Vocaloid © Crypton Future Media, Internet, Power FX, Yamaha, et cetera. I gain no commercial profit.

Warning inkonsistensi bahasa, typo(s), cliché. Kesamaan ide harap dimaklumi.

a/n kokoro saya lagi potek sampai keping paling kecil abis baca 5cm per second. Padahal saya kira baca komiknya nggak bakal ngefek sampai separah ini tapi—ah, sudahlah…. /ilang sinyal/

ps: mungkin ada beberapa garis pembatas antar drabble yang hilang. maaf, saya sendiri juga nggak ngerti kenapa garis-garis itu bisa hilang begitu saya klik save. ffn kinda weird now... ada yang punya solusi?


26/50 report/laporan


Ini adalah apa yang dikatakan Kaito ketika Akita Neru, pacar Akaito, berkunjung ke rumah.

"Kak Neru, kok mau sih pacaran sama Abang Akaito? Dia 'kan mesum."

Satu minggu kemudian, Akaito dan Neru putus.

.

.

.

Ini adalah apa yang dikatakan Akaito ketika Hatsune Miku, pacar Kaito, berkunjung ke rumah.

"Miku-chan, kok mau sih pacaran sama Kaito? Dia 'kan masih suka ngompol, loh!"

Lima menit kemudian, Kaito dan Miku putus.


27/50 red/merah


"Merah itu warna paling keren. Alasannya mudah; karena warnanya sama dengan bunga mawar."

"Mawar itu 'kan korban perkosaan yang sering muncul di koran, Bang."

"…"


28/50 triangle/segitiga


"Aku suka Meiko."

Gerakan tangan Akaito berhenti di tengah-tengah. Dia tercekat, tak mampu mencari kata di tengah kekagetan luar biasa.

Adiknya baru saja mengatakan bahwa ia menyukai Sakine Meiko—teman sepermainan mereka sejak kecil, sekaligus gadis yang kerap mengisi bagian terpenting dalam dirinya. Kaito dan Akaito menyukai orang yang sama.

Hening. Suasana di antara mereka mendadak kaku. Kaito bersandar di dinding, bersidekap. Dia masih menunggu respon dari sang kakak. Setelah sekian lama mematung, Akaito pun akhirnya bicara.

"Benarkah?" dia mengatur suara agar terdengar normal. Tidak bagus. Suaranya bergetar. "Kalau begitu…. Bagus—maksudku, kalian sudah bersama sejak kecil. Jadi, kupikir itu wajar."

Kaito tak merespon. Akaito membuka pintu kulkas. Mengambil kaleng soft drink yang tempo hari ia simpan. Tindakan defensif, tentu saja.

"Jadi," Akaito bersandar di konter, bibir memasang senyum, "kau sudah bilang padanya?"

"Ya."

"Lalu?"

"Aku ditolak."

Akaito menaikkan alis. "Kenapa?"

"Dia bilang sudah menyukai orang lain."

"O-oh…," Akaito menggaruk tengkuk, mau tak mau ikut merasa simpati. "Dan Meiko bilang padamu siapa orang yang ia suka?"

"Ya." Kaito menghela napas. "Aku bertanya. Dan dia menjawabnya."

"Kalau begitu…. Siapa?"

"Kau."


29/50 memo/memo


Untuk: Kaito

SEGERA JUAL JIWAMU PADA IBLIS DAN GANTI MAJALAH KOLEKSI BERHARGAKU YANG SORE TADI KAU ROBEK!

PS: AKU AKAN BAKAR SEMUA KOLEKSI BOXER PIKACHU-MU KALAU KAU TIDAK SEGERA MENGGANTINYA!

Tertanda,

Kakak yang terdzalimi, Akaito


30/50 sick/sakit


Ada waktu di mana Kaito kecil mendapati ruang keluarga sepi.

Saat kaki-kakinya mengambil langkah hati-hati ke kamar Akaito, yang ada di lantai atas, dia menemukan kakaknya berbaring di atas kasur dengan tumpukan selimut. Dahinya penuh bulir keringat sementara uap putih keluar-masuk, terus, bersama napasnya yang berat. Ibu duduk di samping tempat tidur, dengan telaten memasukkan kain ke dalam wadah berisi air untuk diletakkan kembali ke dahi Akaito.

