"YIXING!" ucap Luhan berlari ke arah Lay dan Kris yang mendekat padanya.

"Astaga! Apa yang terjadi? Yixing… ayo bawa dia ke rumah sakit!" suruh Luhan kemudian memasukkan Lay ke mobil dan masuk ke dalamnya. Di depan sudah ada D.O yang siap mengantar sepupunya itu ke manapun.

"Rumah sakit?" kata Kris bingung.

"Lay punya masalah dengan pembekuan darah, dan lukanya tadi benar-benar parah." Jawab Xiumin yang tidak turut dalam perjalanan itu.

"Apa?"

.

.

.

Black Pearl

.

.

.

.

Bersimbah darah. Penuh luka. Goresan. Sayatan. Lebam. Hampir seluruh wajah dan tubuhnya bersimbah darah dan keadaan itu sontak membuat Luhan benar-benar khawatir. Mengingat Lay punya masalah dengan darahnya semakin memperburuk keadaan mental Luhan yang kini sedang berjalan cepat mengikuti derak tandu yang di dorong para suster.

Ruang ICU.

Separah itukah? Luhan hanya bisa menatap punggung-punggung suster dan dokter yang menghilang dibalik pintu ruangan serba putih itu. Ya Tuhan… apapun asal jangan Yixing…

Luhan mengusap keringat dan air mata yang menetes melewati pelipisnya. Dia terduduk di kursi tunggu ditemani Kyungsoo yang terus mengucapkan kata-kata yang diharapkannya bisa membuat hati Luhan tenang. Untuk sementara. Untuk sekejab saja.

"Luhan!" suara familiar itu sontak membuat Luhan mendongak dan menatap lima sosok pria yang hadir di depan ruangan yang sama dengannya itu.

"Xiu-ge…" Luhan serta merta ambruk di pelukan namja manis berpipi gempal itu. Dia menangis. Terisak dan mengerang menyesali keadaan adiknya. Yang bisa Xiumin lakukan saat itu hanyalah menenangkan Luhan, berbisisk bahwa semua akan baik-baik saja. Seperti biasanya.

Kris hanya terdiam melihat seseorang yang dulu ada di hatinya kini telah memiliki penggantinya. Menunduk, dia terdiam melihat isak tangis Luhan dan Kyungsoo yang tiba-tiba turut menitikkan air mata di pelukan Suho. Lay… tahukah kau sekarang ini Kris membutuhkanmu?

Tiba-tiba Kris merasakan dua buah tangan berbeda ukuran mendarat di bahunya. Dua sosok namja yang sering membuatnya kesal itu kini sedang berdiri di sisinya. Chanyeol menghela nafas berat diiringi desahan kecil Baekhyun.

"Dia pasti bertahan. Percayalah padanya…" ucap Baekhyun dan diiringi anggukan mantap dari Chanyeol yang kini menatap pintu kaca yang tertutup tirai itu.

Kris tersenyum kecil, "Aku tahu… aku hanya… aku…" Kris tidak tahu kata-kata apa yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Yang pasti hanya ada rasa lega, sakit, sedih dan marah.

"Ssst… kami tahu kok..." Baekhyun mengelus pelan punggung Kris.

"Yang kuat ya Kris! ^^" Chanyeol mengacungkan ibu jarinya di hadapan Kris membuat orang yang ditujunya itu mendesah sambil menatap mereka malas, "Kalian ini…"

.

.

.

.

Genggaman tangan Luhan semakin erat. Dia menatap sosok yang kini sudah membuka matanya itu. Meski dengan alat bantu nafas, tapi Luhan sudah bersyukur. Lebih bersyukur lagi karena kata dokter keadaan Lay mengalami kemajuan.

"Luhan-ge…" panggil Lay meski terhalang alat transparan yang membuat nafasnya makin panjang itu.

Luhan tersenyum sambil membelai pelan rambut lembab Lay, "Wae?" tanyanya seraya menatap Lay lembut.

Lay mengedipkan matanya lemah, "Di mana… hh… Kris?" tanyanya dan sebelum Luhan sempat menjawab seseorang membuka pintu kamar Lay dan membuat dua orang itu menoleh ke sumber suara.

Sosok lelaki jangkung dengan rambut blonde yang mulai panjang berdiri di sana. Menunduk menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Kris menarik nafas pelan lalu tersenyum sembari melangkah ke ranjang tempat Lay berbaring. Luhan tersenyum kaku melihat Kris yang kemudian duduk di samping Lay, berseberangan dengannya. Lay mencoba menarik ujung-ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman, tapi begitu lemah.

