Stage 3: In Dwarfs House?

Kuroko no Basuke Drama: Red Tiger and Six Miracles

Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi © KnB, Snow White and Seven Dwarfs © Disney
Warning: OOC, OC, humor gagal, saya usahakan EYD, aneh, possible typo, dan untuk keamanan(?) semua character saya masukan kedalam sekolah dan kelas yang sama, yaitu Teikou Gakuen, narrator, dan Sho-Ai.

.

.

~Kuroko no Basuke Drama: Red Tiger and Six Mircles~

.

.

Arisawa mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke naskah yang ditaruhnya diatas meja dengan tidak sabar. Sesekali matanya melirik jam dan mendecih kesal.

"Kemana si Kagami?! Ini sudah 30 menit!" Kata Arisawa jengkel. Ia bangkit dan mengutak-atik ponselnya, menelepon Kagami.

Trrtttt…

"Moshi-moshi? Arisawa?" Tanya suara disebrang. Senyum Arisawa mengembang.
"Kagami! Dimana kau sekarang?! Ini sudah 30 menit! Cepat kembali!" Seru Arisawa.

Hening.

Arisawa mendadak mendapatkan firasat buruk.

"Etto… Arisawa…" Kata Kagami ragu-ragu. Tanpa sadar Arisawa menggigit bibirnya. "A-aku…"

Ada apa, Kagami!? Jangan buat khawatir! Batin Arisawa jengkel.

"A-aku…. Aku…. Tersesat…" Kata Kagami akhirnya.

Twitch

"Aomine! Kise! Murasakibara! Takao! Berpencar dan cari Kagami! Akan kucincang dia saat dia berada dihadapanku!" Kata Arisawa dengan lantang dan dengan aura hitam yang menguar, tanpa perduli Kagami yang memohon ampun dari sebrang.

Tanpa banyak kata, yang diperintahkan mengangguk dan melesat keluar ruangan.

XXX

"Si Bakagami itu merepotkan sekali sih…" Aomine menghela nafas sambil melipat tangannya dibelakang kepala.

Kise menggeleng.

"Aominecchi hidoi ssu yo... Kagamicchi kan pacarmu…" Kata Kise.

Aomine mengendus.

"Coba saja kau bilang begitu didepan mukanya. Sementara aku berjuang untuk meyakinkan semua orang bahwa aku benar-benar pacarnya, dia justru menyangkal dengan sepenuh hati!" Omel Aomine jengkel.

"Itu karena orang tidak percaya bahwa Kagami-chin bisa berpacaran dengan orang macam Mine-chin." Celetuk Murasakibara datar.

Tawa Takao dan Kise meledak, dan Aomine menggeram kesal.

"Aku juga bingung, Murasakibara," Aomine menahan marah. "Kenapa kau bisa tidak cemburu saat si Himuro itu menggoda Kagami, hm?" Sindirnya.

Murasakibara menoleh, tersinggung.

"Maksud Mine-chin apa? Muro-chin tidak mungkin mengkhianatiku. Dia benar-benar mencintaiku." Balasnya.

Aomine menyeringai mengejek.

"Oh ya? Lalu mengapa si Muro-chinmu itu berani menggoda pacar orang, ha?! Ayo jawab, kenapa?! Dia pasti tidak mencintaimu, Murasakibara!" Ejek Aomine.

Murasakibara tersulut emosi.

"Jangan pernah berkata begitu tentang Muro-chin dihadapanku, Mine-chin!" Kata Murasakibara yang mulai marah.

Takao dan Kise gelagapan, ketakutan.

"Hentikan, Murasakibaracchi, Aominecchi! K-kita harus mencari Kagamicchi ssu!" Seru Kise. Takao mengangguk menyutujui.
"B-betul, Aomine, Murasakibara! K-kasihan Kagami, sendirian di teater ini!" Kata Takao ketakutan.

"Kise-chin dan Takao-chin diam saja!"
"Kalian tak tau apa-apa! Tidak usah ikut campurlah!"

