Jaejoong mulai lelah menunggu. Diliriknya jam di ponsel yang tengah ia gunakan untuk mendengarkan musik.
14.15
Sudah tigapuluh menit berlalu dan Hyena belum kembali?
Hei, apa yang sedang dilakukan yeoja itu di toilet sana? Mandi?
Akhirnya, Jaejoong memutuskan untuk mencari Hyena. Mungkin saja Hyena tersesat, meski rasanya tidak mungkin. Saat Jaejoong membuka lalu menutup pintu mobilnya, ia mendengar beberapa orang, yang berniat pulang, mengatakan sesuatu yang membuatnya merasa tak nyaman.
"Kasihan yeoja hamil itu. Malang sekali nasibnya. Padahal sepertinya kandungannya sudah tua."
"Iya, dan dilihat dari tempanya jatuh, sepertinya anaknya tak akan selamat."
"Hust! Kau tidak boleh bicara seperti itu."
"Iya, iya… semoga saja mereka baik-baik saja." Orang itu membuka pintu mobilnya lalu bergegas masuk, "Kajja, kita pulang."
"Ne…"
Mesin mobil itu mulai menyala dan bergerak meninggalkan parkir itu. Sekaligus meninggalkan Jaejoong yang tengah mencerna perkataan mereka.
Begitu sadar dari lamunannya, namja menawan itu segera berlari ke dalam mall dan mencari bagian informasi. Dengan nafas terengah, Jaejoong bertanya tentang kebenaran kabar itu. Tak lupa ia juga menanyakan ciri-ciri yeoja hamil itu.
Bagaikan mendung di siang hari, Jaejoong hanya dapat memegang dadanya yang berdetak cepat.
Between You and Him
-Chang Min Sa-
2014
YunJae and YunJae shipper
++CHAPTER 9++
(LAST CHAPTER)
Lorong rumah sakit itu tampak lengah. Tapi di salah satu sudut gedung itu kepanikan sedang melanda. Tepatnya di depan ruang operasi. Sedari satu jam yang lalu, dua orang namja tengah menanti sambil sesekali duduk di depan ruangan itu. Tak jarang keduanya bangkit dan berjalan tanpa arah sekedar menghilangkan rasa gelisah mereka.
Hingga sebuah suara hentakan kaki yang bersahutan memecah keheningan di antara keduanya. Mereka menoleh kea rah datangnya suara dan mendapati sang magnae tengah berlari menghampiri mereka. Memang saat dalam perjalanan ke rumah sakit mereka sempat menghubungi namja jangkung itu.
"Hyung! Bagaimana? Hosh..hosh…" tanya namja jangkung itu setelah sampai di hadapan kedua hyung-nya. Tentu saja sambil mengontrol deru nafasnya yang masih tak teratur.
Namja berkulit putih menggeleng pelan sedangkan namja lainnya berkata, "Dokter belum keluar sejak sejam yang lalu."
Namja jangkung yang tak lain adalah Changmin itu, terduduk lemas. Ia bahkan tak kuasa untuk menahan berat badannya sendiri. Sementara itu, Jaejoong dan Yunho hanya mampu menatap magnae-nya dalam diam. Mereka juga tak bisa melakukan apa-apa. Hanya berdoa untuk kebaikan mereka bersama.
Tak berselang lama, seorang dokter keluar dari ruang operasi dan melepas masker dan sarung tangannya. Matanya menjelajah mencari keluarga pasien dan menemukan ketiga namja yang tengah duduk tak bertenaga.
"Keluarga Cho Hyena?"
Seakan tersadar dari lamunan, ketiganya bergegas berdiri dan menghampiri namja paruh baya itu.
"Uisa, bagaimana keadaan teman saya?" tanya Jaejoong setelah mampu mengendalikan diri.
Dokter itu melepas kacamata yang bertengger di hidungnya lalu menatap ketiga namja itu bergantian, "Siapa di antara kalian yang merupakan suami pasien?"
Ketiganya saling bertatapan tak mengerti lalu kembali menatap dokter itu.
"Nan…"
"Saya suaminya, Uisa." Potong Yunho sebelum Changmin mengatakan hal-hal diluar kendali. Namja bermata musang itu sedikit berharap semoga Jaejoong tak salah paham dengan sikapnya.
