Tittle: Shima no Neko / Neko Island / Cat's Island / Pulau Kucing.
Author: Black Key / Minki_Choi09.
Disclaimer: This story belong to me, but the character not be my mind.
Main Cast:
YunJae
SiBum
HanChul
YooSu
Other Cast:
Shim Changmin
Cho Kyuhyun
?
Chap: 7.
Genre: Fantasy, Drama, Romance.
Rated: T.
Warning: Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy.
Please, Don't Like Don't Read. No bashing and flame, Like and comment if you like this fanfic.
Note: No bashing, no flame, no copas, no re-publis, no plagiat, yes to like and comment.
Summary: Siwon, Hangeng, Yoochun & Jaejoong terdampar di sebuah pulau bernama Neko Island. Mereka di sana bertemu dengan manusia kucing, akankah keempatnya jatuh hati dengan para neco? Dan bisakah mereka kembali ke dunia mereka dengan selamat?
_o0o_
"Apa kau tak bisa berhenti mengikutiku?" Tanya Junsu seraya menatap Yoochun sinis, sudah sejak pertama kali ia masuk kedalam hutan tadi Yoochun terus mengikutinya.
"Aku tak tahu keadaan disekitar sini jadi dari pada aku kesasar lalu dilahap binatang buas kan lebih baik aku mengikuti orang yang lebih tahu keadaan disini." Balas Yoochun santai, tak dihiraukannya tatapan tajam yang Junsu berikan padanya.
"Aku tak suka kau mengikutiku. Jadi sebaiknya kau pergi sendiri dan jangan ikuti aku lagi. Kau sudah bebas bukan tahanan lagi," Seru Junsu sebelum ia kembali berjalan meninggalkan Yoochun sambil meringis memegang bahu kirinya yang masih mengeluarkan sedikit darah. Junsu mempercepat langkah kakinya saat ia tahu Yoochun bukannya pergi meninggalkannya tapi malah terus mengikutinya, "Kenapa kau masih mengikutiku? Apa kau tak bisa mendengar kata-kataku tadi?" Ucap Junsu yang tiba-tiba membalikkan tubuhnya menghadap Yoochun. Hampir saja Yoochun menabrak Junsu. Yoochun tersenyum canggung pada Junsu yang menatapnya tajam lalu memundurkan tubuhnya beberapa langkah.
"Kau jangan sinis begitu padaku. Biar bagaimana pun aku sudah menyelamatkan nyawamu tadi." Balas Yoochun tak mau kalah, Junsu tertawa garing mendengar perkataan Yoochun padanya.
"Menyelamatkan nyawaku? Siapa? Kau? Jangan bermimpi! Yang menyelamatkanku tadi Yunho, saudaraku bukan dirimu." Sahut Junsu tak mau kalah, ia mana mau mengakui kalau dia sudah mendapatkan bantuan dari seorang manusia yang bahkan tak pernah akrab dengannya.
"Tapi sebelum saudaramu itu datang aku sudah menyelamatkanmu sekali bukan. Kau berhutang nyawa padaku, jadi biarkan aku mengikutimu. Okay!" Balas Yoochun sambil tersenyum manis pada Junsu yang masih menatapnya tajam.
"Aku tak pernah merasa diselamatkan oleh seorang manusia." Balas Junsu yang kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Yoochun yang masih tersenyum senang.
"Hei, Tunggu!" Yoochun segera mengejar Junsu yang berjalan cukup cepat padahal mereka sedang berada didalam hutan yang gelap dan hanya disinari oleh cahaya bulan saja, "Aish dasar kucing begitu saja sudah sensi seperti yeoja datang bulan saja," Gerutu Yoochun pelan tapi masih didengar oleh Junsu yang tampak tak memperdulikannya dan malah terus melangkahkan kakinya masuk kedalam semak-semak belukar.
"Hei, sebenarnya kita mau pergi kemana?" Tanya Yoochun yang masih mengikuti Junsu dibelakang. Yoochun terlihat tak terbiasa berjalan di malam hari apa lagi melewati semak-semak yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri, "Hei, aku bicara padamu kucing." Seru Yoochun lagi karena Junsu tak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah terus berjalan meninggalkannya.