Tiba-tiba Xiumin datang dan meminta Luhan keluar. Dia menggiring Luhan menuju pintu kamar Lay dan berbisik, "Biarkan mereka berdua…"

Keheningan melingkupi ruangan serba putih itu. Tidak satupun dari mereka mau memulai pembicaraan sebelum akhirnya Lay menggerakkan jemari putihnya ke tangan-tangan besar yang kini bertumpu di ranjangnya.

Kris memandang sosok yang ada di hadapannya itu setelah merasakan ada sesuatu yang lembut menyentuh tangannya. Mereka beradu tatap sekarang. Yah… akhirnya. Kris menarik ujung bibir plump-nya seraya melihat ke arah Lay yang ikut tersenyum tipis meski dengan mata setengah terbuka.

"Kris…hh.." panggilnya dan Kris memiringkan kepalanya ke kanan beberapa cm.

"Tolong… hh… bukakan alat ini… hh." Pinta Lay sambil menyentuh alat bantu nafasnya dengan tangan kirinya.

"Tidak mau." Tolak Kris dingin.

Lay menatapnya sayu, "Bukakan dasar kau naga bau jelek… hhh…" ucapnya dengan terengah.

"Aku heran, dengan keadaan yang seperti ini kau masih bisa mengataiku naga bau?" Tanya Kris geram tapi ada sedikit kebahagiaan di nadanya.

"Hehe…" Lay tersenyum tipis sembari mulai melepas alat bantu nafasnya sendiri membuat Kris tiba-tiba panic.

"Eh.. eh Lay!" cegahnya tapi terlambat. Sekarang Lay sudah bisa menghirup bebas udara yang berada di sekitarnya. Aroma obat dan beberapa obat luka serta alkhohol menyeruak masuk ke hidunya. Akh.. dia agak menyesal melakukan ini, tapi demi sesuatu yang dia inginkan, dia akan melakukannya.

"Kenapa kau bodoh sekali?" umpat Kris saat Lay menatapnya sambil berusaha menggapai wajah Kris dengan tangan kirinya. Lay tersenyum manis. Sekarang Kris benar-benar bisa melihat senyum dengan dimple itu lagi… sepenuhnya.

Tiba-tiba Lay merasakan sesuatu yang sesak memenuhi dadanya. Saat itu juga dia mengangkat kepalanya dan menarik kepala Kris ke bawah demi menyatukan bibir mereka dalam satu ciuman manis yang selama ini diinginkan Kris.

Tanpa tolakan. Tanpa desahan. Lembut. Manis. Kris memperdalam ciuman itu seraya mendorong pelan kepala Lay agar mendekat padanya. Tapi… ciuman manis itu tiba-tiba sedikit terasa anyir dimulut Kris. Saat itu juga, Lay mendorong dada Kris dan melepas ciuman panjang itu seraya menutup mulutnya yang mengeluarkan darah.

"Lay?! K-Kau kenapa?" Tanya Kris panic seraya membantu Lay mengeluarkan semua darah kotor yang bersarang ditubuhnya.

"Uhuk! Akh!" meski Lay sudah berusaha menutup mulutnya, tapi bercak-bercak darah itu tetap mewarnai tangannya dan sebagian bibir Kris, bahkan hingga ke kasur putih yang kini ia duduki.

"Lay? What's going on? Don't leave me… please…" ucap Kris seraya merengkuh tubuh ringkih Lay ke dalam pelukannya. Kris memeluk tubuh Lay makin erat sampai tidak terasa dia menitikkan air mata.

"Aku… hh… tidak akan meninggalkanmu hh.. dasar naga bau jelek… hh…" kata Lay lemah dan diiringi isakan Kris.

"Saranghae…" bisik Lay sangat pelan. Sangat. Bahkan nyaris terdengar seperti desahan di telinga Kris. Tapi telinga Kris masih normal. Dia mendengar jelas kata-kata Lay yang langsung terngiang-ngian di kepalanya.

"Lay? Lay! LAY!" Teriak Kris begitu merasakan tubuh Lay melemah dan pingsan di pelukannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Koma.

Tangkupan tangan Luhan semakin erat saat Lay tidak menunjukkan perubahan apapun. Suara kardiograf di sampingnya masih normal. Luhan tidak tahu kapan penderitaan ini berakhir. Xiumin memasuki kamar Lay.

"Lulu…" katanya merangkulkan tangannya ke leher Luhan dari balakang.

