Daddy's Little Angels

By: 0312_LuluEXOticS

Cast: Luhan, Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kris, Hye Bin (OC)

Pairings: ChanHan/ChanBaek

Genre: Angst, Family, Romance

Rate: T

Lenght: Twoshot

Warning: BL, Sad gagal, typo(s) bertebaran, abal, gaje

Liyya memutuskan untuk menyelesaikan mood ANGST nya dulu. Setelah itu, baru hepi-hepian bareng HunHan di 'The One' yaaaaa :D Mungkin hari Sabtu atau Minggu :)

Terinspirasi dari satu cerpen yang Liyya baca mungkin sekitar tahun 2000-an, hehehehehe #authortua -_- Judulnya 'Bidadari-bidadari Kecil Papa!' dan ceritanya keren banget! Liyya cuma ingat inti ceritanya aja dan kemudian Liyya kembangkan sendiri di sini, jadi cerita ini gak sepenuhnya sama dengan cerpen itu :D

.

HAPPY READING^^

.

~O.O~

Keesokan harinya, Baekhyun tidak ikut sarapan bersama Luhan dan kedua orang tuanya. Luhan sendiri terlihat tidak bersemangat. Pikirannya jelas masih tertuju pada kejadian tadi malam. Saat Baekhyun berteriak padanya. Saat Baekhyun menangis terisak di kamarnya. Saat Luhan mengetahui kenyataan yang seharusnya diketahuinya bertahun lalu. Namun itulah Luhan. Walaupun pikirannya sedang kalut, dia selalu mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja di depan semuanya.

"Baekhyun tidak ikut makan?" tanya Kris saat melihat hanya ada Luhan di meja makan. "Sepertinya dia belum bangun, Honey. Biarkan dia istirahat dulu," jawab Hye Bin sembari menata sarapan untuk Luhan dan suaminya.

"Hhhhhh," Kris menghela nafasnya. "Anak itu, sebenarnya ada apa dengannya? Biar aku menegurnya nanti!" tukas Kris kemudian duduk bergabung bersama dengan istri dan anaknya.

"Jangan terlalu keras padanya, Kris! Kau tahu dia itu sedikit sensitif." Hye Bin menyerahkan secangkir kopi panas untuk pada Kris dan mengambil posisi duduk di depan Luhan.

"Kalau kita terus bersikap lembut, dia akan semakin kurang ajar. Sekali-kali dia perlu ditindak tegas!" jawab Kris.

"Ummmm, Daddy!" panggil Luhan ragu. "Masalah Baekkie. Biar Luhan yang berbicara padanya nanti. Sepertinya Baekkie marah padaku," ucapnya.

Kris mengernyitkan keningnya mendengar kalimat Luhan. "Luhan, kau masih memikirkan kata-kata Baekhyun tadi malam? Bukankah Mom sudah berkata padamu untuk tidak memikirkannya?"

Luhan segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum meyakinkan. "Aniyo, Daddy. Hanya saja, sepertinya ada kesalah pahaman antara Luhan dan Baekkie. Dan Luhan merasa perlu bicara dengan Baekkie," ujarnya. "Lagi pula, kalau Daddy yang berbicara, pasti jadinya seperti tadi malam lagi," lanjutnya.

"Hhhhh, baiklah. Mungkin dia akan lebih mendengarkan jika kau yang berbicara padanya," ucap Kris akhirnya. Memang pada kenyataannya, Baekhyun memang selalu lebih mendengarkan Luhan daripada dirinya. "Lalu, kau jadi berkumpul dengan teman-temanmu hari ini?" tanya Kris.

"Hmmmm, I think I'll just spend some times with Chanyeol today," jawab Luhan.

"Okay! That sounds good to me. Yang penting kau pulang tepat waktu nanti, kay?" Luhan hanya mengangguk sebagai jawaban dan kembali meneruskan sarapannya.

~O.O~

Tok tok tok

Pukul 09.00 pagi.

Baekhyun baru saja akan keluar dari kamarnya saat dia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Matanya terasa sedikit perih setelah menangis cukup lama tadi malam. Mengira kalau itu adalah Hye Bin yang datang untuk menyuruhnya sarapan, Baekhyun pun hanya mengabaikannya saja.

Tok tok tok

Suara ketukan itu terdengar lagi. Huft. Baekhyun mendengus kesal. Tidak bisakah dia tenang meskipun di hari Minggu? Dengan kesal, Baekhyun berjalan menuju pintu kamarnya, hendak membukakan pintu. Namun tangannya yang sudah memegang knob pintu langsung beku seketika saat mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Baekkie-ya!" panggil orang itu.

Luhan.

"Baekkie-ya! Kau sudah bangun?" tanya nya. Baekhyun bungkam. Keningnya sedikit berkerut. Tidak biasanya Luhan mengetuk pintu kamarnya. Biasanya, Luhan akan langsung membukanya meskipun Baekhyun selalu memarahinya.

"Baekkie-ya! Aku tahu kau sudah bangun," ucap Luhan. Baekhyun memilih untuk tidak menjawab apa-apa. Dia hanya berdiri di sana. Di depan Luhan dengan daun pintu yang menghalangi mereka.

"Arrasseo! Baekkie tidak perlu membukakan pintunya," ujar Luhan setelah beberapa saat Baekhyun masih tidak menjawab apa-apa. "Just listen to what I'd say, would you?" tanya nya kemudian. Dan Baekhyun masih diam. "Okay! I'll take that as a 'YES'!"

Luhan mengambil nafasnya dalam-dalam dan menyandarkan dahinya pada pintu kamar Baekhyun. "Baekhyun-ah!" panggilnya, membuat Baekhyun sedikit terkejut. Ini pertama kalinya Luhan memanggilnya dengan nama aslinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi di antara kita, Baekhyun-ah? Bukankah kita dulu saling menyayangi? We're each other's half, remember? Kita selalu saling melengkapi, kan? Apa kau tidak ingat itu semua? Lalu mengapa kita jadi seperti ini?" Luhan menggigit bibir bawahnya. Meredam isakan yang siap keluar kapanpun, karena air matanya sudah terlebih dahulu membasahi wajah manisnya.

"Kau ingat? Dulu, kita sangat suka saat Daddy memanggil kita dengan sebutan 'Daddy's Little Angels'. Apa kau tidak merindukan masa-masa itu, Baekhyun-ah? Apakah kau tidak ingin kita kembali seperti dulu? Being Dad's litte Angels. Memang sekarang kita sudah dewasa. But, we can be Dad's Angels instead, right? I miss you, Baekhyun-ah. I really do."

Baekhyun menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Perlahan berjalan menjauh dari pintu, agar Luhan tidak mendengar isakannya. Dia duduk di atas kasurnya dengan kedua tangan yang menangkup wajahnya.

"Baekhyun-ah! Mungkin aku telah melakukan kesalahan besar padamu. Tapi, apakah kau tidak bisa memaafkanku? Apa kau benar-benar membenciku? Aku minta maaf jika aku melakukan kesalahan padamu. Aku minta maaf jika aku menyakitimu. But please, bisakah kau untuk tidak membenciku? Please don't hate me, Baekhyun-ah. Don't say that you hate me, because it hurts. A lot. Rasanya sakit sekali saat kau mengucapkan kata itu."

Tuhan tahu seberapa besar dan kuat keinginan Baekhyun untuk berlari membuka pintunya dan memeluk Luhan seerat mungkin saat itu. Seberapa besar keinginannya untuk berkata 'No! I don't hate you, Hyungie. I didn't mean what I said last night!' pada Luhan. Namun, ego itu terlalu besar. Ego itu menahan semua pergerakannya.

Luhan kembali menarik nafasnya dalam-dalam. Menormalkan nafasnya. "Anyways, aku akan pergi nanti sore. Kau tahu itu kan? Aku tidak tahu berapa lama aku akan di sana, Baekhyun-ah. Mungkin aku akan pergi cukup lama. Atau mungkin sangat lama. Well, aku tahu kalau kau tidak akan merindukanku nanti. In fact, mungkin ini adalah hal yang paling kau tunggu selama ini. Kepergianku dari hidupmu." Ia terdiam sejenak. Menghirup napas dalam-dalam sebelum kembali bersuara.

