Hallo Minna-san. Salam kenal Saya Sifa kepanjangan dari Siti Fatimah \ ._.)
Disclaimer : Bleach itu punyanya ahjussi © Tite Kubo. Saya cuma meminjam tokohnya saja #Semoga ga dilempar panci buluk lebih enak lagi kalo dilempar nasi uduk XO
Pairing : IchiRuki
Genre : Romance
Rate : T
Warning : Typo, OOC (banget -_-") cerita kacau, abal (yakin deh), alur nya gaje Cerita ini fiksi asli dari hasil imajinatif saya sendiri
Side Story of Nerd, Citrus, Fake Eye Glasses and Love ©_SheWonGirl_
Fic ini special aja buat yang request adanya SS dari fic sebelumnya, buat Uzumaki Kuchiki, Hendrik Widya, sama Naruzea Aichi :3 (Maaf kalo salah pelafalan kata :D)
Sudah dua bulan ini aku dan kaichou menjalin cinta. Ya ampun, bahasaku sedikit aneh dan sok romantis, maksudku, kami berpacaran. Jangan bertanya apakah hari-hariku nyaman atau tidak. Setiap hari aku mendapat perlakuan khusus nan manis dari penggemarnya. Mulai dari tatapan menusuk, buku hilang, sepatu hilang atau bahkan ada benda kecil menyebalkan – yang jika karatan – menyebabkan kakiku infeksi, diguyur air d ikamar mandi, kursiku ditempeli super glue, lokerku dihiasi sampah, kadang sekumpulan katak, seonggok ulat, atau sebangsa kecoa dan hari ini mereka lebih konyol, meletakkan ular palsu di dalam loker mungilku.
Dan yang paling menyebalkan hari ini. Ingat! Aku bilang hari ini! seragam olah ragaku menghilang dan sialnya aku dihukum Zaraki sensei guru berbadan besar yang mukanya itu lebih menakutkan dari medusa. Padahal sudah jelas-jelas tadi pagi aku menyiapkannya. Jangan kira masih muda seperti ini aku sudah pikun.
Itulah beberapa kesan moral penambah strees yang benar-benar membuatku mendidih sekarang. Jangan menyangka kalau perbuatan mereka aku adukan pada kaichou, itu kekanakan sekali. Ya walau dua hari yang lalu dia – secara tidak sengaja – mengetahui kalau pacarnya – aku– dikerjai dengan kodok dan kaichou meledak marah dan meminta agar mereka tak menggangguku dan mengulangi perbuatan mereka, tapi tetap saja mereka malah lebih bersemangat melakukannya.
So miserable, apalagi minggu ini akumendapat siklus bulananku. Ya ampun, Kami-sama tolong jauhkan aku dari orang-orang sadis itu. Kenapa aku sebut orang-orang, karena ada perempuan jejadian juga yang melakukannya padaku, alasannya jelas : tidak memperbolehkan aku jadi pacar kaichou. Sigh, mereka pikir mereka itu siapa? Menentukan sikap dan tindakan orang yang mereka fans-i?
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ichigo pada Rukia. Siang itu mereka berdua pulang bersama. Ichigo mengantar Rukia pulang walau rumah mereka berlainan arah. Erm~ sebenarnya kalau Rukia tak diantarkan pun tidak apa-apa, rumahnya dekat dengan SMA nya.
Ichigo menggenggam tangan Rukia lebih erat sehingga dia agak kaget, tersadar dari lamunannya. Rukia memandang Ichigo, lalu sedikit manja dia memajukan bibirnya dan berujar, " Aku tidak apa-apa, hanya saja siluman harimau menghukumku hari ini," jawab Rukia sedikit kesal.
"Siluman? Maksudmu Zaraki sensei?" tanya Ichigo, "Kau memberi dia julukan yang aneh," lanjut Ichigo dia terkikik geli.
"Salah siapa dia kejam begitu," rajuk Rukia.
Tiba-tiba hp Ichigo berbunyi, segera saja dia menambil hp itu dari saku celananya lalu menjawabnya, " Moshi-moshi, kaa-san, ... Iya, aku bersamanya ... baiklah nanti aku belikan ...," jawab Ichigo.
