Title : He Sees a Darkness but Smile Like a Sun

Genre : Family/Adventure

Pairing : 6927, D18, 8059, slight All27, 1827 (brothership)

KHR © Amano Akira

Warning : OOC!, Twin!Tsuna, Shounen Ai, SoftBashing!Nana, Bashing!Iemitsu

.

Bukan Sawada Tsunayoshi yang menjadi kandidat dari Vongola Decimo, tetapi Sawada Yoshimune. Lagipula mereka hanya tahu bahwa Tsunayoshi hanyalah seseorang yang selalu dikelilingi oleh kegelapan karena ia tidak bisa melihat. Meskipun sebenarnya, merekalah yang tidak bisa melihat, bahwa jiwanya bahkan lebih terang daripada matahari.

{1}

Chap. 1, Twins?

{1}

DUG!

Suara itu terdengar saat sebuah bola membuat kontak dengan kepala seseorang yang ada di sisi lapangan. Pemuda berambut cokelat itu tampak mengaduh pelan dan memegangi kepalanya. Sawada Tsunayoshi, berusia 13 tahun saat itu tampak hanya diam dan menatap ke depan dengan mata cokelat madunya yang entah kenapa terlihat kosong.

"Dame-Tsuna, kalau kau tidak bisa menangkap bola itu sebaiknya kau tidak ikut bermain!"

Yang bersangkutan tampak mencoba untuk mengambil bola yang bergulir namun seolah tidak bisa melihat bola itu kearah mana, ia terus gagal menangkapnya. Panik, sebelum tiba-tiba sepasang tangan tampak mengambil bola itu. Menoleh ke atas karena posisinya tampak berjongkok, anak bernama Tsuna itu tampak mengetahui siapa yang ada disana. Namun sebelum ia bisa berbicara, anak itu tampak mendorongnya hingga ia terjatuh ke belakang.

"Kalian lupa kalau dia itu tidak bisa melihat? Ia benar-benar tidak berguna," tampak anak laki-laki yang mirip dengan Tsuna mendengus dan mengangkat bahunya acuh, "jangan fikirkan dame-Tsuna. Oi, dame-Tsuna lebih baik kau pergi saja! Kau hanya mengganggu!"

"T—tetapi Yoshi, kaa-chan memintaku untuk menjagamu..."

"Hah, menjagaku? Aku yang jadinya harus menjagamu, sudahlah pulang saja!" Tampak sedikit menyerengit saat pemuda itu meninggikan suaranya. Namun Tsuna tampak tidak bisa membantah dan hanya mengangguk saja perlahan.

Sawada Tsunayoshi, berusia 13 tahun adalah seorang siswa Namichuu seperti yang lainnya. Namun, yang membedakannya adalah kenyataan bahwa ia adalah seseorang yang buta. Ia tidak bisa melihat—bukan sejak lahir namun karena sebuah insiden. Entah kenapa, anak itu tidak ingin bersekolah di tempat khusus dan memutuskan untuk sekolah layaknya anak normal lainnya—meskipun itu membuat dirinya menjadi bulan-bulanan orang lain. Sifatnya menjadi pemalu dan juga minder, tidak memiliki teman dan selalu dipanggil sebagai dame-Tsuna.

Sementara Sawada Yoshimune, berusia 13 tahun adalah adik kembar dari Tsuna. Dikenal populer, pandai dalam akademik dan juga olah raga. Namun, sifatnya cukup buruk untuk dilihat semua orang. Ia adalah anak yang egois dan juga suka menyakiti orang lain. Mereka yang berteman dengannya hanyalah orang-orang yang takut dengan anak itu.

'Setelah 12 langkah dari sini, aku harus berbelok ke kanan dan melangkah hingga 50 langkah,' meskipun ia tidak bisa melihat, ia mudah untuk mengingat sesuatu, termasuk langkah dan jarak dari tempat manapun. Dan benar saja, lima puluh langkah, ia mencoba untuk meraba papan nama yang ada di depan rumahnya untuk memastikan kalau ini adalah rumahnya.

'Sa—wa—da,' memastikannya, tampak mengangguk dan berjalan kearah depan. Namun ia lupa menghitung langkah dan tampak berjalan terlalu cepat hingga menabrak pintu depan rumahnya, "ow..."

