Disclaimer: All the cast belong to themselves.

Warning: AU, typo, BL, OOC, Don't Like, Don't Read! ;)

Summary: [Last Chap] [Yunjae] Aku cintanya sama kamu. Sayang juga sama kamu. Cuma kamu. Masa kamu gak bisa lihat semua itu?\Kamu suka yang hardcore, ya Joongie?\ aku bingung harus menerima siapa. Hyunbin memang sangat tampan, tapi Rain juga tampan dan sexy, atau Kim Soo Hyun yang popular. Coba yang nembak Jung Yunho, pasti langsung aku iyain.

Biggest Thanks buat A. N. Rahmah /nama disensor/ /penname kamu yang mana dek? :')/ yang udah ngingetin banget lewat fb kalo ff ini dah lumutan, nodong juga, temen fangirlingan, ngasih deadline juga /rotfl/. Tanpa kamu, ini ff bakal lebih ngaret tamatnya. /mungkin bakal gak tamat2/ semoga bisa dengan lapang dada menerima ending cerita ff ini :') /hug/

Buat yang nungguin juga /kalonya ada :')/ udah ending nih, maaf kalo rada jayus :')

met baca '-')/

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Lasting for far 'n far, long way of wind and sand.

Life is a journey, sometimes we are a bit lost.

Let's just hear the voices of our hearts.

Let's believe and walk the road, which we can only see by closing

Our eyes [Long Way –JYJ]

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Long Way © Kiriya Diciannove

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Beruang.

Beruang…

Boneka beruang…

Boneka beruang yang lucu.

Jaejoong melirik boneka beruang yang tergeletak disamping sofa tempatnya duduk. Namja itu tampak sedang duduk bersila dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya. Dihadapannya tampak televisi sedang menayangkan acara lelaki berlari—Running Man, tapi Jaejoong malah tidak memperhatikannya, dia malah curi-curi pandang pada boneka beruang cute, lucu, dan lembut pemberian dari teman sekelasnya.

Iya, dari Yunho. Itu lho, hadiah yang dikasih saat perayaan hari jadi sekolah yang kesekian—iya sekolah, bukan hari jadian mereka. Mereka masih mentok ditahap friendzone. Soalnya Jaejoong punya harga diri yang tinggi dan jual mahal. Kasihan Yunho.

Jung Yunho. Ha!

Jaejoong membanting boneka itu ke karpet. Mengacak-acak boneka itu bak pelaku pemerkosaan/? yang menjurus pelaku mutilasi. Atau bisa dibayangkan seperti perkelahian guling-guling ala cewek labil yang memperebutkan cowok.

Kembali teringat kalau kemarin dia melakukan hal begituan dengan Yunho.

… Jaejoong sedikit berlebihan, adegan kemarin itu masih rate T kok. Jaejoong yakin dia hanya terbawa situasi, makanya scene kisseu itu terjadi. Bukannya karena cinta. Otaknya pasti terlalu panas, makanya dia menyalah artikannya sebagai perasaan yang romantik.

"Kenapa hal seperti itu bisa terjadiiii!"

"Kenapa kemarin hal itu terjadi lagii?!"

"Akhh, Jung Yunho menyebalkan! Pergi dari pikiranku!"

Konyol, kenapa dia memandangi boneka beruang dengan cara seperti ini. Bodoh. Boneka ini tidak salah apa-apa!

Jaejoong meraih boneka itu kepangkuannya dan memeluknya. Dia meletakkan dagunya di atas kepala boneka beruang itu sambil menatap lurus ke depan. Bergumam pelan, "…mungkin ini memang cinta… kamu tidak akan merasa cemburu pada seseorang hanya karena dia bersama orang lain kalau kamu tidak memiliki perasaan lebih kepadanya, bukan?"

Lagi-lagi tayangan di televisi itu tidak dia perhatikan sama sekali. Pandangannya kosong ke depan. Dia kembali memikirkan beberapa kejadian yang terjadi semenjak insiden jaket merah Heroine.

Dia mengubur wajahnya pada boneka beruang itu. Kejadian yang memalukan, nista, bikin kesal, bikin merinding, bikin marah-marah, tapi juga bikin berdebar selama coret4chaptercoret beberapa waktu ini.

Ih, Jung Yunho itu ngeselin. Seenaknya nyium anak orang, pacar juga bukan.

Jaejoong meletakkan lagi boneka itu ke samping sofa dengan tatapan tajam. Jari telunjuknya mengarah pada boneka itu. "Jung Yunho! Kamu, menyebalkan!" tudingnya. "Diam dan jangan berkeliaran di dalam pikiranku."

Dan boneka itu hanya diam saja.

Sarap. Mungkin Jaejoong mulai depresi.

"Aku mulai gila, bagaimana bisa malah wajah Yunho yang terlihat di boneka itu," Jaejoong meletakkan telapak tangannya didahinya. Dia kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengambil setoples cookies handmade yang ada di meja. Dia mengunyah cookies itu sambil berusaha fokus menonton tivi. Tidak berapa lama kemudian Yoochun muncul dengan wajah ceria, habis pulang dari acara jalan-jalan sambil jajan bareng Junsu seraya gandengan tangan dan suapan kacang goreng dengan mesra. (Baca: kencan)

Entah bagaimana ceritanya mereka bisa jadian. Tanya aja sama mbak Hani. /salah oi/

"Hyung! Di hari yang indah kenapa cuma di rumah?"

Jaejoong tidak menyahut.

Namja bersuara husky itu melirik sofa yang dikuasai Jaejoong dan sebuah boneka.

"Hyung, geser, pengen duduk nih."

Jaejoong masih diam fokus ke depan layaknya robot Asimo yang masih belum memiliki perasaan. Hal itu membuat Yoochun cemberut. Memangnya apa gerangan yang dipikirkan oleh namja androgini itu hingga mengabaikan eksestensi makhluk setampan Park Yoochun ini?

Ah sudah, biarkanlah.

"Apaan nih? Boneka?" Yoochun mengerutkan alisnya. Dia mengangkat boneka itu dengan memegang satu telinganya dan berniat melemparnya ke sudut ruangan agar bisa duduk di sofa yang empuk dan nyaman.

Enak aja singgasananya dikuasai Jaejoong dan boneka. Ini kan tempat tinggal bayarnya sama-sama, jadi haknya juga sama.

Jaejoong menoleh dan menatap Yoochun dengan tatapan horror. Dia berhasil menangkap bonekanya yang melayang dan hampir mendarat di lantai keramik dengan tidak terhormat.

Jaejoong melotot pada Yoochun sambil memeluk erat bonekanya. "Main lempar punya orang sembarangan!"

"Heh? Bukannya genre hyung itu Hello Kitty? Kapan pindah jalur kepada boneka Teddy Bear?" Yoochun duduk dengan santai, mendominasi kekuasaan hak atas remote ke channel musik dan mengambil alih setoples cookies milik Jaejoong. Serakah.

"Err… yah, sejak image Hello Kitty dipandang sedikit negative oleh beberapa pihak…" Jaejoong menyahut sambil mengelus rambutnya. Mengenang tokoh jahat—orang ketiga— yang populer dengan sebutan Hello Kitty beberapa waktu lalu di sebuah sinetron tivi lokal.