Kata-kata rayuan Takao dan Kise tidak digubris. Pertengkaran semakin sengit. Bahkan sudah tahap-tahap akan terjadi perkelahian fisik.

"Aomine*, kau ngajak berantem ya?!" Murasakibara mencengkram kerah baju seragam Teikou Aomine yang tidak dikancingi.

Aomine menyeringai menantang.

"Kalau iya kenapa, Muraskibara?"

Murasakibara sudah siap menghajar wajah Aomine sampai sesuatu─atau seseorang─menjewer telinga mereka. Keduanya menggaduh sakit.

"Kalian berdua keterlaluan, tau!" Seru seseorang. Kise dan Takao berbinar, berterimakasih kepada tuhan karena sudah menyelamatkan mereka. Dan sosok itu muncul dari keremangan cahaya yang minim.

Ternyata Kagami.

"Kalian membuat takut Kise dan Takao, tau! cepat minta maaf! Lagipula, kalian itu disuruh untuk mencariku! Malah aku yang menemukan kalian!" Kata Kagami jengkel, flashback sama kata-kata kantokunya saat dia pertama kali bertemu.

"wah, malah Koga yang dibawa anggota baru…"

"Aww! Ya! Maaf, Kagami! Tolong lepaskan! Sakit!" Rintih Aomine.
"Kaga-chin! Itte!" Rintih Murasakibara tanpa ekspresi.

Setelah Kagami puas menjewer Aomine dan Murasakibara, mereka mengusap-usap telinga mereka yang merah naudzubilah. Dan keduanya membatin bahwa Kagami saat marah mirip ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya ketika bandel.

Sungguh keibuan dirimu, Kagami…

"Saa.. lebih baik kita kembali ke tempat shooting(?), daripada nanti dimarahi Arisawacchi…" Seru Kise menenagkan ketiganya.

Serempak mereka mengangguk dan berjalan meninggalkan tempat tadi.

XXX

"Ahhh!" Arisawa bangkit dari kursinya, menyerukan sebuah suara ambigu /hiat. "Akhirnya kalian datang juga! Ayo cepat! Kagami, kau kembali berbaring di panggung! Kuroko, kau akan muncul sebagai Black Dwarf! Bersiap!"

Kagami dan Kuroko serentak mengangguk. Kagami meloncat naik dan berbaring dilantai panggung setelah mengambil naskah miliknya.

Red Tiger tertidur lelap sampai-sampai tidak mendengar sura pintu terbuka. Seseorang masuk. Ternyata itu adalah Black Dwarf─Kurcaci Hitam. Sang Black Dwarf berjalan mendekati kasur seraya menatap aneh Red Tiger. Pancaran matanya seakan bertanya, siapa gerangan sosok indah yang tertidur lelap diranjangnya? Akhirnya, dengan hati-hati Black Dwarf menyentuh pipi Red Tiger.

"Siapa gerangan ini?" Tanya Kuroko dalam bisikan. Kagami merinding, dan Aomine meradang. "Kulitnya mulus dan cantik. Mungkinkah dia putri dari kerajaan?"

Red Tiger yang merasakan sentuhan di wajahnya lantas terbangun. Dia terkejut saat melihat Black Dwarfs.

"Siapakah dirimu?" Tanya Kagami sambil menatap Kuroko.

Black Dwarf tersenyum dan menjawab,

"Aku adalah kurcaci hitam, Nona," Kata Kuroko, tersenyum. Kagami deg degan. Wajah Kuroko saat tersenyum sekarang amat sangat menyilaukan untuk matanya.

Lagi-lagi Aomine terbakar api cemburu. Kakinya sudah mulai melangkah menaiki panggung, namun terhenti ketika gunting Akashi melesat cepat melewati pipinya dan mengenai tembok dibelakangnya.

Arisawa menyeringai dan kembali melanjutkan narasi,

Red Tiger tersipu malu. Dengan gugup dia kembali bertanya,

"Apakah legenda tentang enam kurcaci memang benar adanya, tuan Black Dwarf?" Tanya Kagami.

