ditimpah masalah seperti ini. Ia butuh ketenangan, butuh sendirian, menenangkan pikirannya dari segala aspek masalah duniawi yang tak akan pernah padam. Matanya terpejam, dadanya masih sakit. Nafasnya sesak, semakin sesak saat ia mengetahui kalau wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu juga pernah mengandung benihnya.
Dimana hati nuraninya sebagai seorang ayah? Meninggalkan ibu dari anaknya tanpa rasa tanggung jawab. Cukup jahat. Air mata mengaliri pipi pemuda yang menjabat sebagai presdir Sabaku Corp. tersebut. Ia menenggelamkan kepalanya pada bantal, mencoba mengenyahkan pemikiran-pemikiran yang sempat mengacaukan kepalanya. Ia raih Iphone putihnya dan segera mengetik sesuatu yang akan ia kirimkan ke sekertarisnya.
Matsuri, tolong catat semua materi rapat besok. Aku sakit, tidak bisa hadir.
Karena Sabaku Gaara juga, belum siap untuk bertemu masa lalunya lagi.
-Tbc-
Author Speak Area:
Ide ini bermunculan entah dari mana, gimana readers? Lanjut atau berhenti?! Review please!
Entah kenapa pengen banget nulis GaaSaku. Mungkin karena SasuSakunya udah kebanyakan kali ya ._. jadi pengen coba yang baru. Jadi gimana nih? Keep Or Delete?
Thanks :)