Yoochun menaikkan sebelah alisnya tanpa mengalihkan dari Jaejoong, lalu tertawa, "Emang Hello Kitty salah apaan?"

"M—Memangnya masalah kalau aku suka Hello Kitty, Teddy Bear, Rias Gremory atau action figure cewek cantik berdada besar dengan bikini?" Jaejoong memasang ekspresi wajah galak.

"Hah?" Yoochun mengunyah cookiesnya dengan lambat dikarena ucapan random Jaejoong, dia perlu berpikir sejenak. "Masalahnya kamu tidak mungkin tiba-tiba beralih suka action figure tanpa sebab. Hello Kitty kan yang pertama di hati kamu biar seperti apapun. Tiba-tiba digantikan oleh Teddy Bear—" Yoochun diam sejenak. "Ngomong-ngomong boneka itu dapat dari mana?"

"Apaan sih, kamu tiba-tiba kepo." Jaejoong kembali duduk di sofa dengan boneka yang berada dipangkuannya. "Ketularan pembawa acara gosip stasiun televisi mana? Silet?"

Yoochun menghiraukan ucapan Jaejoong, "Hm… saat festival sepertinya kamu cuma sempat jalan sama Yunho-hyung terus saat kita pulang bareng kamu sudah bawa boneka itu," Ucap Yoochun dengan mantap, "Oh~ oh~ oke fix. Hadiah dari Yunho-hyung toh, pantas mampu menggeser Hello Kitty. Cie."

Jaejoong sangat ingin membantah perkataan Yoochun, tapi masalahnya perkataannya itu sesuai fakta. Kedua kakinya naik keatas sofa, mengeratkan pelukan akan benda yang berisi gumpalan busa putih itu. "Nggak gitu juga kok."

"Halah, hyung. Lagaknya malu-malu gitu. Semakin lama semakin kelihatan jelas tahu kalau kamu itu memang ada hati sama Yunho-hyung. Lagian ya, cinta sama benci itu beda tipis."

"Tahu apa kamu soal isi hati aku?" Tanya Jaejoong. Jaejoong sendiri sedang bingung dengan perasaannya.

"Asal kamu gak lupa aja kalau aku punya julukan sebagai soulmate kamu, hyung. Jadi sedikit banyaknya aku bisa menduga-duga… ya gitulah."

Kampret. Jaejoong lupa. Ini gara-gara mikirin Yunho terus sih!

"Jadi," jeda sejenak, Jaejoong tampak ragu untuk mengucapkan kalimat selanjutnya, "Menurutmu aku menyukai Jung Yunho yang itu?"

"Menurutku sih iya. Soalnya kamu rada sensi akhir-akhir ini. entah itu karena gosip Jung Yunho itu dengan Heroine atau apa. Walaupun aku masih bingung sih dengan perasaan Yunho-hyung. Dia itu sebenarnya suka sama kamu atau Heroine sih. Katanya suka sama Heroine, tapi masih pedekate sama kamu. Pedekate sama kamu, tapi malah nembak Heroine. Dulu kupikir dia sukanya sama kamu aja."

"Sebenarnya…"

Aku dan Heroine adalah orang yang sama, Chun…

Tsahhh… Mana mungkin Jaejoong bilang itu pada Yoochun!

"A—akhir-akhir ini dia juga dekat dengan Boa kan," Jaejoong melirik Yoochun dengan sudut matanya sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

"Kalau sama Boa, sudah jelas kan, dekat sebagai partner lomba dance. Kamu ini gimana sih hyung."

"M—menurutmu begitu?"

"Aku penasaran, segimana cantiknya sih si Heroine ini sampai-sampai Yunho-hyung terbagi hatinya sampai seperti itu. Yunho-hyung bahkan sampai menyatakan perasaan padanya dan ditolak. Oh… apakah alasanmu jadi sensi karena benar-benar hanya dijadikan pelarian Yunho seperti kata Tiff—"

"Nggak! Itu fitnahhh! Hoax! Rumor! Fiktif belakaaa! Dustaaa!"

"Hyung, biasa aja mukanya, gak usah masang muka ngajak berantem gitu…"

"Kebawa suasana. Itu fanfic karangan Tiffany udah kesebar sampai mana aja sih? Rusak sudah cerita hidupku ini." jaejoong mentup wajahnya dengan kedua tangan supaya terkesan dramatis.

"Hm… aku tidak mengerti…" Yoochun mengelus dagu mulusnya. Mengabaikan Jaejoong yang tiba-tiba berubah jadi drama queen.

"Apa?" jaejoong menoleh pada Yoochun.

"Kenapa Heroine tidak menerima namja sekece Yunho-hyung."

"M—mana aku tahu…"

"Kenapa kamu tidak jadian dengan Yunho-hyung padahal kalian udah deket banget."

"Haaahh? Kami g—gak dekat-dekat amat kok!"

"Begini…." Yoochun memasang ekspresi wajah dengan serius, "Yunho pedekate dengan Jaejoong tapi Yunho malah nembak Heroine. Tapi Heroine menolak Yunho… aneh. Ini aneh." Yoochun membelalakkan matanya setelah beberapa saat tenggelam dalam pemikirannya. Dia menatap Jaejoong dengan kedua tangannya bertengger dibahu Jaejoong. "Astaga… aku tidak pernah memikirkannya! Mungkinkah kamu dan Heroine…"

Deg!

Bahaya.

Yoochun tampak benar-benar serius, "…adalah teman dekat?"

Aaahhh! Tidaakk. Aku ketahu—

"Hah? Teman?"

—maksudnya hanya teman? Maksudnya kau tidak menduga kalau aku adalah Heroine?

"Ngaku deh! Katakan siapa perempuan cantik itu?! Siapa nama gadis ketiga ini!"

Heroine itu cowok Chun… dia cowok GANTENG yang ada di hadapanmu ini sekarang. Jaejoong menghela napas sambil melirikkan mata ke arah lain.

Mana mungkin Yoochun tahu kalau tidak diberitahu.

Berharap orang tahu dan mengerti apa yang kita inginkan tanpa kita harus mengatakan apapun. Kan egois banget. :(

"Masuk akal kan, kalau Jae-hyung berteman Heroine dan Yunho –hyung minta bantuan kamu untuk membantunya jadian dengan Heroine. Tapi karena si Heroine tahu kamu ada hati dengan Yunho-hyung, dia dengan rela menolak Yunho-hyung, agar kalian bisa jadian. Ahh, Heroine orang baik… dia mungkin fujoshi…"

Jaejoong baru sadar satu hal. Pemikiran Yoochun sama gilanya dengan pemikiran Tiffany.

"…Chun, kayaknya kamu bisa kolaborasi bikin fanfic genre drama bareng Tiffany…" Jaejoong berucap dengan pandangan menerawang. "Ceritanya pasti wow banget. Ngedrama. Penuh plot twist dan intrik."

Gimana bisa orang ini punya julukan sebagai soulmate-nya hah?!

