My Fience is a Guy

By Botol Pasir

Summary: Jung Yunho berfikir ada baiknya ia tidak menikah. Ia tidak suka berkomitmen karena menganggap hal itu bisa menghambat karirnya. Sampai suatu hari seorang pria berseragam sekolah datang dan mengatakan, ia adalah tunangannya. Oh, satu hal lagi, ia adalah Male Pregnant.

...

Mempertahankan gelar pengusaha muda sukses dikorea bukanlah hal mudah, ditambah dengan beberapa proyek yang gagal karena krisis ekonomi membuat Jung Yunho harus extra hati-hati membuat kebijaksanaan untuk perusahaannya. Perusahaannya memang bukanlah perusahaan otomotif besar seperti Astra ataupun Toyota yang dikala krisis masih memiliki cadangan keuangan, perusahaannya hanya perusahaan baru yang sedang berkembang dan baru mencoba menjejakan kakinya ke asia tenggara. Jung Yunho terus menerus memperhatikan rincian data statistik tentang kebutuhan pasar akan produk baru ciptaanya. Sayangnya, hasil yang diperoleh tidaklah bagus.

"Apa kita akan menghentikannya?" Yoochun, sekertaris Yunho, memandang raut wajah bosnya dengan penuh kekhawatiran. Mereka sedang rapat diruangan Yunho, hanya ada mereka berdua.

Yunho belum menjawab. Ia masih berfikir.

"Ini sangat sulit. Kurasa kau benar. Kita harus menghentikannya." Jawab Yunho diakhir.

"Baik. Saya akan mengadakan rapat tentang hal ini." Ujar Yoochun. Pria korea kelahiran Amerika itu langsung mencatatan beberapa hal penting kemudian beranjak keluar.

Sejenak setelah Yoochun pergi, Yunho hanya bisa menghembuskan nafas berat. Sekarang ia kembali gagal. Mobil keluaran perusahaannya sudahlah usang, sulit sekali untuk bertahan di tengah gempuran produk sejenis yang lebih fresh. Selama tiga tahun terakhir, perusahaanya hanya bergantung pada tim marketing yang dapat diandalkan dan jika dua tahun kemudian ia belum meluncurkan produk baru, tamatlah riwayatnya.

Sementara, di lobby perusahaan Yunho, seorang pria berpakaian seragam sedang duduk manis di sofa lobby. Doe eyesnya tidak henti menatap pergerakan orang berlalu lalang, keluar dan masuk, mencari-cari pria yang akan ia temui hari ini. Harusnya sudah sejak dua jam lalu, ia langsung menemui pria itu, salahkan saja resepsionis galak yang ada di sana yang tidak mengizinkannya masuk. Jaejong, nama pria berseragam sekolah itu memandang sengit petugas resepsionis. Tak ingin ditendang keluar oleh security, ia memilih duduk diam di sofa lobby. Ia sudah hampir putus asa kalau saja, pria itu tidak keluar sampai jam 5 nanti ia akan pulang. Untungnya, pria itu keluar juga. Ia berjalan bersama seorang pria tampan berjidat lebar yang keduanya terburu-buru memasuki mobil.

"Tunggu, Jung Yunho!" Panggil Jaejoong, gelagapan.

Mendengar namanya dipanggil, pria bernama lengkap Jung Yunho itu langsung menoleh kebelakang, menunggu Jaejoong menghampirinya sambil menyerngitkan kedua alisnya, bingung.

"Ada apa yah? Apa kita saling mengenal?" Tanyanya tak ingin berlaku tak sopan.

"Aku Choi Jaejoong. Anak dari Choi Kibum dan Choi Siwon." Jaejoong memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Sanyangnya, respon Yunho hanyalah menertawainya membuat ia tak suka dan menarik kembali tangannya. "Ada yang lucu?" Tanya Jaejoong, ketus.

"No, Noting. Aku minta maaf, hanya saja selama ini tidak ada yang memperkenalkan dirinya..." Yunho berusaha menahan senyumannya. "...selengkap ini." Sambungnya.

