CAPBLOODS

Naruto by Masashi Kishimoto
Story by SA7


Chapter 16

Sasuke menarik napas pelan. Naruto sudah tidak mengabari dirinya 3 hari ini. Gadis itu menghilang seperti ditelan bumi, ke antah-berantah, padahal mereka sudah berjanji akan bertemu hari ini.

Sesuai dengan permintaan gadis itu, Sasuke munggu di taman bermain, dan menyamar tentu saja. Tidak bisa lupa, dan tidak boleh lupa, atau kencan mereka akan batal.

Remaja laki-laki yang hendak dewasa itu menutupi wajahnya dengan syal dan kacamata, juga masker hitam, tidak lupa topi. Suhu udara cukup dingin, dan makin bagus karena ada alasan menggunakan syal.

Untuk sementara ini, media belum menyadari kencannya Sasuke dan Naruto. Naruto berharap untuk sedikit lebih lama agar media tidak menyadari hubungan mereka, tapi Sasuke tidak berharap seperti Naruto. Laki-laki itu malah tidak masalah jika dirinya sudah ketahuan jika dikabarkan berkencan dengan rival musiknya dulu.

Sasuke tersenyum kecil, mengingat dirinya dulu sempat membenci gadis berambut pirang ini, karena sikapnya yang menurut Sasuke sok misterius. Tapi, dia salah sangka, karena memang gadis itu tidak suka jika dia lebih dikenal dengan wajah cantiknya, melainkan dikenal karena bakat dan suaranya.

Ah, matanya menangkap sesosok gadis berambut pirang. Mulutnya sedikit terbuka ketika melihat Naruto menggunakan rok berwarna merah dengan motif kotak-kotak, sepatu boots yang sedikit memiliki hak tinggi dengan stocking hitam, dan sweater hitam serta kacamata yang bukan biasanya ia gunakan disekolah. Gadis itu menggerai rambutnya yang panjang.

Naruto, hari ini benar-benar feminim.

Sasuke sampai harus mengerjap, tidak yakin, ini benar Naru?

Karena hari ini dia sangat cantik. Terlalu cantik.

Gadis itu tampak sibuk dengan tas kecilnya, lalu kemudian menempelkan sesuatu ditelinganya. Detik kemudian handphone Sasuke berdering.

Ah, Naruto meneleponnya, Sasuke mengangkatnya sambil menatap Naruto.

"Kau dimana? Aku sudah sampai."

Sasuke bergeming, masih fokus dengan Naruto yang menolehkan kepalanya kesana kemari, gadis itu belum menyadari Sasuke yang berdiri dibelakangnya, tapi dasar Sasuke, laki-laki itu menyadari gadisnya terlalu menarik perhatian bahkan hanya dengan pakaian sederhana namun anggun seperti itu.

Naruto mengernyitkan alisnya, "Sasu? Halo?" Gadis itu mengira telponnya sudah terputus, tanpa aba-aba, seseorang secara tiba-tiba meraih tangannya membuat Naruto kaget. Gadis itu bahkan belum sempat mematikan telponnya ketika tiba-tiba dirinya sudah berjalan sambil bergandengan tangan.

Naruto mengerjap pelan sebelum sadar akan siapa yang berada disampingnya ini.

Gadis itu tersenyum, "Heh, kau diam saja?"

Sasuke sedikit berdehem, "Kenapa kau mengenakan pakaian ini? Hampir masuk musim dingin dan kau malah mengenakan rok pendek?"

Naruto mendengus, "Katakan saja kalau aku cantik, lagi pula rok ku selutut. Tidak sependek itu." Sebenarnya gadis itu masih ketar-ketir dengan penampilannya yang baru ini. Takut kalau kelihatan jelek di mata Sasuke. Oh, ayolah dia hanya gadis biasa yang ingin terlihat cantik didepan kekasih hatinya.

Sasuke menghentikan langkahnya, Naruto memang susah sekali untuk dinasehati, pria itu segera menghadapkan dada bidangnya persis didepan Naruto. Naruto kaget langsung berhenti, "Bisakah kau bilang ke aku kalau kau akan berhenti, kenapa suka tiba-tiba sekali?" Naruto mengomel, gadis itu sedikit salah tingkah diperhatikan Sasuke dengan intens seperti ini.