[Semakin lama semakin kelihatan jelas tahu kalau kamu itu memang ada hati sama Yunho-hyung. Lagian ya, cinta sama benci itu beda tipis.

"Menurutmu aku menyukai Jung Yunho yang itu?"

"Menurutku sih iya. Soalnya kamu rada sensi akhir-akhir ini. entah itu karena gossip Jung Yunho itu dengan Heroine atau apa.]

Jaejoong bersandar di sofa, "Aku capek Chun."

"Capek? Capek gimana? Kamu gak ngapa-ngapain dari tadi kok."

"Capek berpikir soal perasaan ini." Dia memejamkan matanya, "Mungkin kamu benar… aku mungkin menyukai Jung Yunho itu."

Jaejoong menyerah. Yoochun soulmate-nya. Setidaknya Yoochun mungkin bisa membantunya mencerahkan pemikiran dan perasaannya yang kacau ini. Abaikan saja fakta kalau dia adalah Heroine.

Yoochun tersenyum kecil, menghelakan napas dari indera penciumannya, "Jantungmu berdebar kencang saat bersamanya. Kamu cemburu saat dia bersama orang lain, kamu ingin selalu bersamanya. Kamu nyaman dengannya. Apa kamu merasakan itu padanya?"

Berdebar? Cek.

Cemburu? Cek.

Nyaman? Bu—bukannya gak nyaman sih. Lumayan… tapi nyebelin juga!

Gak bisa memungkiri kalau memang ada rasa nyaman.

Saat Yunho membantunya, menggendongnya, tersenyum padanya, memeluknya, menciumnya…

Ciuman.

"AAAaaahhh!"

Yoochun terperanjat kaget saat Jaejoong tiba-tiba berteriak keras. Cookies-nya langsung tertelan sebagian. Hampir membuatnya tepar entah karena serangan jantung atau karena hampir keselek. Syukurnya ada air minum tersaji di meja itu.

"Jae-hyung!" Yoochun berseru. "Apaan sih, tiba-tiba… ada kecoak ya? Mana? Dimana kecoaknya?"

Sial. Ini cinta.

[Long Way]

Tahu nggak sih rasanya dijodoh-jodohin sama teman sekelas sendiri oleh teman-teman di sekolah?

Jaejoong tahu sekali rasanya.

Itu nyebelin banget tau nggak!

Berkebalikan untuk Yunho sih. Dia menanggapinya dengan santai.

"Ciyeee, sebangkuu~"

"Kapan jadiannya nih? Kok gak ada kabarnya?"

"Peje, peje!"

Namja androgini itu hanya menghela napas sambil menumpu dagunya. Mengabaikan seruan teman-teman yang satu mobil dengannya. Mengalihkan pandangan keluar mobil, dimana salju berjatuhan disetiap jalan yang dilalui.

Liburan musim dingin sudah tiba.

Mungkin seharusnya dia tidak mengiyakan ajakan Jessica untuk ikut liburan ke villa pribadi milik yeoja teman sekelasnya itu, meskipun teman-temannya yang lain ikut. Harusnya dia tidak lemah dengan rayuan Junsu yang memohon padanya. Tidak tertarik dengan perkataan Changmin tentang betapa lezatnya makanan di daerah ini (tidak kalah enak dengan masakan buatanmu, hyung! Ayo kita dapatkan resep masakan khas kota ini!). Tidak tergoda dengan ucapan Heechul yang bilang kalau disana ada pemandian air panas yang bagus untuk perawatan kulit. Musim dingin berendam di pemandian air panas memang terdengar begitu sempurna…

Mau gimana lagi, penyesalan datangnya selalu terlambat.

Jduk.

Kepala Yunho mendarat di bahunya. Entah bagaimana bisa, mereka ditakdirkan untuk duduk bersebelahan. Err… tidak, faktanya hal itu terjadi karena ulah dari gadis cantik bernama Tiffany.

Namja itu tampak ketiduran dengan headset terpasang ditelinganya. Samar-samar terdengar lagu Forever Love – DBSK melantun pelan. Jaejoong terdiam beberapa saat sebelum menutupi tubuh namja bersweater motif rusa itu dengan jaket keramat—jaket Heroine yang tersampir di kursi mobil mewah milik Jessica.

Mata doe-nya tidak sengaja bertemu pandang dengan mata Tiffany yang memasang senyuman lebar—yang mulai menyaingi senyuman Cheshire cat di film Alice in the Wonderland— karena mendapati apa yang dilakukan Jaejoong. Yeoja itu meletakkan tangan kanannya dipipi seakan-akan berkata, 'So sweet~'

Entah kenapa sekarang rasanya Jaejoong ingin menendang Yunho hingga jatuh sekalian menabok wajah tenang itu.

Ini musim dingin, tapi dia merasa pipinya begitu hangat.

[Long Way]

Tepat begitu mendaratkan sepatunya di tumpukkan salju, udara dingin menerpa wajahnya. Jaejoong menghembuskan napasnya, uapnya terlihat di cuaca dingin itu. Bergidik pelan ketika beberapa salju jatuh mengenai wajahnya. Dia mengusap kedua tangannya pelan.

"Dinginnya…"

"Pegang tanganku," Suara itu terdengar begitu gentleman di indera pendengaran. Dan ketika yang disapa menoleh, sebuah senyuman tampak mengembang, manis dan hangat.

Dengan sungkan, yang ditawari mengangguk pelan. Menerima uluran tangan itu dengan senyuman. Menautkan tangan mereka. Berjalan bersama dibawah dinginnya musim dingin yang dijatuhi oleh ribuan keping salju.

"Tanganku menjadi lebih hangat, terima kasih sudah menggandeng tanganku, oppa," ucap Tiffany kepada Nickhun yang berjalan bersamanya.

Nickhun masih menampakkan senyum termanisnya pada Tiffany, "Tanganku juga menjadi lebih hangat karenamu." Sahutnya. Pasangan itu melewati Jaejoong yang masih berdiri tidak jauh dari mobil.

Jaejoong menatap kedua sejoli yang melewatinya itu dengan tatapan… iyuhh…

"Uwoohh, ada yang membuat manusia salju! Ayo kesana Chun!" lengkingan yang familiar menyapa pendengaran Jaejoong.

Jelas terlihat Junsu berlari dengan lambat karena sepatunya tenggelam di tumpukan salju.

"Suie! Hati-hati!" Terdengar pula suara Yoochun yang memberikan peringatan pada Junsu agar berhati-hati.

Dan semuanya terlambat ketika pemilik suara khas lumba-lumba itu mencium permukaan es salju yang menutupi permukaan tanah. Gelak tawa Yoochun membahana, namja bersuara husky itu menghampiri Junsu yang terjerembab dengan topi rajut merah yang lepas dari kepalanya. Yoochun masih tertawa pelan, namun dengan segera membantu Junsu bangun, namja pencinta bola itu memasang wajah cemberut.

Yoochun berhenti tertawa, dia tersenyum kecil sambil mengucapkan kata maaf. Membersihkan rambut Junsu dan memasangkan topi rajut itu ke kepala Junsu. Dia menarik tangan Junsu sambil berucap, "Do you want to built a snowman?"

