FF Yunjae

Title: Zing
Genre: Romance, and lil' bit Fantasy
Rated: T-M
Warn: Typossssss, yaoi, FANTASY.

***


Namja tampan itu berdiri menatap sebuah tabung kaca di depannya dengan pandangan berbinar. Kedua mata musangnya tak pernah lepas dari 'sesuatu' yang berada di dalam tabung penuh air itu sedetikpun.

Hari ini, adalah hari pertama pengeluaran sesosok makhluk misterius, yang ditemukan oleh seorang ilmuwan beberapa hari yang lalu. Dengan hak penuh, pemilik museum sekaligus ilmuwan yang menemukan mahkluk tadi, menempatkan sosok asing itu kedalam sebuah akuarium raksasa, dan menaruhnya di dalam museum ini.

Museum yang wajib didatangi oleh seorang namja kutu-buku. Namja berumur 17 tahun yang memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi, namun lebih memilih untuk melampiaskannya pada tumpukan buku-buku, maupun pengetahuan yang bisa ia dapatkan di dalam museum ini.

Hampir dua jam ia berdiri di depan akuarium setinggi 3 meter itu, tanpa lelah mengamati makhluk yang tampak seperti manusia biasa, namun dengan kesempurnaan fisik melebihi dewa-dewi Yunani.

Kulitnya yang begitu mulus dibalut oleh baju yang tampak seperti baju orang Yunani kuno, dengan dada yang bidang, juga pinggang yang ramping. Wajahnya yang sempurna, tetap terlihat indah meskipun tampak pucat.

Makhluk itu tidak bergerak, namun ia yakin makhluk itu tidak mati. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk bebas dan menunjukan dirinya.

Aliran air membuat baju yang makhluk itu kenakan tampak bergoyang lembut. Rambut hitam sepanjang bahu miliknya, tampak bergerak membiangkai wajahnya dengan sempurna, membuat sosok asing itu terlihat semakin anggun.

Tampak seperti manusia biasa untuk setiap orang yang melihatnya dengan sekilas. Namun, sepasang sirip sepanjang 8,5 inchi yang menjalar mengikuti nadi di tangannyalah yang membuatnya berbeda dari manusia.

Putri duyung tanpa ekor. Manusia dengan sirip.

Ia menyebutnya, keajaiban.

***


"Makanlah dengan benar, Yunho" Mrs. Jung menepuk kepala anaknya, saat pemuda itu sedari tadi hanya terdiam menatap makan malamnya tanpa menyentuhnya sedikitpun.

"Ah, iya umma" namja itu tersentak, kemudian menyuapkan sesendok nasi tanpa nafsu.

Seperti terkena sihir, pikirannya hanya fokus pada makhluk asing yang ia lihat di museum siang tadi. Yunho memikirkan semuanya, maksudku benar-benar semuanya tentang makhluk itu.

Bagaimana, kenapa, siapa, kapan, dan apa. Entah sudah berapa banyak pertanyaan yang tertimbun di kepalanya saat ini. Padahal baru 4 jam ia melihat makhluk asing itu, namun bayangannya seakan melekat kuat pada dinding-dinding pikirannya.

Membuatnya gila.

"Aku selesai" ia menaruh garpu dan sendok sejajar di atas piringnya yang telah kosong.

"Malam umma, appa, hyung" namja itu beranjak setelah sebelumnya mengusap sudut bibirnya dengan serbet terlebih dahulu.

Seperti robot, ia hanya berjalan menaiki tangga, tanpa menggubris tatapan heran dari ketiga Jung lain yang berada di ruang makan itu.

"Ada apa dengannya? Ia menjadi lebih diam hari ini" yeoja yang sudah 12 tahun menjadi Mrs. Jung itu bertanya kepada anggota keluarganya yang lain.

Tanpa mengalihkan tatapannya dari Yunho, Mr. jung dan Jung Eunjae hanya menaikkan bahu tidak mengerti.

Yeoja manis itu menatap khawatir pada anak tirinya yang lebih murung itu. Mungkin mereka bisa bicara.

Sementara di kamar Yunho. Namja tampan berkaca mata itu berbaring di atas ranjangnya, menggunakan sebelah lengannya sebagai bantal. Sebuah buku, yang tampak seperti buku catatan, ia angkat tepat di depan wajahnya. Menatap sketsa kasar makhluk asing tadi dengan lebih lekat.