"Kau terlihat kesakitan dan susah berjalan mau kugendong? Jarang-jarang loh aku menawarkan seseorang untuk kugendong. Diduniaku sana banyak sekali yeoja yang berani bayar mahal hanya untuk kugendong saja." Tawar Yoochun saat melihat Junsu yang terus memegangi bahu kirinya yang mengeluarkan darah dan berjalan dengan sedikit terpincang –walaupun cara jalannya tadi begitu cepat. Mungkin saja kaki Junsu memar setelah bertarung dengan neko lain tadi, pikir Yoochun yang berbaik hati menawarkan jasanya.
"Kau bisa diam atau tidak? Sekali lagi kau berisik kurobek mulut cerewetmu itu dengan pedangku ini." Ucap Junsu sambil mengarahkan ujung pedangnya tepat ke depan leher Yoochun yang tentu saja kaget karena Junsu tiba-tiba menodongnya dengan pedang tajam yang entah sudah membunuh berapa neko tadi. Junsu menurunkan pedangnya saat Yoochun tak mengucapkan sepatah kata pun karena takut dan kembali berjalan didepan.
"Begitu saja marah." Ucap Yoochun yang kembali berjalan mengikuti Junsu dalam diam. Yoochun tentu saja tak ingin mati ditangan seekor kucing yang menurutnya tak ada manis-manisnya sama sekali.
"Apa yang kau petik itu?" Tanya Yoochun heran saat melihat Junsu tiba-tiba berhenti dan mulai memetik dedaunan dalam jumlah yang cukup banyak. Junsu menatap Yoochun tajam, "Ah... Baik-baik aku tak akan banyak bicara lagi." Ucap Yoochun lalu membentuk gerakan mengancing mulutnya sendiri.
Junsu masih sibuk memetik dedaunan disekitarnya setelah terkumpul cukup banyak Junsu kembali berjalan sambil meringis menahan rasa sakit dibahu kirinya dan Junsu pun yakin kalau tak lama lagi pasti dibagian tubuhnya yang lain akan mulai terasa sakit dan mulai terlihat memar dimana-mana akibat pertarungannya tadi dengan Kyuhyun.
Yoochun dengan setia berjalan mengikuti Junsu dibelakang, sebenarnya ia penasaran kemana Junsu akan pergi tapi ia tak mau tamat ditangan neko cantik yang sedang datang bulan jadi Yoochun hanya bisa diam dan terus melangkahkan kakinya mengikuti Junsu. Yoochun menatap heran kesekitarnya, Junsu membawanya ke pinggir sungai yang penuh dengan bebatuan besar. Junsu melangkahkan kakinya menapaki batu-batu tadi lalu duduk di sebuah batu besar sambil merendam kedua kakinya di dalam air sungai yang terasa begitu dingin.
"Apa yang ingin kau lakukan disini dengan dedaunan yang tadi kau petik itu?" Tanya Yoochun penasaran. Junsu tak menjawab pertanyaan Yoochun, dia terlihat sibuk menumbuk dedaunan yang tadi diambilnya hingga benar-benar halus.
"Jangan mengintip! Kalau kau berani mengintip kubunuh kau." Seru Junsu sambil menatap Yoochun tajam.
"Siapa juga yang mau mengintipmu, atau tak tertarik sedikit pun pada seekor kucing." Balas Yoochun sinis lalu membalikkan tubuhnya memunggungi Junsu. Saat merasa Yoochun tak akan menatap kearahnya Junsu mulai membuka pakaian yang ia gunakan, tidak semua hanya membuka bagian atasnya saja dan merobeki bagian bawahnya hingga pakaian yang seperti kimono yang Junsu kenakan sekarang hanya tinggal sebatas sepuluh centimeter diatas lututnya.
"Arght..." Erang Junsu kesakitan saat ia membubuhkan dedaunan yang tadi ia tumbuk halus pada lukanya yang sudah ia bersihkan dengan air sungai, sebenarnya daun yang tadi Junsu petik merupakan dedaunan untuk obat luka yang biasa bangsanya gunakan.
"Kau kenapa?" Tanya Yoochun yang tanpa sadar membalikkan tubuhnya menghadap Junsu karena khawatir.
"KUBILANG JANGAN MENGINTIP!" Bentak Junsu marah lalu dengan cepat menutup dadanya yang tadi terbuka seperti seorang yeoja yang takut tubuhnya diintip oleh seorang namja mesum.
"Apa yang harus kuintip darimu? Kau tidak sedang telanjang bukan." Balas Yoochun sinis karena dia diperlakukan seperti seorang namja mesum oleh Junsu.
