"Kau jangan meremehkan efikasi diriku, ya! Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"
.
.
allihyun presents
a SasuSaku Fanfiction
Psychologist
AU. Ficlet(s). Typo(s). OOC. Gombal XD
DLDR is on term
Naruto and its chara © Masashi Kishimoto
Psychologist © allihyun
.
Part XI
Self Efficacy (Efikasi Diri)
Ini adalah sebuah peristiwa langka.
Untuk pertama kalinya dalam minggu ini, atau mungkin dalam hidupnya, Uchiha Sasuke bersenandung kecil ketika menatap bayangan dirinya di cermin kamarnya. Pemuda itu terlihat tengah merapikan lipatan kemeja santainya sambil membenarkan juntaian poninya yang istimewa. Beberapa semprotan parfum dengan aroma mint yang kuat disemprotkannya ke arah tubuhnya.
Hari ini adalah hari baiknya, hari bahagianya. Tidak ada satu hal jelek pun yang bisa mengganggu mood terangnya hari ini, satu pun. Termasuk muka konyol Naruto yang menganga lebar lengkap dengan tatapan tidak percayanya yang terpantul di cermin. Semalam Naruto memang menginap di apartemennya dan dia beruntung bisa mendapatkan pemandangan ajaib seorang Uchiha Sasuke.
"Sumpah, Teme! Suaramu jelek banget! Aku menyesal kenapa baterai ponselku harus mati jadi aku tidak bisa merekammu untuk kupamerkan pada tikus-tikus di rumahku!" Naruto jerit-jerit frustasi. Ini momen langka dalam hidupnya dan dia kehilangan kesempatan untuk mengabadikannya, sungguh sial.
Sasuke yang sudah terbiasa dengan sikap berlebihan Naruto hanya berucap 'hn' kemudian menilik jam di dinding. Jam birunya itu menunjukkan angka tujuh kurang sepuluh menit, masih sekitar satu jam sebelum waktunya menjemput Sakura di rumahnya.
"Aku harus bertepuk tangan untuk Sakura-chan yang berhasil membuatmu menjadi se-alay ini, teme! Ternyata benar kata Kakek Hashirama, ya, hahhh … lain kali aku harus lebih mendengarkan perkataannya, deh!" sungut Naruto, kakinya bergerak menggapai remot televisi di bawah tumpukan kertas-kertas tugas yang berjarak sejengkal dari tempatnya duduk. Tempat ini jadi berlipat kali lebih berantakan kalau tamunya adalah Naruto.
"Memangnya dia bilang apa?" Sasuke mengernyit, merasa heran dengan korelasi perkataan Hashirama Senju dengan tingkah kesenangannya pagi ini.
"Dia pernah bilang padaku kalau klan Uchiha sudah jatuh cinta, mereka akan menjaga cintanya itu dengan sepenuh hatinya dan tidak akan membiarkan hal yang ada di sekitarnya menghalanginya. Awal kudengar kupikir hal itu konyol dan hanya berlaku pada tetua Uchiha saja, mungkin, mengingat kau yang bebal begitu. Tapi, kalau melihatmu yang sekarang ini …."
Naruto memberi pandangan menilai pada Sasuke, dari ujung celana mahalnya hingga ujung rambutnya yang sudah diberi gell rambut sedemikian rupa.
"Apa?"
"Mungkin kau bukti paling konkret yang bisa kulihat saat ini, Teme. Aku masih ingat bentukmu yang sudah seperti mayat hidup beberapa hari belakangan gara-gara Sakura-chan memblokirmu dari segala akses yang bisa kaugunakan, dan hari ini, hanya gara-gara sebuah telepon dari Sakura-chan kau sudah jadi manusia yang kelebihan daya hidup seperti ini! BOOM SHAKALAKAAA! HAHAHAHAHA!"
Sasuke membiarkan Naruto tertawa sepuasnya. Dia sudah memberi penekanan pada dirinya sendiri bahwa hari ini tidak ada hal sekecil apapun yang bisa mengganggu hari bahagianya. Anggap saja tawa Naruto sebagai sebuah melodi riang di pagi hari.
.
Diam-diam Sasuke membuat catatan dalam hatinya: mungkin konseling kepada Hashirama Senju soal percintaan bukan ide yang buruk.
.
Pertemuan mereka kali ini berjalan dengan lancar. Walaupun pada awalnya keduanya merasa canggung karena masalah yang mereka alami beberapa hari ini, tapi lama kelamaan mereka saling mencairkan suasana. Mulai dari obrolan-obrolan ringan soal kucing pemberian Sasuke yang baru saja sakit, kaki Sasuke yang kemarin bertabrakan dengan ujung lemari (dan kini jadi sedikit lebam), hingga akhirnya mereka menuju topik serius soal kelanjutan studi Sasuke ke Columbia.