Cukup banyak buku yang ia baca, dan memang ada beberapa buku yang membahas makhluk seperti makhluk asing yang ia temui di museum tadi. Namun menurutnya mereka tidak sama.

Apa mungkin makhluk itu adalah spesies baru? Kenapa ia tampak amat menarik baginya? Bahkan sekarang kepalanya terasa penuh karena pertanyaan-pertanyaan yang ia buat sendiri.

Namja pemalu itu tersentak mendengar bunyi ketukan pada pintu kamarnya.

"Aku pikir kau sudah tidur, boy" Mrs. Jung melongokkan kepalanya mengintip Yunho yang masih dalam posisi baringnya.

Namja tampan itu menggeleng.

"Tidak, umma" gumamnya menatap yeoja yang sekarang telah duduk di sebelah tempat ia berbaring.

"Apa yang terjadi padamu, heum?" wanita anggun itu mengusap kepala Yunho lembut, menginginkan anak tirinya untuk tahu, bahwa ia ada disana.

Pemuda berambut coklat itu terdiam. Akan sedikit canggung jika mengatakan hal yang sesungguhnya sekarang, meskipun ia tidak yakin, jika mengatakannya nanti ia akan mendapatkan hasil yang berbeda.

Mrs. Jung tersenyum memaklumi. Ia hendak mengambil selimut Yunho, saat ujung matanya menangkap sesuatu.

"Hum, apa ini?" buku catatan usang itu telah berpindah tangan, membiarkan kedua mata bulat yeoja tersebut menelusuri sketsa kasar yang dibuat oleh anak bungsunya.

Sketsa seseorang yang mengenakan baju Yunani kuno, tampak seperti kain-kain yang dililitkan asal pada tubuh indah orang tersebut. Rambut hitam sebahunya tampak tergerai sempurna, namun wajah orang yang berada di sketsa itu masih kosong.

"Siapa dia?" tanya Mrs. Jung pada akhirnya.

"Aku bertemu dengannya di museum siang tadi" Yunho menutup kedua matanya menggunakan lengan kirinya.

"Dan kau melukisnya? Aaah… Sepertinya aku tahu seseorang yang sedang jatuh cinta" goda yeoja manis itu mengerling pada Yunho.

"Umma, aku tidak mungkin jatuh cinta padanya" erang Yunho merasa jengah.

"Kenapa tidak? Kau belum pernah jatuh cinta bukan?" ujar yeoja itu ringan.

"Ya… Ya… Aku memang belum pernah jatuh cinta. Tapi aku tidak akan jatuh cinta padanya, umma" Yunho menegakkan tubuhnya, duduk berhadapan dengan umma yang ia hormati.

"Tidak dengan salah satu koleksi di museum itu" gumamnya ragu.

Mrs. Jung melotot kaget.

"Mwo? Koleksi museum?" pekiknya.

Yunho menghela napas, kemudian mengangguk tak acuh menghadapi kehebohan ummanya itu.

"Jadi dia bukan manusia? Astaga Yunho!" jerit yeoja itu heboh.

"Ya, umma... Dan ia namja" pemuda tampan itu memainkan selimutnya, menolak untuk menatap wajah ummanya, yang pasti sekarang tampak tidak begitu baik karena shock.

"Aku tahu dari bentuk tubuhnya. Tidak ada yeoja yang memiliki dada sebidang makhluk itu" Yunho menjelaskan.

"Ya… Kau benar. Lihat! Ototnya bagus sekali!" seru yeoja 45 tahun itu girang.

Yunho mendnegus. Baiklah, ummanya ini memang terhitung masih muda. Tapi bukankah seharusnya ia bisa bersikap lebih dewasa sedikit?

"Apa dia?" Tanya umma Yunho masih menatap sketsa yang dibuat oleh namja tampan itu.

Namja tampan itu mengedikkan bahunya. Saling melempar tatapan bingung diantara keduanya.

"Yang kutahu dia bukan manusia. Itu saja" Mrs. Jung mengangguk dalam diam.

"Aah… Makhluk ini membuat umma penasaran" gumamnya gemas.

'Iya… Aku juga' kedua mata musang Yunho menatap sketsanya dengan tatapan menerawang.