Dan Kaito tahu satu hal; kakaknya sedang sakit.


31/50 deny/menolak


Kaito tidak rindu pada kakaknya.

Tidak. Sama sekali tidak. Dia justru senang saat kakaknya pergi sementara untuk kuliah di Osaka. Dia senang. Tak perlu lagi bertemu dengan orang narsis yang cabul itu. Tidak perlu mendengar ocehannya yang tidak masuk akal. Tidak perlu berebut Indomie, atau kamar mandi, atau televisi lagi. Tidak akan ada yang mengomentari cara berpakaiannya lagi. Tidak ada yang meledeknya lagi. Tidak ada lagi….

Yah. Ini lebih baik. Rumah jadi terasa jauh lebih lega. Dan indah. Dan tenang…. Sepi. Rumahnya terasa sepi tanpa kehadiran kakaknya. Sangat sepi….


32/50 drama/drama


"Jadi," Akaito menatap adiknya dengan seringai jelek, bermaksud mengejek, "kudengar kau dapat peran Cinderella lagi di pentas drama sekolah."

Dan Kaito menyumpahi kecerobohan Mikuo yang lupa memisahkan peran laki-laki dan perempuan di dalam kertas kocokan.


33/50 acquaintance/kenalan


"Nakatani Gumi, 'kan?"

Gadis yang sedang berada di depan rak makanan kecil menoleh ke arah Akaito. Mata buka-tutup, tanda bingung. "Ya. Siapa?"

"Akaito. Masih ingat?"

"Akaito…?"

Tertawa kecil. "Ingat Kaito, teman sekelas Nakatani-san waktu kelas 4 SD? Aku kakaknya."

Berpikir sejenak. Plok. Gumi menepuk tangan sekali. Ingatannya kembali. "OH! Kaito! Yang dulu celananya suka digantung di tiang bendera sama kakak kelas, 'kan?"

"…"

Akaito kicep dengan memory kurang berwibawa tentang adiknya yang membekas dalam di ingatan Gumi. Mendadak suasana berubah awkaward. Demi, deh. Nggak ada kenangan yang lebih bagus selain jadi target bully senior apa?

Sekarang Akaito harus jawab apa? Masa dia jawab; "Iya, aku kakaknya Kaito yang celananya dulu suka digantung di tiang bendera sama kakak kelas! Sebenarnya yang waktu itu mengusulkan untuk mengerjai Kaito aku sendiri, loh. Habisnya, kupikir dia kurang terkenal di sekolah. Kalau ini game, bisa dibilang aku ini big boss-nya. Aku tidak menyangka Kaito benar-benar jadi terkenal karena perbuatan nakalku—bahkan sampai sekarang kau masih mengingatnya. Hahaha!"

Kalau Gumi sampai ketemu Kaito kemudian mengadu, bisa-bisa Akaito dibakar hidup-hidup.

Jadi, Akaito memilih opsi paling aman dan tidak bertanggung jawab—membungkuk dalam-dalam sambil berkata;

"Maaf. Aku baru ingat kalau aku ternyata anak tunggal. Permisi."

Kemudian Akaito balik kanan bubar jalan. Dia tidak pernah kembali.


34/50 game/permainan


"Flappy Bird itu game setan. Buktinya skor tertinggiku cuma 18!"


35/50 rain/hujan


"Kai, maafin Abang." Suaranya terdengar serak, bercampur rasa bersalah.

Di hadapannya, sang adik menunduk. Sang adik menangis. Terisak. Bahunya bergetar.

Tangannya berusaha meraih, tapi ditepis yang bersangkutan.

"… Abang tega…."

JEDER!

Petir menyambar. Hujan tumpah dari langit. Turun dengan deras. Di tempatnya berdiri, Akaito tercekat.

"Kai, Abang—Abang khilaf—"

"Abang tega!"

Tega. Kata itu meluncur mulus bagai panah. Menancap tepat di jantung. Membuat Akaito sesak napas untuk sesaat.

"Kai," dia berusaha merangkai kata, "Abang…. Abang minta maaf—"

"Mana bisa!" Membentak. "Abang sudah makan Indomie rasa rendang yang terakhir! Bungkus terakhir! Sekarang aku bakal mati kelaparan!"