Sebenarnya Junsu tidak mengerti Yoochun bicara apaan. Tapi dia hanya mengangguk begitu saja sambil menatap wajah tampan yang telah berbicara dalam bahasa Inggris itu.

Suara husky dan senyuman ganteng itu… siapa sih yang tidak terkesima begitu melihatnya? Siapaaa?

Oh, ada. Jaejoong.

Halah. Yoochun sok keren banget.

Masih lebih keren Yunho juga tuh.

Detik itu juga Jaejoong headbang ke mobil di sampingnya. Ngapain dia bilang Yunho keren? Biasanya juga memuji diri sendiri.

"Huahhmm…" Yunho melangkah keluar dari dalam mobil. Ketika terbangun, dia baru sadar hanya dia yang masih berada di dalam berselimutkan jaket Heroine yang sekarang dipakainya, sementara temannya yang lain sudah keluar. "Jaejoongie, kenapa kamu?"

Namja itu heran mendapati Jaejoong menghantamkan kepalanya ke mobil. Jaejoong melirikkan matanya kearah wajah konyol Yunho yang baru saja bangun dengan rambut berantakan. Kenapa…

Kenapa aku harus menyukai orang ini?

Bagaimana caranya untuk berhenti mencintai orang ini?

"Tadi sepertinya ada nyamuk di dahiku."

Yunho mengernyitkan alis, "Kok malah headbang? Gak ditepuk pakai tangan aja?"

"I—iya. Biar nyamuknya cepet mati."

Weh, antimainstream. Itu gak cuman nyamuknya yang gepeng, mobil bisa ikutan penyok, dan kepala bocor. Yunho mengendikkan bahunya pelan karena tidak mengerti dengan tingkah Jaejoong. Dia menatap kearah hamparan salju yang memenuhi jalan menuju villa milik Jessica. "Uwoohhh, saljuuu!" Dia melompat turun dengan semangat. "Ayo Jaejoongie!" ucapnya sebelum berjalan lebih dahulu sambil menginjak-injak dan menendang salju yang berada dibawah sepatu bootnya disetiap langkah kakinya.

Jaejoong hanya melongo ketika sudah ditinggalkan oleh Yunho begitu saja. Lihat! Disaat yang lain saling menawarkan gandengan tangan satu sama lain, namja itu malah sudah jauh di depannya. Meninggalkannya!

B-bukan berarti Jaejoong peduli. Hanya saja kalau suka, tidak mungkin akan mengabaikan, iya kan?

"Heiii, Joongie!" Yunho melambaikan tangannya, "Kenapa masih diam saja? Ayo kemari! Aku sudah membuatkan jalan untukmu!"

Jaejoong menatap ke arah jalan yang telah dilalui oleh Yunho. Penuh dengan injakan jejak sepatu. Tidak akan ada tumpukan salju yang akan menenggelamkan sepatunya maupun membuatnya terjatuh seperti Junsu, dan itu karena Yunho.

[Long Way]

Hyun Joong yang datang dengan mobil urutan ketiga tampak menghela napas hopeless melihat teman-temannya mulai bersenang-senang.

"Woii, koper dan tas kalian jangan ditinggal begitu saja di mobil ini!"

"Pak ketua, jangan terlalu serius pak, kita sedang liburan sekarang, rileks pak," Jin Hee mengingatkan sambil menepuk-nepuk bahu sang ketua kelas.

Dan beberapa menit kemudian, Jaejoong melipat kedua tangannya, wajah tampak kesal. Yunho membantu Boa mengangkat koper, mereka mengobrol dengan tawa yang sesekali menghiasi pembicaraan mereka. Bukan berarti Jaejoong juga ingin kopernya dibawakan sih, hanya koper saja kan gampang aja dibawa.

Yeah, Boa memang tidak satu kelas dengan mereka, tapi yeoja yang berbakat dalam dance itu sepupu dari Yuri, jadi wajar saja kalau dia ikut berlibur. Setiap orang membutuhkan waktu untuk berlibur ma broohh! Liburan tanpa memikirkan tugas ataupun deadline

"Yuhuuu, selamat datang di villa pribadi milik keluargaku teman-teman sekalian! Anggap rumah sendiri yaa~" Jessica merentangkan tangannya sambil berdiri di depan pintu masuk.

"Okeee!" terdengar sahutan ramai.

"Mari bersenang-senang~" ujar yeoja yang memakai sweater berwarna coklat itu lagi.

"Yeah!" lagi sahutan tanda setuju terdengar, seakan-akan mereka adalah tim olimpiade tingkat nasional yang akan bertanding.

"Kamu tidak senang, hyung?" Junsu menyikut bahu Jaejoong, matanya ikut melirik kearah pandangan Jaejoong menuju. Mendapati Yunho sedang membahas sesuatu dengan Ara.

Padahal beberapa saat yang lalu ngobrolnya sama Boa. Beberapa waktu sebelumnya lagi ngobrol sama Siwon sambil rangkul-rangkulan bahu. Dengan Taemin juga, bicara sambil menepuk-nepuk rambut namja berstatus hoobae itu.

"Duh, panas ya, padahal musim dingin," Yoochun berlalu, yang dihadiahi dengan geplakan di dahi mulusnya oleh Tiffany yang berkata, "Psssttt!"

"Yunho! Jangan membuat Global warming semakin meningkat!" seru Heechul.

"Hah?" Yunho yang sedang membahas naskah drama untuk klub drama Ara tampak bingung.

Jaejoong memberikan deathglare padanya teman-temannya, sebelum masuk ke dalam villa, menyusul teman yang lainnya seraya berseru, "Changmin! Temani hyung bikin tteokbokki pakai cabe jolokia!"

Seketika Changmin berpikir dua kali untuk menjadi tester makanan kali ini. Tidak menduga akan jadi korban dalam liburan musim dingin karena kakaknya sendiri. Changmin masih berharap bisa bertemu dengan musim dingin tahun depan.

Syukurnya, tidak ada persediaan cabe jolokia di villa Jessica. Dengan gembira, Changmin langsung dance Mirotic remix Mr. Simple dan Gee.

[Long Way]

"Minggir! Woii! Minggir!" Hyun Joong berseru dengan cepat dengan papan ski-nya, melewati Tiffany yang sedang belajar ski dengan Seohyun.

"Wah, pak ketua akhirnya bersenang-senang…." Ujar Jin Hee sambil mengarahkan pandangannya pada Hyun Joong yang melaju di padang es itu. Tatapan haru dan lega.

"Awas lewaaatt!" Tidak lama setelah Hyun Joong, Changmin juga ikut melaju menyusuri salju dengan cepat. Meminta para yeoja yang sedang bermain salju untuk menyingkir.

"Enaknya menjadi anak-anak, memiliki semangat setinggi itu," ujar Yoona sambil merapikan topi rajutnya, melihat kearah Changmin.

"Iya, bersenang-senang tanpa memikirkan banyak masalah, tugas rumah ataupun cinta," komentar Yuri yang lagi galau karena ada 5 namja tampan yang nembak dia sebelum liburan.

