- Opening -

Ciao! Saku balik lagi dengan FF GNM Chap 4! XD

Ini udah 1 bulan kan? *mikir-mikir* eh Lebih! #plakk

Oh iya, berhubung Saku lagi suka yang berbau misteri dan berbau detektif (?) maka Chap ini Saku buat lebih mendalami kasus seperti pembunuhan dan sebagainya. XD Semoga readers terhibur dengan fic ini.

Di chap sebelumnya, kesalahan dan typo masih bertebaran dimana-mana. Diantaranya adalah :

1."Baik, arigato sudah mengkhawatirkanku..Bagaimana denganmu, Kaito? Dan keadaan disana?"

"Baiklah, terimakasih infonya, Kaito.."

Nama 'Kaito' disini Saku ganti menjadi : ."Baik, arigato sudah mengkhawatirkanku..Bagaimana denganmu,Akaito? Dan keadaan disana?" dan "Baiklah, terimakasih infonya, Akaito.."

2. Mobio berplat nomor K 464 NE itu mulai berjalan keluar dari mansion.

Seharusnya : Mobil berplat nomor K 463 NE itu mulai berjalan keluar dari mansion. (Saku berterimakasih pada Hikari Kengo, karena telah mengingatkan kesalahan yang fatal ini.. Arigatou)

3. dll. Jika ada kesalahan yang lain, mohon beritahu. Yosh! Sekarang saat nya bales review!

- Reply Review -

To Michi nichi-chi

Hai Michi-san! Arigatou sudah membaaca ff Saku XD.. Iya Rin kecelakaan o.O gimana dong?!

Len nya wajib di nistain! WAJIB! (?) Karena Saku seneng banget kalo Len polosnya minta ampun.. :D Baca lagi yaa chap ini..

Arigatou gozaimasu~

To Yami no Ryou (Kuro Rei-chan)

Wih, udah ganti nama.. Dipanggilnya apa nih? Tetep Rei aja ya.. #plakk

Rin mati gak ya? QAQ Baca aja deh kalo penasaran XD.. Yosh! Enjoy this chap!

Arigatou gozaimasu~

To akanemori

Len memang wajib di nistakan! (?) Tapi hati", dia itu hantu lho... :D

Kayak tarzan nyasar di kota.. *ngakakguling2* Beneran dah, aka ngomongnya bikin Saku ngakak setengah idup ! (?) Baca lagi chap 4 nya yaa~

Arigatou gozaimasu~

To Kurune Ryu

Ea... pusing yaa? Huahahahahhaa *tawa nista* Biar lebih pusing, baca chap 4 ini! Dijamin, langsung minum PANAD*L selusin! XD

Boleh"! SeJaNer?! Keren keren! XD Setan Jatuh dari Neraka emang pantas buat Len! XD Chap 4 udah update nih! Baca yaa~

Arigatou gozaimasu~

To Hikari Kengo (Chap 1 2 3)

Rin memang Tsundere! Yandere! Rindere!(?) Yaps 100 buat Hikari-san... Rin mirip dengan Hiroki #plakkk

Nomor 30 digit hanya berlaku di fanfic GnM XD

Oh iya, trims ya Hika-san ngasih tau kesalahannya dimana.. XD Soreja, baca lagi Chap 4 nya~

Arigatou gozaimasu~

To yukirin 'nyaa' kagamine

Wih, keluarga kagamine lagi nih... XD Salam kenal, Sakuya Shirota desu~

Arigatou sudah meluangkan waktu untuk membaca fic Saku XD Iya ini sudah update~ Dibaca yaaa :D

Arigatou gozaimasu~

.

.

Terima kasih atas review nya minna-san, terima kasih juga kepada pembaca pasif yang mungkin tidak bisa me-review.. but keep reading yeah!

Enjoy~

.

.

.

.

Nguung...nguungg...nguuuuung...nguuunngg...

Sirine ambulan meramaikan suasana mencekam di perempatan kota itu. Bisa kita amati beberapa polisi memasang 'police line' menutup jalan, singkatnya tidak boleh ada yang lewat atau pun masuk ke TKP.