"Oh." Jaejoong mengangguk. "Sebenarnya ada yang ingin kusampaikan, bisa kita bertemu diruang yang lebih privat?" Tanyanya sambil melirik pria tampan berjidat lebar itu.

"Oh, maaf, sayangnya saya sangat sibuk hari ini. Terima kasih sudah datang." Yunho berusaha ramah walaupun sebenarnya ia tak suka diganggu oleh sesuatu yang tidak penting dan dengan orang yang tidak penting pula. Yunho kembali berjalan, kemudian memasuki mobilnya.

Jaejoong yang merasa tidak puas, penahan pintu mobil untuk tertutup. "Tu-tunggu. Aku ini tunanganmu." Ujar Jaejoong diakhir.

Yunho terbelalak kaget. Ia meneliti wajah Jaejoong dengan seksama untuk memperoleh jawaban bahwa mahluk keras kepala didepannya adalah benar pria walaupun yah, pria itu sangat mulus dan condong feminim.

"Dengar, saya tidak ingin bersikap kasar pada Anda. Dan saya mohon dengan sangat biarkan saya pergi, oke?"

"Ta-"

"Oke?!"

Jeajoong mengangguk, takut. Membiarkan Yunho pergi begitu saja. "Dia galak sekali." Ujarnya sambil mengurut dada.

...

Yunho menghempaskan tubuhnya disofa krem dirumahnya. Hari ini sangat menglelahkan baginya. Tender pengadaan mobil pemadam gagal ia menangkan padahal sudah banyak uang yang dikeluarkan untuk memberikan jamuan pada pejabat pemerintah itu. Brengsek! Bahkan dengan cara kotorpun ia tidak bisa memenangkan tender. Ia harus memikirkan bagaimana mencari dana untuk biaya oprasional pabrik dua tahun kedepan.

"Kau sudah pulang?" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk ke dalam rumah sambil menenteng berbagai kantung belanjaan merek ternama. Yunho hanya bisa mengerutkan kening, heran bagaimana wanita yang sudah melahirkannya itu berbelanja barang mewah padahal keuangan mereka sedang memburuk.

"Huuf...," Hechuul menghembuskan nafas lelah dengan raut wajah gembira. Ia duduk disamping anaknya yang sedang menatapnya heran. "Apa?" Tanyanya pada Yunho.

"Dari mana ibu punya uang untuk berbelanja merek-merek seperti itu?" Tanya Yunho penuh selidik.

Heechul terlihat gugup. Ia meneguk ludahnya sendiri sebelum menjawab. "Tentu saja dari ayahmu. Memang dari mana lagi?" Tanyanya sedikit ketus, berusaha menutupi kenyataan.

"Dari mana ayah punya uang?"

"Mana aku tahu." Jawab Heechul cepat dan terburu-buru membereskan kantong belanjaannya dan pergi kekamar.

Sementara Yunho hanya terlihat bingung dan berencana akan menanyakan pada ayahnya nanti saat makan malam.

Makan malam mereka biasanya tepat saat jam menunjukan pukul delapan malam. Heechul tidak bisa memasak, jadi Hanggeg yang menyiapkan semua makan malamnya dan Heechul yang mencuci piring. Orang tua yunho tidak lagi bekerja, setelah anak mereka berhasil membangun perusahaan otomotif sejak sepuluh tahun lalu.

Hanggeg, ayah Yunho, dulunya adalah pemilik toserba dan pemilik lahan jeruk paling luas di kampung halamannya sementara Heechul adalah seorang penjaga toserba milik Hanggeg. Mereka menjual seluruh asetnya untuk memodali Yunho membuka perusahaan otomotif di Seoul.

"Makanlah, aku membuat sup teri untukmu." Hanggeg menuangkan kuah sup ke dalam mangkuk kecil dan memberikannya kepada Yunho. Yunho hanya mengangguk dan menerima manguk itu.

Berbeda dengan Yunho yang terlihat menyantap makanannya dengan lahap, Heechul hanya mengaduk-aduk makanannya. Hanggeg hanya menghembuskan nafas melihat tingkah laku istrinya itu. "Sayang kau juga, jangan karena Yunho memanjakanmu. Kau selalu makan diluar dan berlaku boros dengan membeli barang-barang tak berguna." Ujarnya sedikit keras.