Bahkan 10 detik Sasuke berdiri dihadapannya, dia tidak mengomentari apapun, "Sasu? Kenapa? Ini aneh ya?" Naruto mulai tidak nyaman, sedikit salah tingkah, apakah dia salah kostum? Terus terang saja, dia tidak memiliki teman perempuan, dan ini yang mendandani itu Deidara sama Hidan.

Maklumi saja, Naruto memiliki band dengan aliran semi-rock yang tidak mengharuskannya berdandan feminim diatas panggung. Lagipula, jika mengenakan pakaian feminim dengan rok pendek diatas panggung, bisa jadi, orang-orang dibawah panggung bisa mengintip isi didalam roknya, walaupun dia sudah mengenakan celana pendek sebelumnya, tapi itu tidak nyaman.

Dan ini pertama kalinya dia mengenakan pakaian seperti ini, dan, tentu saja, dia harus mengubrak-ubrak Dei dan Hidan agar mau membantunya membeli semua barang ini.

Dei dan Hidan yakin, kalau Sasuke bukan tipe pria yang suka gadis berlebihan, lebih baik sederhana dan anggun. Jadinya, mereka hanya memberikan ini kepada Naruto.

Terimakasih, sekarang Naruto sedang berusaha menarik jiwa perempuannya walaupun cara bicaranya masih kelewat tomboy dan ceplas-ceplos.

"Iya," Sasuke hanya berkata satu kata, membuat Naruto bingung, "Apanya yang 'iya'?"

Sasuke sedikit memajukan tubuhnya agar bisa berbisik kepada Naruto, "Kau benar-benar cantik, sampai semua pria disini menatapmu, membuatku cemburu."

Wajah Naruto bersemu, panas dipipinya mengalahkan hangat dihatinya. Gadis itu menatap Sasuke yang sedikit membuka masker diwajahnya, kemudian menampakan senyum miring khas-nya yang membuat Naruto meleleh melihatnya. Sial, pacarnya ini juga sangat tampan!

"Harusnya kubawa pulang saja kau sekarang, tidak usah berkencan disini." Naruto melirik Sasuke, wajahnya semakin panas, "Padahal ini impianku, agar bisa kencan di taman bermain dengan seseorang yang kusukai."

Gadis itu tampak meniupkan tangannya yang sebelah kiri, karena yang kanan sedang digenggam Sasuke. Sasuke menyadarinya, "Sini," Sasuke meraih kedua tangan Naruto dan menyuruhnya berjalan dibelakang punggung lebarnya. Oke, cara berjalan mereka aneh sekarang.

Naruto yang tidak tahu apa-apa segera tertawa ketika menyadari Sasuke hendak menyuruhnya berjalan sambil memeluknya dari belakang. Bukan memeluknya juga sih, karena kedua tangan Naruto dimasukan kedalam saku jaket Sasuke.

Gadis itu segera memukul pelan bahu Sasuke yang membuat Sasuke tertawa juga, momen sederhana ini membuat mereka semakin menikmati waktu berdua mereka. Naruto tidak berlama-lama menikmati saku jaket Sasuke, karena cara berjalan mereka menjadi aneh dan tentu saja, banyak menarik perhatian.

"Padahal kau juga artis, tapi kenapa kau bisa berdandan secantik ini, tidak adil." Sasuke menggerutu sambil meraih tangan Naruto lagi, gadis itu tersenyum, "Mau naik wahana apa?" Tidak menanggapi gerutuan Sasuke, gadis itu mulai membuka peta ditangannya.

Ada banyak wahana disini, dan mereka harus memulainya dari sekarang sebelum kehabisan waktu.

"Bagaimana kau bisa berdandan seperti ini? Kukira kau tidak mempunyai rok."

"Sasu, jangan mengalihkan pembicaraan! Dan aku juga punya rok." Naruto mulai kesal dengan sikap Sasuke.