Petugas Red Cross maupun Petugas ambulan berusaha mencari korban dalam tragedi yang mengenaskan ini.

Mobil bertipe sedan berwarna kuning, bagian depan hancur berkeping-keping, untungnya tidak terbakar ataupun meledak. Pintu belakang tergores keras oleh mobil berwarna hitam sehingga pintu lepas dari engselnya. Mobil ini ditemukan dalam posisi terbalik.

Beralih ke mobil hitam bentuk mirip 'Fortuner' besar dan terdapat roda di pintu belakang (bagasi). Kondisinya sama parahnya layaknya mobil sedan kuning. Kaca depan dan samping sopir pecah, sehingga terdapat beberapa pecahan kaca di sekitar mobil.

Tetapi ditemukan juga pecahan kaca yang bukan merupakan kaca mobil (seharusnya berwarna bening), melainkan berwarna hijau seperti pecahan botol ,dsb. Mobil ini ditemukan dalam posisi roda kiri depan di atas mobil sedan kuning.

.

.

.

.

.

.

Ghost no Maou

Vocaloid © Crypton Future Media

Adventure, Mystery, Humour, Romance and Supernatural

Warning! : OOC, Fast Timeline, Typo(s), Humor Garing, Abal-abalan, Kalimat Komunikatif.

Don't Like, Don't Read!

.

.

Chapter 4 : The Weird Accident

.

.

.

"Rin! Rin! Jangan MATI!" suara samar terdengar memanggil Rin dalam kegelapan. Tiba-tiba di sudut kegelapan itu, perlahan muncul cahaya. Cahaya itulah yang memanggilnya.

Rin dengan badan lemas mengangkat tangannya, berusaha menggapai cahaya itu. "Len..."

Tiba-tiba cahaya itu meredup perlahan. Rin merasa kecewa atas hal itu.

.

.

'Ini kah yang dinamakan ajal?'


"Cek keadaan korban di mobil hitam itu, aku akan cek mobil ini.." perintah Inspektur Polisi pada anak buah nya. Kemudian sang inspektur memeriksa mobil kuning itu. Karena pintu sopir dan pintu sebelahnya bengkok, tidak sampai lepas, akhirnya sang inspektur mencari alat untuk melepas pintu tersebut.

"Ini pak, pakai ini saja.." tawar salah satu petugas Red Cross sambil memberikan alat pelepas engsel. (Saku gak tau namanya apa ._.)

"Arigatou," ujar sang Inspektur sambil menerima alat itu, lalu ia memasangnya di pintu sambil menarik berlawanan arah dengan tertutupnya pintu.

Akhirnya pintu mobil itu lepas. Dan di dalam nya.. hanya ada seorang wanita berkucur darah di pelipis nya dan tangannya bengkak dan patah akibat benturan mobil yang sangat keras. Wanita itu berambut honey blonde dan memakai dress kuning. Ya.. dia adalah Rin Kagamine.

Sebuah pertanyaan pasti muncul di benak readers :

.

.

Dimana kah Len Kagene?


Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, sekali lagi menambah suasana mencengkam sedih maupun duka. Warga saksi mata mulai berhamburan meninggalkan batas, mencari tempat untuk berteduh terdekat.

Tak jauh dari TKP, seorang berjubah hitam mengamati dari batas 'police line'. Menatap dengan tatapan sendu, sesekali ia menggigit jarinya sampai berdarah. Rambutnya yang hitam pekat dibiarkan basah terkena hujan. Anehnya tak ada yang menegurnya untuk tidak mendekati batas.

Semenit pun berlalu, tetapi pria itu tidak beranjak dari tempatnya. Malah ia mulai masuk batas 'police line' yang sebenarnya dilarang itu. Perlu diulang bahwa tidak ada yang menegurnya sama sekali, seakan dia hanya angin lewat. Semua sibuk dengan urusan mereka sendiri, bahkan polisi yang tugasnya menjaga warga agar tidak mendekat malah diam saja, seakan memang tidak ada yang lewat.

Jika memang benar adanya, tidak semua dapat dirasakan oleh panca indera.

Pria itu mulai mendekati korban perempuan yang sekarat itu. Menatap dengan pandangan ini-semua-salah-gue. Tiba-tiba suara mengagetkannya.