Yunho yang tadinya melupakan kejadian sore tadi menjadi teringat kembali. "Bukankah, ayah yang memberikan ibu uang?"

"Aku tidak." Bantah Hanggeg. Sementara Heechul langsung berkeringat dingin. Ia langsung berpura-pura sakit kepala dan pamit kekamarnya sayangnya anaknya, Yunho, tidak terima.

"Ibu, kau tahukan aku tidak suka dibohongi?" Tanya Yunho tampak marah. Suasa makan malam mereka berubah mencekam. "Katakan padaku, ibu dapat uang dari mana?" Tanya Yunho sekali lagi.

"A-aku..." Heechul terlihat gugup dan juga bingung.

"Ibu!"

"Yah! Yang penting aku tidak menggunakan uang kalian!" Ujar Heechul marah, tak ingin dipojokkan.

"Lalu? Dari siapa? Ibu tahu belanjaan ibu semuanya bermerek?" Yunho kembali mendesak Heechul, agar wania itu mau berkata jujur.

"Itu bukan urusan kalian."

"Katakan atau aku buang semuanya."

"Berani kau melakukannya, aku akan bunuh diri." Ujar Heechul mengancam. Sayangnya, Yunho tidak terpengaruh. Ia bergegas ke kamar orang tuanya dan mencari barang belanjaan milik Heechul. Heechul yang tidak terima meminta bantuan pada suaminya. Sayangnya suaminya malah membela Yunho. Heechul langsung menghentikan Yunho yang tanpa segan akan membuang perhiasannya ketong sampah.

"Tunggu! Baik kau menang! Aku dapat dari temanku. Dia yang membelikannya! Kau puas?!" Heechul menjerit.

"Ibu di dunia ini tidak ada yang gratis. Besok aku tidak mau tahu, semuannya harus dikembalikan!"

"Apa kau bilang?! Kau pikir kau siapa! Selama ini ayahmu selalu memberikan apa yang aku inginkan. Sekarang karena obsesi dan keegoisanmu, sekarang apa? Aku bahkan tidak pernah sekalipun membeli baju selama lima tahun terakhir!" Protes Heechul tidak terima sambil menangis layaknya remaja belasan tahun. Yunho hanya bisa menghembuskan nafas. Kali ini, semua salahnya. Ia tidak becus membahagiakan keluarganya.

"Baik. Tapi biarkan aku membayarnya." Ujar Yunho sambil mengembalikan barang-barang milik Jaejoong. Heechul masih terisak sambil memeluk erat barang belanjaan miliknya. "Siapa nama teman ibu?"

"Choi Kibum." Jawab Heechul gugup

"Choi kibum yah. Aku akan berterima kasih padanya." Yunho pura-pura menggaruk kepalanya dengan rasa bersalah. Pria itu lebih memilih kembali ke dalam kamar sambil memikirkan kembali semua yang sudah ia perbuat selama ini. Selama ini ia sudah berusaha menjadikan perusahaanya itu dapat bersaing di dunia tetapi hal itu tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang sangat lama juga kesabaran yang tak ada habisnya. Ia sudah melakukan semuanya, cara yang kotor sekalipun ia jalani. Lagi-lagi semua tidak sesuai harapan. Yunho kembali mereka ulang hal yang ia kerjakan hari ini, mengelevasi semua tindakaannya selama 10 jam terakhir. Sampai ketika ingatannya kembali membawanya kepertengahan, seorang anak sekolah datang dan...

"IBU!"

...

"Ini adalah tindakan paling tidak sopan yang pernah saya dapatkan!" Jaejoong terus menunjukkan jarinya pada seorang securty yang terus mencoba menahannya masuh kedalam perusahaan. "Stop touching me!" Perintah pria permarga Choi itu dengan rasa jengkel yang sangat. Ia menghela nafas berat sambil mengirimkan tatapan menusuk pada petugas scurity di hadapannya itu.