"Begini…" dokter itu menghela nafas sebentar lalu menjelaskan. "Sang bayi sudah bisa kami selamatkan. Bayi Anda baik-baik saja. Beruntung tadi Anda langsung memanggil ambulan."
Yunho dan Jaejoong tampak menghela nafas lega. Tapi tidak bagi Changmin, ia tak mendengar nama Hyena dikatakan baik-baik saja. "Lalu bagaimana dengan keadaan sang ibu?" tanya Changmin penasaran.
Dokter itu menutup mata sebentar lalu menatap mereka bergantian, "Sang ibu masih dalam keadaan kritis. Akibat kejadian tadi keadaan janin menjadi tidak stabil dan air ketubannya sudah pecah sebelum waktunya. Karena rahimnya sudah tak kuat, akhirnya kami mengangkat janin itu dan syukurlah keadaannya sehat. Tapi…sang ibu…masih mengalami pendarahan akibat benturan keras saat terjatuh."
Seakan kebahagian mereka kembali terenggut, tak ada satu pun yang berani berkomentar.
"Uisa, tolong lakukan sesuatu agar istri saya selamat." Pinta Yunho memecah keheningan.
Dokter itu mengangguk pelan lalu berkata, "Ne, kami akan mengusahakan yang terbaik."
Tiba-tiba pintu ruang operasi kembali terbuka, kali ini seorang yeoja berpakaian perawat keluar dari ruangan itu. Menghampiri sang dokter sambil setengah berlari, "Uisa, pasien kehilangan detak jantung."
DEG!
"Segera siapkan alat pemicu jantung." Sang dokter menatap ketiga namja di depannya, "Saya harus kembali ke ruang operasi. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Nyonya Cho."
Sang dokter segera meninggalkan ketiga keluarga pasien yang tengah berdiri mematung, seolah kehilangan nyawa. Bahkan suara hentakan kaki dokter itu tak mampu membangunkan keterkejutan Yunho, Jaejoong dan Changmin.
.
.
.
Malam itu, bulan seharusnya terlihat. Tapi sepertinya hal itu hanya tinggal harapan. Yang terasa justru dingin yang tiada berujung. Rintik hujan ringan justru membasahi bumi. Mungkin langit pun ikut berduka atas kembalinya seorang anak manusia pada Sang Pencipta. Duka yang dalam bagi keluarganya. Dan seorang namja yang mencintainya.
Kriieet!
Suara pintu yang dibuka tak jua membuyarkan lamunan pemuda itu. Terlalu asyik mengenang masa-mas terakhir kebersamaan mereka. Sampai seseorang menyodorkan sebuah amplop berwarna putih di depan matanya. Mau tak mau, pemuda itu mengangkat wajahnya. Menatap Hyung-nya yang tak beda jauh penampilannya. Mengenakan setelan hitam.
"Surat untukmu. Seorang suster yang menyerahkannya padaku. Katanya, dia memintamu membaca ini jika ia sudah tiada. Bacalah." Kata namja di hadapannya yang tak lain adalah Kim Jaejoong.
Changmin, pemuda itu, mengambil amplop di hadapannya lalu menatapnya cukup lama.
"Changmin-ah," suara Jaejoong terdengar serak, mungkin karena ia terlalu banyak menangis. "mianhae.. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik."
Changmin mengangkat wajahnya lagi. Menatap Jaejoong lalu tersenyum, "Tak apa. Mungkin Tuhan terlalu menyayangi Hyena hingga memanggilnya pulang."
Jaejoong tampak membekap mulutnya, mencoba menghalang isakannya. Namja itu memeluk Changmin ringan sambil berkata, "Nee. Mungkin ini yang terbaik untuk kita sekarang. Bersabarlah, Changmin-ah." Lalu Jaejoong melepaskan pelukannya tanpa menunggu balasan Changmin.
Namja itu menyeka air matanya lalu kembali berkata sambil tersenyum. "Hmm, Yunho akan membawa Na Yoon. Apa kau keberatan?"
Changmin menggeleng sambil mempertahankan senyumannya, "Anio. Hyena sudah berpesan padaku, kalau Yunho Hyung bersedia menerima anaknya, ia akan membiarkan buah hatinya bersama kalian."
Perlahan senyuman terlukis di bibir ceri itu. "Jinjja? Gumawo, Changmin-ah!" tanpa menunggu jawaban dari magnae-nya, Jaejoong berbalik dan keluar ruangan. Meninggalkan Changmin sendiri. Terlalu senang mungkin?