"ASTAGA!"

Pria ini pun reflek menoleh. Sang inspektur pun langsung datang ke sumber suara.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya inspektur bingung. Kemudian polisi yang berteriak tadi menjawab dengan muka yang tak bisa dijelaskan.

"Mobil itu...tidak ada pengemudinya!"

Terkejutnya sang inspektur, disusul dengan membuka paksa pintu mobil hitam itu dan mengecek lebih detail lagi di dalam. Tetapi hasilnya nihil. Di mobil itu memang tidak ada siapa-siapa.

"Ini bukan kecelakaan.." tiba-tiba seorang memakai baju coklat tertutup datang menghampiri mereka. "Huh?"

.

.

"...ini pembunuhan."

"..."

"..."

"Maaf, Anda siapa ya?" tanya Inspektur yang membuat pria berbaju coklat ini jawdrop. "Saya sering dipanggil Detektif Taneko.." jawab si detektif.

"OC?"

"Tidak!Tidak!"

"Detektif?"

"Iya!Iya!"

"Cewe?"

"Tidak! Tidak!"

"Cowo?"

"Iya! Iya!"

"Hideyoshi?"

"Bisa jad- KAMPR*T LU!" sahut Taneko kesal. Sang inspektur ngakak, lalu menenangkan diri. "Huh...jadi apa maksudmu dengan pembunuhan?"

Detektif Taneko itu berfikir sejenak, lalu menjelaskan semua informasi yang ia dapatkan.

"Pertama, kejadian ini terjadi bukan karena lampu lalu lintas mati atau rusak. Lampu lalu lintas dari arah mobil kuning melaju memang berwarna hijau, sudah dipastikan mobil kuning melaju dengan kecepatan tinggi diperbolehkan. Kemudian lampu lalu lintas dari arah mobil hitam ini berwarna merah. Sudah diketahui bahwa memang yang bersalah adalah mobil hitam."

Sang inspektur mengangguk. Kemudian Taneko melanjutkan penelitiannya.

"Kedua, sesudah kecelakaan terjadi, mobil hitam tidak ditemukan pengemudinya, benar?" dan dijawab anggukan oleh semua polisi.

"Saya curiga akan 2 hal. Yang pertama, jika memang lampu berwana merah, sang pengemudi mobil mungkin sedang dalam keadaan tidak sadar atau istilahnya mabuk. Bisa kita lihat ada beberapa pecahan botol berwarna hijau di sekitar mobil, memperkuat alibi sang pengemudi sedang meminum minuman keras."

Lalu Detektif Taneko mengambil beberapa keping pecahan botol dan memasukannya kedalam plastik transparan. "Ini jenis wine, berefek samping menghilangkan kantuk dan membuat peminum lupa akan kesedihan." Terlihat wajah terkejut dari inspektur polisi.

"J-Jadi.."

Taneko pun tersenyum. "Ya..artinya sang pengemudi dalam keadaan sadar. Hal pertama sudah tersingkirkan. Mungkin hal kedua yang saya curigai lebih tepat untuk menjawab semua pertanyaan ini.."

"Apa itu..?"

Taneko menghela nafas, "Hal kedua yang saya curigai adalah..."

"...mobil tak berpengemudi.."

Hening menyelimuti mereka. Sang pria berjubah hitam itu tersenyum, rupanya ia sudah mengerti apa yang terjadi. Tetapi tidak untuk polisi-polisi tersebut, terlihat jelas di mukanya wajah kebingungan, tak mengerti apa yang dimaksudkan.

"Biar saya jelaskan lebih detail. Kalau memang ini adalah pembunuhan, pastinya pelaku tidak mau diketahui identitasnya, betul?" Inspektur itu mengangguk. "Mobil ini bertipe mobil fortuner, pelaku pasti tau jikalau korban menggunakan mobil yang lebih kecil. Mobil fortuner akan lebih mudah menghancurkan mobil yang lebih kecil, memperkuat keberhasilan rencana pelaku untuk membunuh korban." jelas Taneko.