Yunho yang baru saja akan keluar dari kantornya, melihat Jaejoong yang sedang beradu mulut dengan petugas security di depan lobby. Penampilan Jaejoong sama seperti kemarin, lengkap memakai seragam sekolahnya. Yunho hanya menghembuskan nafas lemah mengingat bagaimana ibunya akan menikahkannya dengan seorang pria dan masih dibawah umur. Yunho berjalan keluar memisahkan remaja dengan gaya bahasanya yang aneh itu agar tidak membuatnya malu. "Kau masuk!" Perintah Yunho dengan dagu terangkat mengarah pada pintu belakang mobil yang sudah dibuka oleh Yoochun.

"Yunho." Ujar Jaejong senang, merasa terselamatkan. Yunho masuk terlebih dahulu dan Jaejoong menyusul kemudian sebelum memberikan senyum kemenangan pada petugas security yang tadi menghalanginya masuk.

"Senang bisa berbicara denganmu. Sebelum kita bicara lebih baik kita menentukan tempat yang nyaman." Ujar Jaejong, bersikap politis.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Yunho dingin. Ia memilih mengacuhkan Jajoong dan menggantikannya dengan membaca semua laporan yang diberikan Yoochun beberapa saat lalu.

"10. 21." Jawab Yoochun.

"Bagaimana?" Jaejoong meminta respon.

"Setahuku ini bukanlah waktu yang tepat untuk anak sekolahan berkeliaran."

"Ada rapat para guru, kami dipulangkan lebih awal." Jawab Jaejoong mantap.

Yunho hanya tertawa meremehkan.

"Aku tidak membolos!" Pekik Jaejoong tidak suka. Tidak suka, kalau kebohongannya terbongkar.

"Benarkah? Ibumu Kim Kibum, kan?"

Oh god, Jaejoong langsung berkeringat dingin. Kim Kibum adalah urutan pertama orang yang ditakutinya. Bahkan walaupun ia merengek pada daddy-nya, tak ada jalan keluar untuk lolos dari hukuman yang kejam. "Please, please, jangan katakan apapun padanya?" Pinta Jaejoong memelas sambil menggoyangkan bahu Yunho meminta pertolongan.

Yunho hanya mengendus lemas. Berfikir bagaimana ia bisa dijodohkan dengan remaja seperti ini dan laki-laki pula. "Sudahlah lupakan." Ujar Yunho sambil menyerahkan berkas-berkas ketangan Yoochun kembali. "Semalam aku baru tahu aku dijodohkan olehmu dari ibuku..." Yunho kembali mengendus melihat bagaiman wajah Jaejoong. "...dan kau laki-laki." Tambahnya.

"Sebenarnya aku M-Preg." Sambung Jaejoong. Jaejoong hanya melihat Yunho mengerutkan keningnya, bingung. "Male Pregnant?" Tambah Jaejoong. Ia masih bisa melihat kerutan dikening Yunho. "Aku memiliki darah Jepang. Beberapa laki-laki Jepang dapat melahirkan."

Yunho masih tidak mengerti. Ia memandang Yoochun yang duduk di depan dengan tatapan mohon penjelasan yang menurutnya sangat dapat dipercaya. Berbanding terbalik jika dengan Jaejoong.

"Ia benar. 1 dari 1.000 pria keturunan Jepang memiliki rahim seperti wanita karena perubahan mutasi gen akibat ledakan bom atom tiga ratus tahun lalu tetapi yang melahirkan seorang anak rasionya adalah 1 dari 10.000 dan kebanyakan dari mereka adalah gay."

"Sebenarnya aku tidak setuju dengan penyebutan gay, kau tahu. Aku lebih suka menyebutnya dengan M-Preg." Jaejoong menambahkan.

"Lalu dari mana mereka keluar? Maksudku anak mereka. Jangan tersinggung." Ujar Yunho.

"Perut." Jawab Jaejoong yakin.

"Perut?"

"Maksudku sesar." Jaejoong menutar bola matanya bosan. Jung Yunho ternyata tidak sepintar yang ia bayangkan.