"Jadi, kau benar-benar sudah tidak marah padaku?" Sasuke berusaha meyakinkan, lebih pada dirinya sendiri.
"Hmm,"
"Kau setuju aku kuliah di sana?"
"Sejak awal kita tahu poin masalahnya bukan di situ, Sasuke-kun." Sakura menarik gelas strawberry milkshake-nya yang tinggal setengah, menyedotnya hingga menimbulkan bunyi berisik. Kebiasaannya kalau mulai kurang setuju dengan argumen lawan bicaranya.
"Yah … aku—"
"Aku mengerti Sasuke-kun, aku mengerti. Aku tidak kesal lagi padamu, apa pun itu, kau jangan minta maaf lagi. Itu sudah menjadi hal yang berlalu."
Sasuke meneguk kopinya dalam diam, matanya menelusuri pahatan emosi yang terukir pada wajah gadisnya. Dia tahu, bukan lagi kesal yang tersurat di sana. Ada gurat kebimbangan yang ada pada pancaran mata Sakura dan hal itu mengganggunya, sangat.
"Kita harus membicarakan tentang kita, Sasuke-kun."
"Hn," Sasuke bergumam, sepertinya dia mulai tahu kemana pembicaraan ini akan mengarah. Pemuda itu sedikit menggeser posisi duduknya menjadi lebih tegak.
"Bagiku bukan hal yang mudah menjalin hubungan dengan jarak yang jauh, Sasuke-kun, kau pasti juga sudah sadar resiko itu saat mengambil kesempatan ini, kan? Omong kosong kalau aku bilang jarak bukan masalah. Kita bukan hanya bicara soal kilometer tapi juga waktu yang terentang di antara kita, bohong kalau aku bilang aku tidak merasa takut dengan itu. Kau jauh di negara lain, benua lain, tidak bisa kujangkau, kulihat pun tidak …."
Sakura menggigit bibirnya sedikit, matanya sedikit menilik reaksi Sasuke yang ada di seberangnya. Pemuda itu tetap bergeming di tempatnya.
"Sasuke-kun, apa kaupikir aku menyebalkan kalau aku bilang aku merasa berat untuk melepaskanmu?"
"…"
"Aku … menyebalkan, ya?" Mata Sakura mulai memanas, buru-buru diusapnya sebelum terjadi muntahan air dari sana,"aku ini egois, ya? Inginnya Sasuke-kun tetap di sini, atau kalau tidak bawa saja aku pergi sekalian, supaya kita bisa sama-sama. Tapi 'kan itu tidak mungkin, haha …"
Sasuke masih diam menunggu kelanjutan perkataan dari Sakura, dia tahu Sakura belum selesai mengucapkan apa yang ada dalam benaknya.
"Aku tidak mungkin sanggup menahanmu di sini, Sasuke-kun. Ada hal besar yang harus kau raih di sana, cita-citamu, cita-cita kita. Kita sendiri juga pernah membicarakan hal ini sebelumnya, kan? Hanya mungkin waktunya terlalu tiba-tiba jadi aku bereaksi berlebihan seperti ini. Rasanya konyol kalau aku menahanmu di sini karena ketakutanku, kau curang karena pasti sudah tahu aku pasti pada akhirnya memang akan membiarkanmu pergi ke sana,"
Sasuke tersenyum samar, dia tahu, Sakura telah belajar pada banyak hal dan dia pasti bisa menemukan jalan yang terbaik bagi mereka. Kemudian, jari tangannya terjulur menuju dahi lebar Sakura, dan …
Ctik!
Satu jentikan di sana.
"Kau ini, jangan pernah meremehkan efikasi diriku, ya! Kalau aku bilang bisa, pasti bisa. Kita buat kesepakatan saja, bagaimana?"
"Kesepakatan?"
"Ya, kau janji padaku akan tetap menungguku, di sini, dan … aku janji akan segera datang padamu setelah aku mendapatkan yang aku cari di sana. Saat waktunya tiba, aku akan pulang, padamu. Bagaimana?"
Sasuke tersenyum tipis, di seberangnya Sakura menangis, bahagia.
Kesepakatan apa yang lebih baik daripada ini?
===udah===
Self efficacy (Efikasi Diri) : keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas maupun tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.
Ngebuttt mumpung momennya pas ;) enjoy reading yaps! :D
Story only= 984words
081114, masihhepisasusakucanonXDD
-allihyun.