"Jika si pelaku tidak ingin diketahui identitasnya, maka pelaku akan menyembunyikan diri untuk tidak ketahuan, dengan trik 'mobil tak berpengemudi'. Pelaku mem'blong'kan rem mobil agar mobil tidak berhenti, lalu menaruh beberapa botol di atas pedal gas agar mobil terus berjalan dengan kecepatan tinggi."

Inspektur itu mulai mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Jadi mobil pelaku memang tidak ada pengemudinya karena sudah direncanakan agar mobil menabrak mobil korban. Alibi itu sangatlah kuat karena salah satu buktinya adalah mobil fortuner itu tidak berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah, jelas karena tidak ada pengemudinya.

"Tapi...bagaimana cara pelaku tau jika mobil fortuner ini dapat menabrak tepat mobil korban?" tanya salah satu polisi. Taneko berpikir sejenak. "Gampang saja, memanfaatkan kecepatan mobil untuk bisa memperkirakan terjadinya tabrakan. Pelaku pasti tau tujuan yang korban dan arah korban melaju. Dan pelaku juga pasti berada di sekitar jalan ini untuk mengevaluasi berhasil atau tidaknya rencana yang ia susun."

.

.


.

.

Petugas medis langsung menyerbu mobil kuning dan mengangkat Rin keluar dari mobil dan menaruhnya di atas tandu. Hujan masih turun, menghapus darah yang tergenang di pelipis Rin. Pria berjubah hitam itu mengikuti tandu itu dibawa. Rin di masukan dengan pelan-pelan di dalam ambulan lewat pintu belakang. Pria berjubah hitam itu pun masuk tanpa ketahuan, lalu petugas medis itu menutup pintu belakang dan bergegas masuk ke jok depan. Tidak ada yang berada di belakang kecuali Rin dan pria berjubah itu.

Beberapa menit kemudian, ambulan itu pergi meninggalkan TKP.

Di dalam ambulan jok belakang, si pria duduk di sebelah kasur pasien. Melihat seolah pandangan langka melihat si wanita tidur dengan damainya. Belum pernah ia merasa sekesal ini pada dirinya sendiri.

Kemudian mobil ambulan itu berhenti, tanda nya sudah sampai di rumah sakit. Belum lama kemudian, pintu belakang di buka oleh petugas medis. Rin diangkat lalu ditidurkan diranjang pasien milik rumah sakit tersebut dan langsung dilarikan ke Emergency Room / ICU. Si pria berlari kecil mengikuti kemana arah Rin dilarikan.

Hidung dan mulut nya ditutup semacam alat bantu pernafasan, tangannya ditusuk jarum yang dihubungkan dengan infus untuk menambah nutrisi. Di sebelahnya terdapat monitor yang menunjukan sandi rumput, entah apakah itu benar sandi rumput atau bukan. Memang garis itu naik kemudian turun lalu naik lagi turun lagi, berulang ulang.

Dokter itu mencoba menyelamatkan nyawa sang gadis, dengan dibantu oleh perawat lain nya. 'Pria' ini hanya menunggu dengan gelisah, memikirkan apa yang terjadi kelak kemudian.

Sesudah kerja dengan kerasnya, si dokter angkat tangan. "Heh.. mungkin inilah yang terbaik untuknya. Suster, tolong hubungi keluar korban, kabarkan jika keadaannya sangatlah buruk." Perintah dokter pada susternya. "Ha'i"

Kemudian dokter tersebut keluar dari ruangan disusul oleh suster. Si pria mendengus pelan sambil berjalan ke arah ranjang si gadis. "Rin..."

Tangannya mengelus pelan pipi sang gadis, berharap agar si gadis cepat membuka matanya. Tetapi hasilnya nihil, ia tetap tidak membuka matanya. "Rin, kamu gak boleh ninggalin aku.." dari tangannya muncul seberkas cahaya hijau lalu tangannya didekatkan ke dada si gadis.

Tubuh gadis ini sedikit bergetar, kemudian kembali normal. Pria ini menunggu respon dengan muka harap harap cemas. Semenit kemudian, tangan di gadis sedikit bergerak, dan si pria menyadari hal itu. Secepatnya ia genggam tangan gadis, dan menunggu gadis membuka matanya.

