Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Non Uchiha Massacre, OOC, typo's, dan segala bentuk kekurangannya.

DON'T LIKE DON'T READ

.

.

Uchiha Sasuke menggeram kesal, pasalnya gadis pink rekan satu timnya tidak juga berhenti mengganggunya. Selesai mereka latihan, gadis itu masih menempel padanya. Memang dia sudah terbisa dengan hal ini, tetapi belakangan ini sikap Sakura agak berlebihan. Setiap kali ada kesempatan berdua, Sakura selalu mengajaknya kencan. Tentu saja pemuda emo itu langsung menolaknya.

Seperti kali ini waktu Sakura dan Sasuke berjalan pulang, Sakura terus saja membujuknya untuk pergi berkencan dengannya. Lama-lama Sasuke merasa risih juga, biasanya Sakura tidak pernah sampai menerornya dengan ajakan kencan seperti ini setiap ada kesempatan. Walaupun ia sudah menolaknya berkali-kali, tetapi tetap saja gadis itu tidak mau menyerah.

"Ayolah, Sasuke-kun, sekali saja ya…" bujuk Sakura dengan nada memohon. Tidak lupa dengan pipinya yang merona dan terlihat sangat menggemaskan.

Sasuke menghela nafas untuk yang ke sekian kalinya, "aku tidak bisa, Sakura."

Sakura mengerucutkan bibirnya sebal. Ini sudah penolakan Sasuke yang ke sekian kalinya, tetapi gadis itu tidak peduli.

Sasuke memang selalu menolak setiap ajakan kencan Sakura, tetapi di setiap penolakannya Sasuke tidak pernah bilang dia tidak mau. Bungsu Uchiha itu selalu bilang "aku tidak bisa, atau aku sibuk" dan alasan alasan lainnya.

Langit sore yang tadinya berwarna oranye kemerah-merahan, sekarang perlahan-lahan menjadi gelap. Para penduduk desapun mulai pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Sasuke dan Sakura. Mereka sudah sampai di rumah masing-masing sekitar sepuluh menit yang lalu.

.

.

Setelah mengambil mandi, Sakura keluar dari kamarnya membantu ibunya untuk memasak makan malam. Sakura bertugas untuk menata meja dan mempersiapkan peralatan makan. Karena sudah meja sudah tertata rapi, Sakura berdiri disamping ibunya yang tengah memasukkan berbagai bumbu ke dalam sebuah panci.

"Baunya enak, kaa-san," ujar Sakura masih menghirup dalam-dalam aroma masakan yang berbaur dengan udara sekitar.

Ibunya terkekeh melihat tingkah putrinya yang masih mengendus disampingnya, ia tahu Sakura itu suka melakukan hal-hal aneh seperti itu. "Kau mau mencobanya, Saki?"

"Tentu saja, kaa-san."

Sakura menerima mangkuk kecil dan langsung menyeruput kuah sup yang tengah di masak ibunya.

"Enak kaa-san," ucapnya dengan mata hijaunya yang berbinar.

"Tadaima….!"

Suara khas lelaki membuat Sakura berlari ke arah pintu, membuka pintu untuk ayahnya dan langsung menerima hadiah sebuah kecupan sayang di pucuk kepalanya.

Sakura dan keluarganya tengah menikmati makan malam mereka. Kadang-kadang terdengar suara tawa dari lelaki yang merupakan ayah Sakura akibat pertanyaan konyol yang di lontarkan gadis itu.

"Jadi, bagaimana harimu Saku-chan?" tanya ayahnya sambil menyesap ocha hangat yang dihidangkan istrinya.

"Sedikit menyebalkan," gumam gadis itu cemberut. Tangan mungilnya mengambil muffin dan menjejalkannya ke mulut sampai mulutnya menggembung penuh.

Ayahnya terkekeh kecil melihat cara makan Sakura. dia tahu kalau sudah begini, putri semata wayangnya itu memang tengah kesal. Mungkin ada sedikit masalah di akademinya.