Ichigo memberikan hp flip hitamnya itu pada Rukia, dia menerimanya tanpa melepaskan pegangan tangannya pada lengan Ichigo.
"Apa kabar bibi, ... tidak bibi ... baik, sungguh tidak apa-apa, hanya berjarak beberapa rumah lagi ... tentu bibi, aku juga tidak sabar kesana lagi ... baiklah," jawab Rukia.
Hubungan telepon itu terputus, Rukia melepaskan pegangan tangannya pada Ichigo. Lalu menyodorkan telepon genggam itu pada Ichigo menggunakan kedua tangannya dan Ichigo menerimanya dengan kening berkerut.
"Kaichou, sampai sini saja, arigatou," ucap Rukia.
Ichigo menerima handphonenya dengan sedikit sunggingan senyum lalu dengan gemas dia mencubit pipi Rukia.
"Kita sudah pacaran lebih dari dua bulan dan kau masih saja memanggilku kaichou," ucap Ichigo, lalu dia melepaskan tangannya dari pipi Rukia, "Kau tahu kan harus memanggilku apa?" tanya Ichigo.
Rukia memainkan bola matanya gugup lalu memandang Ichigo, "Ic...Ichi...go...kun," ucap Rukia terbata. Wajahnya sangat merah sekarang, kau tahu, Rukia sedang menanggung malu.
Ichigo tertawa renyah lalu tangannya meraih dagu Rukia, memaksa Rukia untuk menatap matanya, "Kau manis sekali, apa kau malu untuk memanggil namaku?" tanya Ichigo.
Rukia mengangkat kedua tangannya lalu menepuk-nepuk pipinya, "Tentu saja kaichou bodoh," jawab Rukia. Ia menggembungkan pipinya manja.
"Kita sudah berciuman berkali-kali tapi aku tidak pernah melihat mukamu malu semerah ini, aku jadi ingin menerkam dirimu," ucap Ichigo.
"Me. . menerkamku? Jangan menggodaku kaichou," jawab Rukia, dia sudah selangkah mundur dari hadapan Ichigo.
Ichigo mengejar Rukia, dia melangkahkan kakinya kedepan, "Aku tidak menggodamu, aku serius," jawab Ichigo. Ichigo mulai menggerakkan tangannya, dia berusaha mengendurkan dasi panjang Rukia.
"Ka...kaichou mau apa?" tanya Rukia gugup.
"Kau berharap aku mau apa?" tanya Ichigo, tangan satunya lagi memegang pinggang Rukia, lalu Ichigo menatap Rukia. Wajah keduanya begitu dekat.
"Tolong jangan bercanda kaichou," ucap Rukia gugup.
"Dongakkan saja wajahmu," ucap Ichigo.
Rukia yang bingung tapi terlihat sangat imut itu hanya bisa mematuhi perintah Ichigo. Ia mendongakkan wajahnya dan detik selanjutnya Ichigo menempelkan bibirnya dileher putih Rukia, walau Rukia kaget tentu saja dia tidak akan menolak. Ichigo pacarnya dan Ichigo memperlakukan dirinya secara istimewa.
"Kaichou,... ge..li sekali," jawab Rukia.
"Baiklah, sudah selesai, tanda ini aku berikan agar tidak ada laki-laki lain yang melirikmu," ucap Ichigo sambil menunjuk tanda di leher Rukia.
"Kau bercanda kaichou, tempat tinggalku hanya melewati 3 rumah lagi dari sini," ucap Rukia.
"Anggap saja tanda ini klaim bahwa kau milikku selamanya," jawab Ichigo. Ia tersenyum menang.
Rukia tersenyum senang dan selanjutnya yang terjadi Ichigo memberikan kecupan ringan dibibir pink Rukia. "Kau membuatku ingin segera menjadikanmu bagian dari keluarga Kurosaki," ucap Ichigo. "Baiklah, segeralah pulang sana," lanjut Ichigo. Ia menepuk kepala Rukia lembut.
Rukia tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ichigo segera berbalik dan meninggalkan Rukia, "Ichigo-kun..., ik hou van jou," teriak Rukia.