"Sesar? Oh god, tidak mungkin." Yunjo berteriak sendiri karena pikirannya mulai meliar menimbulkan pertanyaan diluar batas imaginasinya.

"Ada apa?" Tanya Jejeoong khawatir melihat Yunho yang mulai histeris.

"Lalu bagaimana sperma itu masuk!"

Mobil tiba-tiba berhenti. Mereka terlonjak kedepan.

"Shit!" Maki Yoochun. Dahinya terbentur dengan dasboard mobil.

"Maaf tuan." Ujar Sopir mereka.

"Kalau soal itu aku tidak tahu. Biar aku tanyakan pada ayah bagaimana ia membuatku." Ujar Jaejoong sambil mencoba menelfon daddy-nya. Ia bisa merasakan Yunho yang tak henti menatapnya meminta penjelasan. "Kenapa? Choi Kibum seorang M-Preg."

...

Choi Jaejoong hanya bisa mengeluh dan tertunduk lesu memasuki pekarangan rumahnya mengingat reaksi tunangannya yang pucat pasi dan tanpa ragu membatalkan pertunangan mereka. Padahal ia pikir, Yunho adalah orang yang berpikiran terbuka. Memang sih, salahnya juga berkata meminta izin untuk merasakan pacaran dengan setidaknya sepuluh wanita sebelum kelak mereka menikah dan tanggapan Jung itu adalah tidak peduli Jaejong berpacaran ataupun tidak mereka tetap tidak akan menikah ditambah lagi Yunho berfikir dia aneh karena seorang M-Preg kalau tidak ingin disebut gay yang melahirkan.

"Selamat datang, Tuan muda." Seorang pelayan menyapanya sambil tersenyum. Jaejoong membalas senyumannya kemudian berjalan lagi dengan tertunduk menuju kamar orang tuanya mencari Choi Kibum.

"Apa sih yang kau liat dari wanita itu, hah?! Wanita tua, mata duitan dengan banyak keriput!"

Jaejoong langsung menghentikan langkahnya ketika suara daddy-nya terdengar menghentak sampai didepan kamar orang tuanya itu.

"Sudah kubilang aku tidak suka kau membuntutiku, kau dengar!" Suara Choi Kibum tidak kalah menghentak.

"Oh, begitu, jadi kau menyalahkan semuanya padaku untuk menutupi perselingkuhanmu!" Marah Siwon.

Mendengar kata perselingkuhan membuat tubuh Jaejoong bergetar.

"Kau pikir kau suci, Choi Siwon? Sudah berapa banyak pria muda yang kau bawa ke hotel. Setidaknya aku masih lebih waras tidak bercinta dengan orang yang seumuran dengan anakku."

"Kalau bukan karenamu yang selalu dingin padaku. Semua tidak akan pernah terjadi, kau dengar!"

Suara tawa Kibum terdengar mengancam. "Benar. Itu semua tidak akan terjadi kalau kita tidak pernah bertemu. Aku tidak pernah mencintaimu Choi siwon. Karenamu aku hamil. Kau tahu, seumur hidup aku tidak pernah mengharapkan terjebak dalam kehidupan ini!"

Suara glass pecah terdengar. Jaejoong langsung bersembunyi. Dilihatnya Choi Siwon keluar kamar dengan penampilan yang kusut dan dengan menahan amarah pria yang menjadi pemimpin rumah tangga itu cepat-cepat melangkahkan kakinya keluar rumah. Hal ini biasa terjadi dan bukan hal yang baru bagi pria berumur 17 tahun itu. Jaejoong sudah melihat pemandangan ini puluhan kali sejak umur 10 tahun. Awalnya ia merasa tertekan tetapi sekarang ia sudah terbiasa.

Choi Siwon akan pulang dari kantor lebih awal dari biasanya untuk memulai pertengkaran dengan Kibum karena masalah perselingkuhan. Mereka bertengkar dan saling membuka aib masing-masing. Choi Kibum selalu menemui selingkuhannya yang merupakan cinta pertamanya dan selalu membelikan barang mahal pada wanita itu menggunakan uang suaminya. Sementara, Choi Siwon selalu membawa pria muda ke hotel. Pertengkaran mereka selalu berakhir dengan bunyi glass pecah-entah itu lampu atau hiasan kaca- dan dengan menghilangnya Choi Siwon selama seminggu dari rumah.