"Kau..."
"Kau mau mengobati luka dibahumu bukan, sini kubantu." Ucap Yoochun memotong perkataan Junsu lalu berjalan mendekati neko cantik tadi.
"Jangan mendekat!" Seru Junsu sambil menatap Yoochun tajam, Junsu merapihkan pakaiannya lagi dengan sedikit tergesa-gesa.
"Sudah jangan malu-malu. Aku hanya ingin berbaik hati menolongmu saja." Yoochun sudah duduk disamping Junsu saat ini, ia seolah sudah kebal dengan tatapan tajam yang Junsu berikan karena itu ia tampak tak takut lagi.
"Jangan sentu aku!" Junsu menangkis tangan Yoochun yang mencoba membuka pakaiannya dengan tiba-tiba seraya menarik tubuhnya menjauhi Yoochun yang dengan cepat menahannya.
"Kenapa? Aku akan pelan-pelan mengobati lukamu itu jadi tenang saja. Ayo buka lagi bajumu biar aku bisa membubuhkan obat ini dilukamu. Ayo jangan malu-malu." Ucap Yoochun sambil memaksa membuka pakaian Junsu. Tak tahukah Yoochun kalau apa yang dilakukannya sekarang malah membuatnya terlihat seperti namja mesum yang sedang berusaha memperkosa seorang yeoja.
"APA YANG KAU LAKUKAN MANUSIA SIALAN!" Junsu berteriak kesal lalu mendorong tubuh Yoochun dengan kuat hingga Yoochun terjatuh kebelakang. Junsu pun dengan cepat membenarkan pakaiannya yang berantakan akibat ulah pemaksaan Yoochun tadi.
"Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau malah mendorongku padahal aku hanya ingin membantumu mengobati lukamu itu," Protes Yoochun yang langsung berdiri membersihkan tubuhnya lalu duduk dibatu besar yang ada dihadapan Junsu. Junsu menatap Yoochun tajam seolah-olah ia hendak membunuh Yoochun saat itu juga tapi Yoochun terlihat santai-santai saja, "Lagi pula kenapa kau harus malu-malu padaku, kau kan bukan yeoja. Dadamu saja rata begitu. Kita itu sesama namja jadi kau tak perlu malu padaku dan lagi kurasa semua makhluk disini namja walau ada beberapa yang berwajah cantik tapi dada mereka benar-benar rata. Kalau semua makhluk disini namja berarti kalian homo?" Ucap Yoochun yang terus mengoceh sambil sesekali menatap kearah Junsu yang masih memberinya tatapan tajam.
"Tapi kalau kalian homo lalu bagaimana cara kalian bereproduksi?" Tanya Yoochun penasaran seraya memajukan wajahnya mendekati Junsu, "Hei kenapa kau malah diam dan menatapku seperti itu? Jangan bilang kau suka padaku." Sambung Yoochun yang dengan cepat menarik kembali tubuhnya menjauhi Junsu dan memasang wajah ngerinya, sedangkan Junsu sendiri masih terus menatapnya tajam.
"Jangan bermimpi!" Balas Junsu sinis.
"Ah... Aku malah semakin yakin kalau kau memang suka padaku, buktinya saja kau bertingkah aneh saat aku mau mengobatimu tadi padahalkan kita sesama namja." Sahut Yoochun yang kini menatap curiga pada Junsu yang tengah memijat kakinya yang berada didalam air.
"Namja! Namja! Namja! Kau dari tadi selalu mengatakan hal yang sama. Aku tak mengerti apa yang kau katakan. Aku tak sama sepertimu! Dan aku bukan namja!" Balas Junsu kesal dan kembali menatap Yoochun tajam. Dalam hati Yoochun bertanya-tanya kenapa neko didepannya ini suka sekali menatapnya dengan tatapan tajam begitu tak takutkah dia kalau bisa saja neko tadi malah jatuh cinta pada dirinya.
"Mwo?! Kau bukan namja, jadi kau seorang yeoja?" Tanya Yoochun kaget, ditatapnya Junsu dari ujung kaki hingga ujung kepala terutama dibagian dada yang benar-benar rata itu tapi wajah Junsu terbilang manis seperti yeoja dan kakinya juga mulus dan putih.
"Yeoja? Apa lagi itu?" Tanya Junsu tak mengerti, sejak tadi beberapa kata yang keluar dari mulut Yoochun memang ada yang tak ia pahami.