Ichigo berbalik mendengar kalimat itu dari Rukia, tapi Rukia sudah berlari menjauh.
Ichigo tersenyum, 'Dia manis sekali,' pikirnya. "Ik heb je lief," jawab Ichigo.
_SheWonGirl_
Flashback
Pagi itu, hari sabtu. Memang sekolah libur tetapi Ichigo harus mengurus berkas yang tidak diselesaikannya Jum'at kemarin. Tentu sekolah tutup tapi sebagai Ketua Dewan Kesiswaan dia punya hak istimewa.
"Kurosaki, kau rajin sekali," ucap seseorang ketika Ichigo sedang berada dikoridor meninggalkan ruang dewan siswa.
Ichigo berbalik lalu tersenyum mengetahui siapa yang berbica kepada dirinya.
"Unohana sensei," ucap Ichigo, dia tersenyum lalu membenahi kaca matanya, "Anda terlalu memuji sensei, sensei sendiri sedang apa disini?" tanya Ichigo.
"Hohoho, hanya menyelesaikan administrasi yang kemarin aku tinggal, kemarin aku pulang cepat jadi aku tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu," jawab Unohana.
"Administrasi, memangnya akan ada murid pindahan?" tanya Ichigo.
"Iya, hari senin besok dia sudah mulai masuk dan juga, dia anak yang manis," jawab Unohana.
Ichigo tersenyum menanggapi unohana sensei memuji seseorang yang bahkan belum menjadi murid ajarnya.
"Oh ya, dia ada dibawah, digerbang samping sekolah kalau kau ingin menemuinya," ucap Unohana lagi, "Ja na, Ichigo, aku harus pergi," lanjutnya lagi.
"Hati-hati sensei," jawab Ichigo, Unohana menjawab Ichigo dengan senyuman.
Ichigo seharusnya juga pulang sekarang, jadi dia mengikuti langkah Unohana sensei, tapi setelah Ichigo berada di lantai satu dia berjalan menuju gerbang samping. Dari kejauhan Ichigo melihat sosok mungil yang mempunyai surai raven, memakai seragam sekolah seperti dirinya. Ichigo mempercepat langkahnya, gadis itu mendongak kemudian tersenyum memandangi kelopak-kelopak sakura yang berguguran, Ichigo terpesona dengan senyuman gadis itu. Merasa ada yang memperhatikan, gadis itu segera menggerakkan kepalanya, dan ditemuinya sosok Ichigo disana. Gadis itu berjalan mendekat kearah Ichigo, sedang Ichigo terdiam ditempatnya.
Gadis itu langsung menghormat pada Ichigo, "Sumimasen, boleh aku minta tolong?" ucapnya pada Ichigo.
Ichigo membenahi letak kaca matanya lalu menjawab, "Tentu saja, asal aku bisa," jawab Ichigo.
"Bolehkah jika aku memintamu menemaniku berkeliling sekolah," tanya gadis itu, "Aku Kuchiki Rukia."
"Kuchiki-san, apa kau tahu, kau tidak boleh berada di sini jika sekolah libur, kau melanggar peraturan. Jika ketua dewan siswa disini sampai tahu, kau bisa dihukum," jawab Ichigo.
"Kau juga disini kan, kau juga melanggar peraturan, bahkan rambutmu berwarna orange, bukankah meyemir rambut juga dilarang?" tanya Rukia.
"Begini saja, anggap saja ini rahasia kita berdua," lanjut Rukia.
"Baiklah, namaku Kurosaki Ichigo, aku akan mengantarmu berkeliling, sebagai gantinya jangan mengolok-olok rambutku, ini asli," jawab Ichigo.
Rukia tersenyum geli, "Pasti kaa-sanmu sangat menyukai jeruk Kurosaki-san," ucap Rukia.
"Begitulah," jawab Ichigo, dia segera melangkah meninggalkan Rukia, "Ikuti saja aku," lanjutnya.