"Baiklah, sebaiknya kau tidur saja sekarang. Aku tahu besok kau harus bangun pagi untuk persiapan ulangan" yeoja itu membenarkan letak selimut Yunho, kemudian mengecup kening namja tampan itu kilat.

"Good night, Yunho" Mrs. Jung mematikan lampu kamar Yunho sebelum beranjak keluar dari sana.

Pemuda berumur 17 tahun itu menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Pikirannya kembali menerwang kepada sosok asing yang ada di museum itu.

Ia merasa penasaran. Seperti apa jika makhluk itu membuka kedua matanya? Kira-kira apa warna mata sosok asing itu? Apakah makhluk itu berbahaya?

Yunho menyamankan dirinya pada ranjang besar tempat ia tidur. Memejamkan kedua matanya erat, dan menghirup udara malam kuat-kuat.

Apakah, makhluk itu benar-benar bias membuka kedua matanya?

Dalam hati ia berjanji. Ia akan lebih sering dating ke museum itu.

***


Suasana museum siang ini tampak sepi. Mungkin karena minat penduduk telah dialihkan pada sesuatu yang lebih baru dan menyenangkan, atau karena ini adalah hari Selasa. Bukan hari yang tepat untuk mengunjungi museum, ditengah kesibukan hari-hari mereka.

Seorang wanita berumur 40 tahunan berdiri dalam diam, menatap heran kepada seorang namja tampan yang berdiri tak jauh dari tempat ia berada.

"Ini adalah hari ke 4 pemuda itu datang ke tempat ini" ujarnya pada seorang laki-laki yang tampak sudah berumur di sebelahnya.

"Dia akan datang, dan berdiri di depan akuarium itu, tanpa melakukan apapun" lanjut yeoja berpakaian cleaning service itu, membuat namja tua di sebelahnya mengangguk mengerti.

"Padahal, sebelum makhluk itu datang. Ia hanya akan kesini seminggu dua kali, dan paling lama 2 jam ia berkeliling tempat ini. Tapi sekarang, pukul 2 ia sudah berdiri disana, dan baru kembali pukul 6, tepat sebelum museum ini ditutup" yeoja berambut ikal itu menyandar pada tongkat yang ia gunakan untuk mengepel, masih menatap namja tampan didepan sana dengan tatapan heran.

"Lihat, ia bahkan tidak mengganti seragamnya terlebih dahulu" lanjutnya lagi.

"Mungkin aku bisa bicara padanya" namja tua berpakaian rapi tadi angkat bicara.

"Ia tampak tertarik dengan makhluk baru itu" lanjutnya lagi.

Pria tua itu mengambil dua buah kursi, dan membawanya mendekati namja tampan berseragam sekolah tadi. Ia tersenyum saat namja itu menyadari kehadirannya.

"Silahkan duduk" tawarnya membuka lipatan kursi itu di belakang pemuda tadi.

"Terima kasih" Yunho tersenyum dan duduk di samping pria tua itu.

Memandang sosok indah yang ada di depan mereka dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, membiarkan keheningan memenuhi sekitar mereka.

Museum itu amat sepi, hanya suara langkah kaki dari kejauhan saja yang terdengar. Namun tidak membuat dua namja dengan ketertarikan yang sama itu untuk saling merasa canggung.

"Kau terlihat sangat tertarik dengannya" pria berambut putih itu bicara tanpa mengalihkan tatapannya dari makhluk indah didepan mereka.

Yunho menoleh, dan tersenyum membenarkan.

"Hm… Aku… Sangat tertarik padanya" ujarnya kembali menatap makhluk di depannya.

"Hah… Aku tidak tahu kata apa yang cocok untuk mendiskripsikannya. Dia sangat indah, anggun dan misterius dalam satu tubuh" pria tampan itu merilekskan posisi duduknya.

Yunho mengangguk dalam diam. Ia juga tidak mengetahui kata apa yang cocok untuk makhluk di depannya ini.

"Aku tidak tahu makhluk apa dia. Tapi aku menamainya Jaejoong" Yunho menolehkan kepalanya, menatap pria tua tadi dengan tatapan bingung.

"Jaejoong adalah nama mendiang putraku" namja asing itu enggan mengalihkan tatapannya dari sosok di depannya.

"Kami sering berpergian bersama dulu. Memancing, meneliti sesuatu, melakukan riset bersama" ia tersenyum mengingat kenangan-kenangan yang dahulu ia alami bersama putranya.