"Yoshi-kun?" Suara itu adalah suara ibunya yang menoleh namun menemukan kalau yang ada disana adalah anak sulung dari anak kembarnya, "ah Tsu-kun, apakah kau tidak apa-apa? Dimana Yoshi-kun?"

"A—aku tidak apa-apa kaa-chan, Yoshi-kun..." Mengusir dan menyuruh untuk pulang, "ia baru bermain dengan anak-anak lainnya. Aku bosan dan pulang..."

"Oh Tsu-kun, kau tidak perlu memaksakan diri untuk ikut dengan Yoshi-kun. Kaa-chan tidak akan memaksamu untuk menjadi seperti anak yang normal," dan satu lagi pernyataan dari ibunya yang sukses membuatnya ingin memutar matanya. Selalu Yoshi yang menjadi kebanggaan ibunya dan ia selalu menjadi anak yang 'istimewa' dalam arti kata tidak normal, "bagaimana kalau kaa-chan bantu ke kamar?"

Apakah ibunya sadar kalau ia bisa pergi sendirian dari taman ke rumah mereka? Dan ia fikir ia tidak bisa ke kamarnya sendirian?

"Ti—tidak perlu kaa-chan, aku bisa..."

Dan dengan segera ia berjalan sambil meraba dinding yang ada di sekelilingnya dengan sesekali tersandung oleh lantai.

{1}

"Benar-benar hari yang buruk," menghela nafas dan meraba sejenak sekelilingnya sebelum menemukan ranjangnya dan segera merebahkan diri disana. Mata cokelatnya yang kosong tampak seolah menerawang ke langit-langit, meskipun yang ia lihat hanyalah kegelapan.

'Aku penasaran bagaimana bentuk kamarku—' tersenyum sendiri dan tampak menggelengkan kepalanya pelan. Bangkit dari tempatnya duduk dan menoleh sekelilingnya, "aku bisa melakukannya sekarang. Kaa-chan masih di halaman dan Yoshi-kun belum pulang..."

Menutup matanya, terdiam sejenak sebelum ia membuka matanya kembali. Mata cokelat kosongnya kini berubah menjadi orange terang, dan tampak tidak kosong seperti sebelumnya. Mencoba untuk meraba sekelilingnya hingga menemukan jendela, ia 'melihat' bagaimana keadaan di luar. Hanya sebuah api yang ia lihat saat itu, yang menggantikan posisi dari orang-orang yang sedang berlalu lalang. Bukan hanya satu warna, tetapi beberapa warna.

Ia menyadai hal itu saat usianya 10 tahun. Ketika ia mengalami demam tinggi yang membuatnya berada dalam keadaan koma selama 1 bulan. Ia bisa mengubah warna matanya menjadi kuning, dan saat itu ia bisa 'melihat' di kegelapan yang ada di sekelilingnya itu, api yang tampak muncul dan membuat siluet-siluet orang-orang. Meskipun ia tetap tidak bisa melihat wajah mereka.

Ia hanya bisa melihat posisi dimana mereka berada. Ia juga tidak bisa melihat benda-benda mati, itulah sebabnya ia tidak bisa menghindar meskipun menggunakan 'penglihatannya'.

"Dua anak laki-laki, kaa-chan di halaman dan juga—" ia mengerutkan dahinya saat melihat seseorang dengan api yang berbeda. Berwarna kuning, tampak lebih besar daripada yang lainnya namun siluet yang diberikan saat itu seperti seorang anak kecil—balita tepatnya.

'Entah kenapa aku punya firasat buruk tentang ini…' bergidik ngeri saat menatap kearah salah satu sisi dari batang pohon yang menjulang kearah kamar saudaranya. Segera menghentikan 'penglihatan'nya sebelum menutup gorden yang ada disana.

Tanpa sadar, kalau seseorang tampak berada disana, duduk dengan tenang dan perhatiannya sempat teralihkan dengan keberadaan Tsuna yang seolah bisa melihatnya. Seorang bayi berpakaian jas dan memiliki topi fedora dengan sebuah pacifier di lehernya.

"Sawada Yoshimune, anak dari Iemitsu." Anak itu menyadari kalau Tsuna yang ia kira adalah Yoshimune seolah melihatnya tadi—atau memang melihatnya, "ia menyadari keberadaanku?"