"Iya, rok sekolah, selain itu aku yakin kau lebih suka dengan training atau jeans panjang. Aku penasaran kenapa kau bisa memakai pakaian perempuan seperti ini."

"Hei! Aku juga perempuan!"

"Iya, perempuan jadi-jadian sepertinya," Sasuke menyeringai kecil, wajah Naruto terlihat sedikit kesal. Ah, hal ini yang menjadi favorit Sasuke.

"Kalau begitu, kau sudah sakit mata jatuh cinta dengan perempuan jadi-jadian ini!" Naruto mendengus kesal mulai melangkahkan kakinya mendahului Sasuke, tapi Sasuke mengeratkan pegangan tangannya tidak membiarkan Naruto lepas, "Iya, aku sakit mata, bagaimana bisa perempuan jadi-jadian ini bisa lebih cantik daripada perempuan yang asli? Atau kau jangan-jangan siluman rubah yang menjelma menjadi gadis cantik?"

Naruto tidak tahu harus senang dengan pujian Sasuke atau kesal dengan ejekan Sasuke. Benar-benar menyebalkan!

Rasanya campur aduk mendengar seluruh perkataan Sasuke. Gadis yang sudah menjadi kekasih Sasuke itu hendak mengomel, dia tiba-tiba berbalik, dan-

-CUP

Kecupan sekilas dibibirnya berhasil membuatnya buyar. Matanya membulat kaget, Sasuke menatapnya dengan tatapan teduh, laki-laki itu kemudian menyampirkan rambut Naruto ke belakang telinganya agar tidak menutupi wajah Naruto, dan terlihat sebuah anting dengan permata biru menggantung ditelinga Naruto. "Kalau kau cemberut seperti ini, rasanya aku ingin melumat bibirmu."

Sasuke sialan.

Wajah Naruto makin memerah, dan berhasil membuat Sasuke senang setengah mati.

.

.

.

.

.

Deidara hampir saja memenangkan game-nya dengan Hidan jika saja pintu kamarnya tidak didobrak secara tiba-tiba.

"AKH!" Jari kaki Hidan terjepit pintu, jari kelingkingnya pula. Pria berambut putih itu berteriak ngilu kesakitan, Deidara yang ada disampingnya jadi tidak konsen dan seketika game over.

"AH, kau kenapa sih?!" Deidara teriak protes, mengacuhkan ekspresi kesakitan Hidan yang menyentuh jari kelingkingnya dengan mengenaskan, "Sialan! Kakiku kejepit tau! Kau juga, tiba-tiba dobrak pintu! Ada apa sih?!" Hidan menahan kesal dan kesakitannya ketika melihat ekspresi Sasori yang terlihat panik, "Hei, jangan bikin takut dong, kami berdua bukan hantu, ekspresimu kalem sedikit bisa tidak?" Mau tidak mau Deidara ikut sedikit tenang tidak jadi emosi.

"Kalian melihat Naruto?" Sasori segera mengucapkan tujuannya.

Hidan dan Deidara saling melirik, "Ada apa memangnya?" Hidan bertanya duluan, "Gadis itu meninggalkan ponselnya. Dan sekarang dia kabur dari rumah sakit. Harusnya hari ini Naru sedang menjalani pengobatan."

Deidara menelan ludah, Hidan dan dirinya sudah terlibat janji dengan Naru. Tapi mereka juga tidak bisa mengabaikan eksistensi Sasori sebagai kakak Naruto, yang lebih berhak mengetahui hidup Naruto.

Tapi, sejauh yang mereka rasakan, Naruto lah yang paling berhak mengendalikan hidupnya sendiri.

"Kami tidak bisa mengatakannya kepadamu." Hidan berkata jujur, Sasori segera mengernyitkan alisnya dan menatap Hidan dengan tatapan selidik, "Apa maksudmu? Dimana dia sekarang?!" Sasori mulai emosi.

"Maaf, kami tidak bisa mengatakan-nya kepada mu Sasori." Deidara angkat bicara.

Satu pukulan menghantam wajah Dei. Hidan kaget dengan gerakan Sasori, tapi segera menarik tubuh Sasori yang membuat pria berambut merah itu segera memberontak dari sentuhan teman-temannya ini.