36/50 tired/lelah


Orang bilang, hidup Kaito warna-warni seperti pelangi.

Ayah dan ibunya baik serta perhatian. Kakak laki-lakinya teramat pengertian. Tapi dikelilingi orang-orang menyenangkan tak selalu jadi jaminan kebahagiaan. Ada kalanya Kaito lelah—hidupnya tak selalu mulus, tahu.

Ayahnya baik, tapi kadang bisa sangat menyebalkan. Ibunya perhatian, tapi kadang bisa begitu mengerikan. Kakaknya pengertian, tapi narsisnya tak tertahankan.

Meski begitu, mereka tetap saja keluarganya, 'kan?


37/50 victim/korban


Kaito menatap wajah teman-temannya—Mikuo, Gakupo, Gumiya, dan Yuuma—bergantian. Semuanya tampang kriminal dan berpotensi jadi teroris di masa depan.

"Jadi, siapa di antara kalian yang memajang foto memalukanku di mading?"

Sebuah foto teracung. Di sana ada Kaito. Berpakaian maid penuh renda-renda. Melirik saja sudah bikin gatal-gatal.

Mereka semua tahu foto itu. Di luar kepala malah. Karena memang mereka yang memaksa Kaito berpakaian memalukan seperti itu. Hukuman kalah main Uno. Gakupo yang punya usul. Mikuo menyumbang kostum. Yuuma sebagai juru potret. Gumiya jadi tim hore.

"Tapi ingat! Cuma untuk konsumsi pribadi, loh!"

"Sip!"

Tapi sekarang foto aib itu menyebar. Salah siapa ini?

Semua mata saling lirik. Kening berkerut. Setelah sekian lama bungkam, Gumiya akhirnya berani buka suara.

"Bukan aku, Kai. Sumpah!"

"Aku juga bukan. Yuuma kali."

"Heh! Sembarangan kamu, Mikuo! Sumpah bukan aku! Gakupo, tuh! Biasanya juga dia!"

"Kenapa aku?!"

"Aku tidak peduli!" Meja dibanting. Kaito murka. "Kubunuh kalian semua!"

"HIIIIIIIII!"

"Ampun!"

Di depan pintu kelas adiknya, Akaito mematung mendengar betapa murka Kaito. Dia kemudian berbalik pergi. Tidak jadi minta maaf sudah memasang foto memalukan Kaito di mading. Takut dihajar.


38/50 hair/rambut


Kaito kecil adalah anak yang suka bertanya.

"Kak, kenapa hujan bisa turun?"

"Karena langit sedang sedih."

"Kenapa ada kilat?"

"Itu artinya Tuhan sedang mengambil gambar kita."

"kenapa warna rambut kita berbeda?"

"…"

"Kita saudara. Harusnya warna rambut kita sama, 'kan?"

Akaito tidak menjawab. Dia hanya berlari dari kamar, meninggalkan Kaito duduk menggenggam selimut. Menit-menit berjalan, dan Kaito menguap oleh kantuk. Saat matanya hendak menutup, Akaito kembali. Senyum terkembang. Rambutnya yang merah tampak kotor oleh krayon biru.

Kaito mengerjap.

"Lihat? Sekarang rambut Kakak warnanya sudah sama dengan Kaito!"


39/50 breakfast/sarapan


"CIIAAAT! JURUS BANGAU TERBANG TAK BERSAYAP!"

"JURUS MACAN MENERKAM NAGA!"

Pagi itu Akaito dan Kaito adu kungfu berebut satu-satunya roti di meja makan.


40/50 comfort/nyaman


Saat tim Kaito kalah di semi final, berbeda dengan orang-orang yang sibuk menatap simpati, Akaito justru tak mengatakan apa pun pada adiknya. Dia hanya menunggu lalu menghampiri Kaito di bench—masih duduk meski seluruh pemain telah hengkang dan penonton menghilang bersama euphoria mereka.

Akaito tak akan mengatakan apa pun; tidak menanyakan keadaan adiknya ataupun menghibur dengan kalimat tak berguna semacam, "Jangan menyerah," yang terdengar memuakkan. Dia hanya akan menghampiri Kaito kemudian menepuk ringan kepala biru itu.