"Namun 3 bulan yang lalu, ia meninggal saat kapal yang kami tumpangi terjebak badai. Menghilang diantara gelungan ombak yang dingin" Yunho dapat melihat kesedihan yang pria itu sembunyikan dibalik senyumannya.

"Kemudian dalam perjalanan pulang beberapa minggu yang lalu, aku menemukannya. Dia terjebak di dalam sebuah balok es besar, dan aku menganggap ia adalah pengganti Jaejoong untukku" pemuda tampan itu tidak menyangka, bahwa yang ada di depannya adalah pemilik museum ini sendiri.

"Namun semua harapanku pupus, saat aku tidak menemukan tanda-tanda kehidupan pada makhluk ini. Tubuhnya amat dingin, dan aku rasa, semua organ dalamnya telah rusak karena beku" Yunho menoleh menatap pria tadi untuk melihat ekspressinya.

"Karena sepasang sirip yang tumbuh di kedua tangannya, aku mengira ia adalah mutan. Namun saat melihat organ dalamnya, aku menemukan sepasang paru-paru pada tubuh makhluk ini. Aku tidak ingin menyerahkannya kepada pemerintah, karena akulah pemiliknya. Dan memutuskan untuk menaruhnya disini"

Namja tampan itu terdiam, menunduk ragu.

"Aku rasa… Ia belum mati" gumamnya tak yakin.

Pria tua itu menolehkan kepalanya, menatap Yunho dengan tatapan tertarik.

"Bagaimana kau tahu?" ujarnya tersenyum miring.

Pemuda tampan itu mengerutkan keningnya tidak yakin.

"A-aku, hanya merasa begitu" ia mengedikkan kedua bahunya.

"Tapi aku yakin, dia akan membuka kedua matanya suatu hari nanti"

Si pemilik museum itu terdiam, ia menatap Yunho dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hhaah… Akan kuberikan dia padamu, jika dia sampai hidup kembali" ujar pria itu tanpa beban.

Yunho memelotokan kedua matanya tidak percaya. Ia menatap ilmuwan di sampingnya itu dengan tatapan terkejut.

Pria itu melipat kursinya kembali, dan menepuk pundak Yunho sebelum berlalu dari sana.

"Apa kau yakin? Bagaimana jika makhluk itu benar-benar hidup kembali?" ujar yeoja 40 tahun tadi melotot kaget pada majikannya.

"Tenang saja. Sudah berbagai tes kulakukan untuk memastikan bahwa makhluk itu benar-benar sudah mati" pria tua itu tertawa lantang.

"Tapi, semua hal bisa terjadi bukan?" lanjutnya dengan nada berharap.

Sebenarnya ia tidak dapat menutupi keinginannya, untuk melihat makhluk yang ia anggap sebagai pengganti putra tunggalnya itu untuk hidup. Meskipun sangat kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi. Namun, apa salahnya percaya kepada keajaiban?

Yunho masih duduk di depan akuarium tadi dalam diam. Ia bahkan tidak yakin, apakah dirinya benar-benar bisa memiliki makhluk itu atau tidak. Membayangkan makhluk itu bergerak dan membuka matanya saja, ia sudah sangat senang. Apalagi pemilik museum ini, tadi berkata bahwa makhluk di depannya itu akan menjadi miliknya.

Yunho menatap arloji di pergelangan tangannya, mendesah keras melihat jarum jam itu menunjukan pukul 5.45. Itu berarti 15 menit lagi museum ini akan di tutup.

Ia menatap sketsanya dengan tatapan kecewa. Entah kenapa, ia merasa tidak dapat menggambar wajah makhluk itu, jika ia tidak membuka kedua matanya.

Yunho tidak dapat membayangkan bagaimana bentuk kedua mata Jaejoong, nama makhluk tadi. Akankah besar, atau sipit? Apakah berwarna hitam, atau warna lain? Ia tidak dapat menerka semua itu.

Yunho mulai membereskan perlengkapannya, bersiap untuk pulang. Meskipun sebenarnya, ia merasa enggan untuk pergi dari tempat ini. Namun tentu ia tidak ingin membuat ummanya itu marah padanya.

"Ini, ahjumma" namja tampan itu mengembalikan kursi yang tadi dipinjamkan oleh pak tua tadi, kepada ahjumma yang tinggal sebagai penjaga sekaligus petugas kebersihan di museum itu.