Sepasang bola mata biru azure itu mulai terbuka, memerhatikan sekelilingnya dengan tatapan lesu. Pikirannya terbang tak tentu arah setelah mendapati dirinya masih bernafas dan hidup setelah insiden yang lalu.

Ia selamat.

Mata birunya mengeliat kanan dan kiri, yang di dapatinya hanya warna putih saja. Apa ia benar-benar selamat? Sedikit digerakkan tangan kanannya, tapi ia merasa ganjil. Tangannya..ada yang menggenggamnya. Diliriknya tangan kirinya dan terlihat sesosok hitam disebelahnya. Kaget pun iya, berusaha untuk menenangi diri dan melihat lebih jelas apa sosok hitam itu sebenarnya.

"R-Rin...kau disana?"

Ternyata ia sesosok berambut hitam pekat dengan mata emas berkilauan, mukanya yang shota membuatnya ingin mencubitnya. Tapi apa daya, tubuhnya yang baru saja bangun masih lemas. "Kau..."

Di pria mengangkat sebelah alisnya. "Ya?"

Rin mengedipkan matanya sekali, lalu melihat lagi dengan seksama. "Kau siapa?"

Jujur, si pria ingin sekali menepuk jidatnya. Perempuan didepannya jelas tidak mengetahui identitas dirinya jika memang ia berpakaian seperti itu. Lamunannya berbongkar ketika si gadis melanjutkan perkataanya. "...tapi jujur, aku pernah melihatmu sebelumnya.."

Jelas saja, pria ini kan yang selalu di sampingmu beberapa hari yang lalu.

"Ini aku..." si pria melepas tudungnya yang menutupi rambut hitam pekatnya. "...Len Kagene"

.

.


Balik ke TKP

Polisi-polisi sedang memeriksa lebih teliti lagi tentang mobil hitam itu. Siapa tahu ada clue tentang pelaku kecelakaan. Detektif Taneko hanya memerhatikan sambil mengecek-ngecek mobil yang berwarna kuning. Tak ada yang ganjil sebelum si detektif bertanya, "Apa korban hanya sendirian?"

Petugas yang berada dekat situ pun menjawab, "Ya, seorang gadis berumuran 16 tahun an terluka duduk di jok sebelah kanan.." Si detektif pun mengecek mobil terbalik itu dan melihat jok sebelah kanan. Logikanya jika mobil itu terbalik, jok kanan bakal terletak di sebelah kiri. Kemudian dilihatnya tipe mobil tersebut.

"Ini bukan mobil Jepang, yang memiliki kursi sopir berada di jok kanan. Jelas ini adalah mobil keluaran Amerika. Mobil ini memiliki kursi sopir di jok kiri.." kata Taneko curiga. Petugas keamanan disitu hanya mengangkat alisnya.

"Singkatnya, jika si gadis duduk di jok kanan, berarti ia adalah penumpang. Jika jok kiri adalah kursi sopir, lalu siapa yang nyetir mobil ini?" tanya Taneko pada beberapa orang disekitarnya. Memang ia merasakan keganjilan ini semenjak memerhatikan mobil kuning ini.

" ..Saya berani bertaruh...bahwa korban yang terluka di dalam mobil itu...tidak hanya seorang gadis."


Cryploid Hospital

Rin terdiam. Melirik si pria lebih detail lagi, mata emas, rambut hitam, lalu baju blazer hitam pinggiran kuning, bukan Len banget.

"..Boong.."

"Akh Rin,,, kau tidak percaya?" tanya si pria frustasi. "Lalu foto apa yang ada di galeri mu kemaren malam? Bukankah kau sendiri yang memfotonya..?"

Rin sempat berfikir, kemudian dengan tampang polos nya ia berkata. "Gue lupa"

Muka nya yang shota tertepuk oleh tangannya sendiri. Benar-benar deh..

" ." ujar si pria tanpa jeda. Ya, jedanya cuman di kata 'Titik'. Rin yang gak denger protes, "Ngomong apaan sih? Kenal aja nggak.."