"Huh? Kau tak tahu namja atau yeoja?" Tanya Yoochun balik, ia terlihat heran pada Junsu, "Aneh. Padahal aku bicara mengunakan bahasa korea saja kau mengerti dan anehnya kau juga bisa bahasa yang sama denganku tapi kau malah tak tahu apa itu namja dan yeoja." Sambung Yoochun yang terlihat berpikir.
Sebenarnya Junsu bukan mengerti bahasa Yoochun dan bisa mengunakannya tapi semua bahasa yang digunakan ditempat Junsu akan terdengar sama ditelinga siapa saja. Walau kau bicara dengan bahasa asing sekali pun para neko tetap akan mengerti dan ketika para neko berkata manusia akan merasa kalau para neko tadi berbicara seperti bahasa mereka padahal sesungguhnya tidak seperti itu tapi terkadang tetap ada beberapa kata yang terdengar berbeda seperti Namja dan Yeoja tadi karena bangsa Neko tak tahu apa itu perbedaan antara namja dan yeoja dikarenakan semua neko itu bertubuh namja dan yang membedakan mereka hanya alfa atau beta saja.
"Kalau aku bilang tak tahu ya tak tahu! Sebaiknya kau jangan berisik lagi dan balikan tubuhmu, aku ingin mengobati lukaku lalu segera pergi dari tempat ini." Suruh Junsu.
"Kalau kau mau mengobati lukamu ya obati saja." Sahut Yoochun santai.
"Bagaimana aku bisa mengobati lukaku kalau kau masih memandangku begitu." Balas Junsu, Yoochun tersenyum tipis.
"Memangnya kenapa kalau aku memandangmu?" Tanya Yoochun yang tak juga membalikkan tubuhnya, Junsu mendesah kesal pada Yoochun.
"Kau ini bodoh atau apa? Aku ini seorang beta dan seorang beta mana boleh asal memperlihatkan tubuhnya pada seorang alfa yang buka mate-nya." Jelas Junsu, Yoochun terlihat berpikir keras.
"Alfa? Beta?" Ucap Yoochun bingung, "Tunggu, maksudmu aku alfa dan kau beta?" Tanya Yoochun sambil menunjuk dirinya lalu menunjuk Junsu didepannya.
"Kau ini bodoh?" Balas Junsu sinis.
"Aku alfa dan kau beta! Aku namja dan kau... MWO! KAU YEOJA?!" Teriak Yoochun histeris, refleks Junsu menutup kedua telinganya ketika Yoochun berteriak.
"Itu lagi, aish... kau ini, berisik tahu! Jangan berteriak padaku!" Balas Junsu kesal karena sejak tadi Yoochun terus mengoceh tanpa henti membuat telinganya panas saja, tak tahukan manusia di depannya itu kalau Junsu benci sekali dengan orang yang berisik?
"Kalau kau yeoja tapi kenapa dadamu rata begitu? Ah... Maafkan aku, aku tak sengaja melihatnya tadi. Kumohon jangan bunuh aku." Ucap Yoochun memelas ketika Junsu kembali menatapnya tajam.
"Aku akan membunuhmu kalau kau tak segera diam dan memutar tubuhmu dari hadapanku. Akan lebih baik lagi kalau kau pergi meninggalkanku sendiri." Kata Junsu yang terlihat malas meladeni Yoochun.
"Baik, baik, aku tak akan mengintip lagi." Yoochun pun akhirnya membalikan tubuhnya memunggungi Junsu kembali dan Junsu mulai membubuhkan racikan obat yang dibuatnya tadi pada lukanya yang cukup lebar tapi untungnya tak begitu dalam, "Hei, siapa namamu? Namaku Yoochun, Park Yoochun." Tanya Yoochun yang masih tak bisa diam.
"Junsu!" Balas Junsu singkat. Sesekali Junsu meringis saat lukanya terasa perih akibat obat yang ia berikan.
"Junsu? Nama yang sedikit aneh untuk seorang yeoja. Bagaimana kalau kupanggil kau Jun-chan atau Su-ie?" Tanya Yoochun.
"Jangan seenaknya mengganti namaku." Balas Junsu dengan nada sinis.
"Aku tak mengantinya hanya mempermanisnya saja. Jadi kau mau kupanggil Jun-chan atau Su-ie?" Tanya Yoochun lagi.