"Tapi Baekhyun-ah! Aku pasti akan sangat sangat sangat merindukanmu. Karena itu, sebelum aku pergi, untuk hari ini saja, tidak bisakah kita kembali seperti dulu? Tidak bisakah kau berpura-pura memaafkanku? Berpura-pura tidak membenciku dan tersenyum padaku hari ini? Meski hanya pura-pura, aku akan sangat berterima kasih jika kau mau melakukannya. Aku, ingin pergi dengan kenangan yang manis. Hanya beberapa jam saja, tidak bisakah kita kembali menjadi Daddy's little Angels seperti dulu? Dan setelah hari ini, aku benar-benar tidak akan pernah mengusikmu lagi. Aku janji, Baekhyun-ah. Tidak bisakah kau melakukannya untukku? Please?" Tidak ada jawaban sama sekali dari Baekhyun.

Luhan menghela nafasnya dan menghapus air mata dari wajahnya. "Baekkie-ya! Boleh aku masuk?" tanya nya. Membuat Baekhyun kelabakan di dalam kamar. Dengan segera, dia membaringkan tubuhnya menghadap tembok dan membelakangi pintu. Menghapus semua jejak air matanya kemudian menarik selimut sebatas dada dan memejamkan matanya.

"Aku," Luhan berkata ragu. "Aku akan ke rumah Chanyeol setelah ini, tapi aku ingin melihat wajahmu terlebih dahulu. Permintaanku tadi, aku tidak akan memaksa jika Baekkie tidak mau. Dan jika memang Baekkie memutuskan untuk tidak melakukannya, mungkin ini akan menjadi kesempatan terakhirku melihat Baekkie sebelum aku pergi nanti. Karena itu, boleh aku masuk? Hanya beberapa menit saja. Aku janji tidak akan melakukan apapun yang mengganggumu. Aku hanya ingin melihat saja. Boleh ya?"

Cklekk

Luhan nekat membuka pintu saat Baekhyun masih tidak menjawab panggilannya. Dia tidak punya banyak waktu untuk menunggu jawaban Baekhyun sekarang. Bibirnya mengulum senyum tipis saat melihat adiknya yang sedang tidur membelakanginya. Luhan tahu kalau Baekhyun tidak tidur. Luhan meletakkan sesuatu di atas meja belajar Baekhyun kemudian berjalan mendekatinya.

Baekhyun langsung menggigit bibir bawahnya kuat-kuat saat mendengar pintu terbuka, dan memejamkan matanya erat saat suara langkah kaki Luhan terdengar semakin dekat. Jantungnya berdetak kencang saat dia merasakan tangan Luhan yang terulur membelai helai demi helai rambutnya. Hangat. Dan dia menyukainya.

"Baekkie-ya! Kau tau kalau Hyung menyayangimu, kan? Lebih dari apa pun, lebih dari siapa pun. Karena itu, Hyung akan selalu berusaha membuat Baekkie bahagia. Hyung akan melakukan apapun yang Baekkie minta. Jika dengan kepergianku Baekkie akan bahagia, maka aku akan pergi dan tidak akan kembali sampai Baekkie mau menerima Hyung lagi. Geuronnikka, Hyung mohon, jangan membenciku. Please, please, please. Don't hate me, Baekkie." Luhan terisak beberapa saat sambil terus membelai lebut rambut Baekhyun.

"Maaf, Hyung datang dan menangis di sini. Maaf, aku mengganggu mu pagi-pagi sekali," ujarnya kemudian berdiri dan merapikan dirinya. "Mom dan Dad sedang keluar. Sepertinya tadi ke rumah Lay Samchun. Mungkin beberapa jam. Makanlah! Mom membuatkan makanan kesukaanmu tadi," ujarnya lagi kemudian mencium puncak kepala Baekhyun. "Hyung pergi dulu!" ucap Luhan.

Jantung Baekhyun serasa berhenti berdetak saat dia mendengar suara pintu yang tertutup. Bukan karena suara itu, tapi karena bersamaan dengan suara itu, dia bisa mendengar suara lirih Luhan yang berkata 'Good bye, Baekhyunnie!'. Apa maksud Luhan berkata seperti itu padanya?

Baekhyun lalu membuka matanya saat di rasa kalau Luhan sudah benar-benar pergi dan membalikkan badannya. Iris matanya tertuju pada nampan berisi makanan favoritnya yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Sushi.

Baekhyun mendengus kesal saat melihat isi dari Sushi yang, kata Luhan, dimasakkan oleh Mommy. Luhan jelas-jelas berbohong. Sushi itu, jelas buatan Luhan, bukan Hye Bin. Bagaimana Baekhyun tahu dengan hanya melihatnya? Karena dia lebih menyukai Sosis di dalam Sushinya dari pada telur dadar, dan Hye Bin tidak mengetahuinya.

Luhan membohonginya! Dan dia benci dibohongi. Mungkin niat Luhan baik. Dia hanya ingin menghibur adiknya. Tapi tidak bagi Baekhyun. Karena baginya, Luhan terlihat seperti tengah mengasihaninya. Di mata Baekhyun, Luhan seolah sedang menunjukkan padanya kalau Mommy tidak perduli padanya. Mommy bahkan tidak mengajaknya sarapan pagi tadi dan sekarang pergi dengan Daddy. Padahal dia tahu kalau Luhan akan pergi bersama teman-temannya dan Baekhyun akan sendirian di rumah. Tapi mereka tetap pergi meninggalkannya sendiri di rumah.

Saat mata itu terbutakan oleh rasa benci yang semakin membuncah. Saat hati itu tertutup oleh amarah yang terpendam sejak lama. Baekhyun gelap mata. Tanpa pikir panjang lagi, dia segera meraih sesuatu di laci meja belajarnya dan menatap benda itu lama. Dia akan melakukannya. Dia harus melakukannya. Dengan begitu, semua orang tahu bagaimana perasaannya. Dengan begitu, semua orang akan melihatnya. Dengan begitu, semua orang akan menyesal karena telah memperlakukannya seperti ini. Daddy dan Mommy akan menangisinya. Menangisi kebodohan mereka. Dan Luhan, tidak akan menjadi nomor satu lagi.

Dengan itu, Baekhyun pun berjalan menuju dapur. Meninggalkan Sushi yang tak tersentuh di kamarnya.

~O.O~

"Kau yakin tidak ingin kemana-mana, Lu?" tanya Chanyeol pada Luhan yang kini duduk diam di pangkuannya. Sejak datang tadi, Luhan sama sekali tidak bersuara kecuali jika Chanyeol bertanya sesuatu padanya. Luhan hanya diam dan langsung mendudukkan dirinya di atas sofa di ruang tamu begitu Chanyeol membukakan pintu apartemennya. Dan begitu dia mendudukkan dirinya di sampingnya, namja mungil itu langsung beralih duduk di pangkuannya. Menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya dan memeluknya erat.

Luhan menggelengkan kepalanya dan semakin mempererat pelukannya. Menghirup dalam-dalam aroma maskulin yang menguar dari tubuh kekasihnya ini. Luhan berfikir, mungkin ini akan menjadi kesempatan terakhirnya untuk memeluk Chanyeol seperti ini.

"Ini kan hari terakhir mu di Seoul. Apa kau tidak ingin jalan-jalan?" tanya nya lagi.

Chanyeol bisa merasakan kalau Luhan kembali menggelengkan kepalanya. "Shireo! Karena ini hari terakhir, aku ingin bersama Channie saja. Aku..." Luhan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Tubuhnya bergetar dan air mata itu sudah tidak tertahankan lagi. Namja manis itu pun menangis hebat dalam pelukan kekasih tercinta nya.

'Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu sebanyak yang aku bisa. Sebelum aku pergi. Sebelum semuanya berubah. Sebelum kau membenciku,' batinnya perih.

"Shhhhh, Hannie. Mengapa Hannie menangis? Ada apa?" tanya Chanyeol khawatir sambil terus mengusap punggung Luhan dan mencium pelipis kekasihnya itu dengan sayang. "Apa kau bertengkar dengan Baekhyun?" tanya nya lagi.