"Kenapa?" tanya Kizashi sambil menuangkan Sakura secangkir ocha seperti dirinya.

Setelah meneguk ocha-nya hingga tandas, Sakura menyodorkan cangkirnya agar diisi kembali.

"Misiku masih gagal," desah Sakura. Gadis itu mengambil cangkir minumannya dan menghirup aromanya yang menenangkan. Wangi bunga sakura, favoritnya.

Mebuki yang dari tadi mendengar pembicaraan ayah dan anak itu ikut duduk bersama mereka setelah menyelesaikan pekerjannya membersihkan peralatan bekas makan malam mereka.

"Misi apa, Saki?" tanya Mebuki sembari mengambil sepotong cookies.

Sakura melirik ibunya. "Misi menjadi wanita sejati, kaa-san," katanya dengan semangat lengkap dengan emeraldnya yang berbinar.

Mendengar ucapan putri mereka yang baru berusia sepuluh tahun itu membuat Mebuki dan Kizashi sedikit terkejut. Tak lama, suara tawa terdengar menggema di ruangan tersebut. Sakura yang awalnya semangat menceritakan misinya itu, sekarang malah cemberut.

"Kau ini," ucap Kizashi di sela tawanya.

"Kalian menyebalkan," gumam Sakura. Gadis itu mengambil beberapa potong cookies dan memasukkan sekaligus ke dalam mulutnya.

.

.

Makan malam di keluarga Uchiha telah selesai dua puluh manit yang lalu. Bungsu dari pasangan Mikoto dan Fugaku Uchiha tengah bercengkrama di ruang keluarga. Mikoto sibuk membaca sebuah buku dengan sampul hijau yang berisikan resep-resep masakan dari berbagai desa, Fugaku tengah bergelut dengan gulungan-gulungannya.

Lain halnya dengan putra sulung mereka, Itachi tengah sibuk menjahili Sasuke.

"Jadi, gadis itu terus mengajakmu berkencan," goda Itachi. Seringai jahil nampak jelas di wajah pemuda yang sudah menjadi jounin di usianya yang masih muda tersebut.

Sasuke menggembungkan pipinya sebal. Menyesal ia menceritakan hal itu pada kakaknya yang cerewet ini.

"Kenapa tidak kau terima saja," usul Itachi.

"Aku tidak bisa," gumam Sasuke rendah. Entah kenapa wajahnya terasa panas mengingat teror kencan yang dilayangkan Sakura padanya seminggu belakangan ini.

Itachi tertawa geli melihat wajah adiknya yang dihiasi blur kemerahan. Itachi memang tidak mendengar apa yang dikatakan Sasuke barusan. Tetapi ia bisa membaca gelagat adiknya itu.

"Siapa gadis itu, Sasu-chan? Fans girls lagi?"

Sasuke terdiam, menceritakan hal seperti ini pada Itachi memang suatu kesalahan besar.

"Kaa-san, Tou-san! Sasu-chan akan kencan dengan seorang gadis," teriak Itachi dibarengi dengan tawanya. "Adikku sudah besar rupanya," tambahnya.

"Jangan menggoda adikmu, Itachi," ucap Mikoto. Walaupun begitu kikikan geli keluar dari mulut wanita paruh baya tersebut.

Sasuke mendelik marah. Onyx-nya menatap tajam kakaknya yang masih menyeringai jahil ke arahnya. "Dasar kakak menyebalkan!" desisnya.

Itachi bukannya takut, ia malah tersenyum mendengar ucapan adiknya. "Kau itu lucu kalau marah, Sasu-chan," balasnya sambil mencubit kedua pipi menggemaskan adik tercintanya.

Mikoto tersenyum melihat interaksi kedua putranya, sedangkan Fugaku sesekali mengalihkan pandangannya dari gulungan yang dibacanya. Garis bibirnya sedikit melengkung melihat kedua putra kebanggannya itu.