Pertama kali melihatnya Jaejoong merasa tertekan tetapi kedua orang itu berkata mereka menyayanginya lebih dari apapun. Setelahnya Jaejoong mengetahui kenapa Choi Kibum selalu ketus pada pasangannya itu. Choi Siwon sudah memperkosa dan menyekap Kibum di apartemennya. Siwon melakukan hal nekat itu lantaran jenuh dengan penolakan Kibum yang sudah puluhan kali padahal pria konglomerat itu sudah telanjur jatuh hati padanya. Siwon yang memang penyuka sesama jenis itu malah senang ketika tahu Kibum dapat melahirkan dan tanpa ragu melaksanakan perbuatan bejatnya itu. Sementara Kibum akhirnya terpaksa setuju untuk menikah karena terlanjur hamil. Menjadi pria hamil tidaklah mudah apalagi ditambah dengan perlakuan berbeda dari masyarakat yang menganggap mereka sebuah kutukan dan sebuah objek uji coba. Maka dari itu, ia butuh sebuah pegangan. Menikah adalah jawabannya.

Mereka menikah saat Jaejong berumur empat bulan di kandungan. Hanya sebuah pernikahan sederhana di Spanyol dimana hanya dihadiri beberapa orang keluarga terdekat.

...

Heechul masih terus memandangi deretan sepatu mahal berkilau, hasil pemberian Kibum padanya. Sampai kapanpun Hanggeg, suaminya, tidak akan pernah bisa membelikan barang mahal seperti ini. Sejak dulu, Heechul adalah seorang shoes lover. Setiap gajian dulu, ia selalu pergi ke kota dan memuja deretan sepatu mahal yang tidak sanggup ia beli. Sebagai gantinya ia akan pulang dengan membawa majalah sepatu yang harganya dua hari biaya makannya itu.

Tadi siang ia berniat memulangkan semua sepatu yang Kibum berikan karena desakan Hanggeg yang tidak ingin Yunho terbebani dengan membayar semua sepatu mahal itu padahal krisis keuangan sedang terjadi. Sayangnya bukannya hilang, semua malah bertambah. Kibum malah menambahkan koleksi sepatu yang tak sanggup Heechul tolak belum lagi perhiasan dari berlian dan gaun-gaun bagus rancangan ternama yang dapat ia gunakan untuk pamer pada tetangga sebelahnya yang menyebalkan. Heechul kembali menggelengkan kepalanya. Kalau sampai Yunho tahu, ia akan marah besar dan membuang semuanya terlebih anak satu-satunya itu tahu bahwa ia akan menjodohkannya dengan putra Kibum yang juga ternyata bisa melahirkan itu. Cepat-cepat Heechul segera mengemasi barang-barangnya dan membawa semuanya ke gudang untuk ia sembunyikan.

...

Siwon menenggelamkan dirinya pada minuman keras. Ia bosan hidup seperti ini. Kibum selalu menemui cinta pertamanya akhir-akhir ini dan itu membuatnya jengah. Selama ini ia selalu bekerja keras berpura-pura tidak terjadi apapun dirumah, layaknya seorang suami yang baik dan ayah yang patut dicontoh. Nyatanya ia bosan dengan sifat dingin Kibum yang selalu memposisikannya sebagai orang asing.

"Hei." Seorang pria muda menyapanya.

Siwon hanya menoleh sebentar, tidak tertarik.

"Kau sendiri?" Ujarnya lagi.

Siwon tidak menanggapi. Bukannya marah, pria itu malah tertawa dengan tawanya terdengar sangat khas.

"Aku mengerti, aku pun pernah patah hati. Berapa kali yah, satu, dua, tiga, empat,... sepuluh." Ujarnya sambil tertawa, begitu segar.

Siwon mulai tertarik dengan suara pria itu membuatnya seperti dinyanyikan sebuah lagu yang sangat indah dan membuat tubuhnya semakin terasa ringan. Ia hanya tersenyum sebelum akhirnya terjatuh dari kursi karena tidak sadarkan diri.