"Panggil aku Junsu." Balas Junsu tegas.
"Baik, kalau begitu aku akan memanggilmu Su-ie. Kurasa itu terdengar lebih feminim." Sahut Yoochun yang terlihat masa bodoh kalau nanti Junsu akan mengamuk padanya.
"Sudah kubilang jangan seenaknya menganti namaku." Balas Junsu kesal.
"Aku heran pada orangtuamu, kenapa mereka memberi nama anak perempuan mereka dengan nama yang tak ada kesan manis atau feminimnya sama sekali. Pantas saja anaknya sekarang berprilaku seperti seorang namja." Ucap Yoochun yang tak tahu kalau Junsu ingin sekali memukul mulut cerewetnya itu.
"Berhenti mengoceh seperti seorang beta kelas rendah." Sahut Junsu, ia terlihat hampir selesai mengobati lukanya sendiri dan sekarang tengah memasang perban yang dia buat dari potongan pakaiannya tadi.
"Aku hanya mengatakan yang ada didalam pikiranku saja," Balas Yoochun. Junsu tak membalas perkataan Yoochun, ia sudah selesai memasang perban pada lukanya. Junsu merapihkan pakaiannya kembali lalu beranjak pergi meninggalkan Junsu, "Hei, kau mau kemana? Tunggu aku!" Yoochun langsung beranjak dari tempatnya saat ia melihat Junsu melangkah pergi meninggalkan tempat mereka tadi.
"Jadi kemana kita pergi sekarang?" Tanya Yoochun yang berjalan disamping Junsu. Junsu sepertinya sudah tak perduli kalau Yoochun mengikutinya.
"Mencari tempat berlindung sebelum hujan tiba." Balas Junsu. Yoochun langsung menatap keatas langit saat Junsu mengatakan hujan.
"Hujan? Memangnya akan turun hujan? Jangan bercanda, udara saja terasa sejuk begini dan langit penuh dengan bintang jadi tak mungkin hujan." Balas Yoochun sambil tertawa pelan.
"Terserah kau mau percaya atau tidak." Balas Junsu yang kembali berjalan masuk kedalam semak-semak tinggi.
"Hei, jangan tinggalkan aku. Kau walau pun seorang yeoja ah... maksudku beta tapi cara jalanmu cepat juga ya." Puji Yoochun yang mengikuti Junsu dibelakang.
"Kau ini berisi sekali." Keluh Junsu kesal. Junsu sudah merasa tubuhnya begitu lelah harus ditambah pusing mendengar ocehan dari Yoochun. Junsu ingin segera sampai ke tempat yang hendak ia tuju lalu beristirahat karena itu ia mempercepat langkah kakinya melewati semak-semak belukar yang tumbuh subur.
"Aku kan hanya ingin tahu. Dari pada saling diam bukankah lebih baik kalau ada hal yang bisa diobrolkan?" Sahut Yoochun, Junsu diam tak membalasnya lagi hingga membuat suasanan sepi diantara keduanya untuk sesaat, "Bagaimana lukamu, masih sakit tidak?" Tanya Yoochun yang kembali mengeluarkan suaranya.
"Kau pikir?" Balas Junsu singkat.
"Pastinya masih." Sahut Yoochun.
"Kalau kau sudah tahu jawabannya kenapa masih bertanya." Seru Junsu heran. Junsu semakin jauh melangkahkan kakinya meninggalkan Yoochun dibelakang.
"Hei, tunggu aku!" Pinta Yoochun yang segera menyusul Junsu masuk kedalam semak-semak yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya, "Kubilangkan tunggu aku... Wow, rumah pohon? Bagaimana cara naik keatas sana?" Yoochun terlihat kagum dengan rumah pohon yang sebenarnya merupakan markas rahasia Junsu setiap kali ia pergi menghindari Yunho. Rumah pohon ini Junsu sendiri yang membangunya dan hanya dia seorang yang tahu keberadaannya, bahkan Kibum saja tak tahu akan keberadaan rumah pohonnya ini.
Junsu terlihat mengabaikan Yoochun, ia segera memanjat pohon besar tempat dimana rumah pohonnya berada dan tentu saja Yoochun mengikuti apa yang ia lakukan. Bagi Junsu yang sudah terbiasa memanjat pohon besar yang menjadi rumahnya itu tentu sangat mudah tapi tidak bagi Yoochun yang terlihat kesulitan.