Flashback End
Aku mengingatnya, wajahnya begitu manis saat pertama kali aku bertemu dengannya dibawah pohon sakura didekat gerbang samping sekolah. Aku menghabiskan beberapa jam bersamanya, kata Rukia dia pindah karena ikut dengan keluarga kakak iparnya yang tinggal di Karakura. Setelah dia tahu kalau aku ketua dewan siswa dia biasa saja, untung memang, dia tidak marah kepadaku.
Dari beberapa gosip yang beredar, dia tidak bisa mendapat teman, entahlah katanya karena dia berasal dari keluarga Kuchiki –bangsawan atau aristocrat sejenis– dan teman-temannya enggan mendekatinya takut tidak setara karena kekayaannya dan gadis itu hanya selalu memasang wajah composure yang tidak terlalu terpengaruh keadaan sekitar, padahal dia asli sangat cheerfull. Sampai suatu hari dia memutuskan untuk merubah penampilannya. Jujur, karena aku sudah sangat menyukainya dari awal sampai kesempatan emasku itu datang, memonopoli dirinya. Aku menjadikan dirinya bagian dari anggota dewan siswa. I know I'm so sly, whatsoever.
Tapi sepertinya keputusan yang aku buat sedikit menjengkelkan dirinya, ya... aku tahu sikapnya karena mataku selalu mengikuti sosok mungil bermata amethys itu. Dia tidak suka kalau harus berurusan dengan sesuatu yang berhungan dengan sampah, tetapi lucunya dia selalu membereskannya. Setiap kali dia melihat sesuatu ayng berserakan, dia akan langsung membuangnya ke tempat sampah, lalu mencuci tangannya dengan sabun di kran yang ada didekat club basket. Tidak cukup sampai disitu saja, dia akan menyemprotkan hand sanitizer pada tangannya. Walau merasa sedikit jijik, tapi dia selalu seperti itu, manis sekali.
Dan setelah kami pacaran pun sikapnya juga seperti itu, bahkan tidak banyak yang tahu mungkin. Dia selalu membawakanku bento walau rasa masakannya agak aneh, kadang terlalu pedas bahkan kadang hanya terasa rasa cuka.
"Hey, Kurosaki kau tidak keracunan makan makanan seperti ini," ucap Ishida waktu itu.
"Tertu saja tidak mata empat," jawab ku cepat.
"Aku tahu walau kau sangat menyukai Kuchiki-san, tapi kalau kau jujur tidak apa-apa kan, masakannya terlalu buruk," jawab Ishida.
Aku hanya tersenyum mendengar penuturan Ishida, tetapi jelang hanya beberapa menit, aku mendengar kabar Rukia marah-marah di kelasnya, memarahi Soifon katanya dan aku sekarang mengerti kenapa masakan Rukia sebegitu buruknya, itu kelakuan para fans-fans yang terlalu loyal kepadaku. Masakan Rukia kadang diberi bubuk merica-yang membuatku bersin setiap kali mau memakannya, padahal aku memakannya sesendok-sesendok, diberi bubuk cabai- yang esok paginya aku akan pergi berkali-kali ke kamar mandi, lalu diberi cuka- yang kadang membuat gigiku terasa ngilu. Sejak saat itu Rukia tidak mau membawakan bento padaku apapun alasannya, takut dikatai Ishida lagi. Ya ampun, kasihan sekali dia, terdengar seperti gadis yang sedang depresi.
Begitulah hubungan kami, tapi walau sudah pacaran selama 2 bulan, dia kadang tetap saja memanggilku kaichou atau Kurosaki-kun, harusnya dia kan memanggil namaku langsung jadi sekalian saja tadi aku menggodanya, rasakan. Sebenarnya aku ingin mampir ke rumahnya, tapi kaa-san ku menyuruhku membelikan sayur untuk makan malam di rumah.
_SheWonGirl_
Pukul 19.13 JST
Bel rumahku berbunyi nyaring, memang dan biasanya seperti itu, wajar kan. Tahu bunyi bel, ya kalau berdering terlalu lama bisa membuat telinga terasa terganggu, jadi aku segera saja berlari kesana untuk membukanya. Jangan tanya seberapa kagetnya diriku mendapati bahwa Rukialah yang berada di balik pintu.