Dan akhirnya siwon kembali tersadar esok harinya di sebuah kamar dengan nuansa serba putih dan abu-abu.

"Kau sudah bangun?" Tanya seorang pria yang baru saja keluar dari balik pintu menggunakan bathrope putih berlambangkan salah satu hotel milik Siwon di dadanya. Siwon hanya mengumpat, mendapati dirinya tidak mengenakan apapun di pagi ini setelah mabuk tidak terkendali, malam kemarin. Ia pun tidak bisa membayangkan jika Kibum tahu hal ini.

"Minumlah!" Pria itu melemparkan sebuah botol air ke ranjang yang tidak ditanggapi oleh Siwon. Siwon sibuk menutupi wajahnya dengan rasa penyesalan yang besar.

"Semalam kau liar sekali. Punggungku sakit semua." Ujar pria itu sambil mengeluh. Ia berjalan menuju ranjang untuk mengambil remot tv dan berjalan menuju sofa di samping ranjang.

"Jangan katakan apapun. Oke!" Siwon menggeram seakan mengancam.

Pria itu hanya tertawa. "Kau kenapa?" Tanyanya.

"Anggap semuanya tidak terjadi. Oke!" Ujar siwon meninggikan suaranya. Ia membalut tubuh telanjangnya dengan selimut dan kemudian berkeliling mencari pakaian miliknya. "Dimana pakaianku?" Tanya geram.

"Loundry." Jawab pria itu tidak peduli. Ia menyalakan tv dan duduk tenang disofa.

"Apa?!" Siwon berteriak. Ia memandang pria itu geram. Sementara pria itu hanya dengan wajah polosnya, kebingungan.

"Kenapa, apa ada yang salah?" Tanya pria itu.

"Bertemu denganmu adalah kesalahan!" Maki Siwon kasar. Pria itu hanya mengerutkan bibirnya, kesal.

"Itu sangat tidak sopan dan bisakah kau berhenti menghalagi televisinya. Aku sedang menonton, oke?" Gerutu pria itu.

Siwon mendecak kesal. Ia kemudian duduk di sebelah pria itu. "Aku harap kau tidak menceritakannya pada orang lain." Ujar Siwon sambil mendesah pelan.

"Tenang saja. Tidak ada yang ingin mendengar cerita tentang orang sepertimu." Ujar pria itu acuh sambil memakan snack miliknya.

...

Hah, Jaejoong terus mendesah bosan. Hari ini adalah pelajaran biologi dan didepannya ada seekor katak mati yang sudah tergeletak tidak berdaya di meja bedah yang dingin menunggu untuk dieksekusi. Jejoong melihat kedepan. Guru Kang sedang memberi pengarahan sebelum memulai pembedahan.

"Apakah semua sudah berdiri di meja masing-masing bersama patnernya?" Tangan Guru Kang.

Semua bersorak 'Sudah.'

Jaejoong melihat sekelilingnya. Hanya dia yang tidak berpartner. Tidak ada seorang muridpun yang sudi berpartner bersamanya. Jaejoong tahu sebabnya dan ia tidak ingin membahasnya.

"Perhatikan! Sebelum kalian melakukan pembedahan, pastikan kalian memakai alat keselamatan yaitu masker dan sarung tangan karet..." Guru Kang mengangkat sarung tangan karet keudara sebelum memakainya dan diikuti oleh semua siswa begitupun Jaejoong. "...hari ini kita akan melihat bagaimana sistem reproduksi pada amphibi. Semua katak yang kalian lihat diatas meja adalah katak yang baru saja mati. Pertama-tama yang harus anda perbuat adalah membelah perutnya dengan arah memanjang lalu kalian gambarkan bagaimana sistem reproduksinya. Saya sudah meletakkan sebuah wadah kaca untuk menempatkan organ-organ lainnya. Setelah selesai, kembalikan semua organ ke dalam perut katak tersebut dan jahit perutnya lalu masukan ke dalam bag plastik. Sampai disini apakah ada yang perlu di perjelas?" Tanyanya.