"Katakan, dimana Naru?!" Sasori berteriak marah, "Kami sudah berjanji untuk menutup mulut Sas, maafkan kami." Hidan keras kepala, Deidara mengelap bibirnya yang sedikit berdarah setelah pukulan Sasori.

"Apa kalian bodoh? Tidak punya otak? Kalian tahu sendiri bagaimana kondisi Naru saat ini kan? Dan harusnya dia menjalani pengobatan hari ini!" Sasori berteriak kencang.

"Kami tahu." Deidara berdiri, dan menatap mata Sasori, "Kami sangat tahu kondisi Naru seperti apa."

"Tapi kami sudah berjanji, untuk membiarkannya sehari ini." Sasori melemas, tidak, Naruto tidak bisa keluar dengan cuaca seperti ini. Keadaan tubuhnya tidak memungkinkan, dan cuaca seperti ini terlalu dingin, juga, Naruto tidak boleh melewatkan sedikitpun jadwal pengobatannya atau tubuhnya akan semakin melemah.

"Tolong, aku benar-benar harus menjemputnya sekarang Dei, Hidan." Sasori meluluh, pandangannya berubah memohon dan terlihat hampir putus asa.

"Aku harus membawanya pulang, ini, harusnya menjadi hari pengobatannya." Sasori meremas kepalanya, kebiasaan ketika dia mulai terlalu cemas. Pikirannya tidak tenang. Kacau jika dia mengetahui kembarannya bisa dalam bahaya hanya dalam waktu hitungan jam.

Deidara mengetahui resiko apa yang akan dihadapi Naruto jika gadis itu melewati satu hari tanpa pengobatan. Semuanya bisa fatal, pun dengan Hidan.

"Kumohon sehari ini saja," Naruto masih memohon, Deidara dan Hidan kaget ketika melihat Naruto dengan wajah pucat tiba-tiba muncul didepan pintu rumah Hidan dengan penampilan kacau. Gadis itu bahkan tampak lebih kurus dengan balutan kaos dan celana jeans kesayangannya.

"Kau gila?" Satu pertanyaan dari Hidan mewakili perasaan Deidara. Naruto menggeleng, "Aku sudah berjanji dengan Sasuke, kami akan berkencan hari ini di taman bermain."

Oke dia memang gila, pikir Hidan dan Deidara sama. "Naru, kau tidak bisa membolos pengobatan." Naruto mendesah, "Aku mohon, aku tau resikonya, tapi, ini.. ini impianku." Gadis itu mulai putus asa, antara rindu, ingin bertemu Sasuke, dan ketakutan.

Ketakutan akan semuanya. Dia hanya gadis 17 tahun yang sedang jatuh cinta ditengah sakitnya yang makin keras menyapa nyawa nya untuk merenggut dari tubuhnya.

"Aku ingin berkencan dengan orang yang kusukai di taman bermain." Naruto berucap jujur. Hidan hampir menolak ketika tangan Deidara mencekal tangannya untuk berhenti bicara, "Jadi Sasuke belum tahu?"

Naruto menggeleng. "Kami baru jadian 3 bulan, dan ini kencan pertama kami karena aku sangat susah ditemui. Dia bahkan percaya ketika aku berbohong sedang latihan padahal aku sedang ada dirumah sakit,"

"Dia juga percaya ketika aku bilang ada pemotretan padahal aku sedang kemoterapi. "

Deidara terenyuh, "Aku, sudah lama menyerah Dei, aku sudah lama tidak ingin hidup. Menyamar dengan segala tetek-bengeknya, terkenal hanya karena suara dan rambutku, tapi tidak dengan wajahku, Dei, aku.. aku untuk pertama kalinya aku ingin hidup." Naruto berkata dengan terbata.

"Sasuke, apa sebesar itu pengaruhnya?" Deidara bertanya pelan, "Dei, aku hanya ingin membuat kenangan, aku ingin berkencan layaknya gadis normal lainnya, aku ingin bergandengan tangan sepanjang jalan, menghabiskan takoyaki bersama, dan pulang ketika hari makin larut."