Kembali suasana menjadi hening.
Namja pecinta makanan itu masih bertahan di tempatnya sambil melihat-lihat amplop yang dipegangnya. Setelah berhasil menguasai diri, Changmin mulai membuka amplop itu. mengeluarkan isinya dan mulai membaca.
.
.
Annyeong, Changmin Oppa…
Apa kabarmu? Sehat kan? Tetap suka makan kan? Hehehe…
Kalau surat ini sudah berada di tangan Oppa, berarti aku sudah tidak berpijak di bumi lagi, hehehe… I'm fine, Oppa… very well…
Oh, ya… bagaimana baby-ku? Manis kah? Mirip denganku tidak? Semoga iya.
Oppa…
Sejujurnya aku mau mengakui satu hal.
Kudengar kau meminta pada Uisa untuk menyelamatku, ne? Mianhae, aku tidak bisa bertahan. Saat berada di dalam ruang operasi, kudengar mereka hendak menanyai kalian apakah memilih aku atau baby-ku. Pasalnya kecelakaan itu cukup parah dan lagipula aku memang hanya bisa hamil satu kali. Entahlah, tapi sejak silsilah keluargaku, memang hanya mampu melahirkan satu anak. Jadi, karena kesempatan itu hanya satu kali, aku akan membiarkan baby-ku untuk melihat dunia. So, tunjukkanlah pada baby-ku betapa indahnya dunia ini, ne, Oppa.
Selain itu, aku ingin berterima kasih pada Oppa yang selama ini merawatku dengan baik. Terima kasih mau menjadi temanku di saat senang dan sedih. Terima kasih karena mau mencintaiku setulus hati meski kau tahu aku tak bisa mengelak dari statusku. Aku ingin mencintaimu tapi rasanya cukup berat di hatiku. Entah karena apa?
Mungkin bagiku, kau adalah bintang di langit yang sulit digapai. Dan lagi, aku bukanlah orang yang baik untukmu. Mianhae…
Changmin Oppa….
Cinta itu tdak harus memiliki, ne? cinta sejati adalah saat kita mencintai orang lain dengan tulus bukan saat kita mengharapkan dicintai orang lain. Bukankah begitu?
Aku tidak akan meminta banyak hal untuk kalian, cukup rawat baby-ku dengan baik. Juga aku ingin Yunho Oppa dan Jaejoong Oppa yang merawatnya. Mungkin ada baiknya dua hyung-mu itu untuk menikah di Eropa sana. Hehehe….
Changmin Oppa….
Seluruh tubuhku sudah mati rasa. Mungkin kini saatnya aku harus pergi.
Sayonara….
Saranghae...
Cho Hyena
END
Note:
Aku mempunyai seorang teman pena dari Indonesia dan aku sempat kaget saat melihat wajahnya. Ternyata kami sangat mirip. Ia bilang, ia senang bisa bertemu dengan orang yang mirip dengannya. Katanya, ia akan mencari lima orang yang memiliki wajah yang mirip dengan kami. Ia juga seorang Cassiopeia, fans kalian, hanya saja ia kurang beruntung jika ingin datang ke konser kalian. Dia berasal dari keluarga yang pas-pasan.
Jika tidak keberatan, bisakah Oppa mengundangnya untuk datang ke konser kalian kelak?
.
.
.
Suasana di bandara memang selalu ramai, tapi tampaknya keramaian itu justru menjadi hal yang berbeda bagi yeoja satu ini. Sudah mendapat tiket konser boyband favoritnya secara gratis, ia dijamin bisa berwisata di Negeri Ginseng pula. Bak kejatuhan durian runtuh.
Selama lima belas menit ia menikmati keramaian di bandara sambil memegang koper sampingnya. Ia sedang menunggu penjemputnya, orang yang mengiriminya tiket konser boyband favoritnya. Awalnya ia mengabaikan kiriman itu, tapi sang pengirim justru memaksanya seperti seorang perampok. Akhirnya, ia mengalah dan mencoba percaya dengan sang pengirim.
Dan di sinilah ia berada, di bandara Incheon tanpa seorang pun yang ia kenal. Ia merasa tertipu sekarang.
"Ugh! Tahu begini aku tidak percaya padanya saja. Apa? Siapa namanya? Sangmin? Ya, Tuan Sangmin yang terhormat. Ck!"