"Aaaahhh! Aku tidak bisa berhenti! Kalian semua minggir! Minggir woii!" Jang Geun Seuk melaju dengan kecepatan super dengan papan ski-nya, menyusul Changmin dan Hyun Joong yang berada di di depannya. Terjadi balapan semacam moto gp.

"Hyuuung! Jangan melaju kearahkuuu!" terdengar suara Changmin yang bercampur dengan nada panik.

Hyun Joong berteriak dengan tidak kalah nyaring, "Kalian berdua jangan menuju kearahk—uwaaahhh!"

Sebuah tabrakkan tidak terelakkan, korban berjatuhan, sebuah pohon pinus menjatuhkan tumpukan salju dari dahannya, mengubur tiga sosok yang saling terguling jatuh tepat dibawahnya setelah membentur batang pohon besar itu.

Rest in peace.

"Pak ketua kelaaas!" Jin Hee berseru. Yoona dan Yuri terkesima.

Ketiga namja itu tidak sedang bersenang-senang.

"Parah," komentar Jaejoong yang melaju dengan elegan dengan papan ski miliknya.

"Aku berharap kamu tidak pandai bermain ski, biar aku bisa mengajarimu," Yunho melaju disamping Jaejoong dengan seimbang.

"Sayang sekali, aku cukup pandai bermain ski, tuan Jung." Jaejoong menyahut.

"Aku bisa melihatnya dengan jelas," Yunho mengangguk-angguk, "Meskipun sudah jelas sih, aku jauh lebih hebat darimu."

"Kau percaya diri sekali, aku sudah pandai bermain ski bahkan sejak aku kecil!" Jaejoong tampak tidak mau kalah.

"Baiklah, bagaimana kalau kita buktikan saja, siapa yang lebih hebat." Yunho menampilkan senyuman lebar yang berkesan minta ditabok oleh Jaejoong.

"Aku tidak takut."

"Dan yang kalah harus melakukan satu hal yang diminta oleh yang menang."

Jaejoong menyipitkan matanya, "Kamu pasti nanti minta yang aneh-aneh!"

"Loh~ jadi Jaejoongie mengaku akan kalah, hm?" Smirk menghiasi wajah Yunho.

"Aku tidak akan kalah! Kalau aku menang, kamu harus membelikan aku cincin cartier keluaran terbaru (yang sangat mahal)!

"Ya ampun Jaejoongie, bilang aja langsung kalau kamu mau minta lamar! Tidak usah pakai kode-kodean."

Jangankan cincin, pulau Jeju pun oke buat di reservasi buat pesta pernikahan.

"A—aku tidak minta lamar!"

"Sepertinya aku yang bakal menang lho~" tampak Yunho sudah melaju dengan papan ski-nya. Mencuri start duluan.

"Ya! Ya! Kau curang!" Jaejoong segera menyusul dengan cepat. Mana mungkin dia akan membiarkan dirinya kalah!

[Long Way]

Hutan pinus yang biasanya dikuasai oleh warna yang menghijau sejauh mata memandang, sekarang tertutupi oleh salju. Tidak hanya pepohonan, tanah pun demikian. Didominasi oleh warna putih.

Butiran salju yang berjatuhan dari langit terlihat begitu lembut…

Setidaknya itulah yang ada dipikiran Yunho ketika mengarahkan pandangannya ke langit berawan mendung yang begitu luas dan jauh tak tergapai. Sama kayak nasib percintaannya masih jauh untuk digapai.

"Ha! Kau lihat kehebatanku, bukan?" Jaejoong berujar bangga. Dia memenangkan pertandingan melawan Yunho.

"Err- yeah, aku mengakuinya, tapi ngomong-ngomong. Kita sekarang dimana? Ingat jalan pulang tidak, Joongie?"

Balapan ski dengan tingkat kecepatan tinggi, meliuk-liuk melewati batang pepohonan, berbelok untuk menghindari semak-semak. Meluncur diatas salju dengan pandangan fokus ke depan. Konsentrasi tingkat tinggi demi meraih kemenangan…

Mana mungkin Jaejoong tahu jalan kembali!

"Apaaah? Kau tidak ingat jalan kembali?!" Jaejoong balik bertanya.

"Yeah, aku fokus memikirkan akan meminta apa kalau aku menang melawanmu." Dengan melihat ekspresi dari Jaejoong, Yunho menyadari kalau Jaejoong juga tidak tahu jalan pulang.

"Oh ya, kita bisa mengikuti bekas papan ski kita!" Jaejoong mengedarkan pandangannya.

Yunho menunjuk ke atas langit, "Apa kamu menyadari kalau hujan salju terlihat lebih lebat? Jejak kita pasti sudah hilang."

"P—Ponsel! Kau bawa ponsel kan? Coba hubungi teman kita untuk minta pertolongan," Jaejoong tidak kehabisan akal, dia segera meraih ponsel disakunya.

No signal.

Yunho menunjukkan layar ponselnya pada Jaejoong, "Di pegunungan, udah gitu di tengah hutan lagi, mana ada sinyal."

Terjebak di tengah hutan bersama Yunho.

Horror.

Wajah Jaejoong tampak pucat. Teringat drama berjudul Boys Before Flowers, adegan saat Geum Jan Di dan Goo Jun Pyo terjebak di—

Tuk!

Yunho menusuk pipi Jaejoong dengan telunjuknya, "Duh, kita akan baik-baik saja. Teman-teman pasti sadar kok kalau kita tidak kembali dalam waktu yang lama. Mereka akan mencari kita." Namja itu mengalihkan padangan. "Setidaknya kita harus mencari tempat berteduh dari salju yang makin lebat."

Jaejoong mengelus pipinya. Mengikuti langkah Yunho. Semoga… semoga tidak ada hal buruk yang akan terjadiii!

[Long Way]

Apa yang mungkin terjadi ketika dua orang sedang terjebak di dalam rumah tua tak berpenghuni, sedangkan diluar sedang hujan salju yang lebat tanpa tahu arah jalan pulang?

Tentu saja menunggu hujan reda.

Dan berharap teman mereka datang menolong. Hahaha.

Waktu terus berlalu. Diluar hanya terdengar deru angin bercampur hujan dan rasa dingin yang menyapa sekujur tubuh.

"Jadi kita nggak ngapa-ngapain nih?" Tanya Yunho yang duduk bersebelahan dengan Jaejoong. Ada sedikit jarak diantara mereka.

Jaejoong yang memeluk kedua lututnya menoleh, "Bisa apaan selain nungguin ada yang sadar kalau kita hilang."

"NC-an."

Sebuah balok kayu nyaris menghantam kepala Yunho. Untungnya refleks Yunho sangat baik hingga berhasil menghindar ala film matriks.

"Si—siapa juga yang mau begituan sama kamu!"

"Becanda kok, becanda!" mata Yunho menatap horror kearah Jaejoong dengan gestur kedua tangan terangkat layaknya tersangka yang telah tertangkap basah. "Tapi serius deh, kalau kamu merasa kedinginan, aku siap menghangatkanmu."

"Halah, kamu bilang gitu sama semuanya kan? Gak cuma aku. Huh." Jaejoong mengalihkan pandangannya.