"Sebaiknya kuawasi dia…"

{1}

Suara gaduh yang terdengar dari kamar sebelah membuat Tsuna yang tadi memutuskan untuk tidur tampak terbangun dan menggerutu pelan. Ia tidak suka suara yang terlalu bising. Pendengarannya tajam karena matanya tidak bisa dipakai.

"Yoshi-kun, bisakah kau mengecilkan suara radiomu?" menggedor dinding yang membatasi kamarnya dan kembarannya itu. Ia yakin suara gedoran itu cukup keras untuk terdengar. Namun tidak ada jawaban dari yang bersangkutan dan suara itu bahkan semakin keras.

Ah, bukan Yoshimune kalau ia tidak melakukan hal itu. Ia butuh aspirin sungguh—dan ia yakin kalau ibunya juga tidak bisa tidur karena kelakuan dari adik kembarnya itu. Kalau saja bukan karena prestasinya mungkin saja ibunya akan benar-benar marah.

Meraba sekali lagi, untuk menemukan laci yang ada di samping tempat tidurnya. Menemukan sebuah headphone yang ada di dalam sana, dengan segera memakainya meskipun masih terdengar sangat jelas. Ia segera menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk tertidur.

{1}

"GAAAH! Kenapa ada bayi di tempat tidurku!" bahkan saat itu suara Yoshi lebih besar daripada suara musik yang didengar oleh Tsuna semalam. Dan cukup untuk membangunkannya dari tidur. Mengucek matanya, tampak mengambil tongkat yang ada di samping tempat tidurnya sebelum berjalan kearah pintu keluar.

Dengan sedikit 'hadiah' terjatuh dari tangga, ia tampak mencoba untuk bangkit sambil mengaduh sebelum berjalan kembali. Setelah teriakan itu, ia yakin mendengar suara langkah dari Yoshi yang sepertinya menuju ke bawah.

"Ah, kaa-san lupa mengatakan—ayahmu mengatakan kalau ia mengirinkan guru untukmu."

"Ya, aku adalah home tutor yang dikirim Iemitsu untuk dame-Yoshi, namaku adalah Reborn," jawabnya sambil menatap kearah Yoshi yang tampak terkejut mendengarnya.

"Hei aku tidak butuh tutor, nilaiku bagus-bagus saja—harusnya kau mengajari dame-Tsuna!" jawabnya menatap kearah Tsuna yang baru saja datang dan berhenti di ambang pintu. Matanya saat ini berwarna orange, karena menggunakan 'penglihatan'nya.

"Dame-Tsuna?" oke, Reborn sekarang menjadi bingung. Baik Nono maupun Iemitsu tidak pernah mengatakan kalau Iemitsu memiliki dua anak. Dan ia menatap anak berambut cokelat itu—menyadari kalau ia adalah orang yang menyadari keberadaannya tadi.

'Sebaiknya Iemitsu menjelaskannya padaku…'

"Yoshi, walaupun Tsu-kun seperti itu kau tidak seharusnya mengatakannya bukan?" jawab Nana sambil menghela nafas, sementara Tsuna tampak sedikit menyerengit mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya yang malah tidak membantah apa yang dikatakan oleh Yoshimune, "apakah Iemitsu memang mengirimmu untuk mengajarkan pada Yoshi-kun?"

"Begitulah, aku tidak perlu dibayar tetapi aku ingin tinggal disini untuk mengajari dame-Yoshi…"

"Hei-hei, tunggu aku tidak pernah setu—GAAAH!" satu tendangan saat Yoshi mencoba untuk memegang Reborn. Tepat di perutnya, "a—apa-apa—"

"Oh sepertinya Yoshi-kun masih mengantuk. Baiklah Reborn-kun, aku akan mengantarkanmu ke kamar Yoshi-kun," Nana tampak menatap kearah Reborn yang terdiam sejenak sebelum menoleh kearah Tsuna yang sedaritadi hanya diam saja. Ia 'melihat' flame yang sama dengan yang ia lihat kemarin—apakah anak ini kemarin berada di depan kamar Yoshi, tetapi kenapa?

"Biarkan dia yang mengantar…"

"Eh tetapi—Tsu-kun tidak tahu dimana kamar Yoshi-kun," jawab Nana sambil menatap kearah Reborn yang tampak menatapnya datar namun penuh tanya.