JLEB

'Kono yaro...' batin Len geram. Tangannya mengepal, udah dibantuin sadar, makin ngeselin juga ni cewe. Rin yang melihat Len kesal pun tersenyum.

"Bercanda kok, Len.." Len yang mendengar itu langsung mukanya cerah, kayak nemu harta karun setelah berabad-abad muterin segitiga bermuda. Dan satu hal yang harus diketahui, Rin merasa illfeel melihat muka itu.

"Uhuk..." Rin terbatuk pelan, nafasnya memburu. Len yang mengetahui itu langsung menoleh ke arah monitor. Sandi rumput itu mulai merenggang, naik turun lurus naik turun lurus, naik turun lurus. "Rin, daijoubu deska?!"

Rin masih sulit untuk bernafas, susah pula untuk berbicara. Dengan sekuat tenaga ia berusaha berbicara. "Maafkan aku, Len.."

"Baka! Apa maksudmu?! Kau harus hidup!"

"Len.."

"Kumohon..Jangan Pergi.." tangis Len. "Bertahanlah sebentar..!"

Belum lama setelah itu, garis sandi rumput yang berada di monitor mulai mendatar.

Tiiiit...

.

.


Di luar ICU

Teet...Teet...Teet.. Bunyi alarm rumah sakit berbunyi.

"Code Blue! Code Blue! Emergency Room, 109"

"Dokter! Korban kecelakaan mobil sedang merenggang nyawa!" seru salah satu medis. Dokter yang baru saja bercakap pada orang tua korban segera bergegas menuju ke ruang ICU. Sebelum itu, tangan dokter ditarik oleh ibu korban.

"Kumohon, selamatkanlah anakku..." isak Lily, ibu Rin.

"Ya, akan kami usahakan. Kami akan melakukan yang terbaik." ujar dokter kemudian berlalu begitu saja.

Sesampai di ruang ICU, tak lupa memakai pakaian steril dan memakai masker, sang dokter langsung turun tangan untuk mengecek keadaan Rin. "Tolong siapkan defibrilasi!" perintah dokter pada perawat disitu. Kemudian perawat itu memberikannya kepada dokter.

"Mundur! Gunakan daya 200!" Sang perawat mundur dan menekan tombol 200 di mesin defibrilasi. "Daya 200 siap!"

"Shock!"

Badan Rin yang ramping itu menjenjang setinggi 10 cm. Len yang masih berada disitu berharap harap cemas sambil memperhatikan layar monitor, berharap adanya berubahan pada garis monitor itu.

Badan Rin ditekan oleh sang dokter berpautan sepuluh jari. Sang dokter kembali melirik monitor, yang belum menampakan berubahan semenjak 10 menit yang lalu.

Sang dokter pun menyerah, garis yang berada di monitor itu tidak bergerak sama sekali. Yang berarti pasien yang ia pegang sudah tak bernyawa.

"Kita sudah melakukan yang terbaik.." ucapnya kepada si perawat. "Semoga ia diterima disisi-Nya.."

Len yang mendengar itu membulatkan mata, tak percaya apa yang ia lihat. Langsung saja ia berlari ke ranjang pasien. "Rin! Rin! RIN! BANGUN RIN!"

Dengan air mata yang membendung, ia memaksakan untuk berteriak kencang. "RIIN!"

Sekeras apa pun ia berteriak, Rin, maupun dokter dan perawat yang ada disitu, tidak akan mendengar suaranya. Jelas karena ia berada di Ghost Mode nya.

Dengan sisa kekuatannya, ia kumpulkan seluruh sihirnya, entah apa yang ia buat, sebuah lingkaran putih berkumpul di tangannya. Dengan cepat ia masukan lingkaran putih itu ke dalam tubuh Rin.

"Kuberikan setengah nyawaku padamu Rin... Kumohon, bangun.." kata Len terengah-engah lalu ia jatuh terduduk karena memberikan sebagian hidupnya untuk Rin. Matanya yang berwarna emas mulai meredup, lalu tubuhnya rubuh seketika.

"Kabarkan kabar buruk ini ke orang tua korban. Bahwa si korban tidak dapat diselamatkan.." ujar dokter sambil memperhatikan Rin dengan tatapan lesu.