"Mau sampai kapan duduk di sini, bego?" Akaito berpaling. "Cepat pulang."


41/50 wait/menunggu


"Kakak kapan pulang?" Kaito kecil menarik rok sang ibu. Bertanya tentang kepulangan Akaito yang sedang pergi darmawisata.


42/50 welcome/selamat datang


"Aku pulang!"

"Akaito, akhirnya kau pulang, juga!" Ibunya terlihat sangat senang.

"Bagaimana dengan Kanagawa?"

"Tidak terlalu buruk, Yah!" Mata mereka bertemu. "Oh, Kai! Apa kabar—eh, matamu kenapa?"

Sial. Kenapa matanya panas di saat begini. Kenapa.

"Tidak apa-apa." Berbalik. Usap dengan punggung tangan.

Tidak. Dia tidak menangis. Ini hanya kelilipan. Dia tidak senang kakaknya kembali. Dia tidak rindu kakaknya. Tidak sama sekali….

"Kai—"

"… Okaeri."

"Eh?"

"Okaeri, Onii-chan…."


43/50 forest/hutan


Kapok tersesat, mereka tidak pernah mau pergi ke hutan lagi.


44/50 description/deskripsi


Ada satu kata yang bisa Akaito deskripsikan untuk dirinya sendiri.

Iga.

"Ih, ganteng!"

(Kemudian Kaito cacingan di tempat.)


45/50 birthday/ulang tahun


"Bang, selamat ulang tahun. Cepet tobat, ya!"

Akaito menerima majalah Hidayah limited stock dari adiknya.


46/50 pregnant/hamil


Waktu Kaito masih dalam kandungan, Akaito selalu menyuruh ibunya cepat-cepat melahirkan.

Setelah Kaito lahir dan tumbuh besar, Akaito berharap ibunya mau mengembalikan adiknya ke dalam kandungan.


47/50 blood/darah


Kaito bisa mencium bau darah di dalam kamar itu.

Pintu terbuka dan ia bisa melihat mayat teman-temannya memenuhi visi. Usus dan mata berceceran. Tangan dan badan terpisah. Leher-leher buntung tanpa kepala. Di sudut, seorang pembunuh psikopat menatapnya penuh terror. Matanya merah, menyala terang di kegelapan.

"Giliranmu, Kai…."


48/50 hypocrite/hipokrit


"Dasar Abang bego! Pergi jauh-jauh sana!"

"Aku bisa sendiri, kok. Nggak perlu bantuan Abang!"

Dan ketika tubuh itu terlelap dalam peti kayu, Kaito tidak bisa mengelak ia benar-benar—benar-benar—membutuhkan kakaknya.


49/50 valentine/valentine


"Aku sih, pantang merayakan hari valentine, Bang. Karena kasih sayang bukan hanya ditunjukkan di satu hari tertentu saja."

"Jomblo, ya?"

Kemudian Akaito diselepet karet.


50/50 brother/saudara laki-laki


Sebagai saudara kandung, Akaito dan Kaito sangat bertolakbelakang.

Akaito suka merah, Kaito cinta biru.

Akaito pendukung Barcelona, Kaito fanatik Real Madrid.

Akaito pemuja makanan pedas, Kaito maniak es krim.

Akaito narsis tiada tara, Kaito skeptis luar biasa.

Akaito suka mem-bully, Kaito selalu jadi target bully.

Tapi urusan menuntut uang jajan jadi lebih tinggi, mereka kompak tak tertandingi.


FIN


Terima kasih kepada dwi93jun, Nekuro Yamikawa, Fuyuuki Rivaille, Hikari Kengo, Narukami Hiroki, Liaalicious, Draga07, Akemi Namikaze no Yoru, Kagami Kagusa, Soraya31Hikari, GaramMerica,dan nabmiles yang sudah berbaik hati mereview chapter 1 kemarin—juga untuk semua orang yang sudah bersedia mengklik dan membaca benda ini. Maaf atas update yang lama dan maaf atas kekurangan yang ada. Terima kasih banyak, sampai jumpa di cerita selanjutnya! (:

Reviews are very welcome!