Luhan kembali menggelengkan kepalanya. "Aniyo," ucap Luhan di sela-sela isakannya. "Aku hanya merasa sedih karena kita akan berpisah," lanjutnya berbohong.

"Aigoooo! Jangan menangis, Hannie!" Chanyeol sedikit mendorong tubuh Luhan dan meangkup wajah Luhan dengan kedua tangan lebarnya. Menghapus air mata yang seolah tidak akan berhenti mengalir di pipi Luhan. Sedikit menengadahkan wajah Luhan agar menatapnya.

"Inggris bukanlah tempat yang jauh, Han. Dan kau ke sana hanya untuk belajar, kan? Kau bisa pulang saat liburan. Atau jika kau tidak bisa pulang, aku yang akan ke sana mengunjungimu. Aku yakin Eomma dan Appa tidak akan keberatan menghabiskan beberapa Won untuk menantunya," ujarnya kemudian mengecup ujung hidung mungil Luhan sekilas. Membuat Luhan tersipu dan tersenyum malu saat Chanyeol mengucapkan 'menantu'. Namun sebagian hatinya juga terasa sakit karena ucapan itu. Mengingat kalau pada kenyataannya nanti, dia tidak akan pernah menjadi menantu keluarga 'Park'.

"Nah, begitu lebih baik. A lot better, actually." Chanyeol kembali menghapus sisa-sia air mata di pipi Luhan dan kembali membawanya ke dalam pelukan hangatnya. "Jangan khawatir, Hannie. Kita pasti bisa melewatinya," ucapnya, dan Luhan hanya mengangguk dalam pelukannya.

"Chanyeol!" panggil Luhan beberapa saat kemudian. "Hmmm?"

"Aku dan Baekkie. Jika kami berdua memakai baju yang sama persis dengan potongan rambut yang sama juga, apa kau bisa membedakan kami?"

Chanyeol melepaskan pelukannya dan menatap Luhan dengan keningnya yang berkerut. Merasa aneh dengan random question yang ditanyakan Luhan. "Aku hanya penasaran saja," ucap Luhan kemudian seolah mengerti arti tatapan Chanyeol.

"Kau ingin mengujiku, ya?" tanya nya. "Tentu saja aku bisa membedakannya. Mungkin dalam pandangan sekilas, mata ini tidak bisa. Tapi hati ini, dia pasti bisa membedakannya. Dia pasti akan menemukan pemiliknya," jawab Chanyeol.

"You think so?" tanya Luhan lagi.

Chanyeol menggeleng. "No, I don't think so, Hannie. I KNOW so!" jawabnya mantap lalu mencium sekilas bibir Luhan. Membuat senyuman indah favoritnya kembali terukir di wajah manis Luhan.

"Hmmm, lalu, jika suatu hari nanti aku tidak ada. Apa kau akan bisa jatuh cinta pada Baekkie?"

Jantung Chanyeol tiba-tiba berdetak cepat saat perasaan itu kembali menghampirinya. Perasaan aneh seolah dia akan kehilangan Luhan-nya. Tanpa menjawab pertanyaan itu, Chanyeol kembali memeluk Luhan erat-erat. Perasaan itu semakin kuat, dan itu membuatnya benar-benar takut.

"Chan—"

"Don't say such thing, Luhan-ah! Kau membuatku takut," ucapnya. "Chan—"

"Please! Jangan mengatakan hal seperti itu lagi. Kau tidak akan kemana-mana. Aku tidak akan membiarkannya. Kau tidak boleh meninggalkanku!" Chanyeol semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Luhan.

Luhan ingin bertanya lagi. Dia ingin memastikan kalau dirinya melakukan hal yang benar. Namun melihat Chanyeol yang seperti ini, Luhan tahu dia tidak bisa memaksanya saat ini. Mungkin ini memang bukan waktu yang tepat untuk membahasnya. Dan Luhan kembali mengangguk pelan dalam pelukan Chanyeol. Membalas pelukan itu dengan sama eratnya. Meresapi dan menikmati saat-saat terakhirnya bersama namja terkasihnya itu selagi dia bisa. Selagi waktu masih berpihak padanya.

"Chanyeol-ah!" panggilnya setelah beberapa saat mereka lalui dalam diam. "Jika suatu hari nanti aku melakukan kesalahan yang besar, apa kau akan memaafkanku? Atau kau akan marah dan membenciku?" tanya nya.

"Hmmmmm, kau ingin aku marah padamu?" Chanyeol balik bertanya sembari menyibakkan poni Luhan.

Luhan menggeleng pelan. "Lalu, apa kau ingin aku membencimu?" tanya nya lagi dan Luhan kembali menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu, kau sudah mendapatkan jawabanmu, kan?"

Luhan mengangguk dan tersenyum manis. "Promise me you would never hate me!" pinta Luhan.

Tidak perlu ada kalimat yang menjawab permintaan itu. Tidak perlu pertautan dari dua jari kelingking sebagai 'pinky promise' yang menguatkan janji itu. Tidak juga ucapan sumpah untuk meyakinkan Luhan. Tidak saat Chanyeol mendekatkan wajah mereka, mempersempit jarak keduanya sebelum kemudian mengeliminasi jarak sempit itu dan menyatukan bibir mereka. Memberikan kecupan, pangutan, dan lumatan lembut penuh cinta di bibir cherry Luhan. Menyesap habis rasa manis yang tidak pernah hilang dari bibir plump itu. Seolah menegaskan pada Luhan kalau dia sangat mencintainya dan tidak akan pernah bisa membencinya.

Chanyeol terpaku sejenak dan sontak membuka matanya saat samar-samar dia merasakan sesuatu yang asin dalam ciuman mereka. Air mata itu kembali mengalir dari mata Luhan yang tertutup rapat. Tapi Luhan sama sekali tidak menghentikan ciumannya. Dia justru semakin gencar menggerakkan bibirnya dan menarik tengkuk Chanyeol, memperdalam ciuman mereka.

Chanyeol bisa merasakannya. Kegusaran Luhan. Sesuatu pasti sedang mengganggu pikiran kekasihnya saat ini. Namun dia tidak mengatakan apapun. Hanya mengikuti permainan Luhan. Berharap apapun itu yang telah membuatnya gelisah, akan hilang saat ciuman ini berakhir nanti.

"Maaf," ucap Luhan begitu tautan bibir mereka terlepas. "Maafkan aku," ucapnya lagi sebelum menenggelamkan wajahnya di dada bidang kekasihnya. Mencoba menyembunyikan air mata yang semakin deras membasahi wajahnya. "Maaf, karena aku harus pergi. Karena aku harus meninggalkanmu. I am sorry!"

Dan Chanyeol tidak bisa melakukan apa-apa selain memeluk tubuh Luhan lebih erat lagi dan mengusap punggungnya. Membisikkan kata-kata manis dan a lot of 'I Love You's di telinga Luhan dan mencium puncak kepalanya. Mencoba untuk meyakinkan Malaikat dalam pelukannya kalau semuanya akan baik-baik saja. Meskipun pada kenyataannya, jauh di dalam lubuk hatinya, dia sendiri merasa tidak yakin akan hal itu.

~O.O~

Baekhyun menatap minuman racikannya yang diletakkannya di atas meja. Susu Strawberry dengan campuran sedikit cairan Strychnine. Zat beracun yang sangat mematikan. Jangan tanya dari mana dia mendapatkannya. Baekhyun sedang membolos pelajarannya saat itu. Kira-kira 2 bulan yang lalu. Karena Mommy pasti akan bertanya seribu pertanyaan jika dia pulang ke rumahnya, Baekhyun memutuskan untuk berkeliaran di tengah keramaian kota Seoul.

Tanpa sadar, kaki kurusnya menuntunnya menuju sebuah gang kecil dan sepi. Lalu matanya tertuju pada sebuah toko kecil yang sepertinya menjual barang-barang yang bisa dibilang aneh. 'Pantas saja sepi,' pikirnya saat itu. Namun demikian, dia tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya dan akhirnya masuk ke sana. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko, akhirnya iris mata nya tertuju pada deretan botol-botol kecil yang berjejer di atas rak. Setelah bertanya beberapa hal pada si penjual, Baekhyun memutuskan untuk membelinya, yang tenyata cukup menguras isi dompetnya.