"Tentu saja, bagaimana dame-Tsuna bisa menunjukkan kalau ia saja—AAAH!" sebuah tendangan sekali lagi tepat mengenai perut Yoshi dan kali ini sukses membuatnya benar-benar pingsan. Tsuna yang mendengar itu saja sudah tahu kalau yang dialami Yoshi bukan hal yang baik.

"Aku bisa mengantarkannya…" Tsuna tersenyum dan menatap kearah depan. Reborn yang menatapnya tampak mengangguk dan menarik Yoshi yang masih tidak sadarkan diri. Berjalan sambil meraba bagian dinding dan menghafalkan langkah untuk pergi ke kamar Yoshi, Reborn memperhatikan dengan seksama. Beberapa kali hampir terjatuh oleh benda yang tampak sangat jelas terlihat membuatnya curiga.

"Ini adalah kamar Yoshi," Tsuna membuka kamar itu dan membiarkan Reborn maupun Yoshi masuk ke dalam kamar. Reborn yang masih penasaran dengan tingkah Tsuna karena ia memang tidak pernah diberitahu akan adanya anak ini hanya mengangguk dan masuk ke dalam.

"Baiklah, aku akan kembali ke kamar—"

CKLEK!

Suara yang tidak familiar itu sebenarnya bisa memiliki spekulasi suara apapun. Namun entah kenapa intuisinya mengatakan kalau itu adalah benda yang berbahaya. Ah, kalau saja Tsuna tahu kalau saat ini Reborn sedang mengacungkan pistol kearahnya.

"Kau juga masuk…"

"B—Baiklah…"

{1}

"Boss mafia?"

Yoshi yang baru saja bangkit dari tidurnya tampak menatap tidak percaya pada Reborn yang ada di depannya. Tsuna sendiri tampak hanya diam walaupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Reborn.

"Hah, jangan bercanda anak kecil—untuk apa aku menjadi boss mafia?"

"Kau adalah keturunan langsung dari pendiri kelompok Vongola. Mafia terbesar di dunia," jawab Reborn menatap Yoshi yang mengerutkan alisnya masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Reborn. Reborn mengacungkan pistol kearah Yoshi saat itu, "kau harus kutembak untuk percaya dengan apa yang kukatakan?"

Tsuna tampak panik dan mencoba untuk menghalangi Reborn. Meraba dan dengan segera berada di depan Yoshi, menatap dengan mata cokelat kosongnya agar tidak menembak Yoshi saat itu.

"Hei, apa-apaan kau dame-Tsuna! Kau takut hanya karena pistol mainan itu?!"

"Hormati saudaramu sendiri dame-Yoshi," menatap Yoshi yang hanya berdecih dan tampak tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Reborn. Mencoba untuk menyingkir dan mendorong Tsuna agar tidak menghalanginya untuk melakukan sesuatu pada Reborn.

Ia bukan ingin menghalangi, tetapi intuisinya benar-benar mengatakan agar Yoshi menjauh dari anak ini.

"Kubilang minggir dame-Tsuna!" mendorong kali ini hingga benar-benar membuat Tsuna terpelanting dan menjauh darinya.

DZIIING!

"Kubilang hormati saudaramu dame-Yoshi. Dan ini bukan pistol mainan," Yoshi terdiam saat peluru itu tampak melesat beberapa mili dari kepalanya. Wajahnya seketika memucat dan Tsuna tampak mencoba untuk mengingat kalau suara itu adalah suara sebuah pistol.

"Fu*k, apa-apaan kau! Kenapa bayi sepertimu membawa barang seperti ini!"

"Sudah kukatakan aku adalah seorang Hitman dan aku kemari untuk membuatmu menjadi seorang boss mafia," tampak terkejut. Ia tidak bisa melakukan apapun lagi selain mempercayainya. Membulatkan matanya dan tampak tersenyum sinis.

"Kalau aku adalah seorang boss, aku bisa melakukan apapun bukan?" Tsuna tidak suka dengan nada bicara Yoshi saat itu. Benar-benar mengerikan dan membuat kepalanya pusing dengan intuisinya yang mengatakan kalau terjadi hal buruk kalau Yoshi meneruskannya.