Dan Deidara memberikannya.

Hari dimana Naruto selalu menunggunya dengan putus asa, hari dimana Naruto berharap dengan ketir-ketir, takut ketika pria idamannya menjauh karena mengetahui kondisi seorang vokalis band ternama sedang sekarat. Atau malah nyawanya yang menghilang duluan sebelum keinginan sederhananya terwujud.

Deidara tau, gadis itu sudah menderita Leukimia sejak kelas 4 SD.

Membuatnya tidak bisa mengikuti kegiatan yang terlalu melelahkan, kedua orang tuanya termasuk Sasori menjaganya dengan sedemikian ketat.

Hidup Naruto berubah sejak mengenal Dei dan Hidan, kedua kakak kelasnya ini mengenalkannya pada gitar. Gadis itu jatuh cinta dengan permainan sederhana Hidan yang berada di ruang musik ketika mereka masih SD.

Naruto tetap tumbuh, walaupun kondisi tubuhnya 'memaksa' dirinya untuk tunduk dan patuh terhadap aturan dokter, dia tetap menjadi pemberontak.

Semakin beranjak remaja, tingkah lakunya makin tidak terkontrol. Suka marah-marah, tiba-tiba memanjat pohon atau atap rumahnya ketika tengah malam, dan suka berkendara motor dengan kecepatan tinggi.

Sasori dan keluarganya berusaha memaklumi dengan keadaan Naruto. Berusaha menerima dan menuruti semua permintaan Naruto yang kadang membahayakan nyawanya sendiri, semua itu dilakukan agar Naruto mau melakukan pengobatan yang sudah bertahun-tahun dilakukannya.

Dei dan Hidan mengerti, Naruto menderita dengan pengobatannya.

Setidaknya beberapa hal diatas masih bisa dikendalikan kecuali permainan gitarnya.

Gadis itu tidak bisa hidup tanpa gitarnya, gitar pertama yang diberikan Sasori ketika mengetahui bahwa dirinya sangat menyukai musik, ketika usianya 12 tahun. Gitar kedua yang diberikan Dei dan Hidan sebagai kado atas terbentuknya band Capwave dan sembuhnya Naruto di usia 14 tahun.

Tapi kesembuhannya hanya bertahan 3 tahun.

Kemudian kanker itu menyerang lagi, bahkan lebih ganas.

Naruto yang hampir menyerah lagi kemudian menabrak Sasuke, pria saingannya dalam hal musik. Gadis itu kemudian jatuh cinta dengan rivalnya. Begitu pula rivalnya.

Semua dimulai ketika Naruto pingsan di Paris ketika pemotretan.

"Waktuku tidak lama, begitu kata dokter." Naruto berkata sambil tersenyum pahit, "Apa tidak boleh aku melakukan satu hal yang kusukai? Karena aku sudah sering menuruti perintah dokter.

Deidara mengangguk, "Oke, kau ingin apa dari kami?" Mata Hidan melotot, menatap ngeri kedua orang ini. "Tidak aku tidak akan-"

"-Ya, kau akan ikut." Deidara mencekal tangan Hidan lebih keras sampai Hidan meringis kesakitan, pria berambut blonde gelap itu mengancam Hidan dengan senyumannya,"Kau akan berkencan kan? Baiklah, kau butuh baju bagus dan make up!"

Hidan menahan Sasori yang terlihat akan kalap jika Deidara tidak segera keluar dan menanyakan dimana Naruto.

Gadis itu membawa ponselnya yang lain dan berjanji akan mengontak Deidara dan Hidan jika dia sudah selesai, Dei membuka ponselnya dan melihat layar hp nya itu.

Hasilnya nihil, tidak ada satupun notifikasi dari Naruto.

Sial, dia sebenarnya khawatir. Apalagi ekspresi Sasori yang seperti depresi itu, membuat orang lain yang melihatnya bisa ikut gila bersamanya.

Baru beberapa detik dia hendak kembali ke kamarnya, ponselnya tiba-tiba bergetar.

Nomor asing segera muncul dalam notifikasinya, dan matanya membalak ngeri ketika melihat isi pesannya.