'Jika aku menggunakan ini, apa Daddy dan Mommy akan merasa bersalah? Apa mereka akan merasa kehilanganku?' Itulah yang Baekhyun pikirkan sepanjang perjalanan pulang dari toko tersebut. Dia lalu meletakkan botol tersebut di dalam laci meja belajarnya. Tidak pernah melihatnya lagi sampai hari ini.

Mungkin karena terlalu lelah dengan semua yang terjadi padanya. Mungkin karena dia sudah sapai di ambang batas kesabarannya. Yang jelas, Baekhyun benar-benar ingin mengakhiri semuanya saat ini.

Sempat terpikir untuk menegak cairan itu langsung dari botolnya, tapi Baekhyun takut. Sebesar apapun keinginannya untuk mengakhiri his useless life, Baekhyun takut dengan rasa sakit yang akan dideritanya nanti. Karena itu, dia mengambil susu Strawberry favoritnya di lemari dapur dan menuangkan racun dari botol kecil di tangannya ke dalam susu itu. Mungkin minuman favoritnya itu bisa sedikit saja, hanya sedikit, mengurangi rasa sakitnya nanti.

Dengan tangan bergetar, Baekhyun meraik gelas berisi 'minuman maut' buatannya dan mendekatkannya dengan bibirnya. Menutup matanya rapat-rapat, bersiap untuk menyambut malaikat maut yang sepertinya sudah menunggunya di ruangan ini.

Kau ingat? Dulu, kita sangat suka saat Daddy memanggil kita dengan sebutan 'Daddy's Little Angels'.

Tiba-tiba saja ucapan Luhan tadi pagi terdengar begitu nyaring di telinganya dan menghentikan pergerakan tangannya. Baekhyun ingat, tentu saja dia ingat. Being Dad's little Angels adalah hal yang paling disukainya dulu. Tapi dia melupakan satu hal. Ada satu hal lain yang lebih disukainya dari pada menjadi malaikat kecil Daddy. Satu hal lain yang paling disukainya melebihi apa pun.

Being Hyungie's little Brother

Menjadi adik kecil Luhan yang selalu dilindungi dan disayangi oleh Luhan.

Flashback On


"Baekkie-ya! Stop running!" Luhan kecil berusaha menghentikan adiknya yang tidak mau berhenti berlari dengan pesawat kertas yang baru saja ia dibuatkan untuknya. Dia terlalu senang dan mulai berlari tidak tentu arah tanpa melihat kemana kaki kecilnya membawanya.

"Baekkie-ya!" panggil Luhan lagi. Mereka sedang berada di ruang tamu sekarang. Dimana ada banyak sekali peralatan pecah belah yang ada di sana. Baekhyun masih tidak mau berhenti berlari dan Luhan takut kalau Baekhyun akan menabrak dan menghancurkan sesuatu nantinya.

Vas bunga kesayangan Mommy, misalnya.

"Baekkie-ya! Kalau terjadi apa-apa aku—"

PRANG

Mata Luhan membelalak lebar melihat Baekhyun yang terduduk ketakutan menatap Vas bunga yang sudah tak berbentuk di depannya. Luhan langsung berlari menghampiri adiknya. Memeriksa jika saja adiknya terkena serpihan dari Vas bunga yang pecah itu.

"Baekkie-ya! Kau tidak apa-apa? Kau tidak terluka, kan? Kau—" ucapan khawatir Luhan tertelan kembali bersama dengan ludahnya saat mendengar suara Mommy yang terdengar tidak suka dari arah belakangnya.

"What did I tell you about playing in the living room?!" ucap Hye Bin. "Kalian menghancurkan vas kesayangan Mommy!" marahnya.

"Now, siapa yang melakukannya?" tanya Hye Bin, dan Luhan bisa merasakan Baekhyun yang semakin takut dan berpegang erat pada lengan bajunya.

"I-I'm s-sorry, Mommy! Lu-Luhannie tidak sengaja menabraknya saat berlari mengejar Baekkie tadi!" Luhan menundukkan wajahnya menyesal. Satu tangan menggenggam erat tangan mungil adiknya agar adiknya tidak takut lagi.

"You did it?" Luhan mengangguk. Hye Bin mendesah pelan. "Mom will clean it all firts, then we will talk about your punishment, Wu Luhan! Sekarang duduklah di atas sofa dan jangan kemana-mana sampai Mom selesai membersihkannya, mengerti?!"

"Hyungie," panggil Baekhyun pelan begitu Hye Bin berlalu mengambil Vacum Cleaner di gudang. "I'm sorry," ucapnya kemudian, hampir menangis. Luhan tersenyum tipis dan mengusap pipi tembam Baekhyun. "It's okay! Hyungie will aways protect Baekkie. I'll do anything for my little Brother. Karena itu, Baekkie tidak boleh menangis lagi atau Mommy akan curiga!" tutur Luhan sembari mengacak rambut Baekhyun.

Dan malam itu, Daddy tidak memanggil Luhan dengan sebutan 'Angel' sampai satu minggu kemudian sebagai hukuman.

"Angel doesn't make mistake, Luhan!" ucap Kris saat itu.

Luhan hanya menatap sedih tiap kali Kris memanggilnya dengan namanya dan memanggil Baekhyun dengan sebutan 'Angel'. Namun dia akan selalu tersenyum saat Baekhyun melihatnya. Seolah berkata kalau dia tidak apa-apa. Padahal Baekhyun tahu kalau Luhan sangat suka saat Kris memanggilnya 'Angel'. Lebih dari susu coklat favoritnya. Dia tahu seberapa sedihnya Luhan saat itu. Dan itu karena melindunginya.

. . .

"Baekkie-ya! Apa kau menyukai Chanyeol?" Mereka sedang berbaring di ranjang masing-masing dan Luhan tiba-tiba saja menanyakan hal itu padanya.

"Why did you asked?" Baekhyun mengalihkan perhatiannya dari komik yang sedang dibacanya dan balik bertanya pada Luhan.

"Aniyo. Hanya saja, sepertinya Baekkie sering memperhatikan Chanyeol. Am I right?" tanya Luhan lagi. Baekhyun ingin menjawab 'Iya' saat itu. Tapi dia terlalu malu untuk mengatakan itu.

"Aku tidak memperhatikannya karena suka, Hyungie. Kau tahu sendiri kan? Chanyeol itu kadang terlihat aneh. Makanya aku sering memperhatikannya," jawabnya berbohong.

"Eh? Aneh bagaimana?" tanya Luhan.

"Ya aneh!" jawab Baekhyun lagi. "Memangnya mengapa Hyung tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Baekhyun. Alisnya langsung terangkat saat dia melihat rona merah yang menjalari pipi putih Luhan. Apa mungkin—

"Apa kau menyukainya, Hyung?" tanya nya kemudian dan pipi Luhan semakin memerah sempurna. Sangat manis, menurut Baekhyun.

"Hmmm, dia memintaku untuk menjadi kekasihnya. Dan karena Baekkie tidak menyukainya, kalau begitu, tidak apa kan kalau aku menerimanya?"

Dan Baekhyun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Bahkan untuk menggapai kebahagiaannya pun, Luhan masih memastikan perasaan Baekhyun terlebih dahulu.

. . .

"Loh, Hyung? Mengapa masih di sini? Bukankah tadi Hyung bilang kalau Hyung akan keluar dengan Chanyeol?" tanya Baekhyun saat melihat Luhan yang sedang duduk manis di depan televisi dengan baju yang sudah rapi.

"Change of plan. Mom and Dad have to go to Uncle Lay's house. Dan aku tidak mau meninggalkan Baekkie sendiri di rumah," jawab Luhan tersenyum.

Baekhyun mengedikkan bahunya acuh kemudian mendudukkan dirinya di samping Luhan

. . .

"Baekkie-ya!" panggil Luhan. "Hmmm?" Baekhyun mendengung malas. "Apa malam Minggu nanti Baekkie ingin melakukan sesuatu?" tanya Luhan. "Ingin pergi ke suatu tempat?"