Susah ya meyakinkan seseorang kalau kita itu serius. Meraih tangan kanan sosok disebelahnya, kemudian menggenggamnya. Yunho berucap, "Pernah kamu mendengar aku mengatakan hal seperti itu pada orang lain?"

Jaejoong sedikit terkejut dengan hal yang dilakukan Yunho. Dia gelagapan karenanya.

"Pernah lihat aku mencium orang lain?"

Gelengan terlihat dari Jaejoong.

"Aku cintanya sama kamu. Sayang juga sama kamu. Cuma kamu. Masa kamu gak bisa lihat semua itu?"

Wajah serius Yunho itu bikin jantung berpacu lebih cepat dari pada efek lari habis dikejar anjing di chapter satu. Jaejoong jadi salah tingkah kaaaann! Ingin menarik tangannya, tapi Yunho masih menggenggamnya erat.

"T—Tapi kamu dekat dengan Boa! Sampai lomba ngedance mesra bareng! Terus dekat dengan Ara sambil cengar cengir gitu! Belum lagi juga sama Siwon, Taemin juga. Embat aja semua! Meskipun cinta sama kamu, mana aku tahu kamu serius mencintaiku atau tidak kalau kamu baik dan dekat dengan semua orang!"

Shit.

Yunho mangap. Perkataan Jaejoong memang secepat lajunya kereta api. Tapi sepertinya dia tidak salah dengar. Lebih tepatnya dia mendengar dengan sangat jelas. Dan bagian itu terngiang-ngiang di kepalanya detik itu juga.

'…cinta sama kamu.'

'….sama kamu.'

Jaejoong bilang begitu lho. Bilang suka sama Yunho. Ciee.

"Jae—"

"Nggak. Nggak! Kamu salah dengar!" potong Jaejoong.

"Aku ga—"

"Tadi aku kegigit lidah, makanya salah ngomong." Ujar Jaejoong lagi.

"Coba dengarka—"

"Nggak." Jaejoong menggigit bibirnya sendiri. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata-kata itu. Bukankah itu artinya pernyataan cinta. Dafuqqqqq.

"Kim Jaejoong!"

Hening.

Dan apa yang akan terjadi pada dua orang yang saling cinta dalam situasi seperti ini?

Dua orang yang saling cinta, terjebak berdua di hutan, tidak tahu kapan akan diselamatkan. Jaejoong belum siap untuk adegan ini itu meskipun suasana, waktu dan keadaan mendukung! Dia belum lulus sekolah. Belum pengen punya anakkk.

Tapi kalau mereka tidak juga ditolong oleh teman-teman mereka dan terus terjebak dalam situasi begini. Mereka bisa mati karena hipotermia. Jaejoong belum pernah ngerasain ini itu, masa harus mati muda. Andwaeeee…!

Kamu mikir apaan coba, dalam sepersekian detik berlalu, Jaejoong sudah mikir kemana aja. Jauh membayangkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Kalau dia punya anak sama Yunho, pasti anaknya mirip Yunho, iya kan? Kalau cowok, pasti ganteng bermata tajam gitu.

Yunho mengangkat tangan kanan Jaejoong yang digenggamnya sedari tadi. Membuat Jaejoong menatap kearahnya dengan detak jantung yang sudah tidak karuan. Tidak sanggup memikirkan apa yang akan terjadi karena ucapannya. Pikirannya sudah mulai kacau balau.

Namja tampan berwajah kecil dihadapannya menampakkan raut serius. Wajahnya mulai mengeleminasi jarak mereka berdua sementara Jaejoong tampak panik.

Buk!

Jaejoong mendorong Yunho dengan cukup kuat. Membuat kaki kirinya tergelincir, hingga mereka jatuh menimpa lantai. Iya, bibirnya selamat, tapi kepalanya sakit karena berhantaman dengan dagu Yunho.

"Kamu suka yang hardcore, ya Joongie…?" Yunho mengaduh pelan sambil mengelus dagunya. Dagunya dihantam kepala Jaejoong, dan kepalanya menghantam lantai dingin. Mengharap hal romantis dengan Jaejoong itu susah. Padahal suasana ini sudah pas timingnya.

Jaejoong mencoba menjauhkan diri dari posisinya yang berada diatas Yunho. Posisi yang yang 'wah' dan dejavu seperti di chapter-chapter sebelumnya. Namja pencinta gajah itu bisa melihat dengan jelas, yunho yang tampak mengerang sakit. Mata setajam musang itu, bibir hati itu. Orang ini. dia memang menyukainya…

Lagi, Yunho hanya terkesiap ketika ternyata malah Jaejoong yang menghilangkan jarak diantara wajah mereka. Ini mimpi kali ya. Mungkin dia tadi pingsan setelah menghantam lantai, lalu memimpikan hal yang dia harapkan ini.

Jaejoong menjauhkan wajah mereka, wajahnya memerah, matanya melirik kearah lain setelah beberapa saat bertukar pandang dengan Yunho. Menggigit bibir bawahnya. Sudah terlanjur mengatakan perasaan, mencium duluan pula. Ini sudah jelas, ibaratnya seperti tertangkap basah. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin dia pukul aja kali kepalanya Yunho pakai balok, siapa tahu Yunho bisa amnesia dan melupakan kejadian ini.

Iya kalau gitu. Kalau anak orang mati gimana.

Selagi sibuk dengan pemikirannya, Yunho meraih tengkuk namja androgini itu, membuat iris mata mereka bertemu kembali. Saling menutup mata dengan perlahan ketika bibir mereka bersentuhan kembali. Berciuman dengan namja ini membuatnya merasa ingin lebih. Lebih lama. Lebih dalam. Lebih jauh. Agar dia tahu, perasaan ini bukan main-main.

Jaejoong tidak tahu kalau Yunho benar-benar sudah jatuh hati padanya. Sudah sejak lama, di hati Yunho hanya ada dia. Tidak ada sosok lain disana.

"Jae-hyung apa kalian disini—uwaahh…" –Yoochun

Pintu rumah tua tak berpenghuni itu dibuka oleh Yoochun. Akhirnya mereka berhasil menemukan sosok dua teman mereka yang hilang saat bermain ski saat hujan salju.

Siapa yang tidak akan salah paham ketika melihat dua orang dalam posisi yang iya-iya begitu. Jaejoong berada di atas Yunho.

Sedang ciuman pula.

Yang sempat lihat adegan full cuma Yoochun sih.

"Apa? Ada apa?" –Minho

"Apa mereka ada disini?" –Heechul

"Ternyata kalian disini—um kalian ngapain?" –Siwon

Secepat kilat Jaejoong bangkit dari posisi anu-anu, disusul oleh Yunho. Pemilik mata doe itu merapikan rambutnya yang—sepertinya—berantakan.

"Err—jangan salah paham! Kami gak ngapa-ngapain kok!" seru Jaejoong kemudian.

"Bakal ngapa-ngapain sih kalau kalian datangnya rada lamaan dikit," gumam Yunho pelan pada dirinya sendiri.