Seseorang mengangkat tangannya dan guru Kang mempersilakannya untuk bertanya. Jaejoong kemudian mengalihkan pandangannya pada teman sekelasnya yang pernah mendapatkan gold dalam lomba Sains seasia di Singapura tahun lalu.

"Guru Kang, bukankah kurikulum membedah kodok sudah ketinggalan zaman?" Tanyanya bosan. Ia merentangkan tangan sambil menatap seisi kelas mencari dukungan. Banyak dari mereka mengangguk setuju. "Kita bisa membuka Youtube dan bang! Semuanya sudah terlihat. Bukankah didunia ini ada spesies baru..." Siswa itu menyeringai dan kemudian menatap Jaejoong penuh arti. Jaejoong berusaha menguatkan hatinya. Ia tahu ini akan berakhir sulit. Semua langsung berbisik, mungkin mengerti apa maksud dari perkataan itu. "...dan untungnya kita memilikinya." Sambung siswa itu.

Semua pandangan langsung beralih pada Jaejoong. Guru Kang yang seorang guru baru menjawab pernyataan itu secara politisi. "Yah, mungkin kita bisa melakukan uji coba baru." Ujar Guru Kang.

Semua siswa langsung tertawa terbahak-bahak. "So, jadi kita bisa melakukannya sekarang?" Tanya siswa itu.

"Why not?" Jawab Guru Kang menanggapi.

Siswa itu menyeringai sementara siswa yang lain menatap Jaejoong dengan wajah puas,

"Bedah!"

"Bedah!"

"Bedah!"

"Bedah!"

Teriakan para menggema di dalam Laboratorium, menghentak-hentak seirama degup jantung Jaejoong yang semakin cepat. Semua siswa menyerukan pembedahan yang mengarah pada Jaejoong sebagai objeknya. Jaejoong mengeratkan kepalan tangannya. Sekuat tenaga ia menulikan pendengarannya terhadap seruan tidak berprikemanusiaan yang ia terima. Guru Kang berusaha mengendalikan suasana. Sayangnya, suaranya kalah jika dibandingkan dengan dua puluh siswa yang terus berseru semakin kencang sambil mengangkat tangan. Jaejoong menggigit bibirnya. Selama dua tahun ini, ia selalu bersabar menghadapi tindak diskriminan yang ditujukan padanya hanya karena mereka tahu bahwa ia seorang male pregnant. Tindakan penindasan yang diterimanya nyatanya semakin bertambah parah jika ia berdiam diri. Sekarang mereka bersikap seakan-akan ia adalah objek uji coba baru. Hatinya terasa sakit. Harga dirinya yang ia banggakan sekarang seperti terinjak-injak.

"Diam!" Teriakan Jaejoong menggema. Bunyi gaduh terdengar. Jaejoong melempar semua peralatan lab yang ada dimeja di lantai. Seketika semuanya hening.

"Kalian pikir kalian siapa, Sialan?!" Jaejoong menyisir rambutnya kebelakang dengan jari. Mukanya terliat memerah karena marah. Ia berjalan menuju siswa yang memulai ini semua. "Dengar Shin Changmin, kau ingin melihat bagaimana alat reproduksiku sampai menghasilkan bayi, heh, bangsat!" Maki Jaejoong sambil memegang erat kerah siswa peraih gold itu. Mata mereka saling beradu kebencian. "Sebelum kau melakukannya ku pastikan keluarga Shim menderita seumur hidup." Ancam Jaejoong, kemudian mendorong Changmin ke lantai. Semua hanya diam.

Jaejoong memandang seluruh siswa satu persatu dengan pandangan menusuk. Setelahnya jaejoong pastikan, esok hari mereka akan menerima akibatnya dan mengimis menciumi kakinya.

oOo

Untuk Chapter selanjutnya...

"Ibu, kumohon jangan bicarakan hal itu. Dia masih SMA. Masa depannya sangat bagus untuk apa dia bergantung padaku."

"Aku dibesarkan dengan pemikiran yang terbuka. Aku tidak menyesal menjadi male pregnant."