Black Dwarf kembali tersenyum dan mengangguk. Dia berjalan menuju jendela kemudian membukanya. Red Tiger terkesiap. Tepat dibalik jendela itu, terdapat pemandangan yang benar-benar mengagumkan. Sungai jernih yang mengalir, bulan punama yang tergantung tinggi dilangit, serta kunang-kunang yang menghiasi gelapnya malam.

"Sungguh indah," Bisik Kagami. Kuroko mengangguk dan menjawab,
"Disinilah aku dan saudara-saudaraku tinggal. Dirumah ini,"

Red Tiger mengangguk dan berjalan pelan menuju Black Dwarf.

"Kalau begitu, dimanakah sekarang saudara-saudaramu?" Tanya Kagami.

Black Dwarf menunjuk gua dipinggir hutan. Gua itu besar dan condong kebarat. Tempatnya tepat disampig sungai. Terdapat cahaya dari celah-celah mulut gua itu.

"Saudara-saudaraku tadi sedang mencari tambang. Mungkin sekarang mereka dalam perjalanan pulang." Jawab Kuroko. Dia berbalik dan menatap Kagami intes. Kagami, untuk yang kesekian kalinya, blushing. "Kalau boleh tau, Nona, siapa nama anda?" Tanya Kuroko.

Red Tiger tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Namaku Red Tiger, Black Dwarf. Salam kenal."

"Yak! CUT!" Arisawa menyilangkan tangannya sambil tersneyum labar. "Hebat! Hebat! Hebat sekali Kuroko, Kagami! Sungguh! Kalian mungkin bisa bermain di Hollywood saat besar nanti! oh─dan mungkin saja kalian akan mengajukan bahwa aku yang mengasah bakat terpendam kalian, jika suatu saat nanti kalian diwawancarai!" Arisawa tertawa bangga.

"Aku benci cerita ini." Desis Aomine berbahaya.

Arisawa mendelik.

"Hanya karena Kagamimu disentuh orang lain, kau sampai meradang begitu, Aomine?! Sadar dong! Kau belum tau dirimu menjadi peranan apa!" Bentak Arisawa kesal karena naskah dan cerita miliknya diejek.

"Yuuki, Daiki, cukup." Perintah Akashi. Keduanya langsung menutup mulut, takut disapa gunting kesayangannya.

"Sudahlah, Aomine," Kagami mendekat dan menusuk-nusuk pipi Aomine dengan telunjuknya. "Jangan cemburu terus. Itu menyebalkan, kau tau?"

Kemarahan Aomine meluap, dan semua orang memuji sifat keibuan Kagami.

"Aaahh… andai saja aku punya uke seperti itu…" Gumam Takao. Kise menoleh, melirik Midorima sebentar yang kelihatan ber-twitch twitch-ria, kemudian berusaha sekuat mungkin menahan tawanya.

"Aku juga iri kepada Aominecchi kok, Takaocchi. Kagamicchi benar-benar baik, berhati Ibu ditambah malaikat," Komentar Kise.

Kuroko sudah bersiap untuk mengignite pass punggung Kise.

"Kalau begitu aku beruntung," Akashi ikut nimbrung. "Karena aku memiliki uke yang hatinya juga menyerupai malaikat."

Takao dan Kise menyumpah penuh dendam didalam hati, mengapa orang yang berhati iblis dapat memiliki seorang malaikat?

Tanyakan pada oha-asa yang bergoyang, Kise, Takao.

TBC

A/N: terimakasih sudah review lagiiii~~~! Sumpah seneng banget pas tau kalau ff absurd ini ada yang baca *sobsob* /ditendang/ ada yang tanya, siapa main pairing Kagami? Wah, itusih belum bisa diberi tau~ ntar spoiler~ /digigit readers/

Terus baca ff ini ya, dan jangan lupa review. Karena komentar redaers-tachi dan senpai-tachi sekalian membangun Baka~~

Arigachu~

─BakaFujo