"Hei, tunggu. Aku tak bisa cepat-cepat memanjat pohon i... Huwa!" Yoochun hampir saja jatuh dari atas pohon kalau Junsu tidak dengan cepat meriah kerah baju bagian belakangnya lalu menariknya keatas salah satu dahan pohon yang cukup besar. Yoochun tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti kalau ia benar-benar terjatuh tadi, pasalnya ia sudah berada diketinggian kurang lebih sepuluh meter.
"Hati-hati bodoh!" Seru Junsu lalu kembali memanjat pohon, tak lama lagi mereka akan sampai didalam rumah pohon milik Junsu.
"Thanks!" Balas Yoochun, ia segera menyusul Junsu. Yoochun memperhatikan Junsu dengan seksama, ia mengikuti cara bergerak Junsu karena ia tak ingin benar-benar jatuh nantinya. Tak lama Junsu dan Yoochun pun sudah berada didalam rumah pohon yang tak terlalu besar tadi, "Kau sering kemari? Banyak makanan yang masih bagus disini itu tandanya kau sering kemari bukan?" Tanya Yoochun sambil memperhatikan isi didalam rumah pohon. Tak ada apa-apa, rumah pohon tadi pun tak terlalu besar tapi didalamnya terdapat beberapa jenis buah-buahan seperti satu tandan pisang yang baru separuh masak, beberapa buah apel, pir dan beberapa buah-buahan yang Yoochun tak tahu namanya.
"Bisa tidak kau berhenti mengoceh atau aku akan benar-benar merobek-robek mulutmu itu dengan pedangku." Balas Junsu, ia melangkah ke sudut ruangan lalu merebahkan tubuhnya disana dengan perlahan.
"Kau mau apa?" Tanya Yoochun.
"Tidur." Balas Junsu singkat lalu merubah posisi berbaringnya menjadi memunggungi Yoochun. Sepertinya menatap dinding lebih baik bagi Junsu dari pada ia harus menatap Yoochun yang cerewet.
"Ya sudah tidur saja. Aku lapar, boleh kumakan bukan buah ini?" Tanya Yoochun lalu meriah sebuah apel, Junsu terdiam tak membalas. Junsu malah sudah mulai memejamkan matanya, "Kalau kau tak menjawab itu tandanya kau memperbolehkanku. Terima kasih kucing." Sambung Yoochun, Junsu tak membalasnya lagi. Junsu terlihat kelelahan dan luka yang didapatnya membuatnya lemah.
"Ternyata kucing bisa makan buah juga, kukira mereka hanya suka ikan saja." Seru Yoochun pada dirinya sendiri sambil mendudukkan tubuhnya tak jauh dari tempat Junsu berada. Yoochun mulai memakan apel yang dia ambil tadi sambil menatap kearah Junsu.
"Wah... kenapa tiba-tiba turun hujan padahal tadi langit masih cerah?" Seru Yoochun lagi karena tak lama diluar turun hujan yang cukup deras hingga menimbulkan angin dan kilatan petir. Langit malam pun sudah tak secerah beberapa saat yang lalu, Yoochun tak tahu kalau cuaca bisa berubah secepat itu, "Huwa... Perkiraanmu benar-benar terjadi apa kau punya kekuatan untuk membaca masa depan? Berarti kau tahu masa depanku nanti bagaimana?" Tanya Yoochun antusias pada Junsu yang sudah terlelap ke alam mimpi.
"Su-ie? Kenapa kau diam saja? Kau sudah tidur?" Tanya Yoochun sambil menusuk-nusuk pipi Junsu pelan, "Aish, kau tak asik." Yoochun tampak cemberut karena Junsu tak menjawabnya. Yoochun pun akhirnya diam menghabiskan apel yang sudah digigitnya tadi lalu segera menyusul Junsu kealam mimpi.
_o0o_ To Be Continue _o0o_
Date: 11 September 2013, 03.11 PM.
Hello Dean back with Neko Island. Nggak terasa udah 6 bulan 6 hari sejak terakhir kali Dean update ni ff. Masih ada yang menantikan ini FF ga ya? Masih ada yang ingat Dean juga ga ya?
Awalnya Chapter 7 bakal buat SiBum lagi tapi nanti aja ya, YooSu aja deluan. Gimana YooSu-nya? Pada suka ga? Comment dong.
Yang mau tahu, dekat n kepoin Dean, follow twitter Dean ya Minki_Choi09