"Begitulah…"

"Baiklah, lagipula siapa yang tidak ingin jabatan sebagai boss bukan?" tawa sinis terdengar. Dan kali ini Reborn benar-benar berfikir kalau Iemitsu dan juga Nono mengambil keputusan yang salah. Tetapi, siapa yang bisa menyalahkan—Xanxus adalah kandidat lainnya tetapi ia bukan anak kandung Nono. Hanya Yoshimune yang memiliki darah asli Vongola.

Dan begitu juga dengan—

Reborn menoleh pada Tsuna yang berdiri dan tampak berbalik memunggungi Reborn.

"Ah, sepertinya kalian sudah selesai dan ingin mendapatkan waktu berdua. Jadi, aku akan pergi…" jawabnya sambil tersenyum dan meraba sedikit untuk menemukan knop pintu dan segera keluar dari tempat itu. Reborn semakin penasaran dengan siapa Sawada Tsunayoshi. Iemitsu yang selalu membanggakan keluarganya tidak pernah sama sekali membicarakan tentang anak itu.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Aku juga akan menjadi guru lesmu, jadi—" mengeluarkan setumpuk soal yang ada disana dan menyerahkannya pada Yoshimune, "untuk sekarang sebaiknya otakmu yang akan kuasah."

"Hei, aku bukan dame-Tsuna!"

"Dan kau tidak berhak membantah. Kerjakan dalam waktu 2 jam atau—" mengacungkan senjata dan tampak Yoshi yang bergidik ngeri sebelum segera beranjak dari tempatnya dan segera mengerjakannya. Reborn melihat bagaimana sikap dari Yoshi yang tidak jauh berbeda dari Xanxus. Bahkan mungkin lebih parah—minimal Xanxus masih memperdulikan famiglianya.

"Dia adalah saudaramu?"

"Hm? Siapa—dame-Tsuna? Begitulah, ia lahir 6 menit lebih awal daripada aku," jawabnya sambil tetap mengerjakan dan sesekali menyerengit saat menyadari kalau soal itu berada diatas tingkatannya, "kau tidak perlu memperhatikannya, ia hanyalah dame-Tsuna yang bahkan tidak bisa melihat sama sekali."

"Ia tidak bisa melihat?"

{1}

Reborn berjalan kearah dapur untuk mencoba membuat kopi pagi hari. Hari ini adalah hari libur dan ia pastikan Yoshi tidak akan beristirahat dengan tenang hari ini. Berjalan kearah dapur menemukan Tsuna yang tampak meraba rak diatasnya mencari sesuatu.

'Ia tidak bisa melihat—tetapi kenapa saat itu ia seolah menoleh kearahku?' Tsuna masih sibuk mencari sesuatu, dan Reborn tampak melihat kearah sebuah pisau yang tampak berada di rak itu, akan terjatuh saat Tsuna mencoba untuk mengambil toples yang ada di belakangnya.

CTAK!

Suara peluru karet tampak terdengar bersentuhan dengan pisau yang akan mengenai Tsuna saat itu.

KLONTANG!

"H—Huh?" Tsuna menoleh asal suara dan mencoba merabanya untuk menemukan tekstur pisau. Menoleh pada pintu, walaupun sedikit melenceng tetapi ia mengetahui seseorang berada disana.

"Ehm, terima kasih Reborn-san…" jawabnya menunduk kembali. Reborn melihat toples berisi biji kopi itu. Tsuna meletakkannya di rak dan tampak kembali mencari sesuatu yang ada disana. Sebuah mesin penggiling biji kopi. Jarang digunakan, hanya kalau ayahnya kembali saja.

Reborn memutuskan untuk duduk dan melihat apa yang dilakukan oleh Tsuna. Walaupun terkadang terlihat canggung dan kaku, pekerjaannya juga berantakan, tetapi Reborn bahkan masih tidak percaya kalau Tsuna adalah seorang yang buta. Ia hanya terlihat seperti anak normal lainnya yang ceroboh saja.

Saat ia melamun, tiba-tiba saja ia merasa tangan Tsuna yang meraba-raba meja makan, saat menyentuh tangannya ia tampak tersenyum dan memberikan sebuah cangkir berisi kopi.

"Bagaimana kau tahu aku minum ini?"