"Sial!" Harusnya sejak awal dia berhenti menuruti permintaan bodoh Naruto.

.

.

.

Sasuke tidak melepaskan tangan dingin Naruto yang makin dingin. Tidak ada kejadian aneh sebelumnya, tapi ada beberapa hal yang membuat Sasuke curiga. Tangan Naruto makin kurus, dan wajah Naruto makin tirus.

Sasuke tahu, Naruto sedang menyembunyikan sesuatu. Dan, ketika Naruto meminta untuk menaiki wahana ekstrim, entah kenapa feeling Sasuke mengatakan untuk jangan menurutinya.

Suara ambulans semakin dekat, masa bodoh dengan tempat umum. Kacamata dan topi Sasuke sudah terlepas daritadi, Sasuke dengan cepat melepaskan syal nya dan segera melipatnya untuk membentuk bantal agar kepala Naruto tidak tidur diatas tanah. Lalu melepaskan jaketnya agar Naruto tidak kedinginan dan menutupi tubuh bagian bawahnya dengan jaket.

Banyak orang mengerumuninya.

Dan ini semakin sulit ketika mereka semua menyadari bahwa seseorang yang menggandeng tangan gadis bule berdarah Jepang itu ada Uchiha Sasuke, laki-laki remaja yang sedang digandrungi oleh gadis-gadis muda di Jepang dan sedang naik daun.

Seketika kamera ponsel bertebaran untuk memotret momen ini. Momen langka, yang harus segera diabadikan.

Naruto tiba-tiba pingsan, tidak, sebenarnya Sasuke sudah menyadarinya, bahwa Naruto tidak dalam keadaan baik-baik saja. Gadis itu tampak berjuang mati-matian bahkan hanya untuk berjalan sejauh ini.

Sasuke hanya menurutinya.

Mereka akan memasuki wahana hantu, tapi ketika mereka berdua berdiri diantrian, Naruto melemas dan segera ambruk ke belakang. Untung Sasuke berdiri tepat dibelakang gadisnya ini, dengan sigap dia menangkap Naru dan menggendongnya keluar dari antrian.

3 bulan mereka berkencan, Naruto sering dengan tiba-tiba membatalkan rencana mereka, menghilang tanpa pemberitahuan, sering membuat Sasuke panik. Tapi kemudian Naruto kembali dengan keadaan yang berbeda dari sebelumnya.

Naruto hanya mengatakan, 'aku baik kok,' atau, 'maafkan aku, aku mendadak ada urusan dengan keluarga', atau bahkan jika dia tidak bisa menemui kekasihnya, Naruto mengatakan alasan pekerjaan.

Telepon ditangannya bergetar, Sasuke segera mengangkatnya tanpa melihat siapa peneleponnya, "Gaara, apa masih lama?"

"Sebentar lagi." Gaara masih sibuk menyiapkan barang-barang Sasuke, "Kau ada dimana? Kenapa tiba-tiba menginginkan ini semua?"

Sasuke menggosok wajahnya kasar, "Bawa saja kerumah sakit, aku tunggu disitu, sekarang ambulans sudah datang." Wajah Sasuke benar-benar gusar melihat Naruto yang semakin dingin dan semakin pucat.

Telepon terputus.

Gaara menarik napas pelan, dibelakangnya Sakura melihat Gaara yang tampak gusar juga, "Kenapa?"

Tanya Sakura, "Naruto pingsan." Sakura mengerjap, "Ini tidak baik, dia pingsan ketika bersama Sasuke, akan merepotkan, harus banyak klarifikasi agar tidak salah paham kalau begini ceritanya."

"Dan kau akan kemana membawa semua barang itu?" Sakura mengernyit ketika melihat Gaara memasukan banyak barang kedalam tasnya, "Keadaan Naruto sepertinya memburuk, dan Sasuke menyuruhku membawa ini semua ke rumah sakit. Dari semua orang, hanya tersisa Sasuke yang belum mengetahui semuanya, tentang Naruto."