Luhan merasakan Xiumin menyandarkan kepalanya di bahu kanannya dan berbisik, "Aku percaya padanya… kau juga harus percaya padanya…" katanya dan Luhan mengangguk.

Tak lama beberapa orang berseragam sama memasuki ruangan dan membuat Xiumin dan Luhan menoleh ke pintu. Dokter dan beberapa susternya ingin memeriksa keadaan Lay seperti biasa. Di hari kedua ini, Luhan banyak berharap keadaan Lay banyak mengalami peningkatan.

Kris menghampiri dua orang yang sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit itu, "Sudah sadar?" tanyanya dan Luhan menggeleng.

Xiumin tiba-tiba berdiri dan mengatakan bahwa dia ingin membeli makan untuk mereka bertiga. Suho dan Kyungsoo tidak dapat hadir sekarang karena ada urusan dengan kepolisian dan Kyungsoo yang mengikuti kontes memasak. Sedang Baekhyun dan Chanyeol sedang mengikuti audisi presenter di agency di mana Lay bekerja. Dan Luhan… dia sendirian duduk dan kini ditemani Kris yang duduk berjarak 1 kursi darinya.

"Uhm… Lusa… aku akan menikah." Luhan memulai pembicaraan dan langsung membuat Kris tercengang.

"Menikah?" tanyanya dan Luhan mengangguk.

"Dengan Xiumin-gege… kau datang ya?" pinta Luhan dan membuat Kris mengalihkan pandangannya ke kaki-kaki panjangnya.

"Y-Yeah…" dan bersamaan dengan itu keheningan tercipta.

Beberapa saat kemudian seruan dokter merusak keheningan yang ada, "Maaf… apakah di sini ada yang namanya Naga bau?" tanyanya dengan nada tak berdosa.

Kris yang mendengar panggilannya itu pun langsung berdiri, "Ya? Ada apa?" tanyanya dan sang dokter menerjab beberapa kali.

"Er~ kabar baiknya adalah dia sudah siuman dan kabar buruknya adalah… dia ingin menyiksa yang namanya Naga bau…" kata dokter itu lagi dan Kris justru tersenyum lebar mendengarnya. Dia kemudian masuk dan langsung berteriak.

"KUDA PONI JELEEEKKK!" serunya sambil menghambur ke tubuh Lay yang masih lemah. Sangat lemah mungkin.

"Akhh… K-Kris… hh…" ucap Lay merasakan beban berat di dadanya. Kepala Kris tertempel dengan sukses di dadanya yang tidak terlalu bidang itu. Kris mendongak dan menjambak poni Lay gemas.

"Aaakkh!" erang Lay sambil menahan sakitnya.

"Dasar jelek, aku mengkhawatirkanmu bodoh!" umpat Kris dan Lay tersenyum, "Sudah ku bilang kan… hh… aku tidak akan meninggalkanmu… hhh." Ucap Lay dan dibalas dengan ciuman manis dari Kris.

.

.

.

.

Kris mendorong kursi beroda empat yang kini ada di depannya seraya memasuki Gereja tempat di mana prosesi pernikahan Luhan dan Xiumin berlangsung. Dia dan Lay menatap serius ke dua sejoli yang saling mengikat janji cinta itu.

"Aku bersedia…"

Dan dengan ucapan Luhan berusan, Xiumin dan Luhan bertukar cincin yang terbuat dari mutiara hitam Luhan, prosesi menjelang akhirnya. Di akhir prosesi itu, Baekhyun dan Chanyeol yang diundang sebagai MC pun bermain beat box dan diiringi suara emas Kyungsoo dan Suho. Lalu…

'Pluk!'

Sebuah rangkaian bunga anggrek bulan mendarat di pangkuan Lay membuatnya dan Kris menatap bunga itu horror. Kris menarik ujung-ujung bibir plump-nya menjadi sebuah senyuman.

"Hahahaha!" tawa Suho, Kyungsoo, Baekhyun, Chanyeol dan pasangan baru kita. Lay menatap mereka satu per satu. Lalu dua buah mutiara hitam di tangannya. Ini akan dia berikan pada orang yang tulus mencintainya.

Kris menggenggam erat tangan Lay dan berkata, "Kapan ya kita bisa seperti itu?" tanyanya pelan.

"Ha? AP-" Kris menghentikan laju suara Lay dengan membungkam bibirnya dengan miliknya sendiri.

.

.

.

.

.

.

.

*END*

Gosh! Akhirnya selesai… mohon RCL…