"Selamat malam, Ichigo-kun," sapa Rukia.
"Oh, ya.. malam, masuklah," jawab Ichigo.
"Dimana yang lainnya? Aku membawakan kue mochi, dorayaki dan taiyaki," ucap Rukia.
"Mereka ada di ruang makan, kami baru saja selesai makan malam," jawab Ichigo.
"Baiklah, ayo kita kesana saja," jawab Rukia, dia menarik Ichigo agar mengikuti dirinya.
"Selamat malam," sapa Rukia pada semua yang ada di ruang makan.
Segera mereka semua-dari ayah, ibu dan adik-adik Ichigo- melihat kearah sumber suara. Mereka menyambut Rukia dengan hangat.
"Tidak biasanya Rukia-chan datang malam seperti ini?" tanya Ibu Ichigo.
"Boleh jujur bibi?" tanya Rukia memastikan.
"Putri ketigaku apa Ichigo melakukan hal yang buruk padamu?" tanya Ayah Ichigo.
"Kalau Ichi-nii membuatmu sedih aku yang akan menonjoknya," sela Karin.
"Kau membuatnya sedih Ichi-nii?" tanya Yuzu.
"Sebenarnya bukan, sebelumnya Rukia minta maaf, apa tidak apa-apa jika aku dan Ichigo-kun menghabiskan waktu di halaman belakang?" tanya Rukia, "Aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan Ichigo-kun, makan cake strawberry," ucap Rukia.
"Tentu saja, silahkan," jawab Ibu Ichigo.
Rukia menunduk hormat lalu meninggalkan mereka diruang makan. Ichigo mengikuti Rukia menuju halaman belakang rumahnya.
"Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Ichigo pada Rukia ketika mereka berdua sudah duduk di bangku di taman belakang.
"Aku kan hanya ingin menghabiskan waktu denganmu, tidak boleh?" tanya Rukia.
"Bukan tidak boleh, hanya tidak biasa saja," jawab Ichigo.
Rukia mendesah panjang, "Ichigo-kun tidak peka, aku ingin kencan, sudah 2 bulan lebih kita pacaran, setiap hari kau harus pulang cepat, di ruang dewan siswa tidak mungkin kita bersikap mesra-mesraan," ucap Rukia, "Disekolah, walau aku berusaha membuat bento atau masakan apapun pasti mereka selalu menghancurkannya." Rukia mulai terisak.
"Baiklah aku mengerti, minggu besok kita pergi ke taman bermain, oke. Jangan menangis," ucap Ichigo dia membelai Rukia sayang. Lalu membersihkan air mata Rukia yang terjatuh di bibirnya.
"Kali ini harus tidak gagal," rajuk Rukia, "Sekarang makanlah cake ini, aku jamin rasanya sangat enak," ucap Rukia.
"Kau yang membuatnya?" tanya Ichigo.
"Iya, aku yang membuatnya," jawab Rukia.
"Suapi aku," ucap Ichigo
"Ayo, buka mulutmu."
Rukia menyuapi Ichigo setelah itu dia memasukkan sepotong kue kedalam mulutnya sendiri.
"Hehehehe~, ini seperti indirect kiss," ucap Rukia.
Ichigo segera memegang dagu Rukia, "Ada yang tertinggal disudut bibirmu," ucap Ichigo, lalu dia mendekatkan bibirnya ke bibir Rukia, dia membersihkan cake itu lalu mencium Rukia dan Rukia membalas ciuman Ichigo.
"Masih terasa strawberry," ucap Rukia.
"Tanpa kue pun, bibirmu terasa seperti strawberry," jawab Ichigo.
Wajah Rukia memerah, Ichigo tersenyum geli. Lalu mereka berciuman lagi. Lebih dalam dan lebih intens.
E to the N to the D
Ik hou van jou : aku cinta kamu dalam bahasa Belanda
Ik heb je life : aku cinta kamu dalam bahasa Belanda, tetapi menurut pencarian xD dia ini mempunyai arti yang lebih dalam.
Composure : tenang
Kkkkk~ penutupnya gaje yah xD
Ga papa dong ya x3
Review Mina-san :D ?