"Wae? Apa Chanyeol mengajakmu kencan malam Minggu ini?" Baekhyun menatap Luhan malas. "Hyung! You don't have to ask me everytime he asks you to go out with him! Kalau kau mau pergi ya pergi saja!"

"Tapi—"

"Kau tidak perlu memikirkanku, Hyung! Aku sudah besar. Aku bisa sendiri. Kau tidak perlu mengasihaniku!"

BLAM

Dan Baekhyun pun menghilang di balik pintu. Meninggalkan Luhan yang menunduk dalam. Sama sekali tidak mendengar ucapan lirih Luhan.

'Aku hanya tidak ingin Baekkie merasa kesepian di rumah. Aku tidak ingin Baekkie merasa ditinggal sendiri.'

. . .

"Baekkie-ya! Kau tahu apa hal terbaik yang pernah terjadi padaku?" tanya Luhan suatu hari. "Errmm, Chanyeol?" jawab Baekhyun tanpa mengalihkan perhatiannya dari komik yang sedang dibacanya.

"Aniyo!" ujar Luhan. "Having every attention all over you?" jawab Baekhyun lagi. Luhan mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban Baekhyun. "Aniyo. Semua perhatian itu tidak berarti saat orang yang paling aku inginkan perhatiannya tidak memperhatikanku."

"Lalu apa jawabannya? Aku bukan peramal, Hyung!" tanya Baekhyun mengabaikan ucapan Luhan sebelumnya yang dia tahu itu tertuju untuknya.

"You!" jawab Luhan tegas lengkap dengan senyuman manisnya saat dia berhasil membuat Baekhyun mengalihkan perhatiannya dari komik itu padanya. "Having you as my twin Brother. That is the best thing ever!"

Baekhyun mendengus pelan mendengar jawaban Luhan. Namun tidak bisa dipungkiri, dia juga merasa bahagia saat itu.

"Kau tidak tahu seberapa bahagianya aku karena itu. Jika kita bisa berjuang untuk menentukan takdir kita, aku akan melakukan apapun agar bisa kembali terlahir sebagai Kakak kembar Baekkie."

"Anything?" tanya Baekhyun. "Eum," Luhan mengangguk mantap. "Anything!" jawabnya.


End of Flashback

Baekhyun kembali menatap 'minuman maut' racikannya yang kembali tergeletak manis di atas meja dengan pandangan mata yang sedikit kabur karena air mata. Mengingat semua kenangan itu membuatnya sedikit ragu untuk melakukan tindakan nekatnya. Mengingat seberapa sayangnya Luhan padanya membuatnya kembali berfikir tentang apa yang akan dilakukannya.

Haruskah dia melakukannya? Is it really worth it? Apakah tidak ada jalan lain untuk memperbaiki semuanya? Apakah dengan bunuh diri semua akan selesai? Apa dia akan bahagia nanti?

"I miss you, Baekhyun-ah. I really do."

Ucapan Luhan tadi pagi kembali terdengar di telinganya. 'Aku juga merindukanmu, Hyungie. Sangat merindukanmu.' Baekhyun kembali menangis hebat di sana. Mengingat semua yang telah terjadi. Menyadari satu hal. Menyadari kesalahannya.

Dia telah salah karena memperlakukan Luhan tidak adil hanya karena orang-orang memperlakukannya begitu. Dia telah salah karena hanya mengingat rasa sakit yang dirasakannya karena Luhan tanpa mengingat semua kebahagiaan yang Luhan berikan padanya. Tanpa mengingat semua hal yang telah dilakukan Luhan untuknya. Dia telah salah karena mempertahankan egonya.

"Karena itu, sebelum aku pergi, untuk hari ini saja, tidak bisakah kita kembali seperti dulu? Tidak bisakah kau berpura-pura memaafkanku? Berpura-pura tidak membenciku dan tersenyum padaku hari ini?"

Baekhyun menggelengkan kepalanya mengingat ucapan Luhan. YES! Dia ingin sekali mereka bisa kembali seperti dulu. NO! Dia tidak ingin hanya berpura-pura memaafkan Luhan Because really, tidak ada yang perlu dimaafkan. Luhan tidak pernah melakukan kesalahan padanya. And NO! Dia juga tidak akan berpura-pura tidak membenci Luhan. Karena dia tidak membenci Luhan. Karena Luhan tidak pantas untuk dibenci. Dia ingin memperbaiki semuanya.

Baekhyun lalu menghapus air matanya dan beranjak dari dapur. Melupakan 'Strawberry Milk' yang masih tergeletak manis di atas meja dapur.

Ting Tong

Langkah Baekhyun terhenti saat bel rumahnya berbunyi. Siapa yang datang?

"Baekhyun Hyung?" sapa seorang anak kecil yang saat ini telah berdiri di depan pintu rumahnya. Baekhyun tidak terlalu mengenalnya, tapi dia tahu kalau itu adalah anak dari tetangganya. Dia sering melihat Luhan bermain dengannya. Kalau tidak salah, namanya Sehun.

Mungkin karena mereka tidak saling kenal. Mungkin juga karena wajah Baekhyun yang nampak tidak bersahabat. Sehun tidak mengatakan apapun padanya dan langsung berlari pulang setelah menyerahkan sebuah bingkisan manis pada Baekhyun dan berkata kalau itu adalah titipan Luhan.

Baekhyun sendiri tidak terlalu perduli dan kembali melangkah menuju kamarnya setelah menutup pintu depan. Penasaran dengan isi dari bingkisan yang sedang dibawanya.

Sebuah baju, kaos lebih tepatnya, dengan tulisan 'Daddy's Angel' di bagian belakang, dan 'Baekkie' di bagian depannya. Sepertinya Luhan memiliki kaos yang sama dengan namanya. Baekhyun ingat, dulu mereka suka sekali memakai baju couple seperti ini.

Eerrrmm, mengenai apa yang Hyung katakan pagi ini, jika Baekkie memutuskan untuk melakukan permintaan Hyung, bisakah Hyung melihat Baekkie memakai baju ini saat Hyung pulang dari rumah Chanyeol nanti? Hyung janji tidak akan meminta apapun lagi dari Baekkie setelah ini.

Baekhyun tersenyum senang menatap baju couple di tangannya. Dia segera berlalu ke kamar mandi dan memakai baju itu setelah membersihkan badannya. Dan setelah menghabiskan Sushi yang dibuatkan Luhan tadi, dia berjalan menuju kamar Luhan. Ini pertama kalinya dia masuk ke kamar Hyung nya. Dia tidak terlalu terkejut saat melihat deretan trophy yang berjejer manis di atas rak buku. Tidak juga saat matanya melihat beberapa piagam yang terpasang rapi di dinding kamarnya. Namun dia sedikit terkejut saat melihat fotonya yang juga terpasang di sana dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari foto Chanyeol yang berada tepat di sampingnya.

'This is it!' pikir Baekhyun kemudian duduk di atas ranjang. Inilah saatnya. Dia akan memperbaiki semuanya. Dia akan menunggu Luhan di sana dan membuat Luhan terkejut saat melihatnya nanti. Dia akan memeluk Luhan seerat mungkin dan memberikan senyuman terbaiknya pada Luhan. Dan dia juga akan mengatakan pada Luhan kalau dia juga sangat merindukannya. Kalau dia juga sangat menc—

PRANG

Baekhyun terlonjak kaget saat mendengar suara nyaring yang sepertinya berasal dari arah dapur tersebut. Ada orang lain di rumahnya saat ini selain dirinya. Tapi mengapa dia tidak mendengar pintu depan terbuka, mengingat jarak kamar Luhan dan pintu depan yang tidak terlalu jauh? Lalu siapa itu? Apa mungkin ada pencuri yang masuk? Dan suara apa itu?

Dia lalu teringat 'minuman maut' yang ditinggalnya di atas meja dapur tadi. Tidak mungkin seorang pencuri datang dan meminum susu Strawberry di rumahnya. Mommy dan Daddy juga tidak mungkin. Kris tidak suka Strawberry, dan Hye Bin tidak akan sembarangan meminumnya karena dia tahu kalau Baekhyun sangat menyukai minuman itu. Lalu siapa?