.

.

"Sakura berangkat, kaa-san!" seru Sakura sambil memasang sepatunya.

"Hati-hati!" teriak ibunya dari dalam rumah.

Sakura berjalan ke akademinya dengan langkah gontai. Pasalanya sudah satu minggu ia gagal terus mengajak Sasuke kencan dengannya.

"Huh," desahnya pelan.

Matahari bersinar cerah, tetapi suasana hati gadis cherry itu tidak secerah cuaca Konoha.

"Kalau kau belum pernah berkencan dengan pria tampan dan keren, kamu masih belum bisa dikatakan sebagai wanita sejati."

Kata-kata Ino terus terngiang dikepalanya.

"Memangnya kenapa, Ino?"

"Artinya, kau belum menjadi wanita seutuhnya."

Sakura mendengus kesal, "jadi aku ini masih belum bisa disebut wanita," gumamnya.

.

Suasana kelas sangat ramai oleh suara bocah-bocah yang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Ada yang berlarian sekitar ruangan kelas, ada yang tengah bermain dengan hewan peliharaannya, contohnya Kiba dan Akamaru, juga Shino dengan serangga yang baru ditangkapnya di taman depan sekolah.

Sasuke mendengus kesal, pagi-pagi begini dia sudah diteror lagi oleh teman duduknya yang tidak lain adalah Sakura.

"Sasuke-kun, apa kau tidak bosan menolakku terus," kata Sakura cemberut.

Sasuke mengabaikannya, bocah Uchiha itu lebih memilih mneyibukkan diri dengan bukunya.

Sakura mendesah pelan, ia menelungkupkan kepala di lipatan tangannya.

'Sepertinya aku harus menerima kenyataan kalau aku ini memang setengah wanita,' batinnya.

.

"Baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa dari Suna," kata Iruka kemudian mempersilakan ketiga siswa yang tersebut.

"Ohayou minna, Sabaku Temari desu!"

"Aku Kankuro."

"Sabaku Gaara."

Iruka tersenyum geli melihat perkenalan singkat dan padat tersebut. "Baiklah kalian boleh duduk," perintahnya.

.

Sakura yang masih menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya mengangkat kepalanya. matanya langsung tertuju pada murid baru yang tengah memperkenalkan diri. Lebih tepatnya pada bocah laki-laki dengan rambut merah.

"Gaara," gumamnya.

Sebuah ide dikepala Sakura membuat gadis itu langsung bersemangat. Gadis itu tersenyum sendiri memikirkan rencananya.

'Akan kubuktikan aku ini wanita sejati secepatnya, tunggu saja pig.'

Inner Sakura yang tengah tertidur mulai terbangun.

"Kalau Sasuke-kun tidak mau, masih ada Gaara," gumam Sakura semangat.

.

Sasuke meyipitkan mata melihat gadis disampingnya yang sedang senyam senyum sendiri. Ada perasaan kesal ketika melihat Sakura tersenyum senang melihat kedatangan murid baru tersebut. Apalagi melihat lelaki dengan rambut merah tersenyum tipis ke arah Sakura yang dibalas dengan senyum lebar Sakura.

"Menyebalkan," desisnya.

.

.

Tsuzuku…

.

.

Awalnya saya mau bikin yg genre angst, tetapi pas nulis feelnya ga dapet. Jadilah ficnya gaje seperti ini. Awalnya mau bikin oneshot tapi karena besok ada tugas jadi dibikin jadi twoshot saja. Dan bagi kalian yang sudah membaca fic ini, semoga bisa sedikit terhiburlah…

Mengenai soal kata-kata Ino itu, saya cuman ngarang aja jadi jangan dipertanyakan dan dipermasalahkan ya. Dan jangan salah persepsi juga mengenai wanita seutuhnya itu. mereka kan masih bocah-bocah kecil^^

Read And Riview?