"Hm—terkadang intuisiku cukup tajam," jawabnya sambil mengambil kursi yang ada di dekatnya dan duduk disana. Reborn melihat kearah Tsuna dan kopi itu sebelum menyentuh dan meminumnya. Oke, ia semakin bingung apakah Tsuna adalah anak yang buta atau tidak. Karena bahkan rasanya benar-benar pas dengan seleranya, "aku butuh waktu 1 tahun untuk bisa menghafalkannya…"

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

"Dengan meraba, mencium, dan juga mengingat tentu saja," Tsuna memegang cangkir di tangannya dan tampak meminum kopi yang juga ia buat untuknya minum, "walaupun aku bukan anak yang normal, tetapi aku tidak ingin mereka melihatku sebagai anak yang cacat."

"Nafasmu tampak samar tersentak saat melihatku pertama kalinya," Reborn menatap Tsuna yang hanya tersenyum kearahnya, "kutebak, tou-chan tidak pernah bercerita tentangku…"

Itu memang benar, selalu Nana dan juga Yoshimune—bahkan ia baru tahu tentang Tsunayoshi Sawada saat perkenalan tadi. Tsuna tampak tidak sama sekali mempermasalahkan itu.

"Sudah biasa terjadi, kalau saja tidak tinggal disini tidak akan ada yang mengenal tentangku. Baik kaa-chan maupun tou-chan tidak pernah mau memperkenalkanku dengan teman-temannya," menghela nafas dan tampak tertawa pelan, "yah, tetapi memang karena aku hanyalah seseorang yang tidak berguna dan hanya bisa menjadi sampah di rumah ini bukan?"

"Kau tidak bisa membiarkan itu terus terjadi. Walaupun kau bukan boss mafia, tetapi kau akan berurusan juga dengan dunia mafia karena dame-Yoshi," Reborn meminum kopinya kembali. Oke, ia tidak perlu jauh-jauh mencari kopi, karena ini akan menjadi kopi favoritnya, "kau hanya terkekang oleh sikap keluargamu yang tidak perduli. Kalau kau tidak mencoba melakukan yang lebih baik, kau tidak akan bisa membuktikannya."

"Tetapi aku hampir menyerah untuk mencoba membuktikannya Reborn-san," Tsuna berbicara dengan volume yang kecil dan seolah berbisik. Berdiri dari tempatnya dan tampak berjalan meraba rak kitchen set itu sebelum menemukan wastafel. Membilas dan mencucinya—butuh waktu 2x orang normal untuk menyelesaikannya, "ah, apakah kau sudah selesai Reborn-san?"

"Biar aku yang membereskannya…"

"Ah, baiklah kalau begitu—aku akan kembali ke kamar," Tsuna tersenyum kembali. Entah kenapa Reborn merasakan senyuman yang mirip dengan Luche dan juga Aria saat melihat senyuman Tsuna. Menenangkan dan juga tampak sangat ramah, "kau bisa tanyakan apapun padaku Reborn-san, selama aku bisa menjawabnya…"

"Dame-Tsuna." Tsuna menoleh pada Reborn saat namanya dipanggil.

"Tidak apa-apa. Aku akan menanyakannya padamu nanti," Tsuna tampak bingung namun pada akhirnya mengangguk dan segera kembali ke kamarnya setelah beberapa kali jatuh dari tempatnya berada.

'Kelemahannya hanyalah keterbatasan fisik yang ia miliki. Sifatnya dan juga tekadnya untuk melakukan sesuatu, sangat cocok dengan kriteria penerus yang dikatakan oleh Nono…' Reborn menatap kearah luar saat itu, "kau harus menjelaskan padaku banyak hal Iemitsu."

{To be Continue}

Oke, ini fanfic pertama saya dan mungkin akan jadi fanfic multichap satu-satunya minimal sampai cerita ini tamat ^^

Disini, Tsuna tidak bisa melihat, tapi dia punya cukup banyak kelebihan seperti Hyper Intuition yang sudah muncul, lalu pendengarannya yang tajam. Ia juga sudah bisa menggunakan flame yang bisa membuatnya melihat flame yang dimiliki oleh seseorang.

Membingungkan? Maaf, tapi nanti makin lama bakal dijelasin kok :)

Dan maaf kalau ada yang tidak suka dengan bashing!Nana ataupun bashing!Iemitsu…

{RnR?}