"Kau tampak sangat menyukainya" yeoja berambut ikal itu menerima kursi lipat dari Yunho, sekaligus berbasa-basi pada namja menarik ini.

Yunho tersenyum, dan mengangguk.

"Aku, sangat menyukainya" ujarnya melirik pada akuarium besar tempat Jaejoong berada.

"Apakah kau tidak bosan melihatnya setiap hari?" ahjumma tadi terkekeh geli.

"Tidak. Entahlah ahjumma. Dadaku berdebar kencang jika melihatnya, dan aku merasa selalu ingin melihatnya setiap saat. Bahkan aku memikirkannya, saat mengerjakan ulangan tadi" Yunho tertawa mengingat tingkah konyolnya.

Yeoja tadi tersenyum sendu.

"Sayang sekali, selama tiga hari kedepan museum ini akan ditutup. Ada perbaikan pada beberapa ruangan, sehingga tempat ini akan di tutup nanti" kata ahjumma penjaga museum tadi membuat Yunho tercenung.

Ia merasa tidak nyaman mendengarnya. Entah, membayangkan ia tidak bisa melihat Jaejoong selama sehari saja ia tidak mampu. Tapi ini, tiga hari? Ia bisa gila nantinya.

"Tap-tapi... Tapi ahjumma. Bisakah aku tetap datang ke tempat ini?" tanya Yunho mencoba peruntungannya.

Petugas tadi tersenyum, ia tahu sesuatu yang lebih besar tumbuh di hati pemuda itu. Bukan rasa suka, ataupun rasa tertarik. Mungkin sesuatu yang lain.

"Aku tidak tahu... Lagipula, aku akan cuti selama tempat ini diperbaiki. Jadi aku tidak tinggal disini selama tiga hari kedepan" wajah Yunho memucat. Kenapa ia bisa merasa sekalut ini?

Ahjumma tadi tersenyum diam-diam, melirik wajah pucat Yunho dengan tatapan tertarik.

"Ah... Aku rasa, aku harus mencari seorang penjaga baru untuk museum ini, selama aku cuti" yeoja berumur 40 tahun tadi meregangkan tubuhnya.

"Aku! A-aku bisa melakukannya, ahjumma!" seru Yunho tiba-tiba. Ia merasa seperti orang gila yang hanya memikirkan Jaejoong saja.

"Kau masih terlalu muda... Lagipula kau harus sekolah" ahjumma itu mengibaskan sebelah tangannya kedepan wajah Yunho.

"Tapi... Tapi aku pernah belajar Aikido sebelumnya. Dan, dan aku akan libur selama seminggu kedepan" seru Yunho menggebu. Ia sangat mengharapkan pekerjaan ini. Bukan karena bayarannya, tapi karena apa yang akan ia dapat selain bayaran itu.

Yeoja berseragam itu terdiam. Sebenarnya tidak tega juga ia mengumpankan anak semuda Yunho pada pekerjaan ini, tapi sesuatu seakan mendorongnya untuk melakukannya.

"Baiklah, besok kembalilah dengan surat ijin dari kedua orang tuamu. Aku akan mengantarmu berkeliling sebelum museum ini dibuka biasanya. Jadi datanglah pagi-pagi sekali" ahjumma itu tersenyum melihat wajah puas Yunho. Anak itu sungguh tidak terduga, jatuh cinta dengan sesuatu yang tidak seharusnya.

Yunho mengangguk cepat. Dadanya berdebar memikirkan hari esok, ia benar-benar tidak menyangka, bahwa ia bisa 24 jam bersama dengan makhluk didalam akuarium tadi.

Kedua mata musangnya menatap senang pada Jaejoong. Ia .

'Aku pasti datang'

***


Seperti apa yang ia janjikan, esok paginya Yunho benar-benar datang membawa sebuah tas besar yang berisi baju dan perlengkapannya yang lain, juga sepucuk surat yang telah ditanda tanganni oleh kedua orang tuanya.

Bukan perkara yang mudah untuk mendapatkan ijin seperti ini. Tapi dengan rayuan maut, juga rajukan yang dilakukan Yunho kepada orang tuanya. Akhirnya mereka memilih untuk menginjinkan Yunho tinggal di dalam museum itu seorang diri, daripada melihat putra bungsu mereka itu mati bunuh diri. O.o

Ahjumma yang ternyata bermarga Lee itu hanya bisa menggelengkan kepalanya heran dengan tekad pemuda ini.