"Permisi, apakah kau baru saja menyebut nama Sangmin?" tanya seorang pemuda jangkung yang duduk di sebelahnya. Pemuda itu memakai jaket dan kacamata hitam yang membuatnya tampak aneh. Cuaca panas begini kenapa malah pake baju tertutup begitu?
Yeoja itu menatapnya bingung tapi tetap menjawab, "Ne. Sepertinya begitu."
Namja jangkun itu melepas kacamatanya perlahan lalu menatap yeoja itu tajam. "Aku."
Yeoja itu mengernyitkan dahinya. Tidak mengerti maksud namja di depannya sekaligus merasa familier dengan wajah namja jangkung itu.
Bukannya menjawab, yeoja itu justru berkata, "Tuan…seperti artis favorit saya. Namanya Shim Changmin, magnae-nya DBSK. Tuan tahu kan? Wajahnya mirip dengan Tuan."
Namja jangkung itu menghela nafas panjang. "Itu memang aku."
1
2
3
"MWO?" pekik yeoja itu yang sontak memaksa Changmin untuk segera membungkam mulut yeoja itu dengan tangan besarnya.
"Yah! Bisakah kau dia saja. Jangan berlebihan begitu. Kalau kau terlalu histeris orang-orang akan tahu penyamaranku." Pinta Changmin sambil emnatap penuh intimidasi pada yeoja itu.
Yeoja itu mengangguk ragu. Setelah bungkaman di mulutnya terlepas, ia berkata, "Yah, maklum saja Oppa, aku kan belum pernah melihat Oppa secara langsung." Yeoja itu menatap Changmin balik, "Tapi Oppa tidak sedang membohongiku, kan?"
"Kau masih tidak percaya padaku, eoh?"
Yeoja itu menggeleng keras lalu mengulurkan tangannya, "Ah, ne. Annyeonghaseo, naneul [namamu]"
+ EPILOG +
"Huwaaa! PAPA! APPA NAPEUUNN! Huhuhuhuuu…"
Grep!
"Hiks, Papa! Hiks.. Appa napeun! Hiks…"
Namja cantik itu berjongkok di depan putrinya, memeluk putri kecilnya sambil bertanya, "Memangnya Appa kenapa, hm?"
Belum sempat gadis kecil itu menjawab, teriakan lain dari arah pintu kembali terdengar. Kali ini pelakunya adalah seorang namja berusia kepala tiga. Wajahnya mengeras begitu ia menemukan 'santapan'-nya di dapur.
"Ya! Kenapa kau lari dari Appa, eoh?" bentak namja itu yang sontak membuat yeoja kecil itu kembali terisak dalam pelukan sang namja cantik.
"Yunnie, jangan kasar pada Na-chan…" lerai namja cantik yang tak lain adalah Jaejoong. Ia masih memeluk Jung Nayoon, anak Yunho dengan Hyena, yang masih menangis keras.
Yunho menghela nafas kasar lalu memilih duduk di kursi terdekatnya.
Setelah suasana sudah mulai tenang, Jaejoong mencoba melepaskan pelukan putrinya lalu bertanya, "Jja! Katakana pada Papa. Kenapa Na-chan menangis? Kenapa Na-chan bilang Appa napeun, hm?"
Yeoja kecil itu tampak mengucek matanya, berusaha menghentikan air matanya. "Tadi di sekolah, teman-teman Na-chan bilang kalau Na-chan tidak punya Umma. Kata mereka, Appa dan Papa aneh. Na-chan marah tapi Na-chan diam saja. Hiks… lalu saat Na-chan tanya Appa, Appa bilang Na-chan tidak boleh membahas ini. Hiks… Kenapa? Na-chan kan Cuma pingin tahu di mana Umma Na-chan? Hiks…"
Untuk sesaat Jaejoong menatap Yunho penuh tanya, seolah menanyakan apakah benar yang dikatakan anak semata wayangnya itu tapi yang dilihat justru memalingkan wajah seolah tak peduli. Niat awal Jaejoong untuk meminta saran Yunho tentang mengatakan keberadaan Umma yeoja itu sirna. Namja berkulit tan itu justru tampak buruk, tidak bisa mengendalikan emosinya. Sepertinya Jaejoong harus menyelesaikan masalah ini sendiri.