Jantung Baekhyun berdetak keras saat menyadari siapa yang mungkin meminum susunya. Hanya ada satu orang. Satu-satunya orang di rumahnya yang akan meminum susu Strawberry meskipun dia tidak menyukainya.

Tidak tidak!

Baekhyun berlari keluar dari kamar Luhan menuju dapur. Air mata mulai menganak sungai di pelupuk matanya mengingat kemungkinan itu. NOOOO! God! Please, no! Don't let it be him, please!

Tubuh Baekhyun membeku di pintu dapur saat melihat gelas yang tadinya penuh dengan 'Strawberry Milk' itu telah pecah berkeping-keping di lantai dapur. Dan di sana, beberapa meter dari pecahan gelas itu, tubuh sesorang tergeletak lemah. Bibir Baekhyun bergetar hebat bersamaan dengan hujan air mata yang turun dengan derasnya.

"NOOOOO!" teriaknya. "NO NO NO NO!" Baekhyun menggelengkan kepalanya tak percaya kemudian berlari memeluk tubuh tak berdaya itu. "NOOOO!" pekiknya lagi.

Baekhyun meringkuk dan memeluk tubuh sang kakak yang menggelepar hebat. Menahan rasa sakit luar biasa akibat reaksi dari racun yang baru saja diteguknya. Bibir ceri itu membiru. Kening Luhan mengernyit dalam dengan nafas terengah-engah. Racun itu seolah mencekik lehernya, membuatnya kesulitan untuk bernapas. Mata rusanya mengerjap sebelum tertutup sempurna beberapa saat kemudian.

"Hyungie ANDWAEEEE! Hyungie ireona, jebal! Jangan melakukan ini padaku, Hyung! Bangunlah!" ucap Baekhyun disela tangisannya sambil terus menguncang tubuh Luhan dalam pelukannya.

Luhan memang selalu seperti itu. Dia yang tidak menyukai susu Strawberry akan dengan senang hati meminum minuman itu setiap kali Baekhyun marah, agar sang adik mau memaafkannya. Dan itu menjadi kebiasaan yang tak pernah hilang.

Bahkan sampai sekarang.

"Hyungie, ireona! Bangunlah Hyung! Please please please. Bukankah kau ingin melihatku memakai baju ini? Sekarang aku sudah memakainya, Hyung! Lihatlah!" Baekhyun semakin mengeratkan pelukannya.

"Hyungie, bangunlah! Kau bahkan belum mendengarkannya, Hyung! Aku menyayangimu, Lulu Hyung. Lebih dari apa pun. Aku juga merindukanmu, Hyung!" ujar nya lagi dan terisak makin hebat.

"Hyungie, jangan seperti ini. Aku mohon! I did wrong, Hyung. Aku salah karena mengatakan hal itu tadi malam. I'm sorry, Hyung. Baekkie is sorry for that. Karena itu bangunlah, Hyung! Jangan seperti ini! jangan menakutiku, Hyung!" Baekhyun terisak hebat. "Jangan tinggalkan aku!"

Baekhyun mendapatkan serangan panik saat Luhan tak kunjung membuka matanya. Nafasnya mulai tersengal dan pandangannya mulai kabur. Dia bahkan tidak mendengar teriakan panik Mommy saat masuk ke dapur dan melihat keadaan kedua anaknya. Semuanya kabur setelah itu.

Tapi dia ingat saat dia berteriak keras dan meronta hebat, berusaha untuk mengeratkan pelukanya pada tubuh Luhan saat Mommy menarik dan memeluknya. Dia ingat saat Kris berhasil memisahkan mereka, mengangkat tubuh mungil Luhan ke dalam gendongannya dan berlari keluar dari rumah dengan panik. Dia ingat dengan jelas saat Mommy merangkul tubuhnya dan menangis hebat. Dia ingat saat sebuah do'a terbesit dalam hatinya. Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap.

'Tuhan! Aku tidak pernah meminta apapun dari-Mu. Dan kali ini saja aku memohon pada-Mu. Aku berjanji akan melakukan apapun setelah ini. aku berjanji akan menjadi anak yang baik untuk Daddy dan Mommy. Aku berjanji akan menjadi Dongsaeng terbaik untuk Lulu Hyung. Karena itu aku mohon, Tuhan. Don't take him, please! I beg you! Because I really, really need him.'

~O.O~

Baekhyun sadar dari pingsannya beberapa jam kemudian. Dan dia tidak pernah merasa lebih menyesal dari ini karena telah membuka matanya saat mendengar apa yang terjadi setelah dia pingsan.

"Luhan. Dia meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit," ucap Hye Bin saat itu. Tapi Baekhyun sama sekali tidak menangis. Hanya menatap kosong ke depan.

Mengapa dia harus membuka matanya? Mengapa Tuhan tidak membiarkannya menutup matanya selamanya? Untuk apa dia membuka matanya jika orang yang paling ingin dilihatnya saat dia membuka matanya tidak lagi menghirup udara yang sama dengannya? Mengapa Tuhan tidak mengambil nyawanya juga?

Hari-hari setelah itu Baekhyun lalui dengan tatapan kosongnya. Seolah jiwanya tidak ada bersamanya saat itu. Baekhyun hanya menjawab dengan jujur saat Kris bertanya perihal racun yang ada di dalam 'Strawberry Milk'-nya beberapa hari kemudian. Baekhyun sudah siap jika Mommy dan Daddy memarahinya, memukulnya, menghajarnya, atau mungkin mengusirnya dari rumah karena telah 'membunuh' Luhan, anak kesayangan mereka. Dia sudah siap menerima semua resiko yang harus ditanggungnya.

Yang tidak disangkanya adalah, saat Kris mendekat padanya, bukan sebuah pukulan yang diterima oleh Baekhyun melainkan pelukan hangat dari seorang ayah. Yang tidak disangkanya adalah, saat Kris membuka mulutnya, bukan cacian dan amarah yang keluar dari sana, melainkan rentetan ucapan maaf tiada henti. Kris memeluknya erat. Sangat erat sampai rasanya Baekhyun sulit untuk bernafas. Kris meminta dan memohon maaf pada Baekhyun karena telah membuatnya merasa seperti itu. Begitu juga dengan Hye Bin yang ikut memeluknya. Malam itu, untuk pertama kalinya, Baekhyun melihat Daddy menangis.

Setelah malam itu, tidak sekali dua kali Kris dan Hye Bin mengajaknya, namun sampai sekarang, Baekhyun sama sekali tidak mau mengunjungi Luhan. Dia merasa belum siap.

Tiga minggu semenjak kejadian itu, keadaan rumah mereka terasa mulai sedikit tenang. Baekhyun hampir tidak pernah lagi melihat Mommy yang diam-diam datang ke kamar Luhan dan menangis di sana. Baekhyun sendiri sedang mencoba memahami apa yang Tuhan takdirkan untuknya.

Mungkin Tuhan ingin menghukumnya, yang sudah berlaku tidak adil pada 'Malaikat'-Nya. Mungkin juga Tuhan ingin menunjukkan padanya arti sesungguhnya seorang 'Baekhyun' di mata kedua orang tuanya. Membuka matanya agar dia bisa melihat kasih sayang tulus yang diberikan Kris dan Hye Bin padanya.

Mungkin...

"Daddy, aku ingin mengunjungi Hyungie hari ini!" ucap Baekhyun tiba-tiba suatu pagi. Sebulan setelah Luhan meninggalkan mereka. Mengagetkan kedua orang tuanya. Tentu saja Kris menawarkan diri untuk mengantarkannya, namun Baekhyun langsung menolaknya.

Dan setelah meyakinkan Kris dan Hye Bin kalau dia akan baik-baik saja, di sini lah dia sekarang. Ditemani oleh bunga Kamboja yang berguguran. Mengusap lembut makam Luhan, seolah itu adalah Luhan sendiri.

"Maaf, aku baru mengunjungimu sekarang, Hyung!"

Dan air mata itu akhirnya lolos dari mata indah Baekhyun. Air mata pertama semenjak dia sadar dari pingsannya saat itu. Air mata pertama semenjak dia tahu apa yang terjadi. Air mata pertama semenjak Luhan benar-benar pergi meninggalkannya.