Disaat temannya yang lain sedang berlibur dan bersenang-senang selama liburan mereka. Namja ini lebih memilih menjaga museum sendirian, ditemani oleh pekerja-pekerja saat siang, dan benda-benda menakutkan saat malam. Dan ia sendirian.

Cinta memang gila.

"Ini adalah kamar yang akan kau gunakan untuk tidur nanti. untuk kamar mandi, kau bisa gunakan kamar mandi yang ada di depan sana" Lee ahjumma menunjuk sebuah tikungan.

"Untuk tiga hari nanti, pintu gudang dan pintu belakang akan ku kunci, karena kau pasti tidak memerlukannya" Yunho tersenyum lebar menanggapinya. Sepertinya ahjumna itu tahu dimana ia akan berada selama 3 hari kedepan.

"Jangan lupa untuk mengecek semua pintu setiap saat, juga pastikan jendelanya terkunci dengan rapat. Ingat, jika aku menemukan satu barang saja yang lecet ataupun hilang, akan kulaporkan kau ke polisi" ujar yeoja itu mengingatkan.

Yunho mengangguk kaku. Ia tersenyum melihat Lee ahjumma mulai menaiki bis yang ia tunggu sedari tadi.

"Jangan lupa pesan-pesanku, Yunho!" jeritnya sebelum pintu bis itu tertutup.

Yunho melambai kemudian mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi. Begitu bis itu hilang dari pandangannya, ia buru-buru melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki museum sepi itu. Berjalan tergesa kearah jantung museum, tempat akuarium itu berada.

Pandangannya tidak lepas dari sosok menakjubkan yang ada di depan matanya. Ia melangkah lebih dekat dengan kaca tebal itu, menyentuh permukaan akuarium yang dingin itu dengan kedua tangannya.

Ia merasa hidup. Setelah sekian tahun ia lewati di dunia ini, baru kali ini ia benar-benar merasa menemukan sesuatu yang hilang darinya.

Ia menempelkan keningnya pada kaca dingin yang berisi air berwarna biru bening tadi. Memejamkan kedua matanya merasakan sesuatu yang ada di sekitarnya.

"Aku disini, Jaejoong" gumamnya seraya mengendus permukaan kaca itu perlahan.

Gosh! Ia menginginkannya! Bagaimana bisa ia menginginkan sesuatu yang tidak boleh ia pikirkan sekalipun.

Yunho mundur beberapa langkah, menciptakan jarak yang cukup, untuk ia bisa menatap makhluk indah didalam akuarium itu dengan leluasa.

Tubuhnya terlonjak tiba-tiba saat ia mendengar bunyi gaduh dari pintu depan. Yunho berlari untuk mengeceknya, dan menemukan beberapa namja berbadan besar, yang sepertinya adalah pekerja yang diceritakan Lee ahjumma kemarin, berdiri di depan pintu kaca museum itu dengan beberapa alat bangunan yang mereka bawa di tangan mereka.

"Annyeong" Pemuda tampan itu membungkuk kepada mereka setelah sebelumnya membukakan pintu museum itu lebar-lebar.

Hhaah... Ia tidak dapat leluasa siang ini. Padahal ia ingin sekali berada di dekat akuarium itu seharian ini, namun sepertinya angan-angannya itu harus ia kubur dalam-dalam.

***


Yunho memakan makan siangnya di depan akuarium tempat Jaejoong berada. Ia sungguh payah, mungkin ia tidak akan makan siang jika ummanya tidak mengingatkannya lewat telepon tadi. Ini sudah pukul 4 dan ia baru memakan bekal makan siangnya.

Pemuda itu menatap Jaejoong sembari berusaha untuk mengunyah nasi di mulutnya.

"Bagaimana caramu makan? Bangunlah, aku akan membelikanmu apapun makanan yang kau inginkan jika kau mau ikut denganku" ujarnya pada sosok itu.

Ia terdiam. Seakan menunggu makhluk itu untuk menjawabnya, meskipun ia tahu bahwa itu mustahil.