Gaara menarik napas pelan, "Sasuke sudah hampir meninggalkan Naruto, jika bukan karena permohonanku dan permononan Deidara untuk bertahan sedikit lagi, Sasuke sudah cukup bersabar dengan ini." Pria itu menatap Sakura yang menyilangkan tangannya didepan dada, "Jadi hari ini atau hingga Naruto bangun, Sasuke sudah harus menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk."

.

.

.

Ketiga personil band Capwave berlarian dirumah sakit, dan pemandangan pertama yang mereka dapatkan adalah Sasuke yang sedang terduduk lemas didepan ruang gawat darurat. Pria itu bahkan tidak mengenakan syal atau penghangat apapun, hanya mengenakan kemeja dan celana jeans yang sudah kotor dibagian lututnya.

Sasori melangkahkan kakinya dengan cepat dan seketika,

BUAGH!

Satu pukulan mendarat tepat di rahang Sasuke, pria itu tersungkur, Deidara dan Hidan kaget tapi segera menjauhkan Sasori, "Hei, hei ini rumah sakit, kau jangan menambah pasien lagi disini." Deidara menahan tubuh Sasori, "Sas, tenangkan dirimu." Hidan berkata kalem.

"Apa yang kau lakukan?!" Desis Sasori tidak terima, Sasuke berdiri setelah terjatu, dia menggosok rahangnya yang terasa sakit dan ngilu, "Dia pingsan tiba-tiba." Sasuke jujur, "Aku membawanya kesini." Sasuke tertawa ngilu, hatinya sakit setelah mengetahui alasan sebenarnya kenapa Naruto sering menghilang.

"Brengsek." Sasuke berkata pelan, pria berambut emo itu menutup matanya dan menarik napas besar, berusaha mengontrol emosi nya yang kacau sejak dokter mengatakan semuanya.

"Kau sudah tahu semuanya?" Pertanyaan Deidara tidak mendapat sambutan dari Sasuke, pria itu membuka mata lalu melengos pergi.

Dan kemudian, Sasuke menghilang.

Bahkan setelah seminggu Naruto pingsan, Sasuke tidak menjenguk gadisnya sekalipun.

Dan ketika Naruto membuka matanya hanya untuk sekian menit, sebelum tidur panjangnya, Sasuke tidak mengetahuinya. Laki-laki itu tidak datang.

.

.

.

TBC

Halo minna-san! Uh, maafkan aku yang baru bisa apdet lagi. Laptopnya rusak, dan dibengkel berbulan-bulan tapi tidak ada kemajuan jadinya harus mangkrak pengerjaannya :(

Aku terharu, dengan komentar kalian yang di chapter sebelumnya. Sejujurnya, aku udah hampir menyerah bolak-balik, melanjutkan cerita ini seperti mustahil, karena aku benar-benar stuck.

Tapi, komentar positif kalian, yang masih menunggu walau apdetku yang nggak beraturan, bahkan sempat break selama bertahun-tahun dan kalian masih setia menunggu, aku benar-benar terharu :"

Terimakasih telah menjadi penyemangatku untuk meneruskan cerita. Walaupun aku tahu, cerita ini tidak sempurna, logikanya masih banyak yang bolong, tapi terimakasih karena kalian masih mau menunggu dan mensupport aku. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, dan memberikan ending yang terbaik juga untuk kalian.

Tanpa kalian, CAPBLOODS tidak ada artinya, aku benar-benar berterimakasih, kalian benar-benar menjadi suntikan obatku ketika aku mulai ingin menyerah.

Sebenernya kemaren udah hampir apdet halaman baru dengan isi yang bukan lanjutan cerita. Udah hampir discontinue, sudah hampir kuaplod semua isi permintaan maaf dan perpisahan karena CAPBLOODS hampir aku discontinue. Tapi, sekali lagi, komentar kalian menyelamatkan CAPBLOODS yang hampir tenggelam.

Hontou-ni Arigatou!

See you in next-chapter, aku sayang kalian semua readersku *online hug*

PS: ngomong-ngomong, akun wattpad Legnasaro ganti nama, menjadi moiregarde.
Semoga kalian ngefeel ya dengan chapter ini