"Kau jahat, Hyung!" ucapnya disela isakannya. "Mengapa kau pergi begitu saja, Hyung? Apa kau begitu marah atas ucapanku malam itu sampai-sampai kau pergi meninggalkanku? Aku bahkan belum sempat meminta maaf padamu. Kau berkata kalau kau akan pergi untuk waktu yang lama. Tapi mengapa kau malah pergi selamanya Hyung?"

Baekhyun menyandarkan kepalanya pada nisan Luhan. "Hyungie, maafkan aku. Apa yang aku katakan malam itu, I didn't mean it, Hyung. Aku sama sekali tidak bermaksud mengatakan semua itu padamu. Aku tidak membencimu, Hyung. Sama sekali tidak. Aku menyayangimu, Hyung. Sangat menyayangimu. Geuronnika, tidak bisa kah kau kembali, Hyung? Mom and Dad miss you so much. And I miss you more, Hyung!" Baekhyun menarik nafasnya pelan.

"Hyung! Bukankah waktu itu kau bilang kalau kau kembali jika aku mau menerimamu lagi? Aku menerimamu lagi, Hyung! Aku meridukanmu. Tapi mengapa kau masih tidak kembali? Bukankah kau berkata kalau kau sangat menyayangiku? Mengapa kau meninggalkanku Hyung? Mengapa kau pergi?"

Baekhyun menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis hebat. Apakah Tuhan benar-benar sedang menghukumnya? Apakah Tuhan sedang memberinya pelajaran atas semua sikap buruknya selama ini? Ia terus menangis, tidak menyadari seseorang yang berdiri di belakangnya dan memperhatikannya sejak tadi.

"Pakailah!" ucap pria tersebut mengulurkan sebuah sapu tangan pada Baekhyun yang menatapnya terkejut. "Hapus air matamu. Kau tahu kan? Luhan akan sangat sedih jika dia melihatmu menangis seperti ini," lanjutnya.

Baekhyun menerima sapu tangan yang diulurkan Chanyeol padanya dengan ragu-ragu. "Kau tidak marah padaku?" tanya Baekhyun.

Chanyeol menatap Baekhyun lama sebelum menjawab. "Mengapa aku harus marah?"

"Aku yakin kau tahu kejadian sebenarnya. Mengapa Luhan Hyung bisa—"

"Itu adalah kecelakaan yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Tidak ada yang salah. Semua sudah terjadi dan tidak bisa diubah," ujar Chanyeol memotong kalimat Baekhyun.

Bohong sebenarnya jika dia berkata kalau dia tidak marah. Tuhan tahu seberapa inginnya Chanyeol untuk membenci namja mungil yang saat ini sedang berdiri di hadapannya. Dia ingin sekali berteriak padanya, mencaci, memaki, apa pun itu, dan mengatakan 'Kembalikan Luhanku!' padanya dengan keras. Dia ingin sekali membencinya saat dia tahu Baekhyun lah penyebab Luhannya menangis di pertemuan terakhir mereka waktu itu.

Tapi dia tidak bisa. Tidak saat dia melihat wajah Luhan di sana. Tidak saat dia melihat Baekhyun yang terisak hebat di makam kekasihnya. Tidak saat dia sudah berjanji pada Luhan untuk selalu menjaga Baekhyun. Tidak saat dia tahu kalau Luhan tidak akan menyukainya jika dia membenci Baekhyun. Karena itu, Chanyeol menahannya. Mengesampingkan egonya. Mengubur dalam-dalam emosinya. Kalau memang ini yang diinginkan Luhan, dia akan melakukannya.

"Sepertinya Tuhan benar-benar membenciku," ucap Baekhyun tiba-tiba. "Luhan Hyung adalah satu-satunya orang yang perduli padaku. Dan sekarang Dia mengambilnya dariku."

"Aniyo!" sanggah Chanyeol. "Tuhan tidak membencimu, Baekhyun! Dia hanya terlalu mencintai Luhan. Dia terlalu mencintai 'Malaikat'-Nya dan ingin segera berkumpul dengannya. Karena itulah Dia mengambil Luhan," jawab Chanyeol memandang ke arah langit. "Karena itu, jika kau memang menyayanginya, berhentilah menangis dan menyalahkan diri sendiri. Karena jika kau terus seperti ini, Luhan tidak akan pernah tenang di sana!"

Chanyeol kemudian mengantarkan Baekhyun pulang. Dia tidak mungkin membiarkan Baekhyun pulang sendirian dalam keadaan seperti itu. Dia pulang setelah menyerahkan sepucuk surat yang dititipkan Luhan padanya untuk Baekhyun.

~O.O~

Baekkie-ya!

Baekkie-ya!

Baekkie!

Kau tahu seberapa inginnya Hyung melihatmu tersenyum saat aku memanggilmu seperti itu?

Baekkie-ya! Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, kan? Cause I'll be really really sad if you don't! :(

Baekkie-ya! Kau tahu? Mommy dan Daddy saaaaangat menyayangimu. Karena itu, bisakah Hyung meminta satu hal padamu? Perkataan Baekkie malam itu, bisakah Baekkie tidak mengulanginya lagi? It's okay if you hate me. But please, don't say those things to Mom and Dad. Mungkin kau tidak melihatnya, Baekkie-ya. Tapi mereka sangat terluka saat kau mengatakan itu. Hyung tahu kau sedang terluka dan marah saat itu, tapi Baekkie, Mom and Dad adalah orang tua kita. Kita tidak boleh bersikap seperti itu pada mereka. Kau mengerti maksudku kan?

Jangan pernah mendengarkan ucapan buruk dari orang yang lain, Baekkie-ya. Mereka tidak mengenalmu. Mereka tidak pernah mendengar bagaimana merdunya suaramu saat bernyanyi. Mereka tidak pernah melihat bagaimana passion yang kau miliki saat menyanyi. Mereka tidak tahu apa-apa tentangmu, Baekkie. Jadilah dirimu sendiri. Jadilah Baekhyun yang selalu ceria, yang sangat suka bernyanyi. Tunjukkan pada mereka kalau kau juga hebat. Jangan menyimpan perasaanmu sendiri, Baekkie. Karena saat aku tidak ada, Mom dan Dad selalu ada di sana untukmu.

Satu lagi, Baekkie-ya! Hyung minta maaf, ne! Hyung tidak pernah tahu kalau Baekkie menyukai Chanyeol. Hyung yang terlalu bodoh hingga tidak menyadarinya. Seandainya Hyung tahu, Hyung bersumpah kalau Hyung tidak akan pernah menerima perasaan Chanyeol saat itu. I'm sorry, Baekkie! :'(

Tapi, Hyung sudah memikirkan itu semua. Tentang Chanyeol, Hyung akan menyerahkannya pada Baekkie. Jangan menolak! Bukan karena Hyung merasa kasihan, tapi pada kenyataannya Hyung juga merasa kalau mungkin Hyung tidak akan bisa membuat Chanyeol bahagia. Hyung tidak tahu sampai kapan Hyung akan pergi. Dan lagi, setelah dipikir-pikir, Hyung merasa kalau Hyung tidak begitu mencintainya. Jadi, Chanyeol pasti akan lebih bahagia jika berada bersama Baekkie. Bersama orang yang benar-benar mencintainya sepenuh hati. Don't you think so, Baekkie?

Jangan berfikir kalau Hyung akan sedih dan tidak bahagia karena melepaskan Chanyeol. Kau salah besar. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Hyung selain melihat dua orang yang paling Hyung sayangi bersatu dan bahagia bersama :)

Hanya saja, Baekkie harus berjanji pada Hyung kalau Baekkie akan bahagia dan juga akan membahagiakan Chanyeol, okay?! Dia itu prmuda paling baik yang pernah Hyung kenal. Dan kau tidak boleh membuatnya sedih atau Hyung akan marah, arrachi?

Dan jika saatnya kita bertemu kembali tiba, Hyung harap Baekkie sudah memaafkan Hyung dan akan tersenyum saat Hyung memanggil namamu nanti. Karena jika ada hal lain yang paling membuat Hyung bahagia, itu adalah melihat Baekkie yang tersenyum manis pada Hyung :)

"Hyungie!" Baekhyun memeluk erat surat terakhir dari Luhan dan kembali menangis hebat. Membawa surat itu dekat dengan dadanya, menenggelamkan wajahnya di bantal Luhan, mencium aroma khas Hyung tersayangnya di sana. "Hyung! Luhan Hyung!"