Sebuah helaan napas keluar dari mulut Yunho. Ia kembali melanjutkan makan siangnya dengan asal-asalan. Nafsunya hilang enha kemana, menyadari bahwa Jaejoong tidak akan menjawabnya.

Saat jarum jam menunjukan pukul 5 sore, Yunho benar-benar sendirian di dalam museum itu. Semua pekerja telah pulang, dan hari sudah semakin gelap.

Yunho sedang mengecek semua pintu dan jendela sore itu. Ia bahkan belum sempat mandi dan merapikan tas bawaannya. Yang ia lakukan seharian ini hanyalah, duduk di depan akuarium Jaejoong, dan menggambar ataupun mengambil foto makhluk itu.

***


Apakah kalian pernah mendengar ungakapan, yang berkata bahwa waktu akan terasa berputar begitu cepat, saat kau bersama dengan orang yang kau cintai.

Yunho tidak mengerti, sore ini adalah hari ke tiga ia berada di museum ini. Namun ia tidak merasakan perjalanan waktu itu, yang ia rasakan hanyalah ia dan Jaejoong.

Semua pekerja telah pulang beberapa jam yang lalu. Dan besok pagi, adalah saat terakhir ia bisa bangun di sebelah makhluk rupawan ini.

Yah, Yunho memang tidak menggunakan kamar yang kemarin ditunjukan oleh Lee ahjumma. Ia lebih memilih menggunakan kantung tidur yang hangat, dan berbaring di depan akuarium Jaejoong. Alasannya simple, ia ingin sosok itulah yang ia lihat pertama kali, saat ia menutup mata, ataupun membuka matanya.

Yunho duduk di depan akuarium Jaejoong, menatap sosok sempurna itu dalam diam. Entah karena alasan apa, tapi saat ini ia teringat cerita Pinokio juga Artificial Intelegent. Mungkin nasib mereka bertiga sama, Pinokio dengan harapannya untuk menjadi manusia, A.I dengan harapannya untuk mengembalikan hidup ibunya, dan ia dengan harapannya untuk menghidupkan Jaejoong kembali.

Namja itu berdiri dan menempelkan wajah juga kedua telapak tangannya di permukaan akuarium Jaejoong. Entah sejak kapan, tapi ini telah menjadi kegiatan yang digemarinya. Ia merasa lebih dekat dengan Jaejoong, dan itu terasa nyaman.

Yunho memejamkan kedua matanya, mendengar dan merasakan aliran air dari akuarium itu. Ia berharap, sungguh berharap. Baru kali ini ia menginginkan sesuatu sampai sebesar ini. Hanya satu yang ia inginkan.

"Aku mohon, hiduplah untukku" lirihnya masih menempelkan wajahnya pada kaca akuarium Jaejoong.

"Aku... Mencintaimu, Jaejoong"

Yunho mengerutkan keningnya bingung, saat mendengar bunyi retakkan, ia menajamkan telinganya, dan mendengar bunyi "Krak" yang lebih jelas lagi.

Ia merasakan sesuatu dari bunyi itu. Semakin lama, semakin ia mendengar bunyi retakan yang sekarang terdengar amat cepat dan beruntun. Bukan kaca akuarium itu, ia tidak merasakan getaran apapun dari akuarium ini. Bunyinya seperti, bunyi retakan es.

Deg... Deg... Deg...

Dengan amat hati-hati, Yunho membuka kedua matanya perlahan. Ia yakin telinganya tidak salah, Ia mendengar bunyi detakan jantung barusan.

Yunho menyusuri akuarium itu dengan kedua matanya dari bawah. Melihat kaki Jaejoong yang masih menggantung dengan sebuah tali tipis mengikatnya agar ia tetap ditempatnya. Namja itu merasa ragu untuk mendongakkan kepalanya lagi.

Blup!

Kedua mata musang itu melebar melihat sentakkan pada kaki Jaejoong. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, memastikan bahwa penglihatannya salah.

Yunho mundur beberapa langkah, mulutnya terbuka lebar dan kedua matanya melotot karena shock.

Dengan amat perlahan, ia mengangkat kepalanya. Memberanikan diri menatap wajah Jaejoong. Dan...

Deg!

Yang ia lihat, adalah sepasang mata bulat yang terbuka secara perlahan.

.
.

TBC
Hehehe ^_^)v

Sekedar info :
Zing itu berarti jodoh (nyontek dari film Hotel Transylvania iniiii)

review?