Jaejoong menatap Nayoon lalu mengusap pipi yeoja yang belum genap delapan tahun, "Na-chan ingin tahu di mana Umma Na-chan, hm?" yeoja kecil itu menatap Jaejoong dengan mata yang berbinar-binar lalu mengangguk cepat. "Nah, kalau begitu ikut Papa, ne?"
Jaejoong menggandeng tangan mungil Nayoon keluar dapur, menghiraukan tatapan penuh tanya yang dilayangkan Yunho, suaminya.
.
.
Sreeekkk!
"Na-chan, foto yeoja yang ada di sana adalah Umma-mu."
"Umma?" yeoja kecil itu menatap Jaejoong penuh tanya.
Jaejoong mengangguk lalu berjongkok di depan Nayoon. Ditangkupnya pipi gembul yeoja kecil di depannya, "Ne, Umma-mu adalah Cho Hyena. Umma-mu…sudah dipanggil Tuhan." Jaejoong menunggu respon dari yeoja di depannya tapi sepertinya yeoja itu masih belum mengerti. "Umma-mu sudah di surga."
Entah mengapa, Nayoon merasakan air matanya tumpah lagi. Padahal ia masih belum mengerti perkataan Papa-nya. "Hiks… Umma…"
"Ne… dia Umma-mu. Tuhan terlalu menyayanginya jadi Tuhan ingin Umma bersama-Nya." Hibur Jaejoong sambil memeluk yeoja kecil itu.
Selama beberapa saat, Nayoon menghabiskan waktunya untuk menangis tapi tak lama kemudian, ia melepaskan pelukannya lalu beralih menghampiri foto Umma-nya, yang dipajang di atas meja di seberangnya. Diambilnya foto itu lalu tersenyum cerah.
Nayoon menatap Jaejoong sambil tersenyum, "Papa, boleh aku menyimpan foto Umma?"
Jaejoong balas tersenyum, dalam hati ia bersyukur Nayoon adalah orang yang pengertian meski masih sangat belia. "Ne, tentu saja."
Setelah mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Nayoon bersorak girang lalu berlari keluar ruangan itu.
Belum sempat Jaejoong berbalik, ia terkejut mendapati Yunho sudah ada di ambang pintu sambil menatapnya heran. "Apa yang terjadi?"
Jaejoong tersenyum lalu menghampiri Yunho. Dikecupnya pipi gembul itu lalu menjawab, "Aku mengatakan yang sebenarnya pada Nayoon dan dia mengerti."
Yunho terkejut. Tentu saja, jika ia ada di posisi Nayoong, mungkin ia tidak akan semudah itu menerima keadaannya.
Cup!
Kali ini ciuman di bibir hati telah menyadarkan Yunho dari keterkejutannya. Namja berkulit tan itu menatap Jaejoong penuh tanya, "Tidak mungkin."
Karena gemas Jaejoong mencubit hidung Yunho lalu beranjak meninggalkan ruangan itu. Sebelum benar-benar pergi, Jaejoong berkata, "Tidak ada yang tidak mungkin. Dunia ini penuh kejutan, Yunnie."
+ REAL END +
YOSH! AKHIRNYA FINISH DENGAN MENCEKIK!
Sumpah, maksa banget ya endingnya?
Karena emang dikejar deadline yang aku tentuin sendiri. Berhubung Min mau UN jadi harus segera selesai…
Hehehe….
Ane nggak maksa buat disukai ff-nya, Cuma sekedar menyalurkan inspirasi saja.
Then, big THANK TO: nickeYJcassie
Yang udah bersedia cuap-cuap panjang sama lebar dengan saya… hehhe..
Makasih atas sarannya dan mian jika ff ini salah dari awal.
Plot-nya emang begini Unn, tapi lama-lama jadi bingung sendiri mau ngungkapin gimana pake kata-kata.
Juga buat readerdeul dari part awal sampe akhir:
Boojoongie │ SiDer Tobat │ Nee-chan │ Kid │ Jung Hyun Ri │ bearnya jung │ sirayuki gia │ Barbienika │PhamtoMirotic │ YJS12 │ jae sekundes │ azahra88 │ Jungjihee │ kimfida62 │ zhe │ jaena │ shadow │ aoi ao │ Guest │ groes │ Ristinok137 │Guest │ Guest
.
.
KAMSAHAMNIDA *bow*