Yoochun tersenyum lebar melihat ekspresi panik Jaejoong, "Ya ya ya, aku mengerti kok." dia mengedipkan matanya pada Jaejoong dan Yunho.

Jaejoong hanya bisa menepuk dahinya. Jelas saja Yoochun tidak akan percaya ucapannya.

"Kalian terlalu menikmati suasana sih. Tidak lihat apa, hujan salju sudah berhenti dari tadi?" Yoochun menunjuk kearah luar, "Karena kalian tidak kembali, kami pikir kalian tersesat."

"Iya, kami tersesat. Terima kasih sudah datang menolong," Mata Jaejoong berkaca-kaca.

Heechul menyerahkan jaket sweater pada Jaejoong dan Yunho setelah mengeluarkannya dari ransel yang dibawa Siwon.

"Jadi tidak ada yang terluka kan? Bisa kembali sekarang?" Tanya Siwon.

Dua korban tersesat itu mengangguk.

"Syukurlah," Jaejoong mengikuti langkah Yoochun diikuti oleh Yunho dan Siwon.

"Jadi tidak menyangka kalau Jaejoong-hyung itu seme. Dia tadi diatas Yunho-hyung kan?" bisik Minho pada Heechul.

Heechul mengibaskan tangan kanannya, "Bukan, bukan, itu namanya uke agresif."

Kalau Jaejoong dengar, dia pasti bilang, 'Kalian salah paham!'

[Long Way]

Di Villa milik Jessica. Ruang tamu.

Setelah adegan pelukan dan berurai air mata dari Junsu, Tiffany, Jin Hee dan Changmin pada Jaejoong. (iya, sepertinya Changmin lebih sayang sama Jaejoong dibanding dengan Yunho, soalnya Changmin lebih milih nyamperin Jaejoong) Sesi tanya jawab tentang apa, bagaimana bisa mereka hilang dan tersesat— 5 W ditambah 1 H berlangsung selama beberapa waktu, dari semua teman-teman bergerombol hingga hanya tersisa beberapa, hingga tidak ada satupun orang yang tersisa karena setiap orang memiliki kesibukan sendiri, akhirnya dua namja itu duduk dengan tenang bersebelahan di kursi ruang tamu dengan segelas cokelat hangat di tangan mereka masing-masing. Tidak ada percakapan terjadi diantara keduanya semenjak mereka sampai di villa.

Sambil memeluk kedua lututnya sendiri, Jaejoong menikmati minumannya. Sementara itu Yunho duduk bersandar di kursi, meletakkan gelasnya, kemudian memainkan ponselnya. Sesekali matanya melirik kearah Jaejoong.

"Kita selamat lho," ucap Yunho menghilangkan keheningan.

"Hm," Jaejoong mengiyakan, wajahnya tampak memerah.

"Jadi, kita pacaran kan?" Tanya Yunho dengan tangan masih memainkan ponselnya.

"Hah?" Jaejoong langsung mengarahkan pandangannya pada Yunho, meletakkan gelasnya di meja. Mata doe-nya tampak lebih lebar.

"Iya dong, soalnya aku suka kamu, dan kamu juga bilang kalau kamu suka aku kan?" ujar Yunho. "Kamu tidak lupa kalau sudah berkata suka padaku dan menci—"

"Iya! Aku memang suka padamu, tapi—"

"Sssttt!" Yunho meletakkan telunjuknya di depan wajah Jaejoong, membuat namja itu diam karena bingung.

Yunho mengangkat ponselnya dan meletakkannya di telinga kanannya. Terdengar suara dari ponselnya.

"Jadi, kita pacaran kan?"

"Hah?"

"Iya dong, soalnya aku suka kamu, dan kamu juga bilang kalau kamu suka aku kan? Kamu tidak lupa kalau sudah berkata suka padaku dan menci—"

"Iya! Aku memang suka padamu, tapi—"

"Ngapain kamu merekam suaraku?!" seru Jaejoong, "Cepat hapus!" Protesnya.

"Aku hanya memastikan kalau tadi itu bukan mimpi dan kamu memang benar-benar mengatakan perasaanmu yang sebenarnya padaku," Yunho tersenyum lebar. Mengulang rekaman suara pada bagian yang dia inginkan.

"Iya! Aku memang suka padamu-"

"Iya! Aku memang suka padamu-"

"Iya! Aku memang suka padamu-"

"Kampret Yunhooo! Hapus gak!" Jaejoong berusaha mengambil ponsel milik Yunho. Namun namja itu mengangkat tangannya setinggi mungkin.

Yunho, lelaki ini memang sangat menyebalkan! Benar-benar menyebalkan!

"Cepat serahkan padaku!" Jaejoong berusaha menggapai ponsel Yunho.

"Tidak akan, ini berharga untukku." Yunho masih berusaha menjauhkan ponselnya.

"Aku tidak akan jadi pacar kamu kalau kamu tidak menghapusnya!" ujar Jaejoong kemudian.

"Jadi kamu akan jadi pacarku kalau aku menghapus rekaman ini?" Yunho mengerutkan alisnya.

Namja bermata tajam itu lengah.

Hup!

Jaejoong berhasil meraih ponsel Yunho walaupun harus menindihi Yunho agar dia sempat menghapus file rekaman itu. Namja bermata musang itu tidak dapat berkutik.

"Wadaww, ampun Jae, sakit nih! Kakiku kejepit! Kalau patah gimanaaa?!"

"Iya, aku bingung harus menerima siapa. Hyunbin memang sangat tampan, tapi Rain juga tampan dan sexy, atau Kim Soo Hyun yang populer. Coba yang nembak Jung Yunho, pasti langsung aku iyain…" ucapan Yuri terhenti ketika berjalan melalui ruang tamu. Begitu pula dengan Boa, Tiffany dan Jessica.

"Kyaaa~" pekik Jessica.

Hening.

Jaejoong langsung menoleh ke arah sumber suara.

Iya, dia masih menindihi Yunho.

"Silahkan lanjutin aja, kita cuman numpang lewat kok," ujar Tiffany sambil tersenyum, mendorong teman-teman perempuannya itu berjalan menjauh bersamanya. Boa masih membeku ditempat, hingga Yuri harus menariknya.

"Eh, jadi Jaejoong-oppa itu seme? Dia diatas Yunho-oppa kan?" tanya Jessica.

"Bukan, bukan," Tiffany mengibaskan tangannya, "Itu namanya uke agresif," ujar Tiffany.

Jaejoong dengar pembicaraan mereka sih, "KALIAN SALAH PAHAM!"

Tiffany melambaikan tangannya pada kedua orang itu dari jauh, "Lanjutin aja, gak apa-apa kok."

Berlalu sambil cengar cengir.

"APAAN YANG DILANJUTIN?! ASDFGHGHJK!"

Hari ini kenapa sih!

Badan Yunho rasa remuk karena ditindihi gajah—Jaejoong maksudnya. Dia mengambil alih ponselnya, dimana file rekamannya sudah dihapus oleh Jaejoong.

Haah… sayang sekali.

"Semua salah kamu," ujar Jaejoong bersandar dikursi sambil menghembuskan napasnya. Hopeless.