. . .

"Jika kita bisa berjuang untuk menentukan takdir kita, aku akan melakukan apapun agar bisa kembali terlahir sebagai kakak kembar Baekkie."

"Anything?" tanya Baekhyun. "Eum," Luhan mengangguk mantap. "Anything!" jawabnya.

"Jika aku mengatakan kalau aku menyukai Chanyeol dan menginginkannya, apa kau akan memberikannya padaku?" tantang Baekhyun. Dia tahu kalau Luhan sangat mencintai kekasihnya itu.

"Tapi, Baekkie-ya! Chanyeol bukan barang yang bisa diserahkan begitu saja," jawab Luhan. "Jadi kau tidak akan menyerahkannya?" tanya Baekhyun lagi mengabaikan jawaban Luhan sebelumnya.

Luhan menatap Baekhyun lama sebelum tersenyum. "Aniyo. Jika itu adalah hal yang bisa membuat Baekkie bahagia. Jika dengan begitu Tuhan akan mengizinkan aku menjadi saudara kembar Baekkie di kehidupan selanjutnya dan seterusnya, aku akan menyerahkannya. Karena bagiku, kebahagiaan Baekkie adalah yang paling penting. Karena itu, Baekkie tidak perlu khawatir, ne! Hyung pasti akan selalu membuat Baekkie bahagia!" jawab Luhan mengusap puncak kepala Baekhyun dengan sayang.

. . .

"Luhan Hyung!" lirihnya terus-menerus di tengah isakannya.

~O.O~

EPILOG

Chagiya, aku masih di pemakaman. Bisakah kau menjemput Luhannie?

Chanyeol tersenyum membaca pesan singkat dari suaminya, atau lebih pantas disebut istrinya, sebelum mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya sebagai balasan. Hari ini, tepat 7 tahun semenjak kepergian Luhan. Dia sudah mengunjungi Luhan pagi-pagi sekali tadi.

Banyak hal terjadi selama 7 tahun ini. Dia ingat bagaimana Baekhyun terus mengurung diri selama beberapa waktu di dalam kamar setelah membaca surat Luhan. Tapi Kris dan Hye Bin tidak pernah berhenti menghiburnya dan memberikan perhatian mereka padanya. Dia juga setiap hari datang mengunjungi Baekhyun untuk menghiburnya.

Didasari janji yang diucapkannya pada Luhan, Chanyeol benar-benar menjaga Baekhyun. Mereka mulai menjalin hubungan beberapa bulan setelah itu. Dia akui, awalnya semua itu hanya demi Luhan. Namun lambat laun, Chanyeol mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada Baekhyun. Dan saat dia yakin akan perasaannya, Chanyeol melamar Baekhyun, tepat 5 tahun yang lalu. Dia sudah kehilangan Luhan, dia tidak mau kalau harus kehilangan Baekhyun juga.

Dan sekarang mereka hidup bahagia bersama dengan Luhannie kecil. Anak mereka. Karena mereka sesama namja dan tidak mungkin untuk memiliki seorang anak, Baekhyun mengajaknya untuk mengadopsi seorang bayi. Luhan baru berumur beberapa bulan saat itu, dan Chanyeol tidak bisa menolak saat Baekhyun berkata akan mengadopsi Luhan. Dia tahu mengapa Baekhyun memutuskan untuk memilih Luhan. Dia bisa melihatnya. Bayi itu, memiliki mata yang sama persis dengan mata Luhan. Dan karena itu juga mereka memutuskan untuk menamainya dengan nama Luhan.

Sampai saat ini, Chanyeol masih mempunyai tempat khusus di dalam hatinya. Satu tempat yang dijaga dan dikuncinya rapat-rapat. Satu tempat yang diisi oleh satu nama. Nama seseorang yang paling spesial di dalam hidupnya. Seseorang yang mengenalkannya pada perasaan cinta yang sangat tulus dan indah. Seseorang yang memiliki arti penting baginya.

Nama seorang 'Wu Luhan'. Malaikatnya. Cinta terbesar dalam hidupnya.

Baekhyun dan Luhan. Mungkin mereka saudara kembar. Tapi di mata Chanyeol, keduanya benar-benar berbeda. Dan dia mencintai keduanya. Luhan. Chanyeol mencintainya. Sangat mencintainya. Masih mencintainya. Namun dia cukup sadar bahwa Luhan hanyalah bagian dari masa lalunya. Dan Baekhyun. Dia adalah masa sekarang dan masa depannya. Chanyeol juga sangat mencintai namja manis itu. Bukan karena wajahnya yang sama dengan Luhannya. Karena tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia menganggap kalau Baekhyun adalah Luhan.

'Hannie! Kau bahagia kan di sana? aku sudah memenuhi janjiku, Han! Aku sudah melakukan apa yang kau pinta. Karena itu, kau juga harus bahagia di sana!'

"Daddy!" pekikan kecil anaknya saat melihat kedatangan Baekhyun membangunkan Chanyeol dari lamunannya. Tersenyum kecil, Chanyeol juga mengikuti jejak langkah anaknya menghampiri Baekhyun dan mencium kening istrinya itu.

"Daddy! Luhannie mau mendengalnya lagi. Celita tentang 'Angel' itu!" ucap Luhan kecil dengan wajah berseri-seri. Baekhyun tersenyum sembari membungkukkan badannya dan mengusap sayang kepala anaknya. "Sure!" jawabnya. "Tapi, Daddy masih lelah sekarang. Luhannie mau mendengar ceritanya dari Appa?"

"Eh? Appa juga mengenal 'Angel' itu?" Luhan kecil memiringkan kepalanya imut, membuat Appa dan Daddy nya tersenyum gemas.

"Tentu saja," jawab Chanyeol mencubit pipi anaknya. "Bagaimana? Apa Luhannie mau mendengar cerita Appa?" tanyanya lagi yang dijawab dengan anggukan antusias dari Luhan kecil.

"Jja! Kalau begitu, Appa akan menceritakannya sambil menyuapi Luhannie, oke!"

"Oke!" jawab Luhan kecil semangat kemudian mengulurkan kedua tangannya dengan 'Deer Eyes' imut andalannya. Meminta Appa untuk menggendongnya. Terkikik kecil saat Appa menggelitik perutnya saat menggendongnya.

Baekhyun hanya tersenyum bahagia melihat interaksi dua orang yang paling disayanginya itu dan mengikuti mereka ke dapur. Tiba-tiba saja rasa lelahnya menguar seketika saat mendengar tawa kecil dari Luhan yang terus digelitiki oleh Chanyeol. Tidak pernah sekalipun terbayangkan dalam hidupnya kalau dia akan merasa sebahagia ini.

'Hyungie! Terima kasih untuk kebahagian yang Hyung titipkan padaku. Hyung bisa melihatku dari sana, kan? Baekkie bahagia sekarang, Hyung. Sangat bahagia. Karena itu, Hyung juga harus bahagia di sana, ne! Sampai saatnya kita bertemu lagi nanti, Hyung harus bahagia. Karena saat kita bertemu lagi nanti, Baekkie pasti akan memberikan senyum terbaik yang Baekkie punya untukmu. Untuk Lulu Hyung yang selalu menjadi Malaikat untuk Baekkie.'

~O.O~

END

A/N:

Huweeeeeeee, Liyya tahu kalau Liyya lebay. Tapi beneran, Liyya nangis waktu nulis ini. Secara, Liyya udah membunuh BIAS sendiri :'( Dengan tidak elit pula :'( Semoga readers semua gak pada nangis gaje kaya' Liyya ya :'(

Oke, Liyya gak tau lagi mau ngomong apa. Cuma berharap semoga Endingnya gak mengecewakan :D

Anyways, makasih banget buat yang nyempetin mampir n baca :D Liyya pengen tahu gimana pendapat Eonnie, Oppa, Chingu, n Saeng semua setelah membacanya. Boleh minta jejaknya?

#Kiss N Hug reader satu-satu ^_^