Tiit...Titt...Tit...

Monitor itu mulai menggambarkan gelombang hijau kembali, angka-angka nya mulai stabil. Dokter terkejut melihat hal itu. Dipasangnya stetoskop di telinga nya, lalu meraba dada Rin dan mengangguk dengan gembira.

"Segala puji bagi Tuhan! Ini adalah sebuah keajaiban!" decak dokter kagum. Perawat dokter itu pun menghela nafas lega. "Syukurlah.."

Masker oksigen yang dipakai Rin mulai berembun, yang artinya ia sedang bernafas. Nyawa Rin terselamatkan..

..berkat Len dan tentu saja Tuhan Yang Maha Esa.

.

.

"Bagaimana keadaan anakku, Dok?!" tanya Lily cepat. Penasaran apa yang membuat dokter itu cepat keluar dari ICU.

"Anak ibu... selamat"

Entah puja-puji apa yang harus Lily sebutkan, matanya memancarkan keharuan yang luar biasa. "Syukurlah, Rin.."

.

.


2 minggu telah berlalu..

Tetapi Rin belum sadar dari koma nya. Len yang sudah berwujud manusia, duduk di samping kasur Rin. Rin sudah dipindahkan dari ICU ke kamar pasien yang normal. Selang infus masih merekat di punggung tangannya. Alat bantu pernafasaan masih bertengger di mulut dan hidungnya.

"Ugh.."

Len menoleh ke arah Rin, lalu ia tersenyum. "Hai Rin!" sapanya dengan riang.

Rin masih mengedip-kedip kan matanya berulang kali. "Len?"

"Iya ini gue. Gimana tidurnya? Nyenyak banget tuh.." sindir Len iseng. Rin menggeleng-geleng kepalanya.

"Nggak seru, gue mimpi buruk.." jawab Rin. Len terkikik pelan."Mimpi apa?"

"Gue mimpi kita kecelakaan, terus gue dijemput sama malaikat maut! Gue ga mau, gue takut..." kata Rin bercerita. Len hanya memandangnya sendu.

'Itu bukan mimpi Rin..Itu beneran..' ingin rasanya ia mengucapkan kalimat itu. Tapi ia tak mau Rin bersedih, akhirnya ia hanya bisa meng'iya'kan.

"Rin, lu semalem pingsan. Terus di rawat di rumah sakit.." jelas Len. "Eh?! Ini di di rumah sakit? Pantas bau obat! Huek..!"

.

.

Aduh Rin.. kau baru sadar?!

.

.

.


Sementara itu di suatu ruangan

"Penyelidikan ini tetap berlanjut. Saya yakin, mobil kuning itu bukan gadis yang menyetir." Ujar Taneko curiga.

"Lalu siapa yang mengemudi? Apakah benar ada orang lain selain gadis itu di mobil?"

Taneko mengelus dagunya.

"Ya, saya yakin. Dan saya curiga penyetir mobil itu berhubungan dengan pelaku dibalik kasus pembunuhan ini.."

.

.

.

.

.

To Be Continued


GYAHAHAHHAHAH~ Minna-san! Gimana Chap 4 nya? Greget? X3

Readers : Enggak.. :P

Saku : ...

Ya sudahlah gakpapa, yang penting Saku Hepi (?) bisa update setelah sekian lamanya..

Oh iya, apakah fic detektifnya kurang menarik? Tolong beri komentarnya ya di review XD

Yosh! Saku punya pertanyaan nih :

"Siapakah nama panjang detektif Taneko?"

Ini gampang banget deh pertanyaannya, udah ada banyak clue di atas..

Silahkan yang tau boleh jawab di Review XD Yang benar dapet air putih segalon, dapat diambil di warung terdekat (?)

Okeh berikut preview chap 5 XD cekidot :

Preview Chapter 5 :

The Adventure's Beginning

"K-Kau..?!"

.

"Len-sama? Apa maksudnya?"

.

"Aku adalah.."

.

"Tidak mungkin, kau berbohong padaku kan?!"

.

"..This is a Truth.."

.

.

5 kata penutup dari Saku X3

MIND TO REVIEW THIS CHAPTER?

Shirota Sakuya