"Iya, salah aku," Yunho pasrah aja. Karena dimanapun, cewek selalu benar—maksudnya apapun yang diucapkan Jaejoong akan selalu benar, walaupun salah, itupun akan tetap menjadi benar, jadi iyain aja.

"Kamu harus tanggung jawab."

"Iya, aku tanggung jawab kok. Makanya, jadi calon istri aku mau ya? Cincin cartiernya bakal nyusul kok."

Jaejoong terdiam beberapa saat, "Hngg… Itu nembak atau ngelamar?"

Terima nggak ya?

Memangnya kalau saling cinta harus pacaran?

Jalan buat Yunho—mereka berdua masih panjang.

[END]

A/N: tadinya mau diapdet setelah pas setahun, biar greget. /nggak/ tapi udah ditagih, jadi ya dicepetin deh apdetnya.

Btw omake / cerita tambahannya di bawah yak, setelah balasan review.

Tamatnya ngegantung gak jelas karena, karena, karena terlalu banyak pemikiran versi ending dari fic ini ampe nyaingin ruwetnya bikin bab iii skripsi. /nggakjuga/ end chap ini malah beda banget sama yang diniatin dari awal.

Maklumi aja si Joongie-oppa, soalnya dia tsundere di ff ini. /wink/ /ditabok/

Tadinya ff ini hampir ada nc-nya, tapitapitapi baru nyampe lime, saya nyerah dan menghapus adegan itu :'( :'( saya memuja kalian wahai para author yang jago bikin nc! Ululululu, puja kerang ajaib. Lol.

Selamat ya buat maz Junsu, taun baru dikasih surprise kalo dia jadian ama mbak Hani. Aih…

Balasan Review :

emo | ah, saia gak pandai bikin ff yang sedih-sedih kok :')

shipper89 | Joongie ga sadis, cuman tsundere aja. Kalo kebanyakan chapnya ntar bosan sama saia… :')

Ai Rin Lee | itu motto yang harus dimanfaatkan sebisa mungkin, yosh!

akiramia44 | nooo, saia tidak akan membiarkan yunho diambil orang lain selain joongie /muka seriussss/ dari pada ama boa mending ama saia /siapa kamu thor/

shanzec | senang telah mampu membuat engkau terhibur ;)

elfsissy701 | makasih udah dibilang bagus, saia terharu :')

Vic89 | udah ngaku kok si abang :D tapi keceplosan, piye…

Handa92 YJ | makasih udah ditungguin T.T gak nyangka ada aja yang mau nungguin T.T

hanasukie | modus itu niatan awal pedekate /eaaa/

Ai CassieEast | /kasih emot love/ itu sengaja emang dibikin begitu , baguslah kalo taktik mengecoh/? dari chap ini berhasil :D /oi/ maaph ga kilat, malah lumutan :') domo arigatou.

MYunjae | senang bisa menghibur kamu. Maaf lama apdetnya :')

kim . wiwin . 9 | udaaaah :D :D :D

Guest 1| semahal apapun, bakal Yunho perjuangin /ciee/

Jerin | biasa, manusia selalu maruk :D /oi/

Guest 2 | sial itu bisa menular! /nggak/

Guest 3 | sweet an mana sama saia? /dibacok/

My beauty jeje | beruang masih kuat imannya, mbak /eaaa/ udah tamat ini :D udah banyak kan yunjae momentnya? Makasih udah review :D

Littlecupcake noona | cinta memang mengorbankan banyak hal /wajah serius/ :D

Nabratz | cemburu dong, iya, kisseu nya lama, soalnya pake nafsu /oi/

Rieza | ini udah dilanjut. Iya! Semangkaaaa! :D

Dewi15 | udah dilanjut nih, ga penasaran lagi kan? :D

Shin yeonwoo theraingirl | ini end chapnya, semoga ga kecewa yaa, makasih udah ditungguin /terharu/ :')

Zifa | malu malu tapi mau (banget) :D yap, semangkaaaa! Makasih udah ditungguin :')

Makasih buat reader yang udah nungguin… /emangnya ada?/ /aamiin/

Makasih buat semuanya yang dah review dan ngasih semangat. Tanpa kalian, saia butiran debu/? :')

[OMAKE]

Liburan sudah berakhir. Semua kembali berjalan seperti biasa. Dan disore hari ini, sekolah masih terlihat ramai dikarenakan murid-murid yang memiliki kegiatan ektrakurikuler dan klub yang berlatih. Tampak seorang namja tampan yang jago olahraga sekaligus dance itu duduk di bench sambil memperhatikan teman-temannya sedang bermain voly. Mata musangnya tampak memperhatikan kemana saja arah bola menuju. Menikmati setiap tegukan air dingin yang masuk ketenggorokannya, Yunho menghabiskan hampir sebotol minuman isotonik yang dibelikan oleh Heechul—sang manager klub.

Puk.

Seseorang menepuk bahunya. Yunho menoleh.

"Oh, Yoochun, ada apa? Tumben masih di sekolah sampai jam segini." Ucap Yunho, menyadari soulmate Jaejoong-nya datang menghampiri.

"Iya, habis dari klub juga," Yoochun ikut duduk di bench. Memperhatikan para pemain voly yang saling mempertahankan bola. Meskipun hanya latihan, mereka tampak benar-benar serius.

"Ngomong-ngomong, hyung, gimana kabarnya si Heroine?" Yoochun masih kepo. Sudah beberapa bulan berlalu tentang sosok misterius itu. Tapi masih tidak ada yang tahu siapa dia. Seakan-akan Heroine itu hanya side karakter yang tidak penting. Padahal dia adalah sosok yang sempat membuat heboh sekolah.

"Hah?" Yunho menaikkan sebelah alisnya. "Baik kok."

"Eh, masih dekat dengannya walaupun sudah sama Jaejoong-hyung?!" Tanya Yoochun tidak percaya.

"Kamu bicara apa sih? Aku kan udah jadian sama Heroine." Jawab Yunho lagi.

"Apaaahh?" Yoochun menggebrak bench. Tidak bisa dibiarkan, bagaimana bisa Yunho menduakan Jaejoong. Sebagai soulmate-nya Jaejoong, Yoochun tidak terima!

"Bisa kamu jelaskan maksudmu itu, hyung?" Yoochun sudah mengepalkan tangannya dengan mantap. Tinggal dilayangkan kepada calon korban.

Yunho menggaruk kepalanya pelan, "Memangnya Jaejoong belum bilang ya, kalau dia dan Heroine itu adalah orang yang sama?"

Yoochun cengo. Whaatt? Ini harus segera disampaikan pada Junsu. Heechul. Tiffany. Dan kawan-kawan lain secepatnya nih. Hape mana hape? Manaa!

Mampus lo Jung Yunho. Nanti malam saat ngapelin Jaejoong, siap-siap kena bacok deh. Paling banter diputusin.

[END!]

Thanks buat reader yang sudah bersedia mampir untuk membaca. Ngefave, follow, dan review. /peluk/

Annyeong… ^^

Kapuas Timur — Kalimantan Tengah, 08 Januari 2016

-Kiriya-

Mind to Review?